Tinjauan Yuridis Terhadap Klausul Larangan Menikah Dan Hamil Dalam Kontrak Kerja Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSUL LARANGAN
MENIKAH DAN HAMIL DALAM KONTRAK KERJA
DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13
TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
EDUWARD IJAKUS SAKTI
ABSTRAK
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
sedang giat-giatnya melakukan pembangunan nasional. Pembangunan di
bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor pendukung untuk
tercapainya pembangunan nasional, Pembangunan ketenagakerjaan
salah satunya terfokus pada perlindungan hukum terhadap tenaga kerja.
Di dalam praktek hubungan kerja antara pemberi kerja dan pekerja masih
banyak dijumpai adanya penyimpangan pelaksanaan pembuatan
perjanjian kerja. Salah satunya perjanjian kerja yang dibuat oleh pemberi
kerja dengan mencantumkan klausul larangan menikah dan hamil dengan
disertai sanksi atas pelanggaran larangan tersebut yang ditujukan kepada
pekerja. Keabsahan dari klausul larangan menikah dan hamil serta
sanksinya sendiri masih menjadi perdebatan diantara pemerintah, pemberi
kerja, tenaga kerja serta para pemerhati bidang ketenagakerjaan lainnya
yang tentunya terkait dengan perlindungan tenaga kerja. Sehingga
diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai keabsahan dari
keberadaan klausul larangan menikah dan hamil serta sanksi untuk
terjaminnya perlindungan tenaga kerja dengan memberi kepastian hukum
dan juga berkaitan dengan tercapainya pembangunan nasional.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode
yuridis normatif yaitu metode yang menitikberatkan pada penelitian data
sekunder diantaranya bahan hukum primer seperti undang-undang, bahan
hukum sekunder seperti artikel, makalah dan bahan hukum tersier.
Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskripif analistis seehingga
didapatkan gambaran yang komprehensif melalui suatu proses analisis
dengan menggunakan teori dan peraturan hukum yang berlaku.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini pertama
adalah bahwa klausul larangan menikah dan hamil yang terdapat dalam
perjanjian kerja tidaklah suatu klausul yang mempunyai keabsahan sesuai
dengan syarat sah perjanjian. Sehingga seharusnya pemberi kerja tidak
mencantumkan larangan menikah dan hamil dalam kontrak kerja tersebut.
Kedua, perlindungan terhadap pekerja yang menikah dan hamil terkait
adanya larangan tersebut juga dijamin haknya oleh pemerintah melalui
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.
MENIKAH DAN HAMIL DALAM KONTRAK KERJA
DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13
TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN
EDUWARD IJAKUS SAKTI
ABSTRAK
Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang
sedang giat-giatnya melakukan pembangunan nasional. Pembangunan di
bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu sektor pendukung untuk
tercapainya pembangunan nasional, Pembangunan ketenagakerjaan
salah satunya terfokus pada perlindungan hukum terhadap tenaga kerja.
Di dalam praktek hubungan kerja antara pemberi kerja dan pekerja masih
banyak dijumpai adanya penyimpangan pelaksanaan pembuatan
perjanjian kerja. Salah satunya perjanjian kerja yang dibuat oleh pemberi
kerja dengan mencantumkan klausul larangan menikah dan hamil dengan
disertai sanksi atas pelanggaran larangan tersebut yang ditujukan kepada
pekerja. Keabsahan dari klausul larangan menikah dan hamil serta
sanksinya sendiri masih menjadi perdebatan diantara pemerintah, pemberi
kerja, tenaga kerja serta para pemerhati bidang ketenagakerjaan lainnya
yang tentunya terkait dengan perlindungan tenaga kerja. Sehingga
diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai keabsahan dari
keberadaan klausul larangan menikah dan hamil serta sanksi untuk
terjaminnya perlindungan tenaga kerja dengan memberi kepastian hukum
dan juga berkaitan dengan tercapainya pembangunan nasional.
Metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode
yuridis normatif yaitu metode yang menitikberatkan pada penelitian data
sekunder diantaranya bahan hukum primer seperti undang-undang, bahan
hukum sekunder seperti artikel, makalah dan bahan hukum tersier.
Spesifikasi penelitian yang digunakan adalah deskripif analistis seehingga
didapatkan gambaran yang komprehensif melalui suatu proses analisis
dengan menggunakan teori dan peraturan hukum yang berlaku.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini pertama
adalah bahwa klausul larangan menikah dan hamil yang terdapat dalam
perjanjian kerja tidaklah suatu klausul yang mempunyai keabsahan sesuai
dengan syarat sah perjanjian. Sehingga seharusnya pemberi kerja tidak
mencantumkan larangan menikah dan hamil dalam kontrak kerja tersebut.
Kedua, perlindungan terhadap pekerja yang menikah dan hamil terkait
adanya larangan tersebut juga dijamin haknya oleh pemerintah melalui
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan.