HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN UNIT COMPRESSOR PT.INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

(1)

LAPORAN KHUSUS

HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN DARAH

PADA KARYAWAN UNIT COMPRESSOR PT. INDO

ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT,

KARANGANYAR

Dinar Hartanto

R.0008035

PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta


(2)

PENGESAHAN

Tugas Akhir dengan judul : Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah pada Karyawan Unit Compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri,

Kebakkramat, Karanganyar

Dinar Hartanto, NIM : R.0008035, Tahun : 2011 Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan

Penguji Tugas Akhir

Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta Pada Hari ««««TanggaO««««««

Pembimbing I Pembimbing II

Isna Qadrijati, dr., M.Kes Lusi Ismayenti, ST., M.Kes

NIP. 19670130 199603 2 001 NIP. 19720322 200812 2 001

Ketua Program

D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS

Sumardiyono, SKM., M.Kes NIP. 19650706 198803 1 002


(3)

commit to user

iii

PENGESAHAN PERUSAHAAN

Tugas Akhir dengan judul : Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah pada Karyawan Unit Compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri,

Kebakkramat, Karanganyar

Disusun oleh :

Dinar Hartanto, NIM : R.0008035, Tahun : 2011

Telah disetujui dan disahkan pada tanggal :

Vice Executif Officer to Coorporate Safety Inspector


(4)

ABSTRAK

DINAR HARTANTO. R.0008035. 2011. HUBUNGAN KEBISINGAN DENGAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN UNIT COMPRESSOR PT. INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan kebisingan dengan tekanan darah pada karyawan unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian adalah karyawan di unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar dengan populasi sebanyak 20 orang, kemudian pemilihan sampel dilakukan dengan teknik sampling jenuh. Teknik pengolahan dan analisis data dilakukan dengan uji statistik Pearson Product Moment dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.

Hasil : Hasil penelitian diperoleh rata-rata intensitas kebisingan sebesar 89,3 db yang melebihi Nilai Ambang Batas diperkenankan sebesar 85 dB dan hasil penggolongan tekanan darah tinggi sebanyak 12 orang sedangkan tekanan darah normal sebanyak 8 orang. Hasil uji statistik dengan Pearson Product Moment diperoleh hasil p value VHKLQJJDS” menunjukan hasil uji yang sangat signifikan, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna dan dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r sebesar 0,933 dan 0,840 (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara 0,76 - 1,00), sehingga menunjukan tingkat hubungan yang sangat kuat atau sempurna, sehingga ada hubungan kebisingan dengan tekanan darah pada karyawan unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi intensitas kebisingan, maka semakin tinggi pula tekanan darah pada karyawan.

Simpulan : Kesimpulan dari penelitian ini ada hubungan kebisingan dengan tekanan darah pada karyawan unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, sedangkan saran dari penelitian ini adalah perusahaan memberi peredam pada mesin compressor dan selalu maintenance pada mesin tersebut secara teratur agar tidak menghasilkan bising yang terlalu tinggi, perusahaan memberikan penyuluhan tentang pentingnya penggunaan APD (Alat Pelindung Diri) dan peningkatan kedisiplinan penggunaan APD. Kata Kunci : Kebisingan, Tekanan Darah


(5)

commit to user

v

ABSTRACT

DINAR HARTANTO. R.0008035. 2011. NOISE CORRELATION WITH BLOOD PRESSURE COMPRESSOR UNIT EMPLOYEES AT PT. INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR Objective :This study aims to determine whether there is noise relationship with blood pressure in the compressor unit of employees of PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

Method : The research method used is analytical observation with cross sectional approach. The subjects were employees at the compressor unit PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar with a population of 20 people, then sample selection was done by using saturated sampling. Processing techniques and data analysis performed by Pearson Product Moment statistical tests using SPSS version 17.0.

Result : The results obtained by the average intensity of 89.3 dB noise that exceeds the Threshold Value is permitted by 85 dB and the classification of high blood pressure amounting to 12 people whereas normal blood pressure as much as 8 people. Statistical test results with results obtained by Pearson Product Moment p value VRWKDWS” show a very significant test results, the correlation r value also showed a perfect positive linear relationship and the results of these tests can also determine that the r value of 0.933 and 0.840 (high correlation (r) be between 0.76 to 1.00), thus showing a very strong level of relationship or perfect, so there is noise relationship with blood pressure in the compressor unit of employees of PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, this means that the higher the noise intensity, the higher the blood pressure on the employees.

Conclusion : In conclusion, there is noise relationship with blood pressure in the compressor unit of employees of PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, while the suggestion of this research is to give companies the silencer on the engine compressor and always maintenance on the machine on a regular basis so as not to produce noise that is too high, the firm provides counseling about the importance of the use of PPE (Personal Protective Equipment) and increasing use of disciplinary PPE.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan laporan khusus GHQJDQMXGXO³Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah pada Karyawan Unit Compressor PT. Indo Acidatama. Tbk.

Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar´

Laporan khusus ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., S.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Isna Qadrijati, dr., M.Kes. selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

4. Ibu Lusi Ismayenti, ST., M.Kes. selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini.

5. Pimpinan Perusahaan PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL). 6. Bapak Setyo Budi, selaku Safety Inspector yang telah membimbing dan

mengarahkan kami dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL).

7. Semua karyawan PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan.

8. Kedua orang tua, kakak dan orang-orang terdekat yang aku sayangi, atas segala doa, cinta, dukungan, dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan lancar.

9. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, yang telah mendukung dan membantu dalam menyelesaikan laporan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan laporan khusus ini. Tetapi besar harapan penulis agar laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya, serta penyusun senantiasa mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan laporan ini.


(7)

commit to user

vii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 3

C.Tujuan Penelitian... 3

D.Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A.Tinjauan Pustaka ... 6

B.Kerangka Pemikiran ... 41

C.Hipotesis ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

A.Jenis Penelitian ... 43


(8)

C.Populasi Penelitian ... 43

D.Teknik Sampling ... 44

E.Sampel Penelitian ... 44

F. Variabel Penelitian ... 45

G.Definisi Operasional ... 45

H.Cara Kerja Penelitian ... 46

I. Instrumen Penelitian ... 47

J. Analisis Data ... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51

A.Hasil Penelitian ... 51

B.Pembahasan... 58

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 64

A.Simpulan ... 64

B.Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN


(9)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan di Tempat Kerja ... 15

Tabel 2. Standar Tekanan Darah Normal ... 28

Tabel 3. Tabel Kategori Tekanan Darah ... 29

Tabel 4. Tingkat Hubungan Nilai Korelasi (r) ... 50

Tabel 5. Tabel Intensitas Kebisingan ... 55

Tabel 6. Tabel Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik ... 56


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 41

Gambar 2. Alat Sound Level Meter RION NA-20 ... 48

Gambar 3. Alat Tensi Meter Digital OMRON model SEM - 1 ... 49

Gambar 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia... 54


(11)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi, penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Namun demikian, penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan yang beraneka ragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan SDM-nya. Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti; kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Kondisi-kondisi tersebut ternyata telah banyak mengakibatkan kerugian jiwa dan material, baik bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah dan bahkan masyarakat luas. Untuk mencegah dan mengendalikan kerugian-kerugian yang lebih besar, maka diperlukan langkah-langkah tindakan yang mendasar dan prinsip yang dimulai dari tahap perencanaan. Sedangkan tujuannya adalah agar tenaga kerja mampu mencegah dan mengendalikan berbagai dampak negatif yang timbul akibat proses produksi, sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman dan produktif (Tarwaka dkk, 2004).

Teknologi modern selain meningkatkan industri juga menimbulkan masalah kebisingan yang mempunyai pengaruh luas mulai dari gangguan konsentrasi, komunikasi dan kenikmatan kerja sampai pada cacat karena kehilangan daya dengar yang menetap. Kebisingan tidak hanya berpengaruh


(12)

terhadap kualitas kerja tetapi juga berpengaruh terhadap tenaga kerja (Budiono dkk, 2003).

Kebisingan tidak hanya dapat menyebabkan gangguan pendengaran tetapi juga dapat menimbulkan gangguan terhadap mental emosional serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan mental emosional yaitu berupa terganggunya kenyaman kerja, mudah tersinggung, mudah marah. Melalui mekanisme hormonal yaitu dihasilkan hormon adrenalin, sehingga dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan peningkatan tekanan darah. Hal tersebut termasuk gangguan kardiovaskuler (Sasongko, 2000).

Selain berpengaruh terhadap indera pendengaran pada intensitas kebisingan yang tinggi, kebisingan juga berpengaruh secara fisiologis yaitu terganggunya kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, risiko serangan jantung meningkat dan gangguan pencernaan (Tarwaka dkk, 2004).

PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar adalah perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan bahan kimia yang menggunakan peralatan utilitas seperti boiler, MAK atau genset, cooling tower dan compressor.

Unit compressor adalah unit yang bertugas mensupply udara tekan untuk proses produksi dan juga untuk menggerakan alat-alat instrument di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar terdapat 6 buah compressor. Dalam berjalannya mesin didalam unit compressor ini


(13)

kebisingan di unit compressor didapatkan rata-rata intensitas kebisingan sebesar 89,3 dB (A) dimana intensitas tersebut telah melebihi NAB kebisingan dari Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep.51/MEN/1999. Dari hasil wawancara, karyawan di unit compressor mengalami gejala peningkatan tekanan darah berupa pusing, mudah marah dan konsentrasi menurun. Kebisingan yang ditimbulkan di unit compressor tersebut merupakan faktor fisik beban tambahan dari faktor-IDNWRU\DQJWHODKGLVHEXWNDQROHK6XPD¶PXU (2009).

Dari latar belakang tersebut, maka penulis mengadakan penelitian PHQJHQDL³Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah pada Karyawan Unit Compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, .DUDQJDQ\DU´.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disusun rumusan masalah sebagai berikut :

³$GDNDK hubungan kebisingan dengan tekanan darah pada karyawan unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar ?´ C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang telah dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui besarnya intensitas kebisingan di tempat kerja dengan melakukan pengukuran menggunakan sound level meter khususnya unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. 2. Untuk mengetahui tekanan darah pada karyawan di unit compressor PT.


(14)

3. Untuk mengetahui hubungan kebisingan dengan tekanan darah pada karyawan unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

D.Manfaat Penelitian

Penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan dapat memberikan manfaat :

1. Bagi mahasiswa

a. Mampu melakukan suatu pengukuran untuk mengetahui intensitas kebisingan dengan menggunakan sound level meter dan pengukuran tekanan darah.

b. Menambah wawasan dan pengetahuan tentang hubungan kebisingan dengan tekanan darah.

c. Dapat digunakan sebagai tambahan pengalaman yang tak ternilai harganya dan diharapkan menjadi sebuah pembelajaran bagi penulis. 2. Bagi perusahaan

a. Dapat digunakan sebagai masukan tentang tingkat kebisingan yang ada di unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

b. Memberikan masukan bagi perusahaan tentang hubungan kebisingan dengan tekanan darah karyawan.

c. Dapat digunakan sebagai dasar untuk memberikan informasi yang bermanfaat untuk melaksanakan tindakan koreksi agar didapat


(15)

3. Bagi Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja

a. Menambah studi kepustakaan yang diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

b. Peningkatan program belajar mengajar.

c. Pembentukan sumber daya manusia yang lebih baik dan meningkatan kualitas mahasiswa dalam menerapkan keselamatan kerja dan kesehatan kerja di perusahaan.

d. Menjalin terbinanya kerjasama antara Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja dengan PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.


(16)

BAB II LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka 1. Kebisingan

a. Pengertian kebisingan.

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran (Kepmenaker 51/MEN/1999).

Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya dan manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul di luar kemauan orang yang bersangkutan, maka bunyi-bunyian atau suara GHPLNLDQGLQ\DWDNDQVHEDDJDLNHELVLQJDQ6XPD¶PXU

Seorang cenderung mengabaikan kebisingan yang dihasilkannya sendiri bila kebisingan itu secara wajar menyertai pekerjaan, seperti kebisingan mesin kerja. Sebagai patokan, kebisingan mekanik atau elektrik, yang disebabkan kipas angin, transformator, motor, pompa, pembersih vakum atau mesin cuci, selalu lebih mengganggu daripada


(17)

kebisingan yang yang hakekatnya alami (angin, hujan, dan air terjun) (Prasetio, 2006).

b. Sumber kebisingan.

Menurut Dirjen PPM dan PL, DEPKES dan KESSOS RI, 2000 dalam Subaris dan Haryono (2008) sumber kebisingan dibedakan menjadi tiga yaitu :

1) Bising Industri

Industri besar termasuk di dalamnya pabrik, bengkel dan sejenisnya. Bising industri dapat dirasakan oleh karyawan maupun masyarakat di sekitar industri dan juga setiap orang yang secara tidak sengaja berada di sekitar industri tersebut. Sumber kebisingan bising industri dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam, yaitu :

a) Mesin

Kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin. b) Vibrasi

Kebisingan yang ditimbulkan oleh akibat getaran yang ditimbulkan akibat gesekan, benturan atau ketidakseimbangan gerakan bagian mesin. Terjadi pada roda gigi, roda gila, batang torsi, piston, fan, dan lain-lain.

c) Pergerakan udara, gas dan cairan

Kebisingan ini ditimbulkan akibat pergerakan udara, gas, dan cairan dalam kegiatan proses kerja industri misalnya pada pipa penyalur cairan gas, outlet pipa, gas buang, dan lain-lain.


(18)

2) Bising Rumah Tangga

Bising disebabkan oleh rumah tangga dan tidak terlalu tinggi tingkat kebisingannya, misalnya pada saat proses masak di dapur.

3) Bising Spesifik

Bising yang disebabkan oleh kegiatan-kegiatan khusus, misalnya pemasangan tiang pancang tol atau bangunan.

Menurut Wisnu dalam Subaris dan Haryono (2008) sumber bunyi dilihat dari sifatnya dibagi menjadi dua, yaitu:

1) Sumber kebisingan statis seperti pabrik, mesin, tape dan lain-lain. 2) Sumber kebisingan dinamis seperti mobil, pesawat terbang, kapal laut

dan lainnya

c. Jenis-jenis kebisingan.

0HQXUXW 6XPD¶PXU Eerdasarkan sifat dan spektrum frekuensi bunyi, bising dibagi atas :

1) Kebisingan menetap berkelanjutan tanpa putus-putus dengan spektrum frekuensi yang lebar (steady state, wide band noise), misalnya bising mesin, kipas angin, dapur pijar dan lain-lain.

2) Kebisingan menetap berkelanjutan dengan spektrum frekuensi tipis (steady state, narrow band noise), misalnya bising gergaji sirkuler, katup gas dan lain-lain.

3) Kebisingan terputus-putus (intermittent noise), misalnya bising lalu-lintas suara kapal terbang di bandara.


(19)

4) Kebisingan impulsif (impact or impulsive noise), seperti bising pukulan palu, tembakan bedil atau meriam dan ledakan.

5) Kebisingan impulsif berulang, misalnya bising mesin tempa di perusahaan atau tempaan tiang pancang bangunan.

Menurut Tambunan (2005) klasifikasi kebisingan di tempat kerja dibagi dalam dua jenis golongan besar, yaitu :

1) Kebisingan tetap (steady noise), yang terbagi menjadi dua yaitu : a) Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise),

EHUXSD³QDGD-QDGD´PXUQLSDGDIUHNXHQVL\DQJEHUDJDP

b) Broad band noise, kebisingan yang terjadi pada frekuensi terputus yang lebih bervDULDVLEXNDQ³QDGD´PXUQL

2) Kebisingan tidak tetap (unsteady noise), yang terbagi menjadi tiga yaitu :

a) Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise), kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu.

b) Intermittent noise, kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubah-ubah, contoh kebisingan lalu lintas.

c) Impulsive noise, dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata api.

d. Tingkat kebisingan.

Terdapat dua karakterisitik utama yang menentukan kualitas suatu bunyi atau suara, yaitu frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan


(20)

dalam jumlah getaran per detik dengan satuan Herz (Hz), yaitu jumlah gelombang bunyi yang sampai di telinga setiap detiknya. Sesuatu benda jika bergetar menghasilkan bunyi atau suara dengan frekuensi tertentu yang merupakan ciri khas dari benda tersebut. Biasanya suatu kebisingan terdiri atas campuran sejumlah gelombang sederhana dari aneka frekuensi. Nada suatu kebisingan ditentukan oleh frekuensi getaran VXPEHUEXQ\L6XPD¶PXU, 2009).

Intensitas atau arus energi per satuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu satuan logaritmis yang disebut desibel (dB) dengan memperbandingkannya dengan kekuatan standar 0,0002 dine (dyne) /cm2 yaitu kekuatan bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat didengar oleh telinga normal (6XPD¶PXU, 2009).

Karena ada kisaran sensitivitas, telinga dapat mentoleransi bunyi-bunyi yang lebih keras pada frekuensi yang lebih rendah dibanding pada frekuensi tinggi. Kisaran kurva-kurva pita oktaf dikenal sebagai kurva tingkat kebisingan (NR = noise rating) pernah dibuat untuk menyatakan analisis pita oktaf yang dianjurkan pada berbagai situasi. Kurva bising yang diukur yang terletak dekat di atas pita analisis menyatakan NR kebisingan tersebut (Harrington dan Gill, 2005).

Menurut SK Dirjen P2M dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan RI Nomor 70-1/PD.03.04.Lp, (Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Kebisingan yang Berhubungan dengan


(21)

Kesehatan Tahun 1992, 1994/1995), tingkat kebisingan diuraikan sebagai berikut :

1) Tingkat kebisingan sinambung setara (Equivalent Continuous Noise Level=Leq) adalah tingkat kebisingan terus menerus (steady noise) dalam ukuran dB (A), berisi energi yang sama dengan energi kebisingan terputus-putus dalam satu periode atau interval waktu pengukuran.

2) Tingkat kebisingan yang dianjurkan dan maksimum yang diperbolehkan adalah rata-rata nilai modus dari tingkat kebisingan pada siang, petang dan malam hari.

3) Tingkat ambien kebisingan (Background noise level) atau tingkat latar belakang kebisingan adalah rata-rata tingkat suara minimum dalam keadaan tanpa gangguan kebisingan pada tempat dan saat pengukuran dilakukan, jika diambil nilainya dari distribusi statistik adalah 95% atau L-95.

e. Pengukuran kebisingan.

0HQXUXW6XPD¶PXUPDNVXGSHQJXNXUDQNHELVLQJDQDGDODK 1) Memperoleh data tentang frekuensi dan intensitas kebisingan di

perusahaan atau di mana saja.

2) Menggunakan data hasil pengukuran kebisingan untuk mengurangi intensitas kebisingan tersebut, sehingga tidak menimbulkan gangguan dalam rangka upaya konservasi pendengaran tenaga kerja, atau perlindungan masyarakat atau tujuan lainnya.


(22)

Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah Sound Level Meter. Alat ini mengukur kebisingan pada intensitas 30-130 dB dan dari frekuensi 20-20.000 Hz. Suatu sistem kalibrasi terdapat dalam alat itu sendiri, kecuali untuk kalibrasi mikrofon diperlukan pengecekan dengan kalibrasi tersendiri. Sebagai alat kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang kekuatan suaranya dapat diatur oleh amplifier atau suatu piston phone dibuat untuk maksud kalibrasi tersebut, yang tergantung dari tekanan udara, sehingga perlu koreksi berdasarkan atas perbedaan tekanan barometer. Kalibrator dengan intensitas tinggi (125 dB) lebih disukai, oleh karena alat pengukur intensitas kebisingan demikian mungkin dipakai untuk mengukur kebisingan yang intensitasnya tinggi 6XPD¶PXU

Sebagaimana telah dinyatakan untuk mengukur intensitas dan menentukan frekuensi kebisingan diperlukan peralatan khusus yang berbeda bagi jenis kebisingan dimaksud. Jika tujuan dari pengukuran kebisingan hanya untuk mengendalikan kebisingan, seperti misalnya untuk melakukan isolasi mesin atau pemasangan perlengkapan dinding yang mengabsorbsi suara atau pemilihan alat pelindung telinga, pengukuran tidak perlu selengkap sebagaimana dimaksudkan dalam rangka lokalisasi secara tepat sumber kebisingan pada suatu mesin dengan tujuan memodifikasi mesin tersebut, melalui pembuatan desain yang dipakai dasar konstruksi bentuk mesin dengan tingkat kebisingan


(23)

\DQJ NXUDQJ LQWHQVLWDVQ\D GDQ IUHNXHQVL \DQJ GLWHQWXNDQ 6XPD¶PXU 2009).

Faktor lainnya yang menentukan pemilihan alat pengukur kebisingan adalah tersedianya tenaga pelaksana untuk melakukan pengukuran terhadap kebisingan dan juga waktu yang dialokasikan untuk hal tersebut. Sebagaimana sering dialami kenyataan bahwa lebih disenangi pengumpulan data tentang kebisingan secara merekamnya (recording) yang kemudian data rekaman dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis (6XPD¶PXU 2009).

Survei pendahuluan masalah kebisingan menetap berkelanjutan, biasanya diukur intensitas menyeluruh yang dinyatakan dengan dB (A), pengukuran intensitas menyeluruh demikian menggunakan jaringan A dari Sound Level Meter. Menggunakan jaringan tersebut berarti bahwa kepekaan alat pengukur kebisingan sesuai dengan garis kepekaan sama yaitu 40 dB, sehingga tidak memberi reaksi kepada intensitas kebisingan rendah, melainkan memungkinkan diukurnya intensitas kebisingan tinggi berbahaya kepada alat SHQGHQJDUDQ6XPD¶PXU.

f. Nilai Ambang Batas (NAB) intensitas kebisingan.

Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan sebagai faktor bahaya di tempat kerja adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 (delapan) jam sehari dan 5 (lima) hari kerja seminggu atau 40 jam seminggu


(24)

(KEPMENAKER No. Kep.51/MEN/1999). Nilai Ambang Batas kebisingan adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga kerja No. Kep.51/MEN/1999, tanggal 16 april 1999 tentang nilai ambang batas kebisingan ditempat kerja adalah 85 dB (A), dan merupakan standar dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 16-7063-2004 Nilai Ambang Batas iklim kerja (panas), kebisingan, getaran tangan-lengan dan radiasi sinar ultra ungu di tempat kerja. SNI dimaksud juga memberikan informasi tentang pengendalian kebisingan yang dilakukan sehubungan dengan tingkat paparan sebagaimana substansinya dimuat pada Tabel 1 yang mengatur lamanya waktu paparan terhadap tingkat intensitas NHELVLQJDQ6XPD¶Pur, 2009).

Untuk menjadikan 85 dB (A) sebagai ketentuan NAB dalam peraturan perundang-undangan dan kemudian standar dalam SNI diperlukan waktu lebih dari 30 tahun. Perhatian dan keinginan untuk memiliki standar nasional NAB kebisingan telah ada sejak pertengahan tahun 1970an. Semula ada tiga pendapat tentang nilai yang merupakan alternatif untuk dipilih yaitu 80, 85 dan 90 dB (A). Ketiga pilihan ini tidak saja menjadi persoalan di Indonesia, melainkan juga pada negara-negara lain yang sulit untuk mendapat kesepakatan tentang pilihan yang


(25)

resiko kerusakan pendengaran yang menampilkan 3 (tiga) alternatif sebagaimana dimaksud yang mencakup frekuensi kebisingan dari 240-4.000 Hz. Mengingat bahwa 85 dB (A) adalah intensitas yang sepadan dengan frekuensi 500-2.000 Hz yaitu daerah pendengaran untuk pembicaraan maka sangat bijak untuk menetapkan 85 dB (A) sebagai NAB kebisingan 6XPD¶PXU.

Standar kebisingan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.51/MEN/1999 adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan di Tempat Kerja

Waktu Pemaparan Intensitas Kebisingan (dB)

8 Jam 4 Jam 2 Jam 1 Jam 30 Menit 15 Menit 7,5 Menit 3,75 Menit 1,88 Menit 0,94 Menit 28,12 Detik 14,06 Detik 7,03 Detik 3,52 Detik 1,76 Detik 0,88 Detik 0,44 Detik 0,23 Detik 0,11 Detik 85 88 91 94 97 100 103 106 109 112 115 118 121 124 127 130 133 136 139

Sumber : Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.51/MEN/1999. Keterangan : Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat. g. Pengaruh kebisingan.

Menurut Tarwaka, dkk (2004) pengaruh pemaparan kebisingan secara umum dapat dikategorikan menjadi dua yang didasarkan pada


(26)

tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) dan kedua, adalah pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah (di bawah NAB).

1) Pengaruh kebisingan intensitas tinggi

a) Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) adalah terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat permanen atau ketulian. Sebelum terjadi kerusakan pendengaran yang permanen, biasanya didahului dengan pendengaran yang bersifat sementara yang dapat mengganggu kehidupan yang bersangkutan baik di tempat kerja maupun di lingkungan keluarga dan lingkungan sosialnya.

b) Pengaruh kebisingan akan sangat terasa apabila jenis kebisingannya terputus-putus dan sumbernya tidak diketahui.

c) Secara fisiologis, kebisingan dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, risiko serangan jantung meningkat, gangguan pencernaan.

d) Reaksi masyarakat, apabila kebisingan akibat suatu proses produksi demikian hebatnya sehingga masyarakat sekitarnya protes menuntut agar kegiatan tersebut dihentikan dll.


(27)

2) Pengaruh kebisingan intensitas rendah

Tingkat intensitas kebisingan rendah atau di bawah NAB banyak ditemukan di lingkungan kerja seperti perkantoran, ruang administrasi perusahaan dll. Intensitas kebisingan yang masih di bawah NAB tersebut secara fisiologis tidak menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun demikian, kehadirannya sering dapat menyebabkan penurunan performansi kerja, sebagai salah satu penyebab stres dan gangguan kesehatan lainnya. Stres yang disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan depresi. Secara spesifik stres karena kebisingan tersebut dapat menyebabkan antara lain : a) Stres menuju keadaan cepat marah, sakit kepala dan gangguan

tidur.

b) Gangguan reaksi psikomotor. c) Kehilangan konsentrasi.

d) Gangguan komunikasi antara lawan bicara.

e) Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada kehilangan efisiensi dan produktivitas.

Pengaruh kebisingan pada tenaga kerja adalah adanya gangguan-gangguan seperti dibawah ini (Depnakertrans R.I., 2009) :

1) Gangguan fisiologis

Gangguan fisiologis adalah gangguan yang mula-mula timbul akibat bising. Dengan kata lain fungsi pendengaran secara fisiologis


(28)

dapat terganggu. Pembicaraan atau instruksi dalam pekerjaan tidak dapat didengar secara jelas sehingga dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Pembicara terpaksa berteriak-teriak, selain memerlukan tenaga ekstra juga menimbulkan kebisingan. Kebisingan juga dapat mengganggu cardiac out put dan tekanan darah. Contoh gangguan fisiologis : naiknya tekanan darah, nadi menjadi cepat, emosi meningkat, vasokontriksi pembuluh darah (semutan), otot menjadi tegang atau metabolisme tubuh meningkat. Menurut Benny dan Adhi dalam Sarwono, dkk (2002) semua hal ini sebenarnya merupakan mekanisme daya tahan tubuh manusia terhadap keadaan bahaya secara spontan.

2) Gangguan psikologis

Gangguan fisiologis lama-lama bisa menimbulkan gangguan psikologis. Suara yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stres, gangguan jiwa, sulit konsentrasi dan berfikir dan lain-lain. Menurut Budiono, dkk (2003) pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja adalah mengurangi kenyamanan dalam bekerja, mengganggu komunikasi, mengganggu konsentrasi, dan menurut Benny dan Adhi dalam Sarwono, dkk (2002) kebisingan dapat mengganggu pekerjaan dan menyebabkan timbulnya kesalahan karena tingkat kebisingan yang kecil pun dapat mengganggu konsentrasi sehingga muncul sejumlah keluhan yang berupa perasaan lamban dan keengganan


(29)

kerja yang melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap suatu proses produksi atau hasil serta dapat membuat kesalahan-kesalahan akibat terganggunya konsentrasi. Kebisingan yang tidak terkendalikan dengan baik juga dapat menimbulkan efek lain yang salah satunya EHUXSDPHQLQJNDWQ\DNHOHODKDQWHQDJDNHUMD6XPD¶PXU, 2009). 3) Gangguan patologis organis

Gangguan kebisingan yang paling menonjol adalah pengaruhnya terhadap alat pendengaran atau telinga, yang dapat menimbulkan ketulian yang bersifat sementara hingga permanen. Menurut Budiono, dkk (2003) kebisingan dapat menurunkan daya dengar dan tuli akibat kebisingan. Pengaruh utama dari kebisingan kepada kesehatan adalah kerusakan pada indera-indera pendengar yang menyebabkan ketulian progresif. Pemulihan terjadi secara cepat sesudah dihentikan kerja di tempat ELVLQJ XQWXN HIHN NHELVLQJDQ VHPHQWDUD 6XPD¶PXU 2009). Ditempat kerja, tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh mesin dapat merusak pendengaran dan dapat pula menimbulkan gangguan kesehatan (tingkat kebisingan 80 s/d 90 dB (A) atau lebih dapat membahayakan pendengaran). Seseorang yang terpapar kebisingan secara terus menerus dapat menyebabkan dirinya menderita ketulian. Menurut Benny dan Adhi dalam Sarwono, dkk (2002) ketulian akibat kebisingan yang ditimbulkan akibat pemaparan terus menerus dibagi menjadi dua yaitu :


(30)

b) Permanent deafness, yaitu kehilangan pendengaran secara permanen atau disebut ketulian saraf. Pada pekerja permanent deafness harus dapat dikompensasi oleh jamsostek atau rekomendasi dari dokter pemeriksa kesehatan

Menurut Tambunan (2005) secara umum tingkat bahaya yang ditimbulkan oleh kebisingan bagi pekerja dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti :

1) Intensitas dan frekuensi kebisingan.

2) Jenis kebisingan (steady atau non steady noise). 3) Waktu kontak harian dan tahunan (exposure duration). 4) Umur pekerja.

5) Penyakit-penyakit atau ketidaksempurnaan pendengaran pada pekerja (yang bukan disebabkan oleh kebisingan).

6) Kondisi lingkungan seperti angin, suhu, kelembaban udara di mana bahaya kebisingan tersebut berada.

7) Jarak antara pekerja dan sumber kebisingan.

8) Posisi telinga terhadap gelombang suara (kebisingan) h. Rencana dan langkah pengendalian kebisingan.

Menurut Tarwaka, dkk (2004) sebelum dilakukan langkah pengendalian, langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rencana pengendalian yang didasarkan pada hasil penilaian kebisingan dan dampak yang ditimbulkan. Rencana pengendalian dapat dilakukan


(31)

Manajemen risiko yang dimaksud adalah suatu pendekatan yang logik dan sistemik untuk mengendalikan risiko yang mungkin timbul. Langkah manajemen risiko kebisingan tersebut adalah :

1) Mengidentifikasi sumber-sumber kebisingan yang ada di tempat kerja yang berpotensi menimbulkan penyakit atau cedera akibat kerja. 2) Menilai risiko kebisingan yang berakibat serius terhadap penyakit dan

cedera akibat kerja.

3) Mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk mengendalikan atau meminimalisasi risiko kebisingan.

Setelah rencana dibuat dengan seksama, langkah selanjutnya adalah melaksanakan langkah pengendalian kebisingan dengan dua arah pendekatan yaitu pendekatan jangka pendek (Short-term gain) dan pendekatan jangka panjang (Long-term gain) dari hirarki pengendalian. Pada pengendalian kebisingan dengan orientasi jangka panjang, teknik pengendaliannya secara berurutan adalah eliminasi sumber kebisingan, pengendalian secara teknik, pengendalian secara administrative dan terakhir penggunaan alat pelindung diri. Sedangkan untuk orientasi jangka pendek adalah sebaliknya secara berurutan.

1) Eliminasi sumber kebisingan

a) Pada teknik eliminasi ini dapat dilakukan dengan penggunaan tempat kerja atau pabrik baru sehingga biaya pengendalian dapat diminimalkan.


(32)

b) Pada tahap tender mesin-mesin yang akan dipakai, harus mensyaratkan maksimum intensitas kebisingan yang dikeluarkan dari mesin baru.

c) Pada tahap pembuatan pabrik dan pemasangan mesin, konstruksi bangunan harus dapat meredam kebisingan serendah mungkin dll. 2) Pengendalian kebisingan secara teknik

a) Pengendalian kebisingan pada sumber suara. Penurunan kebisingan pada sumber suara dapat dilakukan dengan menutup mesin atau mengisolasi mesin sehingga terpisah dengan pekerja. Teknik ini dapat dilakukan dengan mendesain mesin memakai remote control. Selain itu dapat dilakukan redesain landasan mesin dengan bahan anti getaran. Namun demikian teknik ini memerlukan biaya yang sangat besar sehingga dalam prakteknya sulit diimplementasikan. b) Pengendalian kebisingan pada bagian transmisi kebisingan.

Apabila teknik pengendalian pada sumber suara sulit dilakukan, maka teknik berikutnya adalah dengan memberi pembatas atau sekat antara mesin dan pekerja. Cara lain adalah dengan menambah atau melapisi dinding, plafon dan lantai dengan bahan penyerap suara. Menurut Sanders dan McCormik dalam Tarwaka, dkk (2004) cara tersebut dapat mengurangi kebisingan antara 3-7 dB.

3) Pengendalian kebisingan secara administratif


(33)

merencanakan teknik pengendalian secara administratif. Teknik pengendalian ini lebih difokuskan pada manajemen pemaparan. Langkah yang dapat ditempuh adalah dengan mengatur rotasi kerja antara tempat yang bising dengan tempat yang lebih nyaman yang didasarkan pada intensitas kebisingan yang diterima pada tabel 1. 4) Pengendalian kebisingan pada penerima atau pekerja

Teknik ini merupakan langkah terakhir apabila seluruh teknik pengendalian di atas (eliminasi, pengendalian teknik dan administratif) belum memungkinkan untuk dilaksanakan. Jenis pengendalian ini dapat dilakukan dengan pemakaian alat pelindung telinga (tutup atau sumbat telinga). Menurut Pulat dalam Tarwaka, dkk (2004) pemakaian sumbat telinga dapat mengurangi kebisingan sebesar ± 30 dB, sedangkan tutup telinga dapat mengurangi kebisingan sedikit lebih besar yaitu antara 40-50 dB. Pengendalian kebisingan pada penerima ini telah banyak ditemukan di perusahaan-perusahaan, karena secara sekilas biayanya relatif lebih murah. Namun demikian banyak ditemukan kendala dalam pemakaian tutup atau sumbat telinga seperti, tingkat kedisiplinan pekerja, mengurangi kenyamanan kerja, mengganggu pembicaraan dll. Berikut adalah alat pelindung telinga menurut Tarwaka (2008) :

a) Sumbat telinga (Earplug)

Ukuran dan bentuk saluran telinga tiap-tiap individu dan bahkan untuk kedua telinga dari orang yang sama adalah berbeda.


(34)

Untuk itu ear plug harus dipilih sedemikian rupa sehingga sesuai dengan ukuran dan bentuk saluran telinga pemakainya. Pada umumnya diameter saluran telinga antara 5-11 mm dan liang telinga pada umumnya berbentuk lonjong dan tidak lurus. Ear plug dapat terbuat dari kapas, plastik, karet alami dan bahan sintetis. Untuk ear plug yang terbuat dari kapas, spon dan malam (wax) hanya dapat digunakan untuk sekali pakai (Disposable). Sedangkan yang terbuat dari bahan karet dan plastik yang dicetak (Molded rubber/plastic) dapat digunakan berulang kali (Non Disposable). Alat ini dapat mengurangi suara sampai 20 dB (A).

b) Tutup telinga(Earmuff)

Alat pelindung telinga jenis ini terdiri dari 2 (dua) buah tutup telinga dan sebuah headband. Isi dari tutup telinga dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian untuk waktu yang cukup lama, efektivitas ear muff dapat menurunkan karena bantalannya menjadi mengeras dan mengerut sebagai akibat reaksi dari bantalan dengan minyak dan keringat pada permukaan kulit. Alat ini dapat mengurangi intensitas suara sampai 30 dB (A) dan juga dapat melindungi bagian luar telinga dari benturan benda keras atau percikan bahan kimia.


(35)

Menurut Tarwaka (2008) perlu di perhatikan beberapa kriteria di dalam pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri sebagai berikut : 1) Alat pelindung diri harus mampu memberikan perlindungan efektif

kepada pekerja atas potensi bahaya yang dihadapi di tempat kerja. 2) Alat pelindung diri mempunyai berat yang seringan mungkin,

nyaman dipakai dan tidak merupakan beban tambahan bagi pemakainya.

3) Bentuknya cukup menarik, sehingga pekerja tidak malu memakainya.

4) Tidak menimbulkan gangguan kepada pemakainya, baik karena jenis bahayanya maupun kenyamanan dalam pemakaian.

5) Mudah untuk dipakai dan dilepas kembali.

6) Tidak mengganggu penglihatan, pendengaran dan pernafasan serta gangguan kesehatan lainnya pada waktu dipakai dalam waktu yang cukup lama.

7) Tidak mengurangi persepsi sensori dalam menerima tanda-tanda peringatan.

8) Suku cadang alat pelindung diri yang bersangkutan cukup tersedia dipasaran.

9) Mudah disimpan dan dipelihara pada saat tidak digunakan.

10) Alat pelindung diri yang dipilih harus sesuai standar yang ditetapkan Di samping pemenuhan terhadap kriteria-kriteria tersebut, pekerja juga harus terus-menerus diberikan penyadaran, diberikan instruksi baik


(36)

secara tertulis maupun lisan tentang kapan dan dalam keadaan bagaimana alat pelindung diri wajib dipakai. Penyadaran melalui tulisan atau gambar dan poster tentang kewajiban memakai alat pelindung diri yang dipasang di tempat-tempat kerja juga sangat baik untuk mengingatkan pekerja (Tarwaka, 2008).

2. Tekanan Darah

a. Pengertian tekanan darah.

Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah (Ethel, 2003).

Tekanan darah adalah menunjukkan keadaan di mana tekanan yang dikenakan oleh darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh, dengan kata lain tekanan darah juga berarti kekuatan yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap satuan luas dinding pembuluh (Guyton dan Hall, 2008).

Tekanan darah sistolik adalah tekanan yang diturunkan sampai suatu titik dimana denyut dapat dirasakan. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan di atas arteri brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung atau denyut arteri dengan jelas dapat didengar dan titik dimana bunyi mulai menghilang. Perbedaan tekanan antara sistole dan diastole disebut tekanan nadi dan normalnya adalah 30-50 mmHg (Hull, 1986).


(37)

Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui sistem pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan (Ethel, 2003).

a. Tekanan ventrikular kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 0 mmHg saat diastole.

b. Tekanan aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 80 mmHg saat diastole. Tekanan diastolik tetap dipertahankan dalam arteri karena efek lontar balik dari dinding elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100 mmHg.

Perubahan tekanan sirkulasi sistemik. Darah mengalir dari aorta (dengan tekanan 100 mmHg) menuju arteri (dengan perubahan tekanan dari 100 ke 40 mmHg) ke arteriol (dengan tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10 mmHg di ujung vena) masuk ke vena (dengan perubahan tekanan dari 10 mmHg ke 5 mmHg) menuju vena cava superior dan inferior (dengan tekanan 2 mmHg) dan sampai ke atrium kanan (dengan tekanan 0 mmHg) (Ethel, 2003).

b. Penggolongan tekanan darah. 1) Tekanan darah normal.

Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah normal bila tekanan darah untuk sistolik <140 mmHg dan diastolik <90 mmHg (Guyton dan Hall, 2008). Nilai tekanan darah normal :


(38)

a) Pada usia 15-29 tahun : sistolik 90-120 mmHg, diastolik 60-80 mmHg.

b) Pada usia 30-49 tahun : sistolik 110-140 mmHg, diastolik 70-90 mmHg.

c) Pada usia >50 tahun : sistolik 120-150 mmHg, diastolik 70-90 mmHg (Woro, 1999).

Tabel 2. Standar Tekanan Darah Normal

No. Usia Diastole Sistole

1 Pada masa bayi 50 70-90

2 Pada masa anak 60 80-100

3 Masa remaja 60 90-110

4 Dewasa muda 60-70 110-125

5 Lebih tua 80-90 130-150

Sumber : Evelyn, 2007. 2) Tekanan darah rendah.

Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah rendah bila tekanan darah untuk sistolik <100 mmHg dan diastolik <60 mmHg (Watson, 2002).

3) Tekanan darah tinggi.

Seorang dikatakan mempunyai tekanan darah tinggi apabila untuk tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90 mmHg (Watson, 2002).


(39)

Berikut adalah tabel untuk kategori tekanan darah : Tabel 3. Tabel Kategori Tekanan Darah

Tekanan Darah

Tekanan Darah Sistolik (angka bacaan di atas)

mmHg

Tekanan Darah Diastolik (angka bacaan

di bawah) mmHg

Normal Di bawah 120 Di bawah 80

Pre-hipertensi 120 - 139 80 - 89

Darah tinggi atau hipertensi (stadium 1)

140 - 159 90 - 99

Darah tinggi atau hipertensi (stadium 2 atau berbahaya)

Di atas 160 Di atas 100

Sumber : Joint National Committe-VII, 2004. c. Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah.

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah yaitu:

1) Faktor internal : a) Usia

Semakin tua umur seseorang tekanan sistoliknya semakin tinggi. Biasanya dihubungkan dengan timbulnya arteriosclerosis (Guyton dan Hall, 2008). Tekanan darah sistolik meningkat sesuai dengan peningkatan usia, akan tetapi tekanan darah diastolik meningkat seiring tekanan darah sistolik sampai sekitar usia 55 tahun, yang kemudian menurun oleh karena terjadinya proses kekakuan arteri akibat arteriosclerosis (Sudoyo, 2006).

b) Olahraga

Meningkatnya curah jantung karena olahraga atau aktivitas akan mengakibatkan tekanan darah naik pada menit-menit awal.


(40)

mengkompensasi kenaikan ini, sehingga tekanan darah akan cenderung tetap atau justru turun (Ridjab, 2005).

Olahraga sangat bermanfaat bagi tubuh. Diantara banyak manfaat olahraga, salah satunya adalah bahwa olahraga dapat meningkatkan kerja jantung dan pembuluh darah. Respon fisiologis terhadap olahraga adalah meningkatnya curah jantung yang akan disertai meningkatnya distribusi oksigen ke bagian tubuh yang membutuhkan, sedangkan pada bagian-bagian yang kurang memerlukan oksigen akan terjadi vasokonstriksi, misal traktus digestivus. Meningkatnya curah jantung pasti akan berpengaruh terhadap tekanan darah (Ridjab, 2005).

Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari (Caroline, 2008).

c) Emosi dan stres fisik

Saat manusia mempersepsikan sesuatu sebagai stres, bagian otak yang menangani pikiran mengirimkan sinyal ke sistem saraf melalui hipotalamus. Sistem saraf lalu mempersiapkan tubuh untuk menghadapi stres tersebut. Terjadi perubahan detak jantung dan tekanan darah, serta pupil melebar. Juga ada hormon dan zat-zat


(41)

adrenalin ini yang membuat tubuh siap, namun jika terjadi berkepanjangan akan menimbulkan kerugian misalnya terhambatnya pertumbuhan dan pemulihan tubuh, pencernaan dan reaksi kekebalan tubuh (imunologik). Dapat terjadi penyakit terkait stres; sebagai contoh penyakit jantung dan pembuluh darah (kardiovaskuler) akibat meningkatnya tekanan darah yang merusakkan jantung dan pembuluh darah (arteri) serta meningkatnya kadar gula darah (Selye, 2010)

Emosi, kecemasan, rasa takut, stres fisik dan rasa sakit dapat meningkatkan tekanan darah oleh karena rangsangan terhadap saraf simpatis menghasilkan peningkatan cardiac output dan vasokonstriksi arteri(Selye, 2010).

d) Obesitas

Obesitas atau kegemukan diartikan sebagai penimbunan jaringan lemak tubuh secara berlebihan sehingga berat badan telah melebihi batas ambang normal dan dapat membahayakan kesehatan (Kusumadiani, 2010).

Timbunan lemak dalam tubuh memicu tekanan darah tinggi dan meningkatkan kadar kolesterol darah dan insulin. Kondisi kegemukan yang dialami anak-anak sejak kecil jelas meningkatkan resiko kematian dini (Kusumadiani, 2010)

Derajat kelebihan berat badan dinyatakan dalam beberapa cara, akan tetapi yang mempunyai hubungan terbaik dengan lemak


(42)

tubuh, sehingga lebih disukai adalah Body Mass Index (BMI) atau Indeks Masa Tubuh (IMT). IMT adalah berat badan Kg / kuadrat tinggi badan (m2) atau dirumuskan BB/TB2. Indeks Massa Tubuh (IMT) yang kurang dari 18,5 termasuk dalam kategori kurus, untuk IMT antara 18,5 - 22,9 termasuk dalam kategori normal, untuk IMT 23,0 - 27,4 termasuk dalam kategori over weight dan untuk IMT lebih dari 27,5 termasuk dalam kategori obesitas (Taufik, 2007).

e) Merokok

Rokok mempunyai pengaruh terhadap sistem pembuluh yaitu darah jantung akan terlihat dengan adanya denyut jantung yang meningkat. Tekanan darah dan pengerutan otot jantung meningkat dengan akibat kebutuhan oksigen meningkat. Bahaya akan terjadi seseorang menderita tekanan darah tinggi sehingga dapat mempercepat terjadi keusakan otak, ginjal, mata dan pembuluh darah. Tidak terkecuali kemungkinan kematian mendadak (Eni, 2011).

Sementara, kelainan pembuluh darah pada jantung, akan mempercepat terjadinya serangan jantung. Pada orang yang sudah lama mengisap rokok sering juga terlihat terjadinya penyempitan pembuluh darah, utamanya ditungkai bawah. Akibatnya orang akan merasa dingin pada kaki dan tangan (Eni, 2011)


(43)

Nikotin menyebabkan kenaikan tekanan arteri dan denyut jantung oleh beberapa mekanisme (Kaplan dan Stamler, 1996) : (1)Nikotin merangsang pelepasan epinetrin lokal dari saraf

adrenergik dan meningkat sekresi katekolamin dari modula adrenalis dan dari jaringan kromafin di jantung.

(2)Nikotin bekerja pada kemoreseptor di glomus caroticus dan glomera aotica yang menyebabkan peningkatan denyut jantung dan tekanan arteri.

(3)Nikotin bekerja langsung pada miokardium untuk menginduksi efek inotropik dan kronotropik positif.

Menurut pendapat Singgih (1995) nikotin dalam merokok dapat mengakibatkan jantung berdenyut lebih cepat dan penyempitan saluran-saluran nadi sehingga menyebabkan jantung terpaksa memompa dengan lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan darah ke seluruh tubuh. Rokok mengandung nikotin sebagai penyebab ketagihan yang akan merangsang jantung, saraf, otak dan organ tubuh lainnya bekerja tidak normal, nikotin juga merangsang pelepasan adrenalin sehingga meningkatkan tekanan darah, denyut nadi dan tekanan kontraksi otot jantung (Sidabutar dan Wiguno, 1990).


(44)

Asap rokok mengandung nikotin yang memacu pengeluaran zat-zat seperti andrenalin. Zat ini merangsang denyut jantung dan tekanan darah. Merokok berulang kali dapat menaikkan langsung tekanan darah 5 sampai 10 mmHg (Iman, 2004).

f) Konsumsi alkohol

Mengkonsumsi alkohol berakibat buruk, dalam sebuah penelitian yang dilakukan Beever and Mac Gregor (1995), mendapatkan bahwa mengkonsumsi minuman berakohol dalam jumlah besar dapat meningkatkan tekanan darah (Riyadina, 2002). Diperkirakan mengkonsumsi alkohol yang berlebihan akan meningkatkan tekanan darah sekitar 5-20 %, dan sudah menjadi kenyataan bahwa dalam jangka panjang akan merusak jantung dan organ-organ lain (Aditama, 2005).

Konsumsi alkohol yang berlebihan selama jangka waktu yang panjang memiliki efek buruk pada hampir setiap organ dan sistem tubuh yaitu meningkatkan tekanan darah tinggi (hipertensi) (Permanente, 2010).

g) Minum kopi

Minum kopi yang mengandung kafein dapat menghasilkan perubahan dalam hemodinamik diantaranya dapat meningkatkan tekanan darah (James, 1993).


(45)

2) Faktor eksternal : a) Kebisingan

Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.48 tahun 1996). Pada umumnya kebisingan bernada tinggi sangat mengganggu, lebih-lebih yang terputus-putus atau yang datangnya secara tiba-WLED GDQ WLGDN WHUGXJD 6XPD¶PXU .HEisingan mengganggu perhatian, sehingga konsentrasi dan kesigapan mental menurun. Efek pada persyarafan otonom terlihat sebagai kenaikan tekanan darah, percepatan detak jantung, pengerutan pembuluh darah kulit, bertambah cepatnya metabolisme, menurunnya aktivitas alat pencernaan. Kebisingan yang melebihi NAB dapat menyebabkan kelelahan, kegugupan, rasa ingin marah, hipertensi (darah tinggi) dan menambah stres (Hermawati, 2006)

b) Tekanan panas.

Tekanan panas (heat stress) adalah beban iklim kerja yang diterima oleh tubuh manusia (Santoso, 2004). Selama aktivitas pada lingkungan panas, tubuh secara otomatis akan memberikan reaksi untuk memelihara suatu kisaran panas lingkungan yang konstan dengan menyeimbangkan antara panas yang diterima dari luar tubuh dengan kehilangan panas dalam tubuh. Lingkungan


(46)

kerja panas terdiri dari unsur suhu udara (kering dan basah), kelembaban nisbi, panas radiasi dan kecepatan gerak udara (Tarwaka dkk, 2004).

Pada lingkungan kerja panas, tubuh mengatur suhunya dengan penguapan keringat yang dipercepat dengan pelebaran pembuluh darah yang disertai meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah, sehingga beban kardiovaskuler bertambah 6XPD¶PXU

c) Masa kerja

Bising yang sangat keras (di atas 85 dB untuk daerah pabrik, industri dan sejenisnya) dapat menyebabkan kemunduran yang serius pada kondisi kesehatan seseorang pada umumnya dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kehilangan pendengaran sementara, yang lambat laun dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan berupa peningkatan tekanan darah dan pendengaran antara lain adalah intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan dan lamanya orang tersebut berada di tempat kerja atau di dekat sumber bunyi, baik dari hari ke hari atau seumur hidup (Azwar, 1990).

d) Beban kerja


(47)

tuntutan tugas-tugas, lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, ketrampilan, perilaku dan persepsi dari pekerja. Beban kerja kadang juga dapat didefinisikan secara operasional pada berbagai faktor seperti tuntutan tugas atau upaya-upaya yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan. Bagaimanapun juga, bukanlah hal yang bijaksana jika hanya mempertimbangkan beban kerja dari satu aspek saja, selama faktor-faktor yang lain mempunyai inter-relasi pada cara-cara yang komplek.

Pembebanan fisik yang dibenarkan adalah pembebanan yang melebihi 30-40% dari kemampuan kerja maksimum tenaga kerja dalam waktu 8 jam sehari dengan memperhatikan peraturan jam yang berlaku. Pembebanan yang lebih berat diperkenankan dalam waktu yang lebih singkat dan ditambah dengan istirahat yang VHVXDLGHQJDQEHUWDPEDKQ\DEHUDWEDGDQ6XPD¶PXU

Lebih lanjut Christensen dan Grandjean dalam Tarwaka, dkk (2004) menjelaskan bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas ventilasi paru, denyut jantung dan suhu inti tubuh.

Berat ringannya beban kerja yang diterima oleh seorang tenaga kerja dapat digunakan untuk menentukan berapa lama seorang tenaga kerja dapat melakukaan aktivitas pekerjaannya sesuai dengan kemampuan atau kapasitas kerja yang bersangkutan.


(48)

Di mana semakin berat beban kerja, maka akan semakin pendek waktu kerja seseorang untuk bekerja tanpa kelelahan dan gangguan fisiologis yang berarti atau sebaliknya (Tarwaka dkk, 2004).

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara sebagai berikut (Aditama, 2005) :

1) Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.

2) Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, di mana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosclerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

3) Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya jika aktivitas memompa


(49)

keluar dari sirkulasi, maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil. Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi secara otomatis).

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk sementara waktu berfungsi untuk (Aditama, 2005) :

1) Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar).

2) Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung, juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak).

3) Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh.

4) Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah. 3. Hubungan kebisingan dengan tekanan darah

Pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah terlihat jelas dari respon-respon fisiologis yang nampak terhadap pekerja. Kebisingan tidak hanya dapat menyebabkan gangguan pendengaran tetapi juga dapat menimbulkan gangguan terhadap mental emosional serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan mental emosional yaitu berupa terganggunya kenyamanan


(50)

kerja, mudah tersinggung, mudah marah. Melalui mekanisme hormonal yaitu dihasilkan hormon adrenalin, sehingga dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan peningkatan tekanan darah. Hal tersebut termasuk gangguan kardiovaskuler (Sasongko, 2000). Tarwaka, dkk (2004) juga menyatakan bahwa selain berpengaruh terhadap indera pendengaran pada intensitas kebisingan yang tinggi, kebisingan juga berpengaruh secara fisiologis yaitu terganggunya kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, risiko serangan jantung meningkat dan gangguan pencernaan.


(51)

B.Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Proses Produksi dan Mesin

Intensitas Kebisingan Melebihi NAB

Gangguan Mental Emosional

Peningkatan Produksi Hormon Adrenalin

Faktor Eksternal : 1. Tekanan Panas 2. Masa Kerja 3. Beban Kerja

Faktor Internal : 1. Usia

2. Olahraga

3. Emosi dan Stres Fisik 4. Obesitas

5. Merokok

6. Konsumsi Alkohol 7. Minum Kopi Tekanan Darah Meningkat

Gangguan Syaraf Otonom

Vasodilatasi Pembuluh Darah Tepi dan

Vasokontraksi Pembuluh Darah Dalam


(52)

C.Hipotesis

Hipotesis yang penulis sajikan pada penelitian ini adalah sebagai berikut ³Ada hubungan kebisingan dengan tekanan darah pada karyawan unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar´


(53)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan model pendekatan crosssectional.

B.Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar pada unit compressor.

Alasan pemilihan lokasi tersebut adalah tenaga kerja pada unit compressor dalam menjalankan pekerjaannya setiap hari terpapar kebisingan yang disebabkan dari mesin compressor. Menurut data pengukuran yang telah dilakukan, intensitas kebisingan yang didapatkan melebihi nilai ambang batas. Compressor merupakan bagian utilitas yang sangat berperan penting dalam proses produksi dan sebagai penggerak instrumen seperti pneumatik di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

Penelitian dilaksanakan tanggal 1 sampai dengan 31 Maret 2011 pada setiap hari kerja yaitu Senin - -XP¶DWSXNXO- 15.00 WIB.

C.Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono dalam Sumardiyono (2010) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini


(54)

adalah tenaga kerja yang bekerja di unit compressor di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Jumlah populasinya adalah 20 orang, yang terdiri dari 4 orang shift, 2 orang mekanik maintenance 1 orang safety man, 1 orang cleaning service dan sisanya berjumlah 12 orang yang terdiri dari leader utility, mekanik listrik dan mekanik yang lain yang ikut membantu atau memiliki hubungan dengan unit compressor.

D.Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada saat penelitian diambil dari kelompok Non Probability Sampling yaitu sampling jenuh. Menurut Sumardiyono (2010) sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasinya relatif kecil (kurang dari 30 orang). Istilah lain sampel jenuh adalah sensus.

E.Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama, baik sifat kodrat maupun sifat pengkhususan (Sumardiyono, 2010). Dalam penelitian ini digunakan teknik sampling jenuh dimana seluruh anggota populasi berjumlah 20 digunakan sebagai sampel penelitian, dikarenakan jumlah anggota populasi tenaga kerja yang bekerja di unit compressor di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar kurang dari 30 orang (sedikit).


(55)

F. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kebisingan. 2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah. 3. Variabel Pengganggu

Variabel pengganggu dalam penelitian ini, yaitu : tekanan panas, masa kerja, beban kerja, usia, olahraga, emosi dan stres fisik, obesitas, merokok, konsumsi alkohol, minum kopi.

G.Definisi Operasional 1. Kebisingan

Kebisingan adalah suara yang dihasilkan oleh mesin compressor yang berfungsi untuk menghasilkan udara tekan yang berfungsi untuk proses produksi dan penggerak alat instrumen berupa pneumatik. Dalam penelitian ini yang diukur adalah intensitas kebisingan khususnya mesin compressor piston nomor 2.

Alat ukur : Sound Level Meter RION NA-20.

Satuan : dB (desiBel)

Skala pengukuran : Interval 2. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik karyawan unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.


(56)

Alat ukur : Tensi meter digital OMRON modelSEM-1

Satuan : mmHg

Skala pengukuran : Rasio H.Cara Kerja Penelitian

1. Pengukuran kebisingan

Pengukuran intensitas kebisingan dilakukan dengan menggunakan alat Sound Level Meter RION NA-20 di unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Pada saat penelitian hanya satu mesin yang hidup yaitu mesin compressor piston nomor 2, sehingga pengukuran kebisingan khususnya hanya mesin tersebut. Pengukuran dilakukan pada jam kerja yaitu antara jam 07.00 sampai dengan jam 15.00. Pengukuran kebisingan dilakukan di titik dimana setiap tenaga kerja berada di titik tersebut. Terdapat 4 titik pengukuran dimana titik 1 berada 1 meter dari sumber bising, titik 2 berada 2 meter di sumber bising, titik 3 berada 3 meter dari sumber bising dan titik 4 berada 4 meter dari sumber bising. 2. Pengukuran tekanan darah

Pengukuran tekanan darah menggunakan alat tensi meter digital OMRON model SEM-1 pada karyawan unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada karyawan yang telah memasuki unit compressor dan berada di tiap titik-titik pengukuran intensitas kebisingan.


(57)

I. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan peralatan untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk pengambilan data beserta pendukungnya adalah :

1. Kebisingan

Sound Level Meter RION NA-20, yaitu alat untuk mengukur kebisingan, yang dilengkapi dengan mikrofon yang mendekati suara, mengkonversikannya ke dalam signal listrik dan memperbesar signal sampai pada tingkat tekanan suara. Skala Sound Level Meter yang dipakai adalah skala A.

Cara kerja :

a. Memutar switch ke A.

b. Memutar FILTER-CAL-INT ke arah INT.

c. Memutar level switch sesuai dengan tingkat kebisingan yang terukur. d. Menggunakan PHWHU G\QDPLF FKDUDFWHULVWLF VHOHFWRU VZLWFK ³)$67´

karena jenis kebisingannya continue.

e. Pengukuran dilakukan selama 1-2 menit, mikrofon diarahkan ke sumber kebisingan.

f. Jarak sound level meter dengan sumber bising adalah sesuai dengan posisi tenaga kerja selama kerja.


(58)

Gambar 2. Alat Sound Level Meter RION NA-20 2. Tekanan darah

OMRON model SEM-1, yaitu alat digital untuk mengukur tekanan darah dan denyut nadi.

a. Memasukkan ujung pipa manset pada bagian alat. b. Memperhatikan arah masuknya perekat manset. c. Memakai manset perhatikan arah selang.

d. Memperhatikan jarak manset dengan garis siku lengan kurang lebih 1-2 cm.

e. Memastikan posisi selang sejajar dengan jari tengah dan posisi tangan terbuka keatas.

f. Jika manset sudah terpasang dengan baik dan benar, merekatkan manset. g. MenHNDQWRPERO´START/STOP´XQWXNPHQJDNWLINDQDODW


(59)

i. MenHNDQWRPERO´START/STOP´XQWXNPHPDWLNDQ alat.

Gambar 3. Alat Tensi MeterDigital OMRON model SEM - 1 J. Analisis Data

Tehnik pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji statistik Pearson Product Moment dengan menggunakan program komputer SPSS versi 17.0, dengan interpretasi hasil sebagai berikut :

1. -LNDSYDOXH”PDNDKDVLOXMLGLQ\DWDNDQVDQJDWVLJQLILNDQ 2. Jika p value!WHWDSL” 0,05 maka hasil uji dinyatakan signifikan.

3. Jika p value > 0,05 maka hasil uji dinyatakan tidak signifikan (Riwidikdo, 2009).

Selanjutnya untuk menentukan arti nilai korelasi (r) antara dua variabel yang diteliti menurut Sumardiyono (2010), dapat dirumuskan sebagai berikut : Nilai korelasi (r) berkisar antara -1 s/d 1, yang berarti :


(60)

r = 0, artinya tidak ada hubungan linier.

r = -1, artinya hubungan linier negatif sempurna. r = 1, artinya hubungan linier positif sempurna. Arti hubungan :

1. Hubungan positif, terjadi bila kenaikan variabel satu diikuti kenaikan variabel yang lain, misalnya bertambah umur dan bertambah tekanan darahnya.

2. Hubungan negatif, terjadi bila kenaikan variabel satu diikuti penurunan variabel yang lain, misalnya semakin lama terpapar debu dan semakin menurun kapasitas natal paru.

Menurut Colton dalam Sumardiyono (2010), kekuatan hubungan dua variabel secara kualitatif dapat dibagi dalam empat area, yaitu :

Tabel 4. Tingkat Hubungan Nilai Korelasi (r)

No. Nilai Korelasi (r) Tingkat Hubungan

1 0,00 - 0,25 Tidak Ada Hubungan/Hubungan Lemah 2 0,26 - 0,50 Hubungan Sedang

3 0,51 - 0,75 Hubungan Kuat

4 0,76 - 1,00 Hubungan Sangat Kuat/Sempurna Sumber : Sumardiyono, 2010.


(61)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian

Penelitian dilaksanakan di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar bersamaan dengan pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan pada tanggal 1 sampai dengan 31 Maret 2011. Sebelum pengukuran, diadakan pengamatan langsung terhadap lingkungan kerja, jalannya proses produksi dan keadaan dari tenaga kerja. Berikut adalah hasil dari penelitian : 1. Unit compressor

PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar merupakan pabrik Ethanol terbesar di Indonesia dan juga pabrik Ethanol Integrated (selain memproduksi Ethanol juga memproduksi Acetic Acid dan EthylAcetate) pertama di Indonesia dan Asia Tenggara yang terletak dalam satu komplek dengan merk dagang di PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri Kebakkramat, Karanganyar.

Dalam berjalannya proses produksi, PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar juga dibantu dengan peralatan atau mesin pendukung (utilitas) berupa boiler, genset, cooling tower dan compressor. Utilitas memiliki peranan yang sangat besar dan penting dalam suatu industri, karena menunjang dalam jalannya proses produksi

Compressor sebagai penyedia udara tekan untuk proses produksi di area A 400, A 450 dan udara kering atau instrument untuk penggerak


(62)

pneumatic peralatan di semua area dimana pengguna terbesar adalah di plant.

Ada 2 jenis compressor : a. Compressor Turbo

Ada 2 unit, masing-masing dengan kapasitas udara terpasang 4.800 kg/jam, digerakkan oleh motor yang berkekuatan 500 Kw/unit, udara di compressor ini mengalami perlakuan pemampatan sampai 3 kali oleh turbo dimana setiap selesai dimampatkan, udara akan menjadi panas dan didinginkan di inter cooler sedangkan pendingin udara yang paling akhir adalah after cooler. Hal ini dilakukan agar didapatkan udara tekan dengan pressure, temperature dan flow yang sesuai dengan kebutuhan plant.

b. Compressor Piston

Ada 4 unit compressor piston tetapi ada satu yang mengalami kerusakan sehingga hanya 3 yang dapat dijalankan, masing-masing dengan kapasitas udara terpasang per unit 1.250 kg/jam, compressor ini dilengkapi motor berkekuatan 160 Kw yang menggerakan dua buah piston secara horisontal, yaitu piston low pressure (LP) dan piston high pressure (HP).

Sistem kerja compressor piston sebagai berikut : udara bebas atau atmosfir dengan tekanan 1 atm, dihisap oleh suction valve dan dimampatkan oleh delivery valve cylinder low pressure sehingga tekanan


(63)

kenaikan tekanan udara diikuti oleh kenaikan temperature udara dari suhu kamar 30 °C menjadi 64 °C. Karena tekanan udara masih rendah maka udara dihisap dan dimampatkan lagi di high pressure cylinder menjadi 5,5 bar - 7,2 bar dan temperaturnya 64 °C - 72 °C. Seperti pada compressor turbo demikian juga pada compressor piston dimana setiap kali udara mengalami pemampatan dan bertemperatur panas maka didinginkan di inter cooler dan paling akhir di after cooler agar tercapai temperatur maksimal 60 °C sesuai persyaratan sebagai udara proses.

Udara dari 2 jenis compressor ini kemudian ditampung di tangki stabilizer FA 550 A, B, D yang akan didistribusikan ke plant A dan B, sedang tangki FA 550 C untuk menampung udara instrument.

Udara instrument adalah udara proses dari tangki FA 550 D yang dialirkan ke air dryer, yaitu suatu alat dimana udara mengalami proses pengeringan dan pendinginan dari temperatur 60 °C menjadi 10 °C agar kandungan air didalam udara terkondensasi, sehingga tidak mengakibatkan peralatan di plant maupun di control room tidak cepat korosif. Tahap akhir perjalan udara instrument ini adalah melalui Hyper Filter S dan Q sebagai alat untuk memastikan bahwa kandungan air dalam udara instrument ini sudah sangat minimal.

2. Karakteristik responden

Jumlah responden yang diambil pada penelitian ini adalah keseluruhan populasi dari unit compressor yang berjumlah 20 orang. Berikut data yang diperoleh peneliti tentang keadaan umum responden penelitian :


(64)

a. Usia

Dari hasil wawancara dengan 20 responden di unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar tentang usia dari masing-masing responden diperoleh hasil sebagai berikut :

10% 0%

5%

15%

30% 40%

20-25 26-31 32-37 38-43 44-49 50-55

Gambar 4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 10, 11, 14, 15, 16, 17, 18 Maret 2011.

Usia tenaga kerja responden dalam penelitian ini antara 20-55 tahun. Usia responden yang paling muda adalah 20 tahun, usia paling tua adalah 55 tahun, dengan rata-rata usia responden 44,95 tahun.

b. Masa kerja

Dari hasil wawancara dengan 20 responden di unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar tentang masa kerja dari masing-masing responden diperoleh hasil sebagai berikut :


(65)

15%

85%

1-12 13-23

Gambar 5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Masa Kerja

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 10, 11, 14, 15, 16, 17, 18 Maret 2011.

Masa kerja responden dalam penelitian ini adalah antara 1-23 tahun, sedangkan masa kerja rata-rata 19,1 tahun. Masa kerja minimal responden adalah 1 tahun dan masa kerja maksimal 23 tahun.

3. Intensitas kebisingan

Hasil pengukuran intensitas kebisingan di unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5. Tabel Intensitas Kebisingan

No Titik Pengukuran Intensitas Kebisingan

(dB)

1 1 92

2 2 90

3 3 88

4 4 82

Rata-rata 89,3 Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 7 Maret 2011.

Keterangan : Rata-rata intensitas kebisingan dihitung menggunakan rumus Leq.

Dari hasil pengukuran diperoleh rata-rata intensitas kebisingan sebesar 89,3 dB (A), dengan intensitas tertinggi sebesar 92 dB (A) dan terendah


(66)

4. Tekanan darah

Hasil pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik pada karyawan unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Tabel Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik

No Tekanan Darah (mmHg)

Sistolik Diastolik

1 175 100

2 167 86

3 166 97

4 160 98

5 156 88

6 155 91

7 148 82

8 144 91

9 144 78

10 141 98

11 137 81

12 133 79

13 130 85

14 124 80

15 122 78

16 112 78

17 111 68

18 110 63

19 109 68

20 108 74

Jumlah 2752 1663

Rata-rata

137,6 83,15

Sumber : Hasil pendataan pada tanggal 10, 11, 14, 15, 16, 17, 18 Maret 2011.

Dari hasil pengukuran didapatkan rata-rata sistolik 137,6 mmHg dan rata-rata diastolik 83,15 mmHg. Tekanan darah sistolik berkisar antara 108-175 mmHg, tekanan darah diastolik berkisar antara 63-100 mmHg.


(67)

5. Hubungan kebisingan dengan tekanan darah

Hasil uji statistik hubungan kebisingan dengan tekanan darah pada karyawan unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar dengan menggunakan uji Pearson Product Moment SPSS versi 17.0 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Uji Statistik Pearson Product Moment

Kebisingan Sistolik Diastolik Kebisingan Pearson Correlation 1 ,933** ,840**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000

N 20 20 20

Sistolik Pearson Correlation ,933** 1 ,844**

Sig. (2-tailed) ,000 ,000

N 20 20 20

Diastolik Pearson Correlation ,840** ,844** 1

Sig. (2-tailed) ,000 ,000

N 20 20 20

** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Sumber : Hasil output SPSS.

Dari hasil pengujian statistik untuk Hubungan Kebisingan dengan Tekanan Darah pada Karyawan Unit Compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar diperoleh hasil p value = 0,000, sehingga p ”maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan, karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna, sehingga ada hubungan antara kebisingan dengan tekanan darah pada karyawan unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

Dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah sistolik sebesar 0,933 dan nilai r untuk kebisingan dengan tekanan darah diastolik sebesar 0,840 (tingkat hubungan korelasi (r)


(68)

berada diantara 0,76 - 1,00), sehingga menunjukan tingkat hubungan yang sangat kuat atau sempurna.

B.Pembahasan

1. Karakteristik responden a. Usia

Responden dalam penelitian ini berusia antara 20-55 tahun dengan usia responden yang paling muda adalah 20 tahun, usia paling tua adalah 55 tahun. Berdasarkan teori bahwa tekanan darah sistolik meningkat sesuai dengan peningkatan usia, akan tetapi tekanan darah diastolik meningkat seiring tekanan darah sistolik sampai sekitar usia 55 tahun, yang kemudian menurun oleh karena terjadinya proses kekakuan arteri akibat arteriosclerosis (Sudoyo, 2006). Berdasarkan referensi di atas dapat diketahui bahwa umur subjek penelitian masih dalam keadaan normal dan sesuai dengan teori untuk peningkatan dan penurunan tekanan darah.

b. Masa kerja

Masa kerja responden dalam penelitian ini adalah antara 1-23 tahun, sedangkan masa kerja rata-rata adalah 19,1 tahun, sehingga semakin lama seseorang bekerja maka semakin besar pula kemungkinan tenaga kerja tersebut mengalami gangguan kesehatan berupa peningkatan tekanan darah atau penyakit lainnya. Berdasarkan teori Azwar (1990) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan kesehatan


(1)

tidak lebih dari 4 jam. Untuk operator hanya sekitar 5 menit, 7x/hari berada di unit compressor untuk melakukan pengecekan, kecuali apabila ada trouble kemungkinan berada di unit compressor lebih lama. Untuk karyawan mekanik sekitar 2 jam berada di unit compressor apabila karyawan mekanik sedang melakukan perbaikan di unit tersebut, sedangkan untuk leader utility hanya 10 menit, 3x/hari berada di unit compressor untuk melakukan pengecekan, kecuali di unit compressor sedang dilakukan perbaikan, sehingga karyawan leader utility harus berada di unit compressor lebih lama untuk mengawasi perbaikan dan kinerja mekanik. Karyawan lebih sering berada di kantor utilitas yang berada jauh dari unit compressor dan ada juga yang berada di ruang maintenance dan juga karyawan operator lebih sering berada di unit cooling tower. Ruang maintenance disediakan sebagai tempat stand by untuk mekanik setelah melakukan pekerjaannya. Alasan karyawan tidak berada di unit compressor disebabkan karena tempat kerja di unit compressor kurang nyaman dan besarnya intensitas kebisingan yang membuat tidak nyaman karyawan, sehingga karyawan lebih sering berada di luar unit compressor yang bagi karyawan tersebut merasa lebih nyaman.

3. Tekanan darah

Dari hasil pengukuran didapatkan rata-rata sistolik 137,6 mmHg dan rata-rata diastolik 83,15 mmHg Tekanan darah sistolik berkisar antara tekanan 108-175 mmHg, untuk tekanan darah diastolik berkisar antara 63-100 mmHg. Berdasarkan teori Joint National Committe-VII (2004) dari


(2)

commit to user

tekanan darah responden didapatkan 12 responden termasuk dalam golongan tekanan darah tinggi dan 8 responden termasuk dalam golongan tekanan darah normal.

4. Hubungan kebisingan dengan tekanan darah

Berdasarkan hasil uji statistik Pearson Product Moment diperoleh hasil p value VHKLQJJDS”0,01 maka hasil uji dinyatakan sangat signifikan, karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna dan dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r kebisingan dengan tekanan darah sistolik sebesar 0,933 dan nilai r kebisingan dengan tekanan darah diastolik sebesar 0,840 (tingkat hubungan korelasi (r) berada diantara 0,76 - 1,00), sehingga menunjukan tingkat hubungan yang sangat kuat atau sempurna, sehingga ada hubungan antara kebisingan dengan tekanan darah pada karyawan unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, yaitu semakin tinggi intensitas kebisingan maka semakin tinggi pula tekanan darah sistolik dan diastolik.

Hal tersebut didukung dengan hasil pengukuran kebisingan yang menunjukan hasil untuk rata-rata intensitas kebisingan adalah 89,3 dB (A) melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisik tempat kerja menurut Kepmenaker RI No. Kep.51/MEN/1999 sebesar 85 dB (A), sedangkan untuk hasil pengukuran tekanan darah menunjukan hasil penggolongan tekanan darah tinggi lebih banyak dibanding dengan penggolongan tekanan darah normal, yaitu untuk golongan tekanan darah tinggi didapatkan 12


(3)

responden dan golongan tekanan darah normal didapatkan 8 responden. Hal ini mempunyai arti bahwa semakin tinggi intensitas kebisingan, semakin tinggi pula tekanan darah.

Hal tersebut telah membuktikan bahwa bising yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) mempengaruhi tekanan darah. Sesuai teori Sasongko (2000) mengenai pengaruh kebisingan terhadap kesehatan selain kerusakan pada indera pendengaran, kebisingan juga menimbulkan gangguan terhadap mental emosional serta sistem jantung dan peredaran darah. Gangguan mental emosional berupa terganggunya kenyamanan hidup, mudah marah dan menjadi lebih peka atau mudah tersinggung. Melalui mekanisme hormonal yaitu diproduksinya hormon adrenalin, dapat meningkatkan frekuensi detak jantung dan meningkatkan tekanan darah. Kejadian ini termasuk gangguan kardiovaskuler. Tarwaka, dkk (2004) juga menyatakan bahwa selain berpengaruh terhadap indera pendengaran pada intensitas kebisingan yang tinggi, kebisingan juga berpengaruh secara fisiologis yaitu terganggunya kesehatan seperti, meningkatnya tekanan darah dan denyut jantung, risiko serangan jantung meningkat dan gangguan pencernaan.

5. Keterbatasan penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan. Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi :

a. Pada penelitian ini hanya meneliti hubungan kebisingan dengan tekanan darah saja.


(4)

commit to user

b. Karena keterbatasan waktu dan biaya maka faktor yang lain seperti tekanan panas, beban kerja, olahraga, emosi dan stres fisik, obesitas, merokok, konsumsi alkohol dan minum kopi tidak diteliti.

c. Dalam penelitian tidak menggunakan alat tensi manual, dikarenakan peneliti tidak dapat menggunakan alat tensi manual karena penggunaan alat tensi manual harus peka dalam mendengarkan detak dalam stetoskop, padahal di tempat tersebut sangat bising sekali.

d. Dalam pengukuran tekanan darah menggunakan tensi meter digital, alat tersebut sangat sensitif apabila responden yang diukur banyak bergerak atau sedang berbicara sehingga didapatkan hasil yang tidak akurat dari pengukuran tekanan darah.

e. Penulis tidak mengetahui bahwa penggunaan adaptor untuk alat tensi meter digital lebih akurat dalam pengukuran daripada penggunaan baterai.


(5)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

1. Intensitas kebisingan rata-rata yang dihasilkan di unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar adalah sebesar 89,3 dB (A). Intensitas kebisingan tertinggi sebesar 92 dB (A) dan intensitas kebisingan terendah sebesar 82 dB (A).

2. Dari hasil pengukuran tekanan darah tenaga kerja unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar diketahui bahwa rata-rata tekanan darah sistolik 137,6 mmHg dan rata-rata-rata-rata diastolik 83,15 mmHg. Tekanan darah sistolik berkisar antara tekanan 108-175 mmHg, untuk tekanan darah diastolik berkisar antara 63-100 mmHg.

3. Berdasarkan hasil uji statistik Pearson Product Moment diperoleh hasil p

value VHKLQJJD S ” PDND KDVLO XML GLQ\DWDNDQ VDQJDt

signifikan, karena Ha diterima dan Ho ditolak, juga nilai korelasi r menunjukan hubungan linier positif sempurna dan dari hasil uji tersebut diketahui pula bahwa nilai r sebesar 0,933 dan 0,840 sehingga nilai r berada diantara 0,76 - 1,00 maka hasil uji menunjukan tingkat hubungan yang sangat kuat atau sempurna, sehingga ada hubungan kebisingan dengan tekanan darah pada karyawan unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar, hal ini mempunyai arti bahwa


(6)

commit to user

semakin tinggi intensitas kebisingan, maka semakin tinggi pula tekanan darah pada karyawan.

B.Saran

1. Sebaiknya perusahaan berusaha untuk mengurangi intensitas kebisingan yang dihasilkan dari mesin compressor piston dengan upaya yang dapat dilakukan antara lain memberikan peredam untuk mesin tersebut, maintenance secara rutin agar mesin terawat dan pemberian pelumas untuk mesin tersebut agar bising yang dihasilkan tidak terlalu tinggi, kalau perlu dilakukan penggantian mesin apabila benar-benar sulit untuk dikurangi intensitas kebisingannya demi kenyamanan tenaga kerja yang berpengaruh langsung ke produktivitas.

2. Perusahaan sebaiknya memberikan pelatihan dan penyuluhan kepada karyawan unit compressor PT. Indo Acidatama. Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar tentang pentingnya penggunaan ear plug dan gangguan terhadap kesehatan manusia akibat terpapar bising yang melebihi Nilai Ambang Batas (NAB).

3. Hendaknya kedisiplinan tentang penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) berupa ear plug dan ear muff lebih ditingkatkan lagi dengan mengadakan pengawasan terhadap APD tersebut dan apabila ada yang melanggar diberi sanksi yang tegas.


Dokumen yang terkait

ANALISIS PEMAPARAN INTENSITAS KEBISINGAN DI UNIT COMPRESSOR DAN UNIT COOLING TOWER PT. INDO ACIDATAMA TBK, KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

0 6 55

HUBUNGAN TEKANAN PANAS DENGAN TEKANAN DARAH PADA KARYAWAN DI UNIT FERMENTASI PT. INDO ACIDATAMA. Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

0 5 60

PERBEDAAN TEKANAN DARAH DAN GANGGUAN PSIKOLOGIS PADA TENAGA KERJA TERPAPAR KEBISINGAN DI UNIT Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 15

SKRIPSI Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 16

PENDAHULUAN Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 7

DAFTAR PUSTAKA Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 4

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Perbedaan Tekanan Darah Dan Gangguan Psikologis Pada Tenaga Kerja Terpapar Kebisingan Di Unit Boiler Pt. Indo Acidatama Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 30

PENDAHULUAN Hubungan Antara Tekanan Darah Dengan Gangguan Emosional Tenaga Kerja Terpapar Tekanan Panas Di Unit Boiler PT. Indo Acidatama, Tbk. Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 3 8

PERBEDAAN TEKANAN DARAH TENAGA KERJA SEBELUM DAN SESUDAH TERPAPAR KEBISINGAN MELEBIHI NAB DI UNIT BOILER BATUBARA PT. INDO ACIDATAMA, Tbk. KEMIRI, KEBAKKRAMAT, KARANGANYAR

0 2 66

PENDAHULUAN Pengaruh Iklim Kerja Terhadap Dehidrasi Pada Karyawan Unit Workshop Pt. Indo Acidatama Tbk, Kemiri, Kebakkramat, Karanganyar.

0 2 5