HUBUNGDEN Hubungan Antara Lama Pajanan Intensitas Kebisingan Dengan Penurunan Daya Dengar Pada Tenaga Kerja Di Unit Utility PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karangannyar.

(1)

HUBUNG DEN

KE

GAN ANTA NGAN PEN ERJA DI U

KEMIRI A Memp PROGRAM F UNIVERS ARA LAMA NURUNAN UNIT UTILI

I, KEBAKR

ARTIKEL P

Memenuh peroleh Ijaza

Di

NAN J

M STUDI K FAKULTAS

ITAS MUH

A PAJANAN DAYA DE ITY PT. IND RAMAT, KA

PUBLIKAS

hi Salah Satu ah S1 Keseh

isusun Oleh

NIK SUSAN 410 090 046

KESEHATA S ILMU KE HAMMADIY 2013 N INTENSIT NGAR PAD DO ACIDAT ARANGAN SI ILMIAH u Syarat hatan Masyar : NTI 6 AN MASYA SEHATAN YAH SURA TAS KEBIS DA TENAG TAMA Tbk NNYAR rakat ARAKAT N AKARTA SINGAN GA k.


(2)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYRAKAT

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Jl. A. Yani Pabelan Tromol I Pos Kartasura Telp (0271) 717417 Surakarta 57102

SURAT PERSETUJUAN ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Pembimbing I : Tarwaka, PGDip, Sc., M. Erg

NIP : 19640929 1988031019

Pembimbing II : dr. Hardjanto, Ms., SpOk

NIK : -

Telah membaca dan mencermati Naskah Artikel Publikasi Ilmiah, yang merupakan ringkasan skripsi dari mahasiswa:

Nama : Nanik Susanti

NIM : J 410 090 046

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Judul Skripsi : Hubungan Antara Lama Pajanan Intensitas Kebisingan Dengan Penurunan Daya Dengar Pada Tenaga Kerja Di Unit Utility PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karangannyar

Naskah Artikel tersebut, layak dan dapat disetujui untuk dipublikasikan. Demikian persetujuan ini dibuat semoga dapat digunakan seperlunya

Surakarta, Oktober 2013


(3)

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAJANAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN PENURUNAN DAYA DENGAR PADA TENAGA KERJA DI UNIT

UTILITY PT. INDO ACIDATAMA Tbk. KEMIRI, KEBAKRAMAT, KARANGANNYAR

Nanik Susanti J 410 090 046

Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan Surakarta 57162

Abstrak

Kebisingan merupakan salah satu faktor penyebab timbulnya penyakit akibat kerja terutama gangguan pendengaran. Proses kerja produksi PT. Indo Acidatama Tbk. terdiri dari unit Utility yang dalam keadaan diruang Compressor sangat bising yang ditimbulkan dari mesin-mesin produksi sehingga menyebabkan kebisingan dalam lingkungan perusahaan dan mengakibatkan tenaga kerja dapat terpapar langsung. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di unit Utility PT. Indo Acidatama Tbk. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survai analitik dengan pendekatan Cross Sectional dan jenis rancangan One-Shot Case Study. Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan pada bagian Utility

yang berjumlah 42 orang. Pemilihan sampel menggunakan Purposive Sampling. Responden yang memenuhi kriteria adalah 20 orang. Sebagian besar responden berusia >40 tahun dengan kelompok masa kerja >5 tahun. Uji statistik dengan Korelasi Pearson Product Moment menggunakan SPSS versi 21. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p value = 0,000 < 0,05 sehingga ada hubungan yang signifikan antara lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar, serta diperoleh nilai r=0,833 pada telinga kanan dan r=0,817 untuk telinga kiri dengan tingkat hubungan sangat kuat. Jadi semakin lama terkena pajanan kebisingan maka semakin menurun tingkat daya dengarnya.

Kata kunci : Lama Pajanan, Intensitas Kebisingan, Daya Dengar .

Abstract

The noise is one of the factors causing sickness as the effect of work especially on the hearing disorder. The production process of PT. Indo Acidatama Tbk. consists of Utility unit which is situated indoors in the very noise Compressor room caused by production machines so that it causes the noise in the factory environment and causes the workers were related directly. This research was aimed to find out the correlation between the exposition duration of noise intensity and the decline of the workers’ hearing ability at the utility unit of PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri,


(4)

Kebakkramat, Karanganyar. This research used an analytical survey with Cross Sectional Approach. The population in this research were the workers who work in the Utility section with the total number 42 people. The purposive sampling was used to determine the samples. The respondents who fulfilled the criteria were 20 people. Most of the respondents were more than 40 years old with working experience for more than 5 years. The statistic test used was Pearson Product Moment Correlation with SPSS version 21. The statistic test result showed p value = 0.000 < 0.05, so that there was a significant correlation between the exposition duration of noise intensity and the decline of the workers’ hearing ability, and it was achieved value r = 0.833 on the right ear and r = 0.817 on the left ear with a very strong correlation. So the longer they got noise, the more decline their hearing ability was.

Key Words : Exposition Duration, Noise Intensity, Hearing Ability

PENDAHULUAN

Perkembangan pembangunan industri di Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyak industri yang berdiri di Indonesia. Dalam penggunaan teknologi maju tidak dapat dihindarkan terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

mekanisme, elektifikasi, dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Sehingga dalam keadaan tersebut penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan-bahan berbahaya akan terus meningkat sesuai kebutuhan industrilisasi (Tarwaka, 2008).

Kebisingan merupakan salah satu aspek terpenting dalam hygiene industri

karena kebisingan dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas tenaga kerja. Kerusakan yang terjadi diantaranya adalah kerusakan pendengaran secara sementara maupun permanen. Selain itu kebisingan yang terus menerus dapat menurunkan konsentrasi pekerja dan mengakibatkan stres sehingga kecelakaan kerja dapat terjadi (Anizar, 2012).


(5)

Kebisingan lingkungan kerja merupakan masalah utama pada kesehatan kerja di berbagai negara. Setidaknya terdapat 7 juta orang sekitar 35% dari total populasi industri di Amerika dan Eropa yang terpajan bising 85 dB atau lebih. Ketulian yang terjadi dalam industri merupakan masalah utama yang menempati urutan pertama dalam daftar penyakit akibat kerja di negara tersebut. Di negara Amerika lebih dari 5,1 juta pekerja terpajan bising dengan intensitas tinggi yaitu lebih dari 85 dB. Sedangkan di negara Polandia diperkirakan 600.000 dari 5 juta pekerja industri mempunyai risiko terpajan bising sekitar 25% dari jumlah yang terpajan terjadinya gangguan pendengaran akibat kebisingan. Dari seluruh penyakit akibat kerja dapat diidentifikasi pada penderita tuli akibat bising lebih dari 36 kasus baru dari 100.000 pekerja setiap tahun (Soetjipto, 2007).

Paparan kebisingan tingkat tinggi dapat menyebabkan gangguan pendengaran permanen. Gangguan pendengaran akibat kebisingan akan membatasi kemampuan seseorang untuk mendengar suara frekuensi tinggi, dan mengganggu kemampuan dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Daya dengar seseorang dalam menangkap suara sangat dipengaruhi oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor internal meliputi umur, kondisi kesehatan maupun riwayat penyakit yang pernah diderita, obat-obatan, dan sebagainya. Sedangkan faktor eksternal dapat meliputi masa kerja, tingkat intensitas suara di sekitarnya, lama terpajan dengan kebisingan, karakteristik kebisingan serta frekuensi suara yang ditimbulkan (Patrick, 1990) dalam (Tarwaka dkk, 2004).


(6)

Berasarkan penelitian Umeda (2010) menunjukkan bahwa intensitas bising, frekuensi, masa kerja, alat pelindung diri, dan umur mempengaruhi penurunan daya dengar telinga kanan dan kiri secara signifikan.

PT. Indo Acidatama Tbk. merupakan perusahaan industri kimia yang didirikan pada tahun 1983 dengan status Penanaman Modal Dalam Negeri yang badan hukumnya berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dan pengembangan perusahaan dimulai bulan Juni 1987. Perusahaan merupakan penghasil produksi

Ethanol terbesar di Indonesia, selain memproduksi Ethanol juga memproduksi

Acetic acid, dan Ethyl Acetate. Berdasarkan data audit internal PT. Indo

Acidatama Tbk tahun 2010 kebisingan yang berada di unit compressor yaitu

mesin turbo I (off) 94 dBA, turbo II (off) 92 dBA, piston I (on) 96 dBA, piston II

(off) 93 dBA, piston III (off) 89 dBA, ruang panel 75 dBA, dan ruang mekanik 89

dBA. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor Per. 13/Men/2011 kebisingan di unit tersebut melebihi ambang batas (NAB) yang telah ditentukan yaitu 85 dBA.

Berdasarkan survai pendahuluan pada unit Utility yang merupakan

prasarana pendukung kelancaran proses produksi, dalam keadaan diruang

compressor sangat bising, bising tersebut ditimbulkan dari mesin-mesin produksi

sehingga mengakibatkan tenaga kerja dapat terpapar langsung. Jika berada di dalam ruangan tersebut ketika berkomunikasi dengan tenaga kerja yang lain harus dengan suara yang keras hal ini disebabkan oleh suara mesin pada ruangan tersebut sangat bising. Sebagian besar tenaga kerja sudah bekerja selama >5 tahun di unit tersebut sehingga dapat memungkinkan terjadinya gangguan pendengaran


(7)

akibat suara bising pada mesin tersebut dan usia tenaga kerja sebagian besar >40 tahun.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di Unit Utility PT. Indo Acidatama Tbk Kemiri,

Kebakkramat, Karanganyar.

Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan antara lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di Unit Utility PT. Indo

Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. 2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengukur intensitas kebisingan di Unit Utility.

b. Untuk mengetahui penurunan daya dengar pada tenaga kerja di Unit

Utility.

c. Untuk mengetahui hubungan antara lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di Unit Utility.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survai analitik, yaitu dimana peneliti mencoba menggali bagamana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan di unit Utility PT. Indo Acidatama


(8)

Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karangannyar pada bulan Juni 2013. Sampel yang digunakan sebanyak 20 dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Analisis univariat dengan menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat dengan menggunakan uji statistik korelasi Pearson Product Moment dengan

tingkat signifikansi 0,05. Jika nilai p < 0,05 maka Ho ditolak dan jika nilai p ≥ 0,05 maka Ho diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

1. Hasil Pengukuran Intensitas Kebisingan

Berdasarkan hasil pengukuran intensitas kebisingan di lingkungan kerja di unit utility diperoleh hasil pengukuran yaitu pada mesin piston 1

didapat nilai rata-rata 90 dB(A), mesin piston 2 nilai rata-rata 90 dB(A), mesin piston 3 nilai rata-rata 92 dB(A), ruang operator nilai rata-rata 92 dB(A), maka dengan hasil tersebut di bagian unit utility intensitas

kebisingannya (>NAB 85dB(A)) dalam waktu lama kerja 8 jam. 2. Lama Pajanan Intensitas Kebisingan

Berdasarkan frekuensi data lama pajanan intensitas kebisingan pada tenaga kerja sebagian besar terpapar selama >10 tahun sebanyak 10 orang (50%) dari 20 tenaga kerja, sedangkan yang terpapar antara 1-5 tahun ada 8 orang (40%) dan yang terpapar antara 6-10 tahun ada 2 orang (10%) .


(9)

3. Penurunan Daya Dengar

Berdasarkan frekuensi data menurut penurunan daya dengar tenaga kerja sebagian besar mengalami penurunan daya dengar pada telinga kanan yaitu dengan tuli ringan sebanyak 11 orang (55%) dan tuli sedang sebanyak 1 orang (5%) dari 20 tenaga kerja dan pada telinga kiri sebanyak 9 orang (45%) yang mengalami tuli ringan dan pada tuli sedang sebanyak 3 orang (15%) dari 20 tenaga kerja, sedangkan yang tidak mengalami penurunan daya dengar atau normal pada telinga kanan sebanyak 8 orang (40%) dan pada telinga kiri sebanyak 8 orang (40%). 4. Hubungan Lama Pajanan Intensitas Kebisingan Dengan Penurunan

Daya Dengar

Dari hasil pengukuran intensitas kebisingan dan wawancara mengenai lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di unit utility kemudian dilakukan uji statistik

dengan metode korelasi Pearson product Moment dengan menggunakan

komputer program SPSS versi 21 diperoleh nilai korelasi r sebesar 0,833 untuk telinga kanan dan nilai korelasi r sebesar 0,817 pada tingkat hubungan korelasi sangat kuat (0,80-1,000) serta nilai p=0,000 (p<0,05) yang menunjukkan hasil uji signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di unit utility PT. Indo


(10)

B. Pembahasan

1. Lama Pajanan Intensitas Kebisingan

Hasil dari pengukuran lama pajanan intensitas kebisingan dalam penelitian ini tenaga kerja terpajan antara 1- >10 tahun. Lama pajanan intensitas kebisingan pada tenaga kerja sebagian besar terpajan >10 tahun sebanyak 10 orang (50%) dari 20 tenaga kerja. Sedangkan tenaga kerja yang terpajan antara 1-5 tahun ada 8 orang (40%) dari 20 tenaga kerja. Sedangkan tenaga kerja yang terpajan antara 6-10 tahun ada 2 orang (10%). Terjadinya gangguan pendengaran bergantung pada lamanya pajanan pada tiap tahapan tugas per hari serta pada masing-masing aktivitas pekerjaan (Harrianto, 2008).

2. Penurunan Daya Dengar

Hasil dari pengukuran intensitas daya dengar pada tenaga kerja di unit utility PT. Indo Acidatama Tbk diketahui bahwa sebagian besar

mengalami penurunan daya dengar pada telinga kanan yaitu sebanyak 12 orang (60%) dari 20 tenaga kerja dan pada telinga kiri sebanyak 12 orang (60%) dari 20 tenaga kerja, sedangkan yang tidak mengalami penurunan daya dengar atau normal pada telinga kanan sebanyak 8 orang (40%) dan pada telinga kiri sebanyak 8 orang (40%).

Kebisingan yang berlebihan dan mengalami keseringan kebisingan mempunyai pengaruh terhadap tenaga kerja, mulai dari gangguan ringan berupa gangguan terhadap konsentrasi kerja, pengaruh dalam komunikasi


(11)

dan kenikmatan kerja sampai pada cacat yang berat karena kehilangan pendengaran (Anizar, 2012).

3. Hubungan Antara Lama Pajanan Intensitas Kebisingan Dengan Penurunan Daya dengar

Berdasarkan hasil pengukuran dari lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di unit

utility PT. Indo Acidatama Tbk. dengan diketahui terdapat 12 tenaga

kerja (60%) dari 20 tenaga kerja terpajan intensitas kebisingan yang melebihi NAB dan mengalami penurunan daya dengar yang melebihi derajat ketulian telinga (WHO, 1991). Sedangkan yang normal tidak mengalami gangguan pendengaran terdapat 8 tenaga kerja (40%) dari 20 tenaga kerja. Dari hasil uji korelasi hubungan antara lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di unit utility PT. Indo Acidatama Tbk didapat nilai signifikan

(Sig=0,000<0,05, r=833) pada telinga kanan, nilai signifikan (Sig=0,000<0,05, r=817) pada telinga kiri, maka Ha diterima dan Ho ditolak hasil uji ini signifikan, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di unit utility PT. Indo Acidatama Tbk dengan tingkat

hubungan korelasi kategori sangat kuat pada telinga kanan dan telinga kiri. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Fauzi (2011) tentang hubungan pemaparan kebisingan dan keluhan pendengaran karyawan bagian produksi PT. Mustika Ratu Jakarta yang menunjukkan adanya


(12)

hubungan antara pemaparan kebisingan dan keluhan pendengaran karyawan.

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

1. Pengukuran intensitas kebisingan di unit utility pada pada mesin piston 1

didapat nilai rata-rata 90 dB(A), mesin piston 2 nilai rata-rata 90 dB(A), mesin piston 3 nilai rata-rata 92 dB(A), ruang operator nilai rata-rata 92 dB(A), maka dengan hasil tersebut di bagian unit utility intensitas

kebisingannya (>NAB 85dB(A)) dalam waktu lama kerja 8 jam.

2. Gangguan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di unit utility

didapat rerata ambang dengar (dB) pada tenaga kerja tertinggi adalah 46,25 dB(A) dan yang terendah adalah 17,5 dB(A) dan jumlah tenaga kerja yang menunjukkan adanya gangguan penurunan daya dengar sebanyak 12 orang (60%) pada telinga kanan dan kiri, sedangkan yang tidak mengalami gangguan penurunan daya dengar atau normal sebanyak 8 orang (40%) pada telinga kanan dan telinga kiri.

3. Berdasarkan hasil uji korelasi hubungan didapat nilai (sig=0,000<0,050) pada telinga kanan dan kiri. Telinga kanan didapat nilai (r=0,833) kategori tingkat hubungan sangat kuat, telinga kiri didapat nilai (r=0,817) kategori tingkat hubungan sangat kuat, maka hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja.


(13)

B. Saran

1. Bagi Perusahaan

a. Perusahaan dapat melakukan pengendalian secara rekayasa teknik di tempat bising yaitu dengan memberi pembatas atau sekat antara mesin dan tenaga kerja seperti mendesain ulang ruang operator

yang kedap suara sehingga dapat mengurangi frekuensi bising pada saat tenaga kerja berada di ruangan operator tersebut.

b. Melakukan pemeriksaan berkala/rutin terhadap pendengaran tenaga kerja yang terpapar bising untuk menjaga kondisi kesehatan pekerja dan mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja (Permenakertrans No: Per. 02/Men/1980 pasal 1).

c. Menyediakan alat pelindung diri (APD) yaitu ear plug secara

cuma-cuma yang dibagikan kepada tenaga kerja terutama yang terpajan intensitas kebisingan, sebagaimana yang diamanatkan (UU.No 1 tahun 1970 pasal 14).

2. Bagi Tenaga Kerja

Bagi tenaga kerja diharapkan dapat lebih meningkatkan kesadaran dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) terutama ear plug yang

telah disediakan oleh perusahaan dengan baik dan benar selama jam kerja berlangsung, guna untuk meminimalisir gangguan atau Penyakit Akibat Kerja (PAK) terutama yang berhubungan dengan kesehatan pendengaran.


(14)

DAFTAR PUSTAKA

Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bashirudin J. 2009. Program Konservasi Pendengaran pada Pekerja yang Terpajan Bising. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 59 No. 1. Januari 2009.

Fauzi. 2011. Hubungan Pemaparan Kebisingan dan Keluhan Pendengaran Karyawan Bagian Produksi PT. Mustika Ratu Jakarta. [ Skripsi]. Jakarta:Universitas Esa Unggul Tahun 2011.

Harrianto R. 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran.

Notoatmodjo S.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Soetjpto D. 2007. Gangguan Pendengaran Akibat bising (Noise Induced Hearing Loss/NIHL). Diunduh: 24 Mei 2013

Http://ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=15

Tarwaka, Solichul, Lilik. S. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PREES.

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Management dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Harapan Press: Jakarta.

Sidarta Ilyas. 1991. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

   


(1)

3. Penurunan Daya Dengar

Berdasarkan frekuensi data menurut penurunan daya dengar tenaga kerja sebagian besar mengalami penurunan daya dengar pada telinga kanan yaitu dengan tuli ringan sebanyak 11 orang (55%) dan tuli sedang sebanyak 1 orang (5%) dari 20 tenaga kerja dan pada telinga kiri sebanyak 9 orang (45%) yang mengalami tuli ringan dan pada tuli sedang sebanyak 3 orang (15%) dari 20 tenaga kerja, sedangkan yang tidak mengalami penurunan daya dengar atau normal pada telinga kanan sebanyak 8 orang (40%) dan pada telinga kiri sebanyak 8 orang (40%). 4. Hubungan Lama Pajanan Intensitas Kebisingan Dengan Penurunan

Daya Dengar

Dari hasil pengukuran intensitas kebisingan dan wawancara mengenai lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di unit utility kemudian dilakukan uji statistik dengan metode korelasi Pearson product Moment dengan menggunakan komputer program SPSS versi 21 diperoleh nilai korelasi r sebesar 0,833 untuk telinga kanan dan nilai korelasi r sebesar 0,817 pada tingkat hubungan korelasi sangat kuat (0,80-1,000) serta nilai p=0,000 (p<0,05) yang menunjukkan hasil uji signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di unit utility PT. Indo Acidatama Tbk.


(2)

B. Pembahasan

1. Lama Pajanan Intensitas Kebisingan

Hasil dari pengukuran lama pajanan intensitas kebisingan dalam penelitian ini tenaga kerja terpajan antara 1- >10 tahun. Lama pajanan intensitas kebisingan pada tenaga kerja sebagian besar terpajan >10 tahun sebanyak 10 orang (50%) dari 20 tenaga kerja. Sedangkan tenaga kerja yang terpajan antara 1-5 tahun ada 8 orang (40%) dari 20 tenaga kerja. Sedangkan tenaga kerja yang terpajan antara 6-10 tahun ada 2 orang (10%). Terjadinya gangguan pendengaran bergantung pada lamanya pajanan pada tiap tahapan tugas per hari serta pada masing-masing aktivitas pekerjaan (Harrianto, 2008).

2. Penurunan Daya Dengar

Hasil dari pengukuran intensitas daya dengar pada tenaga kerja di unit utility PT. Indo Acidatama Tbk diketahui bahwa sebagian besar mengalami penurunan daya dengar pada telinga kanan yaitu sebanyak 12 orang (60%) dari 20 tenaga kerja dan pada telinga kiri sebanyak 12 orang (60%) dari 20 tenaga kerja, sedangkan yang tidak mengalami penurunan daya dengar atau normal pada telinga kanan sebanyak 8 orang (40%) dan pada telinga kiri sebanyak 8 orang (40%).

Kebisingan yang berlebihan dan mengalami keseringan kebisingan mempunyai pengaruh terhadap tenaga kerja, mulai dari gangguan ringan berupa gangguan terhadap konsentrasi kerja, pengaruh dalam komunikasi


(3)

dan kenikmatan kerja sampai pada cacat yang berat karena kehilangan pendengaran (Anizar, 2012).

3. Hubungan Antara Lama Pajanan Intensitas Kebisingan Dengan Penurunan Daya dengar

Berdasarkan hasil pengukuran dari lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di unit utility PT. Indo Acidatama Tbk. dengan diketahui terdapat 12 tenaga kerja (60%) dari 20 tenaga kerja terpajan intensitas kebisingan yang melebihi NAB dan mengalami penurunan daya dengar yang melebihi derajat ketulian telinga (WHO, 1991). Sedangkan yang normal tidak mengalami gangguan pendengaran terdapat 8 tenaga kerja (40%) dari 20 tenaga kerja. Dari hasil uji korelasi hubungan antara lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di unit utility PT. Indo Acidatama Tbk didapat nilai signifikan (Sig=0,000<0,05, r=833) pada telinga kanan, nilai signifikan (Sig=0,000<0,05, r=817) pada telinga kiri, maka Ha diterima dan Ho ditolak hasil uji ini signifikan, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di unit utility PT. Indo Acidatama Tbk dengan tingkat hubungan korelasi kategori sangat kuat pada telinga kanan dan telinga kiri. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Fauzi (2011) tentang hubungan pemaparan kebisingan dan keluhan pendengaran karyawan bagian produksi PT. Mustika Ratu Jakarta yang menunjukkan adanya


(4)

hubungan antara pemaparan kebisingan dan keluhan pendengaran karyawan.

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

1. Pengukuran intensitas kebisingan di unit utility pada pada mesin piston 1 didapat nilai rata-rata 90 dB(A), mesin piston 2 nilai rata-rata 90 dB(A), mesin piston 3 nilai rata-rata 92 dB(A), ruang operator nilai rata-rata 92 dB(A), maka dengan hasil tersebut di bagian unit utility intensitas kebisingannya (>NAB 85dB(A)) dalam waktu lama kerja 8 jam.

2. Gangguan penurunan daya dengar pada tenaga kerja di unit utility didapat rerata ambang dengar (dB) pada tenaga kerja tertinggi adalah 46,25 dB(A) dan yang terendah adalah 17,5 dB(A) dan jumlah tenaga kerja yang menunjukkan adanya gangguan penurunan daya dengar sebanyak 12 orang (60%) pada telinga kanan dan kiri, sedangkan yang tidak mengalami gangguan penurunan daya dengar atau normal sebanyak 8 orang (40%) pada telinga kanan dan telinga kiri.

3. Berdasarkan hasil uji korelasi hubungan didapat nilai (sig=0,000<0,050) pada telinga kanan dan kiri. Telinga kanan didapat nilai (r=0,833) kategori tingkat hubungan sangat kuat, telinga kiri didapat nilai (r=0,817) kategori tingkat hubungan sangat kuat, maka hasil ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lama pajanan intensitas kebisingan dengan penurunan daya dengar pada tenaga kerja.


(5)

B. Saran

1. Bagi Perusahaan

a. Perusahaan dapat melakukan pengendalian secara rekayasa teknik di tempat bising yaitu dengan memberi pembatas atau sekat antara mesin dan tenaga kerja seperti mendesain ulang ruang operator yang kedap suara sehingga dapat mengurangi frekuensi bising pada saat tenaga kerja berada di ruangan operator tersebut.

b. Melakukan pemeriksaan berkala/rutin terhadap pendengaran tenaga kerja yang terpapar bising untuk menjaga kondisi kesehatan pekerja dan mencegah terjadinya Penyakit Akibat Kerja (Permenakertrans No: Per. 02/Men/1980 pasal 1).

c. Menyediakan alat pelindung diri (APD) yaitu ear plug secara cuma-cuma yang dibagikan kepada tenaga kerja terutama yang terpajan intensitas kebisingan, sebagaimana yang diamanatkan (UU.No 1 tahun 1970 pasal 14).

2. Bagi Tenaga Kerja

Bagi tenaga kerja diharapkan dapat lebih meningkatkan kesadaran dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) terutama ear plug yang telah disediakan oleh perusahaan dengan baik dan benar selama jam kerja berlangsung, guna untuk meminimalisir gangguan atau Penyakit Akibat Kerja (PAK) terutama yang berhubungan dengan kesehatan pendengaran.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anizar. 2012. Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Industri. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bashirudin J. 2009. Program Konservasi Pendengaran pada Pekerja yang Terpajan Bising. Majalah Kedokteran Indonesia, Vol. 59 No. 1. Januari 2009. Fauzi. 2011. Hubungan Pemaparan Kebisingan dan Keluhan Pendengaran

Karyawan Bagian Produksi PT. Mustika Ratu Jakarta. [ Skripsi]. Jakarta:Universitas Esa Unggul Tahun 2011.

Harrianto R. 2008. Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: Buku Kedokteran.

Notoatmodjo S.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Soetjpto D. 2007. Gangguan Pendengaran Akibat bising (Noise Induced Hearing Loss/NIHL). Diunduh: 24 Mei 2013

Http://ketulian.com/v1/web/index.php?to=article&id=15

Tarwaka, Solichul, Lilik. S. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PREES.

Tarwaka. 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Management dan Implementasi K3 di Tempat Kerja. Harapan Press: Jakarta.

Sidarta Ilyas. 1991. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

   


Dokumen yang terkait

ANALISIS PEMAPARAN INTENSITAS KEBISINGAN DI UNIT COMPRESSOR DAN UNIT COOLING TOWER PT. INDO ACIDATAMA TBK, KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

0 6 55

SKRIPSI Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 16

PENDAHULUAN Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 7

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tekanan Darah Dengan Gangguan Emosional Tenaga Kerja Terpapar Tekanan Panas Di Unit Boiler PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 3 8

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN PENURUNAN DAYA DENGAR TENAGA KERJA Hubungan Intensitas Kebisingan Dengan Penurunan Daya Dengar Tenaga Kerja Bagian Produksi Di Pt Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalengka.

0 5 17

HUBUNGAN INTENSITAS KEBISINGAN DENGAN PENURUNAN DAYA DENGAR TENAGA KERJA Hubungan Intensitas Kebisingan Dengan Penurunan Daya Dengar Tenaga Kerja Bagian Produksi Di Pt Wijaya Karya Beton Tbk PPB Majalengka.

0 3 16

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN UNIT COMPRESSOR PT.INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

0 2 75

PENDAHULUAN Hubungan Antara Lama Paparan Kadar Debu Batu Bara Dengan Penurunan Kapasitas Fungsi Paru Pada Tenaga Kerja Di Unit Boiler Batu Bara PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri Kebakkramat Karanganyar.

0 1 6

HUBUND Hubungan Antara Lama Pajanan Intensitas Kebisingan Dengan Penurunan Daya Dengar Pada Tenaga Kerja Di Unit Utility PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karangannyar.

0 1 15

PENDAHULUAN Hubungan Antara Lama Pajanan Intensitas Kebisingan Dengan Penurunan Daya Dengar Pada Tenaga Kerja Di Unit Utility PT. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karangannyar.

0 2 6