ANALISIS YURIDIS PEMBAYARAN MAHAR CALON MEMPELAI PRIA TERHADAP CALON MEMPELAI WANITA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM SUMATRA BARAT DIKAITKAN DENGAN UU NO.1 TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI).
ANALISIS YURIDIS PEMBAYARAN MAHAR CALON MEMPELAI PRIA
TERHADAP CALON MEMPELAI WANITA MENURUT HUKUM ISLAM
DAN HUKUM SUMATRA BARAT DIKAITKAN DENGAN UU NO.1
TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI)
Braun Yanuardi Akbar
110110060394
Abstrak
Rukun dan syarat perkawinan salah satunya adalah mahar ,
dalam pelaksananya mahar sering diberikan dari pihak laki-laki kepada
pihak perempuan, akan tetapi di daerah - daerah tertentu di Indonesia
mahar diberikan dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki. Dan mahar
merupakan sesuatu hal yang wajib dipenuhi oleh seseorang laki laki yang
hendak melakukan akad nikah dalam hal ini berupa harta atau pekerjaan
yang diberikan kepada pihak perempuan sebagai sebuah penganti dan
menurut kesepakatan kedua belah pihak maupun dari yang melaksanakan
pernikahan tersebut.Maha juga dikenal dalam masyarakat hukum adat
salah satunya dalam Adat Minangkabau.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan bersifat yuridis
normatif yaitu penelitian yang dititikberatkan pada penggunaan data
sekunder yang berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier baik
berupa peraturan perundang-undangan, literatur hukum serta bahanbahan lain yang mempunyai hubungan dengan tinjauan yuridis terhadap
analisis yuridis pembayaran mahar calon mempelai pria terhadap calon
mempelai wanita menurut hukum islam dikaitkan dan hukum sumatra
barat dikaitkan dengan uu no 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan pertama status
ke absahan mahar atau maskawin menurut Fuqaha berpendapat bahwa
memberikan mahar hukumnya wajib. Hal ini didasarkan pada firman Allah
swt. dan sunnah Rasul-Nya.Hukum Adat Minangkabau tidak mengatur
tentang mahar,dalam hal ini Adat Minangkabau menggikuti aturan Hukum
Islam tentang pemberian Mahar. Sedangkan KHI intruksi Presiden No 1
Tahun 1991 mengatur Mahar dalam Pasal 30 sampai dengan 38.Kedua
Akibat pembayaran mahar yang diutang adalah jangka waktu pembayaran
hutang mahar tidak punya masa yang baku. Semua bergantung pada
kesepakatan antara suami dan isteri. Bisa saja setahun, lima tahun,
sepuluh tahun bahkan sepanjang hayat hingga wafat. Hukum Adat
Minangkabau Mengatur tentang Mahar yang belum dibayar,maka si istri
menganggap mahar itu bisa menjadi hilang.
iv
TERHADAP CALON MEMPELAI WANITA MENURUT HUKUM ISLAM
DAN HUKUM SUMATRA BARAT DIKAITKAN DENGAN UU NO.1
TAHUN 1974 DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM (KHI)
Braun Yanuardi Akbar
110110060394
Abstrak
Rukun dan syarat perkawinan salah satunya adalah mahar ,
dalam pelaksananya mahar sering diberikan dari pihak laki-laki kepada
pihak perempuan, akan tetapi di daerah - daerah tertentu di Indonesia
mahar diberikan dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki. Dan mahar
merupakan sesuatu hal yang wajib dipenuhi oleh seseorang laki laki yang
hendak melakukan akad nikah dalam hal ini berupa harta atau pekerjaan
yang diberikan kepada pihak perempuan sebagai sebuah penganti dan
menurut kesepakatan kedua belah pihak maupun dari yang melaksanakan
pernikahan tersebut.Maha juga dikenal dalam masyarakat hukum adat
salah satunya dalam Adat Minangkabau.
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan bersifat yuridis
normatif yaitu penelitian yang dititikberatkan pada penggunaan data
sekunder yang berupa bahan hukum primer, sekunder, dan tersier baik
berupa peraturan perundang-undangan, literatur hukum serta bahanbahan lain yang mempunyai hubungan dengan tinjauan yuridis terhadap
analisis yuridis pembayaran mahar calon mempelai pria terhadap calon
mempelai wanita menurut hukum islam dikaitkan dan hukum sumatra
barat dikaitkan dengan uu no 1974 dan Kompilasi Hukum Islam (KHI).
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan pertama status
ke absahan mahar atau maskawin menurut Fuqaha berpendapat bahwa
memberikan mahar hukumnya wajib. Hal ini didasarkan pada firman Allah
swt. dan sunnah Rasul-Nya.Hukum Adat Minangkabau tidak mengatur
tentang mahar,dalam hal ini Adat Minangkabau menggikuti aturan Hukum
Islam tentang pemberian Mahar. Sedangkan KHI intruksi Presiden No 1
Tahun 1991 mengatur Mahar dalam Pasal 30 sampai dengan 38.Kedua
Akibat pembayaran mahar yang diutang adalah jangka waktu pembayaran
hutang mahar tidak punya masa yang baku. Semua bergantung pada
kesepakatan antara suami dan isteri. Bisa saja setahun, lima tahun,
sepuluh tahun bahkan sepanjang hayat hingga wafat. Hukum Adat
Minangkabau Mengatur tentang Mahar yang belum dibayar,maka si istri
menganggap mahar itu bisa menjadi hilang.
iv