Bab 12 Peristiwa Tragedi Nasional dan Konflik konflik Internal Lainnya (1948 1965)

ab 12 ra ra aa a !" #$!" # %ra &a'a (1948 ) 1965*

*)*



263

+,%-%./ ,/G+0% /-%1/&
0/ !12&%!$!12&%! %+,/&
&/%3/ (1948 ) 1965*

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1981
Gambar 12.1 Pasukan TNI dikerahkan untuk menumpas pemberontakan
PKI/FDR Madiun di Gunung Kidul

a45 5a

Negara Republik Indonesia yang baru merdeka pada tanggal 17 Agustus

1945, dalam perjalanan sejarahnya banyak menemui gangguan yang ingin

memecah belah persatuan dan kesatuan. Gangguan-gangguan tersebut tidak
hanya dari Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia, tetapi juga dari
dalam negeri yang berupa pemberontakan-pemberontakan. Mengapa bisa
muncul pemberontakan? Apakah para pemberontak tersebut tidak menginginkan
NKRI berdiri kokoh? Lantas, bagaimana pemerintah menghadapi gangguangangguan tersebut. Tentu kalian ingin tahu jawabannya, bukan? Untuk itu, ikutilah
pembahasan materi berikut ini dengan cermat. Pembahasan materi berikut ini
akan membuat kalian mampu memahami pentingnya persatuan dan kesatuan
dalam menjaga keutuhan bangsa dan negara.

Di unduh dari : Bukupaket.com

264

/.

%- %6 55# -7/7

ra !%  7a5 a45 1948
Peristiwa Madiun (Madiun Affairs) adalah
sebuah konflik kekerasan yang terjadi di Jawa

Timur pada bulan September - Desember 1948.
Peristiwa ini diawali dengan diproklamasikannya
negara Republik Sovyet Indonesia pada tanggal
18 September 1948 di Madiun oleh Muso,
seorang tokoh Partai Komunis Indonesia yang
didukung oleh menteri pertahanan saat itu, Amir
Syarifuddin. Pada saat itu hingga era Orde Lama
peristiwa ini dinamakan Peristiwa Madiun
(Madiun Affairs) dan tidak pernah disebut sebagai
Pemberontakan PKI. Baru setelah Orde Baru
berkuasa dinamakan Pemberontakan PKI Madiun.

1. &aar  a#a

Sumber: 30 Tahun Indonesia
Merdeka, 1981
Gambar 12.2 Muso, tokoh
pemimpin PKI.

Pada bulan Februari 1948, PKI dan unsur-unsur kiri dari Partai Sosialis

Indonesia (PSI) termasuk Pesindo membentuk sebuah front bersama, yaitu
Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang dipimpin oleh Amir Syarifuddin.
Pada awalnya, Amir Syarifuddin adalah seorang perdana menteri. Kegagalan
diplomasi yang dijalankan oleh Kabinet Amir Syarifuddin menyebabkan Amir
jatuh dari jabatannya sebagai perdana menteri. Perundingan Renville yang
ditandatanganinya sangat merugikan bangsa Indonesia sebab membuat wilayah
Indonesia semakin sempit. Untuk itu, Amir Syarifudin melalui koalisi sayap
kirinya, FDR berusaha merebut kembali jabatannya sebagai perdana menteri.
FDR di bawah pimpinan Amir terus melakukan rongrongan terhadap Kabinet
Hatta. Pada tanggal 5 Juli 1948 kaum buruh yang berada di bawah pengaruh
FDR mengadakan pemogokan di pabrik karung Delanggu (Klaten), selama
lima hari kemudian terjadi bentrokan antara kelompok pemogok dengan Sarekat
Tani Islam Indonesia (STII), dan Organisasi Tani Masyumi yang menentang
pemogokan politik itu.
Bersamaan dengan kegiatan FDR, pada bulan Agustus 1948 Muso, seorang
tokoh senior PKI kembali dari Moskow. Ia mengadakan pembaruan struktur
organisasi politik biro PKI. Sekretariat umum dipegang oleh Muso, sedangkan
Amir Syarifuddin menjabat sekretaris urusan pertahanan.
Di bidang politik, Muso mengecam kebijaksanaan pemerintah dan strategi
perjuangan pemerintah. Ia menganggap revolusi Indonesia bersifat defensif,

karena itu akan menemui kegagalan. Kemudian Muso menyarankan agar dibentuk
Front Persatuan Nasional. Meski demikian, Kabinet Hatta tetap bertahan dan
melaksanakan program-programnya termasuk mengadakan rasionalisasi angkatan
perang. Kaum komunis merasa dirugikan dengan adanya rasionalisasi sebab
kebijakan tersebut akan mengenai kader-kader bersenjatanya. Oleh karena itu,
golongan komunis (Muso dan FDR) menentang keras kebijakan Hatta tersebut.

Di unduh dari : Bukupaket.com

ab 12 ra ra aa a !" #$!" # %ra &a'a (1948 ) 1965*

265

2. 8a a'a mbra#a
PKI mendorong dilakukannya demonstrasi dan pemogokan oleh kaum
buruh dan para petani. Kaum tani didorong supaya mengambil alih ladang milik
para tuan tanah mereka di daerah Surakarta dan daerah-daerah lainnya.
Pertentangan politik antara Kabinet Hatta dan FDR meningkat menjadi
insiden bersenjata di Solo. Insiden terjadi pada pertengahan bulan September
1948 antara simpatisan FDR/PKI dengan lawan-lawan politiknya dan juga

tani yang pro dengan pemerintah. Pada tanggal 17 September 1948, Divisi
Siliwangi berhasil memukul mundur para pendukung PKI dari Solo, mereka
kemudian mundur ke Madiun.
Setelah terjadi insiden bersenjata di
Solo, pada tanggal 18 September 1948
di Madiun oleh para tokoh PKI diproklamasikan berdirinya Republik Soviet
Indonesia dengan Muso sebagai
presidennya dan Amir Syarifuddin sebagai
perdana menterinya. Sementara itu, para
pendukung PKI berhasil merebut tempattempat yang strategis di Madiun, seperti
radio Gelora Pemuda dan kota Madiun.
Selain itu, para pendukung PKI juga membunuh para tokoh yang pro pemerintah
dan Muso mengumumkan lewat berbagai
media bahwa suatu pemerintahan front
nasional telah terbentuk.
Pada tanggal 19 September 1948
sekitar 200 orang anggota PKI dan
30 Tahun Indonesia Merdeka, 1981
pemimpin-pemimpin golongan kiri yang Sumber:
Gambar 12.3 Berita yang disiarkan

masih berada di Yogyakarta ditangkap.
oleh koran PKI.

3. 19ra 5m9aa ra 7a5 (!%*
Dengan pecahnya pemberontakan PKI di Madiun, pemerintah segera
mengambil tindakan-tindakan untuk menumpasnya. Panglima Besar Sudirman
menyampaikan kepada pemerintah bahwa TNI dapat menumpas pasukanpasukan pendukung Muso dalam waktu dua minggu.
Kekuatan pasukan pendukung Muso digempur dari dua arah, yaitu dari Barat
oleh pasukan Divisi II di bawah pimpinan Kolonel Gatot Subroto yang diangkat
menjadi gubernur militer wilayah II (Semarang - Surakarta) tanggal 15 September
1948, dan pasukan dari Divisi Siliwangi. Sementara itu, dari Timur diserang oleh
pasukan dari Divisi I di bawah pimpinan Kolonel Sungkono yang diangkat menjadi
gubernur militer Jawa Timur, serta pasukan Mobile Brigade Besar (MBB) Jawa
Timur di bawah pimpinan M. Yasin pada tanggal 19 September 1948.

Di unduh dari : Bukupaket.com

266

%- %6 55# -7/7


Pada tanggal 30 September
1948 pukul 16.15 WIB kota Madiun
berhasil direbut kembali. Kaum
pemberontak meninggalkan kota
Madiun dan terus dikejar-kejar oleh
pasukan pro pemerintah ke wilayahwilayah pedesaan. Aidit dan Lukman
melarikan diri ke Cina dan Vietnam.
Pada tanggal 31 Oktober 1948 Muso
tewas dalam suatu pertempuran
kecil. Kemudian, Amir Syarifudin dan
segerombolan tentara yang berjumlah
2.000 orang ditangkap dan ditembak
mati oleh TNI.

.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1981
Gambar 12.4 Amir Syarifuddin berhasil
ditangkap oleh TNI.


r a#a -a  #  rbaa 0ara4
Menjelang bergabungnya RI dan RIS ke dalam NKRI, di berbagai daerah
muncul pemberontakan. Pemberontakan-pemberontakan tersebut terutama
dilatarbelakangi oleh adanya rasa tidak puas terhadap pembentukan RIS, dan
adanya ketidakpuasan pemerintah daerah atas kebijakan pemerintah pusat.
Berikut ini beberapa pemberontakan yang terjadi di daerah.

1. /#aa ra ,a5 / (/,/*
Gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) dipimpin oleh Kapten Raymond
Westerling. Gerakan ini didalangi oleh kolonialis Belanda yang ingin mengamankan
kepentingan ekonominya di Indonesia. Munculnya gerakan ini didasari atas
kepercayaan rakyat akan datangnya Ratu Adil yang akan memerintah rakyat
dengan adil dan bijaksana seperti yang terdapat dalam ramalan Jayabaya.
Tujuan gerakan APRA yaitu keinginan untuk mempertahankan bentuk federal di Indonesia dan mempertahankan tentara tersendiri di negara-negara bagian
RIS. Pada bulan Januari 1950, APRA mengajukan ultimatum kepada pemerintah
RIS dan negara Pasundan, dan keberadaan tentara Pasundan tetap
dipertahankan. Namun, ultimatum tersebut tidak ditanggapi oleh pemerintah
RIS. Untuk melaksanakan gerakannya, pada tanggal 23 Januari 1950 dengan
menggunakan taktik gerak cepat pasukan APRA menyerang kota Bandung.

Untuk menumpas pemberontakan APRA, pemerintah RIS segera
mengirimkan bala bantuan ke Bandung. Sementara itu, Perdana Menteri RIS,
Drs. Moh. Hatta mengadakan perundingan dengan Komisaris Tinggi Belanda
Mayor Jenderal Engels. Hasil perundingan itu adalah agar Mayor Jenderal Engels
(komandan tentara Belanda di Bandung) mendesak Westerling untuk segera
meninggalkan kota Bandung. Setelah meninggalkan kota Bandung, pasukan
APRA menyebar ke berbagai tempat.

Di unduh dari : Bukupaket.com

ab 12 ra ra aa a !" #$!" # %ra &a'a (1948 ) 1965*

267

Selain ke Bandung, gerakan APRA juga diarahkan ke Jakarta. Di Jakarta,
Westerling mengadakan kerja sama dengan Sultan Hamid II yang menjadi menteri
negara tanpa portofolio di dalam kabinet RIS. Menurut rencananya, APRA
menyerang gedung tempat diadakannya sidang kabinet. Tetapi berkat kesiagaan
APRIS, usaha APRA di Jakarta juga mengalami kegagalan. Westerling sendiri
pada tanggal 22 Februari 1950 meninggalkan Indonesia menuju Malaya.


2. mbra#a / /:
Pemberontakan Andi Azis terjadi di Sulawesi Selatan di bawah pimpinan
Kapten Andi Azis, bekas perwira KNIL yang baru diterima ke dalam APRIS.
Latar belakang pemberontakan ini adalah sikap Andi Azis yang menolak
masuknya pasukan APRIS dari TNI ke Sulawesi Selatan. Selain itu, mereka juga
menginginkan untuk mempertahankan keutuhan Negara Indonesia Timur (NIT).
Sementara itu, di Makassar sendiri terjadi ketegangan karena adanya demonstrasi
antara rakyat yang antifederal dengan rakyat yang setuju dengan sistem federal.
Untuk mengatasi pemberontakan Andi Azis, pemerintah pusat RIS pada
tanggal 6 April 1950 mengeluarkan ultimatum yang menginstruksikan agar Andi
Azis dalam waktu 4 × 24 jam datang ke Jakarta
untuk melaporkan diri dan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia juga diperintahkan agar
menarik pasukannya, menyerahkan semua senjata,
dan melepaskan semua tawanan. Akan tetapi,
panggilan tersebut tidak dihiraukan Andi Azis.
Tindakan Andi Azis yang tidak segera datang ke
Jakarta dalam batas yang telah ditentukan dianggap
pemberontakan.
Oleh karena itu, pemerintah pusat mengirimkan

pasukan ekspedisi ke Sulawesi di bawah pimpinan
Kolonel Alek E. Kawilarang untuk menangkap Andi
Sumber: Ensiklopedi Nasional
Azis. Akhirnya, pada tanggal 15 April 1950 atas
Indonesia Jilid 8, 1990
desakan Presiden NIT Sukawati, Andi Azis
Gambar 12.5 Kolonel Alek
menyerahkan diri kepada pemerintah RIS. Ia diadili
E. Kawilarang.
dalam suatu Mahkamah Militer di Yogyakarta.

3. mbra#a ,95b # 7a 5#5 - aa (,7-*
Republik Maluku Selatan (RMS) didirikan oleh Mr. Dr. Christian Robert
Steven Soumokil, mantan jaksa agung NIT pada tanggal 25 April 1950.
Sebenarnya Soumokil ikut mendalangi pemberontakan Andi Azis, namun setelah
muncul tanda-tanda kegagalan ia melarikan diri ke Maluku Tengah dan
memusatkan gerakannya di Ambon.
Pada awalnya, pemerintah RIS ingin menyelesaikan masalah ini secara
damai dengan jalan mengirimkan dr. Leimena. Tetapi misi damai ini ditolak
oleh Soumokil. Penolakan Soumokil ini mendorong pemerintah RIS untuk
mengirimkan ekspedisi militer ke Maluku yang dipimpin oleh Kolonel Alek E.
Kawilarang. Ekspedisi ini disebut Gerakan Operasi Militer II (GOM II).

Di unduh dari : Bukupaket.com

268

%- %6 55# -7/7

Pada tanggal 3 November 1950, pasukan APRIS berhasil menguasai Ambon
dan merebut Benteng Nieuw Victoria. Dalam perebutan benteng tersebut,
Letnan Kolonel Slamet Riyadi gugur. Dengan jatuhnya Ambon, maka perlawanan RMS praktis dapat dipatahkan. Soumokil dengan sisa pasukannya
melarikan diri ke pedalaman Pulau Seram. Akhirnya, pada tanggal 2 Desember
1953 Soumokil dapat ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

4. Gra#a 0ar5 % am;ara % am %a (0%;%%*
Pemberontakan DI/TII merupakan suatu usaha untuk mendirikan negara
Islam di Indonesia dengan mengganti dasar negara Pancasila dan membentuk
kekuatan bersenjata di luar tubuh TNI. Pemberontakan DI/TII terjadi di
berbagai daerah di Indonesia antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Aceh,
Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.

a. mbra#a 0%;%%  8aa ara
Gerakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh
Sekarmadji Maridjan Kartosuwiryo. Gerakan ini
muncul pada waktu terjadi penarikan pasukan TNI
dari wilayah yang diduduki Belanda ke wilayah RI
sebagai akibat adanya Persetujuan Renville. Namun
S.M. Kartosuwiryo tidak mau mengikuti ketentuan
persetujuan Renville. Bahkan mereka memutuskan
untuk tetap tinggal di Jawa Barat dan membentuk
Gerakan Darul Islam (DI). Pada tanggal 7 Agustus
Sumber: Ensiklopedi Umum
1949, SM. Kartosuwiryo secara resmi menyatakan
untuk Pelajar Jilid 3, 2005
berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) dan seluruh
Gambar 12.6 Sekarmadji
Maridjan Kartosuwiryo.
pasukannya dijadikan Tentara Islam Indonesia (TII).
Usaha penumpasan Gerakan DI/TII di
Jawa Barat memakan waktu yang lama. Hal
ini disebabkan kesibukan TNI untuk
S.M. Kartosuwiryo adalah pememadamkan pemberontakan PKI di
mimpin DI di Jabar (1946 Madiun dan melawan agresi militer Belanda.
1962). Pada masa pergerakan
Akhirnya pada tanggal 4 Juni 1962, melalui
nasional ia tergabung dalam SI.
operasi Pagar Betis, pasukan TNI bersama
Pada masa pendudukan Jepang
bergabung dalam MIAI. Setelah
rakyat berhasil menghancurkan Gerakan
Indonesia merdeka menjadi
DI/TII. SM. Kartosuwiryo sendiri
pengurus besar Masyumi. Ketika
tertangkap di Gunung Geber, Majalaya dan
RI kalah dalam Perundingan
selanjutnya dijatuhi hukuman mati.
Renville, ia memproklamasikan

b. mbra#a 0%;%%  8aa
a4

Negara Islam Indonesia dan
melakukan pemberontakan.

Gerakan DI/TII di Jawa Tengah dipimpin oleh Amir Fatah. Gerakan ini mempunyai tujuan yang sama dengan DI/TII di Jawa Barat, yaitu ingin mendirikan
Negara Islam Indonesia.

Di unduh dari : Bukupaket.com

ab 12 ra ra aa a !" #$!" # %ra &a'a (1948 ) 1965*

269

Pada tanggal 23 Agustus 1949, ia memproklamasikan berdirinya Darul
Islam di desa Pangarasan, Tegal. Pasukannya kemudian diberi nama Tentara
Islam Indonesia (TII). Gerakan Amir Fatah yang menamakan diri Majelis Islam
beroperasi di beberapa daerah, seperti Brebes, Tegal, Kebumen, dan Pekalongan.
Pada awalnya, pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah sudah mulai
terdesak oleh TNI. Namun, pada tahun 1952 mereka menjadi kuat kembali
setelah adanya pemberontakan Batalyon 423 dan 426. Untuk menumpas
gerakan DI/TII di Jawa Tengah ini, pemerintah membentuk pasukan khusus
yang disebut Banteng Raiders. Dengan pasukan khusus ini segera dilakukan
serangkaian operasi kilat yang disebut Gerakan Banteng Negara (GBN).
Akhirnya, pada tahun 1954 GBN ini berhasil menumpas Gerakan DI/TII di
Jawa Tengah. Sisa-sisa gerakan ini kemudian masuk ke hutan-hutan di Gunung
Merapi dan Merbabu serta melakukan berbagai perampokan, pembunuhan,
dan kerusuhan lainnya. Oleh karena itu, gerakan ini dikenal dengan Gerakan
Merapi Merbabu Complex (MMC).