T1 132012002 Full text

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN SEKS DENGAN TINGKAT

PERILAKU PACARAN REMAJA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI

1 ADIPALA CILACAP

ARTIKEL SKRIPSI

Oleh Indi Yunita

132012002

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Remaja yaitu masa perubahan dari masa kanak-kanak menuju ke kedewasaaan. Masa ini juga sering disebut masa peralihan ataau masa pencarian jati diri seseorang. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12-13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun (Papalia dan Olds 2001)

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang pokok bagi masyarakat indonesia. Pola perilaku generasi penerus akan terbentuk melalui dunia pendidikan, selain pendidikan dari orang tua. (Ajen, 2003)

Penelitian Departemen Kesehatan (2006) menyatakan bahwa sekitar 30% remaja melakukan hubungan

seks sebelum menikah dan 85% diantara remaja tersebut melakukan hubungan seks di dalam rumah. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rasa ingin tahu remaja yang kurang pengetahuan tentang seks sehingga menyebabkan remaja bereksplorasi dalam memenuhi dorongan seks seperti hubungan seks.

Menurut Rumini dan Sundari (2004) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Pada masa ini, remaja mulai berhadapan dengan masalah dunia yang dihadapi di masa anak-anak. Cinta, persahabatan, konflik, persaingan akan menjadi bagian dari masa remaja sebelum akhirnya remaja mengenal dunia dalam menginjak usia dewasa.

Pendidikan seks dalam lingkup sekolah, keluarga belum begitu di terapkan sehingga siswa kurang


(7)

memahami arti perilaku seks. Dalam lingkup sekolah kurang mensosialisasikan tentang pendidikan seks. Hal tersebut menyebabkan para remaja kurang mengetahui tentang pendidikan seks yang seharusnya sudah didapatkan sesuai dengan umur mereka.

Dari pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terhadap siswa-siswa SMA Negeri 1 Adipala Cilacap bahwa sering terjadi siswa-siswi berduaan dilingkup sekolah yang sepi, sambil memeluk dan memegang tangan. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru BK di SMA Negeri 1 Adipala masalah siswa-siswi memang beragam dan berbeda-beda satu dengan yang lain, tetapi untuk kelas XI khususnya XI IPA yang hamil diluar pernikahan menjadi salah satu masalah terbesar yang terjaadi di SMA ini.

Dari keterangan yang diperoleh melalui wawancara yang dilakukan oleh guru BK SMA Negeri 1 Adipala penulis tertarik untuk melakukan penelitian Hubungan antara pendidikan seks dengan tingkat perilaku pacaran remaja siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala Cilacap.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas mesalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: “Adakah Hubungan yang signifikan antara pendidikan seks dengan tingkat perilaku pacaran remaja siswa SMA Negeri 1 Adipala Cilacap?”

1.3Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah untuk menyatakan signifikansi hubungan antara pendidikan seks dengan tingkat perilaku pacaran


(8)

remaja siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala Cilacap.

1.4Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Apabila dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa ada hubungan antara pendidikan seks dengan tingkat pada perilaku pacaran maka sesuai haasil penelitian yang di lakukan Debi Tantri Handayani (2014) dan Tri Amini (2014).

2. Manfaat Praktis a. Bagi remaja

Bisa sebagai informasi dan gambaran mengenai perilaku pacaran yang sering dilakukan oleh remaja-ramaja yang mengakibatkan penilaian negatif di dalam masyarakat, sehingga di harapkan untuk bisa membatasinya.

b. Bagi orang tua.

Dapat memberikan informasi kepada oraang tua agar dapat

memperhatikan pergaulan anak-anaknya.

Diharapkan peneliti ini bisa memberikan informasi untuk mendapatkan penelitian dan pengembangan kembali topik ini dengan didasari variabel lain mengenai hubungan antara pendidikan seks dengan tingkat perilaku pacaran.

LANDASAN TEORI 2.1Perilaku Pacaran remaja

Pacaran adalah proses penjajakan, pengenalan, dimana dua individu berbeda jenis kelamin sebelum menikah.

Menurut Milles (2000) pengertian pacaran adalah saat remaja berbicara dengan lawan jenisnya dan belajar bertanggung jawab antar kehidupan antar pribadi.

Menurut Reksoprojo perilaku pacaran merupakan suatu hubungan


(9)

yang tumbuh diantara laki-laki dan perempuan yang menuju kedewasaan bisa disebut juga sebagai masa penjajakan ketika masing-masing pihak mencoba untuk saling mengerti kepribadian pasangannya. Hal ini terjadi sebelum mereka melanjutkan hubungan lebih jauh lagi.

Tahapan-tahapan perilaku seksual menurut Sarwono (2006) atara lain: berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada diatas baju, memegang buah dada dibalik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di balik baju, melakukan senggama.

2.2Pendidikan Seks

Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sma buat setiap anak. Pada akhirnya perlu

diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitive) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat di serap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (Singgih D. Gunarso)

Tukan (1994) mengungkapkan pendidikan seks harus dimulai dalam dan dari keluarga serta dimulai dari manusia sendiri.

Sedangkan menurut Kirkendall (1985) pendidikan seks dimulai sejak kanak-kanak pertama, yang sebagian besarnya tidak lain dari gambaran tentang pendidikan seks yang tidak langsung dan tergantung kepada cara orang tua mendekati anak-anak mereka dan mereka berusaha memenuhi keinginan mereka.

2.3Hasil Penelitian yang Relevan

Tri Amini (2014) tentang hubungan antara pendidikan seks


(10)

dengan perilaku seks bebas. Debi Tantri Handayani (2014) tentang perilaku seksual siswi SMK Widya praja Ungaran.

2.4Hipotesis

Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikansi antara pendidikan seks dengan tingkat perilaku pacaran remaja siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala Cilacap.

METODE PENELITIAN 3.1Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional.

3.2Teknik pengumpulan sampel

Dalam penelitian ini sampelnya adalah 47 siswa dari kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala Cilacap. 3.3 Variabel penelitian

Variabel bebas pendidikan seks dan variabel terikat tingkat perilaku pacaran.

3.4 Teknik pengumpulan data

Instrumen dalam penelitian ini mengguanakan skala pengukuran. Skala dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi sese orang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. (Sugiyono, 2011).

3.5Analisis data

Menurut Azwar (2000), validitas berasal dari validity yang berarti taraf sejauh mana suatu alat ukur mampu dikatakan valid bila mengukur apa yang seharusnya diukur dengan cermat. Standar pengukuran yang digunakan untuk menetukan validitas item berdasarkan pendapat Azwar (2007) bahwa suatu item dikatakan valid apabila r> 0,30. Namun apabila jumlah item yang valid ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka


(11)

dapat menurunkan sedikit kriteria dari 0,30 menjadi 0,25 atau 0,20. 3.6Teknik analisis data

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Uji Spearman yaitu untuk melihat adanya hubungan anrata dua variabel tanpa memberi dugaan untuk koefisien peringkat suatu populasi (Sugiyono, 2010). Dalam analisis ini, penulis dibantu dengan program SPSS 16 for windows.

4.1 Gambaran dubjek penelitian

SMA Negeri 1 Adipala adalah SMA satu-satunya yang berada di Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap karena kebanyakan sekolah menengah di Kecamatan Adipala itu SMK-SMK. SMA Negeri 1 adipala terletak di jalan Ahmad Yani Doplang. Keseluruhan siswa jurusan IPA kelas XI SMA Negeri 1 Adipala adalah 47siswa.

4.2 Pelaksanaan Penelitian

Surat ijin penelitian ini di keluarkan oleh Dekan FKIP-UKSW pada tanggal 31 Maret 2016, setelah mendapat ijin, maka pada tanggal 4 April 2016 penulis menyerahkan surat ijin kepada pihak sekolah SMA Negeri 1 Adipala. Penelitian di lakukan pada tanggal 14 dan 15 April 2016, jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala Cilacap. Analisis korelasi dengan menggunakan program spss for windows 16 maka diperoleh hasil penelitian yaitu koefisien korelasi antara pendidikan seks dengan tingkat pada perilaku pacaran pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala, yaitu r= -0. 095 dengan nilai p= 0, 263(p>0,05) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pendidikan seks dengan tingkat perilaku pacaran pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala.

4.2.4 Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, maka ada hubungan yang


(12)

signifikan antara pendidikan seks dengan tingkat perilaku pacaran. Dengan demikian hipotesis diterima.

4.3 Pembahasan

Dari hasil analisis dengan menggunakan program SPSS for Windows

Ralease 16, maka diperoleh hasil

penelitian, yaitu koefisien korelasi antara pendidikan seksual dan perilaku pacaran pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala, yaitu dengan r ꞊ -0,095 dengan nilai p ꞊ 0,263 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pendidikan seksual dengan perilaku pacaran pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala. Dapat diartikan pula bahwa semakin tinggi skor pendidikan seksual yang diperoleh siswa, pada saat bersamaan skor perilaku

PENUTUP 5.1. Simpulan

Dari hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan, simpulan penelitian adalah ada hubungan yang signifikan antara pendidikan seksual

dengan perilaku pacaran siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala dengan koefisien sebesar r ꞊ -0,95 dan p ꞊ 0,263 > 0,05 artinya apabila skor pendidikan seksual naik diikuti rendahnya skor perilaku pacaran.

5.2 Saran-saran

1) Kepada pihak sekolah SMA Negeri 1 Adipala dan Guru BK.

Pihak sekolah dapat lebih memperhatikan perkembangan siswa-siswinya didalam lingkup sekolah dengan cara mendorong dan membimbing siswa agar para siswa lebih mengerti apa itu pendidikan seksual dan apa itu perilaku pacaran karena itu merupakan hal yang siswa-siswi harus mengetahui, agar tidak terjebak dengan pergaulan yang negatif. Guru pembimbing dapat menyusun program atau layanan BK guna meningkatkan pengetahuan tentang pendidikan seks dan perilaku pacaran dan


(13)

mencegah siswa untuk melakukan hal tersebut karena beresiko. Memperhatikan siswa-siswinya agar tidak melakukan perilaku pacaran dan semakin lebih mengerti tentang pendidikan seksual itu apa sehingga bisa lebih berhati-hati dalam bertindak. 2) Bagi para Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tema yang sama, penulis menyarankan untuk melakukan atau mengontrol ruang lingkup yang lebih luas lagi, misalnya dengan di SMK-SMK yang memiliki siswa perempuan atau mungkin yang memiliki siswa laki-laki semua juga bisa di SMP-SMP yang masih masa bupertas, maka tulisan ini dapat dipakai sebagai bahan referensi.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2007). Reabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Depkes RI. (2006). Lebih 1,2 Juta Remaja Indonesia Sudah Lakukan Seks Pranikah.

(http://wartawarga.gunadarma. ac.id diunduh pada 04 Januari 2016).

Kirkendall, L.A. (1985). Anak dan Masalah seks. Jakarta: Bulan Bintang

Rumini S. & Sundari S. (2004).

Perkembangan Anak dan

Remaja. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Reksoprogo. (2000). Proposal penelitian perilaku pacaran. (www. ellsadayna.blogspot.co.id/2014 /06.html di unduh pada 15 juni 2016)


(14)

Sarwono W. S. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: Grafindo Persada.

Singgih,D. Gunarso. (2008). Gaya Hidup Sehat.

(http://www.gayahidupsehat.co m diunduh pada 8 Januari 2016).

Sugiyono,.(2011). Metode Penelitian. Bandung: Alfabet.

Tukan, J.S. Metode Pendidikan Seks, Perkawinan, dan Keluarga. Jakarta: Erlangga


(1)

yang tumbuh diantara laki-laki dan perempuan yang menuju kedewasaan bisa disebut juga sebagai masa penjajakan ketika masing-masing pihak mencoba untuk saling mengerti kepribadian pasangannya. Hal ini terjadi sebelum mereka melanjutkan hubungan lebih jauh lagi.

Tahapan-tahapan perilaku seksual menurut Sarwono (2006) atara lain: berkencan, berpegangan tangan, mencium pipi, berpelukan, mencium bibir, memegang buah dada diatas baju, memegang buah dada dibalik baju, memegang alat kelamin di atas baju, memegang alat kelamin di balik baju, melakukan senggama. 2.2Pendidikan Seks

Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat

lambatnya tahap-tahap

perkembangan tidak sma buat setiap anak. Pada akhirnya perlu

diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitive) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat di serap oleh anak, juga perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (Singgih D. Gunarso)

Tukan (1994) mengungkapkan pendidikan seks harus dimulai dalam dan dari keluarga serta dimulai dari manusia sendiri.

Sedangkan menurut Kirkendall (1985) pendidikan seks dimulai sejak kanak-kanak pertama, yang sebagian besarnya tidak lain dari gambaran tentang pendidikan seks yang tidak langsung dan tergantung kepada cara orang tua mendekati anak-anak mereka dan mereka berusaha memenuhi keinginan mereka.

2.3Hasil Penelitian yang Relevan

Tri Amini (2014) tentang hubungan antara pendidikan seks


(2)

dengan perilaku seks bebas. Debi Tantri Handayani (2014) tentang perilaku seksual siswi SMK Widya praja Ungaran.

2.4Hipotesis

Hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikansi antara pendidikan seks dengan tingkat perilaku pacaran remaja siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala Cilacap.

METODE PENELITIAN 3.1Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional.

3.2Teknik pengumpulan sampel

Dalam penelitian ini sampelnya adalah 47 siswa dari kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala Cilacap. 3.3 Variabel penelitian

Variabel bebas pendidikan seks dan variabel terikat tingkat perilaku pacaran.

3.4 Teknik pengumpulan data

Instrumen dalam penelitian ini mengguanakan skala pengukuran. Skala dalam penelitian ini menggunakan skala likert. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi sese orang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. (Sugiyono, 2011).

3.5Analisis data

Menurut Azwar (2000), validitas berasal dari validity yang berarti taraf sejauh mana suatu alat ukur mampu dikatakan valid bila mengukur apa yang seharusnya diukur dengan cermat. Standar pengukuran yang digunakan untuk menetukan validitas item berdasarkan pendapat Azwar (2007) bahwa suatu item dikatakan valid apabila r> 0,30. Namun apabila jumlah item yang valid ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka


(3)

dapat menurunkan sedikit kriteria dari 0,30 menjadi 0,25 atau 0,20. 3.6Teknik analisis data

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Uji Spearman yaitu untuk melihat adanya hubungan anrata dua variabel tanpa memberi dugaan untuk koefisien peringkat suatu populasi (Sugiyono, 2010). Dalam analisis ini, penulis dibantu dengan program SPSS 16 for windows.

4.1 Gambaran dubjek penelitian

SMA Negeri 1 Adipala adalah SMA satu-satunya yang berada di Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap karena kebanyakan sekolah menengah di Kecamatan Adipala itu SMK-SMK. SMA Negeri 1 adipala terletak di jalan Ahmad Yani Doplang. Keseluruhan siswa jurusan IPA kelas XI SMA Negeri 1 Adipala adalah 47siswa.

4.2 Pelaksanaan Penelitian

Surat ijin penelitian ini di keluarkan oleh Dekan FKIP-UKSW pada tanggal 31 Maret 2016, setelah mendapat ijin, maka pada tanggal 4 April 2016 penulis menyerahkan surat ijin kepada pihak sekolah SMA Negeri 1 Adipala. Penelitian di lakukan pada tanggal 14 dan 15 April 2016, jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala Cilacap. Analisis korelasi dengan menggunakan program spss for windows 16 maka diperoleh hasil penelitian yaitu koefisien korelasi antara pendidikan seks dengan tingkat pada perilaku pacaran pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala, yaitu r= -0. 095 dengan nilai p= 0, 263(p>0,05) yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pendidikan seks dengan tingkat perilaku pacaran pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala.

4.2.4 Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, maka ada hubungan yang


(4)

signifikan antara pendidikan seks dengan tingkat perilaku pacaran. Dengan demikian hipotesis diterima.

4.3 Pembahasan

Dari hasil analisis dengan menggunakan program SPSS for Windows Ralease 16, maka diperoleh hasil penelitian, yaitu koefisien korelasi antara pendidikan seksual dan perilaku pacaran pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala, yaitu dengan r ꞊ -0,095 dengan nilai p ꞊ 0,263 yang artinya ada hubungan yang signifikan antara pendidikan seksual dengan perilaku pacaran pada siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala. Dapat diartikan pula bahwa semakin tinggi skor pendidikan seksual yang diperoleh siswa, pada saat bersamaan skor perilaku

PENUTUP 5.1. Simpulan

Dari hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan, simpulan penelitian adalah ada hubungan yang signifikan antara pendidikan seksual

dengan perilaku pacaran siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Adipala dengan koefisien sebesar r ꞊ -0,95 dan p ꞊ 0,263 > 0,05 artinya apabila skor pendidikan seksual naik diikuti rendahnya skor perilaku pacaran.

5.2 Saran-saran

1) Kepada pihak sekolah SMA Negeri 1 Adipala dan Guru BK.

Pihak sekolah dapat lebih memperhatikan perkembangan siswa-siswinya didalam lingkup sekolah dengan cara mendorong dan membimbing siswa agar para siswa lebih mengerti apa itu pendidikan seksual dan apa itu perilaku pacaran karena itu merupakan hal yang siswa-siswi harus mengetahui, agar tidak terjebak dengan pergaulan yang negatif. Guru pembimbing dapat menyusun program atau layanan BK guna meningkatkan pengetahuan tentang pendidikan seks dan perilaku pacaran dan


(5)

mencegah siswa untuk melakukan hal tersebut karena beresiko. Memperhatikan siswa-siswinya agar tidak melakukan perilaku pacaran dan semakin lebih mengerti tentang pendidikan seksual itu apa sehingga bisa lebih berhati-hati dalam bertindak. 2) Bagi para Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian dengan tema yang sama, penulis menyarankan untuk melakukan atau mengontrol ruang lingkup yang lebih luas lagi, misalnya dengan di SMK-SMK yang memiliki siswa perempuan atau mungkin yang memiliki siswa laki-laki semua juga bisa di SMP-SMP yang masih masa bupertas, maka tulisan ini dapat dipakai sebagai bahan referensi.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2007). Reabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Depkes RI. (2006). Lebih 1,2 Juta Remaja Indonesia Sudah Lakukan Seks Pranikah.

(http://wartawarga.gunadarma. ac.id diunduh pada 04 Januari 2016).

Kirkendall, L.A. (1985). Anak dan Masalah seks. Jakarta: Bulan Bintang

Rumini S. & Sundari S. (2004). Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Reksoprogo. (2000). Proposal penelitian perilaku pacaran. (www. ellsadayna.blogspot.co.id/2014 /06.html di unduh pada 15 juni 2016)


(6)

Sarwono W. S. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: Grafindo Persada.

Singgih,D. Gunarso. (2008). Gaya Hidup Sehat.

(http://www.gayahidupsehat.co m diunduh pada 8 Januari 2016).

Sugiyono,.(2011). Metode Penelitian. Bandung: Alfabet.

Tukan, J.S. Metode Pendidikan Seks, Perkawinan, dan Keluarga. Jakarta: Erlangga