Status Perkawinan Menurut Hukum Islam Akibat Penyangkal Agama dari Pasangan Suami atau Istri dikaitkan dengan UU No. 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam.

ABSTRAK

Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan yang sah menurut UU
Perkawinan Pasal 2 ayat (1) adalah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agama dan kepercayaannya. Akan tetapi akan timbul permasalahan apabila salah satu
pihak baik suami atau isteri menyangkal agama atau kepercayaannya setelah
melakukan perkawinan tersebut. Salah satu contohnya yang terjadi di dalam
perkawinan antara Asmirandah dan Jonas Rivanno yang salah satunya menyangkal
suatu agama atau kepercayaannya. Dalam kasus ini pihak suami yaitu Jonas Rivanno
yang awal mulanya memeluk agama Kristen, berpindah agama menjadi Islam agar
dapat melangsungkan perkawinan dengan Asmirandah yang beragama Islam. Namun
setelah melangsungkan perkawinannya, Jonas Rivanno menyangkal bahwa dia sudah
berpindah agama menjadi Islam dan masih memeluk agama Kristen. Hal tersebut yang
mengakibatkan pihak isteri yaitu Asmirandah melakukan pengajuan pembatalan
perkawinan. Sehingga menimbulkan permasalahan mengenai status perkawinan jika
pasangan suami atau isteri melakukan penyangkalan agama dan tindakan hukum yang
dilakukan isteri jika suami melakukan tindakan penyangkalan agama menurut UU
Perkawinan dan KHI.
Penulisan ini menggunakan metode pendekatan yuridis normatif dengan meneliti

data sekunder, bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukun tersier
serta data primer yang diperoleh dari hasil wawancara. Spesifikasi penulisan ini adalah
deskriptif analitis yaitu menggambarkan, menelaah dan menganalisis secara sistematis,
secara faktual serta secara akurat dari objek penulisan itu sendiri. Tahap penulisan
melalui studi kepustakaan dan studi lapangan. Metode analisis data penelitian ini
normatif kualitatif.
Berdasarkan hasil analisa diperoleh kesimpulan bahwa menurut UU Perkawinan,
perkawinan mereka tetap sah. Hal tersebut dikarenakan masih tercatat di Kantor
Urusan Agama (KUA), selama suami tidak menjatuhkan cerai talak dan tidak adanya
putusan cerai dari Pengadilan. Akan tetapi, menurut Hukum Islam, perkawinan tersebut
menjadi tidak sah akibat dari tindakan suami yang melakukan penyangkalan status
agama atau kepercayaannya dan mereka tidak lagi terikat dalam suatu perkawinan
yang sah menurut agama Islam dan jika diteruskan maka hubungan biologis mereka
hukumnya adalah zina. Kemudian tindakan hukum yang dapat dilakukan oleh seorang
isteri jika suaminya telah melakukan tindakan penyangkalan tentang status agama atau
kepercayaannya menurut UU Perkawinan adalah pembatalan perkawinan.

iv