Kepribadian tokoh novel amba karya laksmi pamuntjak (tinjauan psikologi sastra dan pendidikan karakter) bab 1

(1)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sastra merupakan seni yang berkaitan dengan kegiatan penciptaan dan ekspresi. Ekspresi sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan, perasaan, semangat, kepercayaan, dan keyakinan yang mampu membangkitkan kekagumaan pembacanya. Ciri khas lain yang mampu menjadi pengungkapan bentuk dalam sastra adalah bahasa.

Sastra menurut Winarni (2013: 6) merupakan wujud gagasan seseorang melalui pandangan terhadap lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra sebagai karya fiksi memiliki pemahaman yang lebih mendalam, bukan hanya sekadar cerita khayal atau angan dari pengarang saja, melainkan wujud dari kreativitas pengarang dalam menggali dan mengolah gagasan yang ada dalam pikirannya. Sastra merupakan pula ungkapan batin seseorang melalui bahasa dengan cara penggambaran. Penggambaran atau imaji ini merupkan titian terhadap kenyataan kehidupan.

Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia yang memiliki objek manusiawi, fakta kemanusiaan, dan fakta kultural. Keeksistensian karya sastra mampu membedakan fakta kemanusiaan seperti halnya sistem sosial dan sistem ekonomi dan mampu menyamakannya dengan sistem seni rupa, seni suara, dan sebagainya. Jika sistem lainnya seringkali dianggap sebagai satuan yang dibangun oleh hubungan antar tindakan, karya sastra merupakan satuan yang dibangun atas


(2)

commit to user

hubungan antara tanda dan makna, antara ekspresi dengan pikiran, antara aspek luar dengan aspek dalam (Faruk, 2012: 77).

Mengkaji karya sastra dapat dilakukan dengan berbagai sudut pandang, tergantung pendekatan atau kajian yang dipakai. Perbedaan penggunaan pendekatan atau kajian sastra akan menghasilkan interpretasi (penafsiran) dan pemaknaan yang berbeda. Selain itu mengkaji sastra dapat digunakan lebih dari satu pendekatan, agar hasil penafsiran dan pemaknaan terhadap karya yang dikaji menghasilkan hasil yang optimal. Pengkajian sastra bisa dilakukan dengan beberapa pendekatan. Menurut Ratna (2009: 53-74) pendekatan itu antara lain (1) biografis, (2) sosiologis, (3) psikologis, (4) antropologis, (5) historis, (6) mitopoik, (7) ekspresif, (8) mimesis, (9) pragmatis, dan (10) objektif.

Berdasarkan bentuknya, sastra terbagi atas empat bagian, yaitu prosa, puisi, prosa liris, dan drama (Kosasih, 2012: 3). Sesuai dengan bidang kajian peneliti yaitu terkait dengan sebuah novel, novel itu tergolong dalam bentuk prosa fiksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Waluyo (2011: 2) yang menyatakan bahwa prosa fiksi terdiri atas roman, cerita pendek, dan novel (diurutkan berdasarkan nama yang paling dulu diciptakan di dalam sastra Indonesia).

Keberadaan novel yang beredar di Indonesia sangatlah banyak, mulai dari novel yang ditulis oleh pengarang terkenal hingga pengarang pemula, novel yang menggunakan bahasa daerah, Indonesia, dan asing yang sudah diterjemahkan mudah di dapatkan dan dibaca oleh seluruh lapisan masyarakat. Berbicara tentang keberadaan novel tentu tidak akan lepas dari pengertian novel. Novel adalah


(3)

commit to user

sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek (Nurgiyantoro, 2013: 12).

Novel Amba diterbitkan pertama kali pada September 2012. Sejak

kemunculan novel Amba mendapatkan tanggapan positif dari penikmat sastra.

Tingginya apresiasi masyarakat terhadap novel Amba menjadikan novel tersebut

masuk dalam jajaran novel national best seller. Laksmi Pamuntjak telah membuat

kisah Amba dan Bhisma dalam Mahabharata bertaut (dan bertabrakan) dengan

kisah hidup dua orang Indonesia berlatar peristiwa 1965 dan kehidupan tahanan di

Pulau Buru. Hal itu seperti tanggapan salah seorang penikmat novel Amba, yaitu

Bambang Sugiharto (Guru Besar Estetika Universitas Parahyangan Bandung) ia

mengatakan, “Sudah banyak memang novel yang bercerita tentang tragedi tahun ’65 dengan bermacam konsekuensi psiko-sosialnya. Namun tak berlebihan rasanya bila dikatakan bahwa, dari sisi kematangan penguasaan bahan, durasi, dan

kedalaman visi kemanusian, serta kepiawaian olah-bentuknya, Amba adalah

novel bertaraf world-class. Di Indonesia sendiri kiranya ini adalah salah satu

puncak baru dalam pencapaian sastra”.

Novel Amba tidak seperti buku-buku berlatar Pulau Buru lainnya, novel

Amba tidak hanya semata-mata mengisahkan kepahitan Orde Baru, namun di

tengah gejolak politik yang hebat saat itu, ada kisah cinta yang sempat meriap. Novel ini menceritakan kisah Amba, yaitu seorang gadis dari sebuah dusun di Kadipura, yang sejak kecil telah menggariskan idealismenya sendiri. Ia tidak ingin menjadi perempuan yang merasa cukup dengan pendidikan sekadarnya, menikah di usia (terlampau) muda, dan sebagai tukang masak di dapur. Meskipun


(4)

commit to user

idealisme Amba mendapat tentangan dari ibunya, Amba nekad meneruskan studi ke jurusan sastra Universitas Gadjah Mada (UGM).

Kekerasan hatinya juga berlaku untuk perkara asmara. Ia menerima pertunangan yang dirancang orang tuanya, tetapi tidak pernah memberikan seluruh hatinya untuk sang lelaki. Salwa Munir, nama laki-laki itu, pada akhirnya harus menerima kenyataan bahwa Amba tidak pernah mencintai dirinya. Tapi Salwa tidak pernah membenci Amba, bahkan setelah puluhan tahun berlalu. Meski harus menelan pengkhianatan mantan tunangannya, ia tetap berusaha memperjuangkan kebahagiaan wanita itu. Amba justru menemukan cinta pada sebuah tempat yang terbilang tak berpengharapan. Ketika tengah menjalani profesi sebagai penerjemah di Kediri, hatinya tidak sengaja tertambat pada Bhisma Rashad. Dokter lulusan Leipzig itu tidak perlu waktu lama untuk meluluhkan Amba. Lucunya, Amba sontak bertransformasi dari sosok yang keras hati menjadi seorang pecandu lelaki. Ia bahkan rela menyerahkan segala miliknya untuk laki-laki yang padahal baru dikenalnya kurang dari seminggu.

Seiring pergolakan politik yang kian keras, kisah Amba dan Bhisma juga menghadapi riak yang hebat. Mereka terpisah pada peristiwa Gerakan September 30 (Gestapu) di Yogyakarta. Bhisma menghilang, meninggalkan Amba dan calon bayi mereka. Untungnya, Amba yang cantik dan selalu dapat memikat lelaki menemukan Adalhard yang bersedia menanggung hidup (sekaligus aibnya). Namun, hidup Amba tidak pernah tenang. Jiwa perempuan itu selalu berontak untuk mencari separuh belahannya. Empat puluh tahun kemudian, ia mendapati surat elektronik misterius yang mengabarkan bekas keberadaan Bhisma di Pulau


(5)

commit to user

Buru. Bersama seorang mantan tapol, Amba melakukan perjalanan ke Buru untuk mengumpulkan serpihan-serpihan kenangan yang ditinggalkan oleh Bhisma. Dibantu oleh Samuel, pria yang juga menyimpan kenangan tentang Buru, mereka akhirnya menemukan rekam jejak Bhisma. Berpuluh lembar surat dari Bhisma yang dipersembahkan untuk Amba tidak hanya menceritakan kerinduan yang tak

tersampaikan, tetapi juga mendeskripsikan Pulau Buru dari kaca mata “orang dalam”. Amba pun akhirnya tahu mengapa kekasihnya tidak pernah kembali.

Amba memang bukan novel sejarah. Ia novel berlatar belakang sejarah. Sejarah di masa lalu tentang pertarungan ideologi yang kemudian menjadi keramat dan ditabukan oleh mereka yang memenangkan pertarungan, dan sejarah di era kekinian ketika manusia saling bunuh membunuh karena agama dan keyakinan yang mereka anut. Laksmi Pamutjak merangkai kedua peristiwa ini dalam jalinan cerita memikat dengan cara penceritaan kilas balik, yang membuat pembacanya segera ikut terlempar mengikuti alur cerita yang disajikan pengarang. Memang, ada saat ketika kisah tokoh-tokoh Amba seperti dibuat tanggung dan kabur oleh Laksmi Pamuntjak. Pertemuan Amba dengan Adalhard Eilers yang menjadi lelaki ketiga, surat pamitnya kepada Salwa dan Bapak, dan masa-masa ketika Bhisma hilang dan dikapalkan ke pulau Buru, yang hanya ditandai dengan ilustrasi tanda silang berwarna merah darah. Tapi disinilah kepiawaian Laksmi Pamuntjak mengaduk-ngaduk rasa penasaran pembaca. Menjelang akhir cerita, Salwa yang terlupakan ternyata muncul lagi karena diceritakan oleh Bhisma lewat salah satu suratnya kepada Amba yang tak terkirimkan.


(6)

commit to user

Kisah dalam sebuah novel pastilah mempunyai suatu sisi yang bisa ditonjolkan untuk diteliti sebagai bahan kajian suatu penelitian, seperti halnya novel karya Laksmi Pamuntjak ini, di dalamnya terdapat sisi-sisi menarik yang

dapat digunakan peneliti dalam meneliti novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

Hal ini dilihat dari segi isi maupun bentuk, pemilihan objek penelitian novel

Amba karya Laksmi Pamuntjak menarik untuk dikaji karena sepengetahuan peneliti novel ini belum pernah diteliti oleh siapapun dan novel ini juga menjadi salah satu dari sedikit literasi tentang peristiwa berlatar kegaduhan nasional di tahun 1965 yang ditulis dengan piawai dan cantik, sehingga novel ini menjadi karya yang layak dinikmati karena bukan hanya dari proses pengerjaannya yang membutuhkan waktu delapan tahun dan riset yang dikerjakan dengan serius namun karena novel ini dibuat dengan kesungguhan dan ketulusan

Secara psikologis, novel ini mampu menggambarkan kondisi psikologi seseorang yang mengalami permalasahan percintaan, seperti cinta segitiga, kasih tak sampai, dan pencarian cinta di masa lalu. Permasalahan inilah kemudian menimbulkan problem-problem yang menggambarkan watak dan prilaku manusia yang tercermin melalui tokoh utama maupun tokoh bawahan,

Dilihat dari segi nilai pendidikan karakter, novel Amba diketahui banyak

memberikan inspirasi bagi pembaca, hal itu berarti ada nilai-nilai positif yang dapat diambil dan direalisasikan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

Dilihat dari segi kualitas pengarang, novel Amba karya Laksmi Pamuntjak

merupakan salah satu novel nasional best saller karena ditulis oleh pengarang


(7)

commit to user

Pamuntjak telah menulis dua buku kumpulan puisi, Laksmi juga tak ragu menulis beberapa bagian dari novel ini dan surat-surat Bhisma kepada Amba yang tak terkirimkan, dalam larik dan bait-bait puisi. Jadi tak perlu heran juga jika menemukan kutipan sajak Berthold Brech, Rosa Luxemburg maupun (Pablo) Neruda, dan tentu saja bait-bait dari Serat Centini yang bertaburan disana-sini

dalam novel Amba. Sebagai pengarang handal, Laksmi Pamuntjak memiliki

banyak prestasi yang telah dihasilkanya, antara lain: the Jakarta Good Food Gide,

Ellipsis, The Heralad UK, The Anagram, Perang, Langit, dan Dua Perempuan,

sebuah kumpulan cerpen yang diilhami sejumlah lukisan The Diary of R.S. dan

Musings on Art, dan dua terjemahan karya Goenawan Mohamad, Goenawan Muhammad: Selected Poems, dan On God and Other Unfinished Things.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapatlah dikatakan bahwa

novel Amba menceritakan kisah hidup dan psike seseorang dengan berbagai

masalah hidupnya, sehingga novel Amba layak untuk diteliti dengan

menggunakan pendekatan psikologi sastra. Pendekatan psikologis menurut Wellek dan Austin (2014: 81) menunjukkan empat model, yaitu 1) studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi, 2) studi proses kreatif, 3) studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan 4) mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.


(8)

commit to user

1. Bagaimanakah kepribadian tokoh novel Amba karya Laksmi Pamuntjak?

2. Bagaimanakah konflik yang terjadi antara tokoh-tokoh novel Amba karya

Laksmi Pamuntjak?

3. Bagaimanakah psikologi das es (the id) tokoh-tokoh novel Amba karya

Laksmi Pamuntjak?

4. Bagaimanakah psikologi das ich (the ego) tokoh-tokoh novel Amba karya

Laksmi Pamuntjak?

5. Bagaimanakah psikologi das ueber ich (the superego) tokoh-tokoh novel

Amba karya Laksmi Pamuntjak?

6. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel

Amba karya Laksmi Pamuntjak?

7. Bagaimanakah relevansi novel Amba karya Laksmi Pamuntjak dengan

pembelajaran sastra di perguruan tinggi?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan,

menjelaskan, dan mempresentasikan novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

2. Tujuan Khusus

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(9)

commit to user

Laksmi Pamuntjak.

b) Mendeskripsikan dan menjelaskan konflik yang terjadi antara tokoh-tokoh

novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

c) Mendeskripsikan dan menjelaskan psikologi das es (the id) tokoh-tokoh

novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

d) Mendeskripsikan dan menjelaskan psikologi das ich (the ego) tokoh-tokoh

novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

e) Mendeskripsikan dan menjelaskan psikologi das ueber ich (the superego)

tokoh-tokoh novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

f) Mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai pendidikan karakter yang

terkandung dalam novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

g) Mendeskripsikan dan menjelaskan relevansi novel Amba karya Laksmi

Pamuntjak dengan pembelajaran sastra di perguruan tinggi.

D. Manfaat 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis manfaat penelitian ini untuk melengkapi khasanah teori yang terkait dengan pembelajaran sastra. Hasil kajian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap keilmuan dalam mengapresiasi novel dan memberikan motivasi kepada penikmat sastra secara mendalam untuk akhirnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


(10)

commit to user 2. Manfaat Praktis

a) Bagi Dosen

Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi dosen tentang pendekatan psikologi sastra untuk menjadikan pedoman dalam pembelajaran sastra yang menarik, kreatif, dan inovatif. Selain itu novel ini bisa di jadikan sumber belajar dan media pembelajaran baik yang berkaitan pendidikan bahasa, sastra, pendidikan moral, dan pendidikan karakter sehingga akan tercapai tujuan dari sebuah pendidikan itu sendiri.

b) Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa diharapkan dengan meneladani isi novel Amba ini akan

terbentuk karakter mahasiswa sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan budaya bangsa.

c) Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini bagi pembaca diharapkan dapat lebih memahami isi

novel Amba dan mengambil manfaat darinya. Selain itu, diharapkan pembaca

semakin jeli dalam memilih bahan bacaan (khusunya novel) dengan memilih noval-novel yang mengandung pesan moral yang baik dan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk sarana pembinaan watak diri pribadi (psikologi pribadi).

d) Bagi Peneliti yang Lain


(11)

commit to user

pijakan peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam terkait nilai yang terkandung dalam sebuah karya sastra melalui berbagai pendekatan penelitian.


(1)

commit to user

Kisah dalam sebuah novel pastilah mempunyai suatu sisi yang bisa ditonjolkan untuk diteliti sebagai bahan kajian suatu penelitian, seperti halnya novel karya Laksmi Pamuntjak ini, di dalamnya terdapat sisi-sisi menarik yang

dapat digunakan peneliti dalam meneliti novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

Hal ini dilihat dari segi isi maupun bentuk, pemilihan objek penelitian novel

Amba karya Laksmi Pamuntjak menarik untuk dikaji karena sepengetahuan peneliti novel ini belum pernah diteliti oleh siapapun dan novel ini juga menjadi salah satu dari sedikit literasi tentang peristiwa berlatar kegaduhan nasional di tahun 1965 yang ditulis dengan piawai dan cantik, sehingga novel ini menjadi karya yang layak dinikmati karena bukan hanya dari proses pengerjaannya yang membutuhkan waktu delapan tahun dan riset yang dikerjakan dengan serius namun karena novel ini dibuat dengan kesungguhan dan ketulusan

Secara psikologis, novel ini mampu menggambarkan kondisi psikologi seseorang yang mengalami permalasahan percintaan, seperti cinta segitiga, kasih tak sampai, dan pencarian cinta di masa lalu. Permasalahan inilah kemudian menimbulkan problem-problem yang menggambarkan watak dan prilaku manusia yang tercermin melalui tokoh utama maupun tokoh bawahan,

Dilihat dari segi nilai pendidikan karakter, novel Amba diketahui banyak

memberikan inspirasi bagi pembaca, hal itu berarti ada nilai-nilai positif yang dapat diambil dan direalisasikan oleh pembaca dalam kehidupan sehari-hari.

Dilihat dari segi kualitas pengarang, novel Amba karya Laksmi Pamuntjak

merupakan salah satu novel nasional best saller karena ditulis oleh pengarang


(2)

commit to user

Pamuntjak telah menulis dua buku kumpulan puisi, Laksmi juga tak ragu menulis beberapa bagian dari novel ini dan surat-surat Bhisma kepada Amba yang tak terkirimkan, dalam larik dan bait-bait puisi. Jadi tak perlu heran juga jika menemukan kutipan sajak Berthold Brech, Rosa Luxemburg maupun (Pablo) Neruda, dan tentu saja bait-bait dari Serat Centini yang bertaburan disana-sini

dalam novel Amba. Sebagai pengarang handal, Laksmi Pamuntjak memiliki

banyak prestasi yang telah dihasilkanya, antara lain: the Jakarta Good Food Gide,

Ellipsis, The Heralad UK, The Anagram, Perang, Langit, dan Dua Perempuan,

sebuah kumpulan cerpen yang diilhami sejumlah lukisan The Diary of R.S. dan

Musings on Art, dan dua terjemahan karya Goenawan Mohamad, Goenawan Muhammad: Selected Poems, dan On God and Other Unfinished Things.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, dapatlah dikatakan bahwa

novel Amba menceritakan kisah hidup dan psike seseorang dengan berbagai

masalah hidupnya, sehingga novel Amba layak untuk diteliti dengan

menggunakan pendekatan psikologi sastra. Pendekatan psikologis menurut Wellek dan Austin (2014: 81) menunjukkan empat model, yaitu 1) studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi, 2) studi proses kreatif, 3) studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra, dan 4) mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka permasalahan yang akan di bahas dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.


(3)

commit to user

1. Bagaimanakah kepribadian tokoh novel Amba karya Laksmi Pamuntjak?

2. Bagaimanakah konflik yang terjadi antara tokoh-tokoh novel Amba karya

Laksmi Pamuntjak?

3. Bagaimanakah psikologi das es (the id) tokoh-tokoh novel Amba karya

Laksmi Pamuntjak?

4. Bagaimanakah psikologi das ich (the ego) tokoh-tokoh novel Amba karya

Laksmi Pamuntjak?

5. Bagaimanakah psikologi das ueber ich (the superego) tokoh-tokoh novel

Amba karya Laksmi Pamuntjak?

6. Bagaimanakah nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel

Amba karya Laksmi Pamuntjak?

7. Bagaimanakah relevansi novel Amba karya Laksmi Pamuntjak dengan

pembelajaran sastra di perguruan tinggi?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan,

menjelaskan, dan mempresentasikan novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

2. Tujuan Khusus

Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:


(4)

commit to user

Laksmi Pamuntjak.

b) Mendeskripsikan dan menjelaskan konflik yang terjadi antara tokoh-tokoh

novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

c) Mendeskripsikan dan menjelaskan psikologi das es (the id) tokoh-tokoh

novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

d) Mendeskripsikan dan menjelaskan psikologi das ich (the ego) tokoh-tokoh

novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

e) Mendeskripsikan dan menjelaskan psikologi das ueber ich (the superego)

tokoh-tokoh novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

f) Mendeskripsikan dan menjelaskan nilai-nilai pendidikan karakter yang

terkandung dalam novel Amba karya Laksmi Pamuntjak.

g) Mendeskripsikan dan menjelaskan relevansi novel Amba karya Laksmi

Pamuntjak dengan pembelajaran sastra di perguruan tinggi.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis manfaat penelitian ini untuk melengkapi khasanah teori yang terkait dengan pembelajaran sastra. Hasil kajian ini diharapkan memberikan sumbangan terhadap keilmuan dalam mengapresiasi novel dan memberikan motivasi kepada penikmat sastra secara mendalam untuk akhirnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.


(5)

commit to user

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Dosen

Hasil penelitian ini memberikan gambaran bagi dosen tentang pendekatan psikologi sastra untuk menjadikan pedoman dalam pembelajaran sastra yang menarik, kreatif, dan inovatif. Selain itu novel ini bisa di jadikan sumber belajar dan media pembelajaran baik yang berkaitan pendidikan bahasa, sastra, pendidikan moral, dan pendidikan karakter sehingga akan tercapai tujuan dari sebuah pendidikan itu sendiri.

b) Bagi Mahasiswa

Bagi mahasiswa diharapkan dengan meneladani isi novel Amba ini akan

terbentuk karakter mahasiswa sesuai dengan watak dan kepribadian bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan budaya bangsa.

c) Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini bagi pembaca diharapkan dapat lebih memahami isi

novel Amba dan mengambil manfaat darinya. Selain itu, diharapkan pembaca

semakin jeli dalam memilih bahan bacaan (khusunya novel) dengan memilih noval-novel yang mengandung pesan moral yang baik dan dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk sarana pembinaan watak diri pribadi (psikologi pribadi).

d) Bagi Peneliti yang Lain


(6)

commit to user

pijakan peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam terkait nilai yang terkandung dalam sebuah karya sastra melalui berbagai pendekatan penelitian.