Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Akademisi terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Kota Salatiga Berdasarkan Decision Usefulness dan Understandability T1 232009037 BAB I
1. LATAR BELAKANG
Akuntansi pemerintah mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Banyak perubahan-perubahan yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki
praktik pelaporan keuangan baik lembaga atau instasi pemerintah pusat
maupun daerah sebagai salah satu cara untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance). Salah satu perkembangan dan
perubahan yang dilakukan oleh pemerintah adalah adopsi praktik akuntansi
sektor swasta oleh organisasi pemerintahan yaitu adopsi akuntansi berbasis
akrual pada laporan keuangan yang disajikan Pemerintah. Akuntansi basis
akrual menuntut adanya pembuatan laporan keuangan baru di lembaga
pemerintahan diluar laporan tradisional seperti laporan realisasi anggaran dan
laporan realisasi pendapatan dan belanja.
Di Indonesia, fenomena adopsi tersebut sudah dimulai sejak
diundangkannya Undang-Undang No.17 tentang Keuangan Negara tahun
2003 (UUKN). Dalam Undang-Undang Keuangan Negara tersebut telah
dijelaskan bahwa laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) / Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) disampaikan berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri
dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan (Undang Undang Keuangan Negara pasal 31 ayat 2). Pada
Tahun 2005 Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2005 yang menyatakan bahwa Pemerintah daerah (Pemda) wajib untuk
menggunakkan basis akuntansi cash towards accrual, untuk menghasilkan
neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, laporan kinerja keuangan
dan laporan perubahan ekuitas serta catatan atas laporan keuangan. Pada tahun
2010 hal ini diperbarui dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
yang menyatakan bahwa Pemda wajib untuk mengadopsi basis akuntansi
accrual untuk menghasilkan laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus
1
kas, laporan perubahan SAL, laporan operasional, laporan perubahan ekuitas
dan catatan atas laporan keuangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 memberikan batas waktu
implementasi accrual basis paling lambat sampai tahun 2014. Saat ini
beberapa Pemda sudah menyajikan sebagian laporan yag dipersyaratkan oleh
PP 71 Tahun 2010, termasuk Pemerintah kota (Pemkot) Salatiga. Pemkot
Salatiga pada tahun 2011 sudah menghasilkan Laporan Keuangan berupa
Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Laporan Target
dan Realisasi Pendapat dan Belanja. Laporan berbasis accrual ini diharapkan
dapat memenuhi persyaratan normatif laporan keuangan yaitu relevan, andal,
dapat dibandingkan dan dapat dipahami. Munculnya laporan-laporan baru
Pemerintah daerah tersebut menimbulkan pertanyaan sejauh mana laporanlaporan baru tersebut memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan
yang utama yaitu berguna dalam pembuatan keputusan (decision usefulness)
dan keterpahaman oleh para pengguna (understandability).
Penelitian mengenai decision usefulness dan understandability
laporan-laporan jenis baru di sektor pemerintahan tersebut sudah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Kober, et al. (2010)
meneliti kegunaan dan
keterpahaman laporan keuangan berbasis akrual pada Pemerintah Australia
dengan melakukan survey terhadap pengguna internal maupun eksternal
laporan keuangan pemerintah. Hasil penelitian Kober, et al. (2010)
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pemerintah, akuntansi berbasis kas dianggap tidak lagi memadai untuk
lembaga pemerintah, basis kas tidak dianggap berguna untuk sebagian besar
situasi keputusan. Dalam hal ini laporan akuntansi akrual dinilai lebih
dipahami dan berguna oleh para pengguna laporan keuangan sektor publik di
Australia.
Penelitian
ini
menggunakkan
metode
kualitatif
dengan
menyebarkan kuesioner pada pengguna laporan keuangan sektor publik baik
pengguna eksternal maupun pengguna internal. Di dalam kuesioner yang
2
disebarkan oleh Kober terdapat 2 bagian yang ditanyakan. Bagian pertama
menanyakan mengenai identitas responden dan bagian yang kedua dibagi lagi
menjadi dua pertanyaan. Pertanyaan pertama meminta responden untuk
menilai usefulness dari 12 konteks keputusan dilihat dari sistem akuntansi
yang berbeda sedangkan pertanyaan kedua meminta responden untuk menilai
pernyataan mengenai understandability dari laporan keuangan dilihat dari
sistem akuntansi yang berbeda.
Di sisi lain, Deaconu, et al. (2011) meneliti ada atau tidaknya manfaat
atau keuntungan basis akuntansi akrual dibandingkan akuntansi kas pada
Pemerintah Romania. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa di Rumania
akuntansi basis akrual lebih baik dibandingkan dengan akuntansi basis kas.
Penelitan seperti yang dilakukan oleh Kober, et al.(2010) dan
Deaconu, et al. (2011) sampai saat ini belum ada di Indonesia. Oleh karena itu
penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan agar diketahui persepsi
pengguna di Indonesia mengenai karakteristik kualitatif utama dari berbagai
laporan
keuangan
Pemerintah
yang
baru
yaitu
usefulness
dan
understandability.
Ada banyak pihak yang terkait dengan laporan keuangan sektor
pemerintah. Salah satunya adalah akademisi selaku pengguna laporan
keuangan eksternal sekaligus sebagai ahli. Akademisi perlu digali
pandangannya karena beberapa alasan yaitu akademisi adalah kelompok
masyarakat yang berpendidikan baik dan berpikiran kritis, akademisi
memiliki kapasitas intelektual untuk mengomentari perkembangan dalam
masyarakat serta akademisi merupakan kelompok masyarakat yang berperan
penting dalam pengembangan dan penyebarluasan praktik akuntansi dan
pelaporan keuangan yang baru dalam suatu masyarakat, khususnya akademisi
dalam bidang akuntansi. Akademisi dalam penelitian ini adalah akademisi
yang bekerja di Universitas Kristen Satya Wacana dan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi “AMA” Salatiga.
3
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
manfaat
untuk
memberikan informasi kepada para pembaca mengenai persepsi akademisi
terhadap decision usefulness dan understandability laporan keuangan yang
disajikan Pemkot Salatiga.
4
Akuntansi pemerintah mengalami perkembangan yang cukup pesat.
Banyak perubahan-perubahan yang dilakukan pemerintah untuk memperbaiki
praktik pelaporan keuangan baik lembaga atau instasi pemerintah pusat
maupun daerah sebagai salah satu cara untuk mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance). Salah satu perkembangan dan
perubahan yang dilakukan oleh pemerintah adalah adopsi praktik akuntansi
sektor swasta oleh organisasi pemerintahan yaitu adopsi akuntansi berbasis
akrual pada laporan keuangan yang disajikan Pemerintah. Akuntansi basis
akrual menuntut adanya pembuatan laporan keuangan baru di lembaga
pemerintahan diluar laporan tradisional seperti laporan realisasi anggaran dan
laporan realisasi pendapatan dan belanja.
Di Indonesia, fenomena adopsi tersebut sudah dimulai sejak
diundangkannya Undang-Undang No.17 tentang Keuangan Negara tahun
2003 (UUKN). Dalam Undang-Undang Keuangan Negara tersebut telah
dijelaskan bahwa laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran
Pendapatan Belanja Negara (APBN) / Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) disampaikan berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya terdiri
dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas
Laporan Keuangan (Undang Undang Keuangan Negara pasal 31 ayat 2). Pada
Tahun 2005 Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun
2005 yang menyatakan bahwa Pemerintah daerah (Pemda) wajib untuk
menggunakkan basis akuntansi cash towards accrual, untuk menghasilkan
neraca, laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, laporan kinerja keuangan
dan laporan perubahan ekuitas serta catatan atas laporan keuangan. Pada tahun
2010 hal ini diperbarui dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
yang menyatakan bahwa Pemda wajib untuk mengadopsi basis akuntansi
accrual untuk menghasilkan laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus
1
kas, laporan perubahan SAL, laporan operasional, laporan perubahan ekuitas
dan catatan atas laporan keuangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 memberikan batas waktu
implementasi accrual basis paling lambat sampai tahun 2014. Saat ini
beberapa Pemda sudah menyajikan sebagian laporan yag dipersyaratkan oleh
PP 71 Tahun 2010, termasuk Pemerintah kota (Pemkot) Salatiga. Pemkot
Salatiga pada tahun 2011 sudah menghasilkan Laporan Keuangan berupa
Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Laporan Target
dan Realisasi Pendapat dan Belanja. Laporan berbasis accrual ini diharapkan
dapat memenuhi persyaratan normatif laporan keuangan yaitu relevan, andal,
dapat dibandingkan dan dapat dipahami. Munculnya laporan-laporan baru
Pemerintah daerah tersebut menimbulkan pertanyaan sejauh mana laporanlaporan baru tersebut memenuhi karakteristik kualitatif laporan keuangan
yang utama yaitu berguna dalam pembuatan keputusan (decision usefulness)
dan keterpahaman oleh para pengguna (understandability).
Penelitian mengenai decision usefulness dan understandability
laporan-laporan jenis baru di sektor pemerintahan tersebut sudah dilakukan
oleh beberapa peneliti. Kober, et al. (2010)
meneliti kegunaan dan
keterpahaman laporan keuangan berbasis akrual pada Pemerintah Australia
dengan melakukan survey terhadap pengguna internal maupun eksternal
laporan keuangan pemerintah. Hasil penelitian Kober, et al. (2010)
menunjukkan bahwa untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas
pemerintah, akuntansi berbasis kas dianggap tidak lagi memadai untuk
lembaga pemerintah, basis kas tidak dianggap berguna untuk sebagian besar
situasi keputusan. Dalam hal ini laporan akuntansi akrual dinilai lebih
dipahami dan berguna oleh para pengguna laporan keuangan sektor publik di
Australia.
Penelitian
ini
menggunakkan
metode
kualitatif
dengan
menyebarkan kuesioner pada pengguna laporan keuangan sektor publik baik
pengguna eksternal maupun pengguna internal. Di dalam kuesioner yang
2
disebarkan oleh Kober terdapat 2 bagian yang ditanyakan. Bagian pertama
menanyakan mengenai identitas responden dan bagian yang kedua dibagi lagi
menjadi dua pertanyaan. Pertanyaan pertama meminta responden untuk
menilai usefulness dari 12 konteks keputusan dilihat dari sistem akuntansi
yang berbeda sedangkan pertanyaan kedua meminta responden untuk menilai
pernyataan mengenai understandability dari laporan keuangan dilihat dari
sistem akuntansi yang berbeda.
Di sisi lain, Deaconu, et al. (2011) meneliti ada atau tidaknya manfaat
atau keuntungan basis akuntansi akrual dibandingkan akuntansi kas pada
Pemerintah Romania. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa di Rumania
akuntansi basis akrual lebih baik dibandingkan dengan akuntansi basis kas.
Penelitan seperti yang dilakukan oleh Kober, et al.(2010) dan
Deaconu, et al. (2011) sampai saat ini belum ada di Indonesia. Oleh karena itu
penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan agar diketahui persepsi
pengguna di Indonesia mengenai karakteristik kualitatif utama dari berbagai
laporan
keuangan
Pemerintah
yang
baru
yaitu
usefulness
dan
understandability.
Ada banyak pihak yang terkait dengan laporan keuangan sektor
pemerintah. Salah satunya adalah akademisi selaku pengguna laporan
keuangan eksternal sekaligus sebagai ahli. Akademisi perlu digali
pandangannya karena beberapa alasan yaitu akademisi adalah kelompok
masyarakat yang berpendidikan baik dan berpikiran kritis, akademisi
memiliki kapasitas intelektual untuk mengomentari perkembangan dalam
masyarakat serta akademisi merupakan kelompok masyarakat yang berperan
penting dalam pengembangan dan penyebarluasan praktik akuntansi dan
pelaporan keuangan yang baru dalam suatu masyarakat, khususnya akademisi
dalam bidang akuntansi. Akademisi dalam penelitian ini adalah akademisi
yang bekerja di Universitas Kristen Satya Wacana dan Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi “AMA” Salatiga.
3
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan
manfaat
untuk
memberikan informasi kepada para pembaca mengenai persepsi akademisi
terhadap decision usefulness dan understandability laporan keuangan yang
disajikan Pemkot Salatiga.
4