Efek Infusa Herba Sambiloto (Andrographidis Herba ) Sebagai Antialergi Terhadap Dermatitis Alergika Pada Hewan Coba Mencit.

(1)

ABSTRAK

EFEK INFUSA HERBA SAMBILOTO ( Andrographidis Herba )

SEBAGAI ANTIALERGI TERHADAP DERMATITIS ALERGIKA PADA HEWAN COBA MENCIT

Tiara Apriani, 2006.

Pembimbing : Diana Krisanti Jasaputra, dr, M. Kes.

Dermatitis alergika merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I (tipe akut / anafilaktik), yang berperan utama dalam reaksi tersebut adalah mediator histamin. Bentuk sediaan fraksi etanol dari herba sambiloto berperan sebagai antihistamin yang dapat digunakan untuk dermatitis alergika.

Penelitian ini untuk mengetahui infusa herba sambiloto sebagai antialergi. Desain penelitian prospektif longitudinal eksperimental laboratoris, bersifat komparatif, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hewan coba yang digunakan mencit jantan dewasa galur swiss webster umur 8 minggu dengan berat badan 20 gram sebanyak 20 ekor.

Analisis data dengan Analisis Varian (ANAVA) dilanjutkan uji lanjut Student Newman Keuls dengan α = 0,05.

Hasil penelitian didapatkan diameter peradangan rata-rata kelompok II / kontrol positif (6,64 mm) ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) dengan kelompok III (5,82 mm), IV (5,68 mm), dan V (0 mm). Sedangkan persentasi eosinofil rata-rata kelompok II / kontrol positif (24%) menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan kelompok III (14,13%), IV (7,6%), dan V (4,93%) (p<0,05). Diameter peradangan dan persentasi eosinofil dari kelompok V tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dengan kelompok I / kontrol negatif (p>0,05).

Kesimpulan : infusa sambiloto sebagai antialergi mengurangi diameter peradangan dan menurunkan persentasi eosinofil pada SADT mencit dengan dermatitis alergika.

Kata kunci : herba sambiloto, dermatitis alergika, diameter peradangan, persentase eosinofil


(2)

ABSTRACT

EFFECT OF SAMBILOTO HERBA IN INFUSA ( Andrographidis Herba )

AS ANTIALLERGY TO ALLERGIC DERMATITIS ON EKSPERIMENTAL ANIMAL ( MALE MICE )

Tiara Apriani, 2006

Tutor : Diana Kristianti Jayaputra, dr, M.Kes.

Allergic dermatitis is a type I hipersensitivity reaction I (acute type / anaphylactic), in that reaction is histamine mediator. Form of etanol fraction from sambiloto plant have effect like antihistamine that can use for alergic dermatitis.

This research had been done to know the influent of sambiloto infusa as antialergy medicine with decreasing of diameter inflamation area on experimental (male mice) and the laboratory experimental prospective of eosinofil declination of eosinofil presentation Peripheral Blood Slide (SADT).

This research is using prospektif eksperimental laboratoris method which has comparative character using Complete Random Design. This research also use 8 week old swiss webster strain adult male mice as experimental animal which has 20 g weight and used 20.

The data analysis using Analize of Variant (ANOVA) and is continued with Student Newman Keuls test with α=0,05.

From this research we get the diameter of inflamation area in group II / positive control is (6,64 mm) there is significan (p<0,05) with group III is (5,82 mm), IV is (5,68 mm), and V is (0 mm). While the total rate of eosinofil percentage (%) in group II / positive control is (24 %) show significan different with group III is (14,13 %), IV is (7,6 %), and V is (4,93 %) (p<0,05). Diameter of inflamation and eosinofil percentage from group V there is no different significan with group I / negative control (p>0,05).

As a conclusion, sambiloto infusa as antiallergy decrease the diameter of inflamation area and decline the eosinofil percentage in SADT on mile mice with allergic dermatitis.

Keyword : sambiloto plant, allergic dermatitis, inflamation diameter, eosinofil precentage


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR GRAFIK... xii

DAFTAR DIAGRAM... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan... 2

1.3.1 Maksud Penelitian... 2

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Kegunaan Penelitian ... .2

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian... .3

1.5.1 Kerangka Pemikiran... 3

1.5.2 Hipotesis... 3

1.6 Metodologi Penelitian ... 4

1.7 Lokasi dan Waktu ... 4


(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Imun dan Terjadinya Alergi ... 5

2.1.1. Kekebalan Tubuh ... 5

2.2 Gambaran Umum Penyakit Alergi... 6

2.3 Reaksi Hipersensitivitas ... 11

2.3.1 Reaksi Hipersensitivitas Tipe I (Anafilaksis) ... 12

2.3.2 Reaksi Hipersensitivitas Tipe II (Sitotoksik) ... 15

2.3.3 Reaksi Hipersensitivitas Tipe III (Kompleks Imun) ... 16

2.3.3.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menetapnya Kompleks Imun... 17

2.3.3.2 Faktor-faktor yang Menyebabkan Terjadinya Pengendapan Kompleks Imun di Jaringan... 17

2.3.3.3 Bentuk Reaksi ... 18

2.4 Dermatitis Alergi... 22

2.5 Sambiloto (Andrographis paniculata )... 25

2.6 Hubungan Sambiloto dengan Alergi... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan... 30

3.2 Metode Penelitian ... 30

3.2.1 Desain Penelitian... 30

3.2.2 Variabel Penelitian ... 31

3.2.3 Metode Penarikan Sampel... 31

3.2.4 Prosedur Kerja... 32

3.2.5 Analisis Statistik ... 32

3.2.5.a Hipotesis Statistik... 32

3.2.5.b Kriteria Uji ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 34

4.2 Pengujian Hipotesis Penelitian... 40


(5)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 41

5.2 Saran... 41

DAFTAR PUSTAKA... 42

LAMPIRAN... 44

RIWAYAT HIDUP... 47


(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Diameter Peradangan / Lesi Dermatitis Rata-rata... 34 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Perbedaan Lebar Diameter

Peradangan / Lesi Dermatitis Rata-rata Mencit Rata-rata Mencit Antar Kelompok Perlakuan

Dengan p < 0,05 ... 35 Tabel 4.3 Presentase Eosinofil Rata-rata pada Sediaan Apus

Darah Tepi (SADT) Mencit Antar Kelompok

Perlakuan... 37 Tabel 4.4 Presentase Eosinofil Rata-rata pada Sediaan Apus

Darah Tepi (SADT) Mencit Antar Kelompok

Perlakuan Dengan p< 0,05 ... 38


(7)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Skema Reaksi Hipersensitivitas Tipe I, II, III, IV... 12

Gambar 2.2 Mastosit Pada Reaksi Hipersensitivitaas Tipe I ... 13

Gambar 2.3 Reaksi Hipersensitivitas Tipe I ... 14

Gambar 2.4 Reaksi Hipersensitivitas Tipe I ... 15

Gambar 2.5 Reaksi Hipersensitivitas Tipe II ... 16

Gambar 2.6 Reaksi Hipersensitivitas Tipe III... 19

Gambar 2.7 Reaksi Hipersensitivitas Tipe IV... 21

Gambar 2.8 Tanaman Sambiloto... 26

Gambar 2.9 Bunga Sambiloto ... 27

Gambar 2.10 Histamin dan Antihistamin Reseptor ... 29


(8)

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.1 Diameter Peradangan / Lesi Dermatitis Rata-rata

(dalam mm) ... 35 Diagram 4.2 Presentase Eosinofil Rata-rata pada Sediaan Apus Darah

Tepi (SADT) Mencit Antar Kelompok Perlakuan ... 38


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran I... 44 Lampiran II ... 45 Lampiran III ... 46


(10)

42

DAFTAR PUSTAKA

Barker Louis A. and Winbery Stephen L. 1998. Histamine and Antihistamines In: Brody, Larner, Minneman, editors: Human Pharmacology Molecular to

Clinical.3 rd ed. United States of America: Mosby-Year Book Inc. p. 811-826.

Brown Nancy J. and Roberts L. Jackson II. 2001. Histamine, Bradykinin, and Their Antagonist In: Hardman Joel G., Limbird Lee E., Gilman Alferd Goodman, editors: The Pharmacological Basis Of Therapeuticus. 10th ed, International edition. United States of America: McGraw-Hill Companies. p. 645-669.

Bruneton Jean. 1999. Phenolics, Shikimates, Acetates In: Pharmacognosy

Phytochemistry Medicinal Plants.2nd ed. New York: Lavoiser Publishing Inc. p. 322-3.

Chang J., Ali Declan, Belosevic M., 2001., Characteristics Of The Immune

System.,

http://www.biology.valberta.ca/courses.hp/zoo242/belosevic/immune_system/ img025.GIF., January 4th , 2006.

_______.2001., Characteristics Of The Immune System.,

http://www.biology.valberta.ca/courses.hp/zoo242/belosevic/immune_system/ img039.GIF., January 4th , 2006.

_______.2001., Characteristics Of The Immune System.,

http://www.biology.valberta.ca/courses.hp/zoo242/belosevic/immune_system/ img041.GIF., January 4th , 2006.

_______.2001., Characteristics Of The Immune System.,

http://www.biology.valberta.ca/courses.hp/zoo242/belosevic/immune_system/ img047.GIF., January 4th , 2006.

Dalimartha Setiawan. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jakarta: Trubus Agriwidya. p. 120.

Djuanda Suria, Sularsito Adi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-3. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.p. 111-118. Karnen Garna Baratawidjaja. 2004. Imunologi Dasar. Edisi 6. Jakarta: Balai

Pustaka. p. 1, 3, 6-12, 14-17, 172, 174, 177, 179-189.

Mills Simon and Bone Kerry. 2000. Principles And Practice Of Phytotherapy


(11)

43

Roitt I., Brostoff J., Male D., 1998., Immunology., http://www.immunocapinvitrosight.com/upload/2979/a-1-1-1.gif., January 4th , 2006.

Roitt I., Brostoff J., Male D., 1998., Immunology., http://www.immunocapinvitrosight.com/upload/2979/a-1-2-1.gif., January 4th , 2006.

Schlippe Gerrit., 1998., Allergic Skin Reaction: Diagnosis And Treatment., http://www.dermatest.de/publ/publ-grafiken/allergic-8_gr.jpg., January 4th , 2006.

Stringer Janet L. 2001. Basic Concepts In Pharmacology A Students Survival

Guide. 2nd ed. Singapore: McGraw-Hill Companies. p. 239-241.

Sugindo Adi. 2000. Imunodermatologi Bagi Pemula.Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

Widjaja M.C. 2002. Mencegah Dan Mengatasi Alergi Dan Asma Pada

Balita.Tanggerang: Kawan Pustaka. p. 1-58.

Winarto W.P. 2003. Sambiloto Budi Daya Dan Pemanfaatan Untuk Obat.Bogor: Penebar Swadaya. p. 1-10.

Wolf V. Robert., 2002., Hypersensitivities In The Oral Cavity., http://www.dental.mn.edu/oralpath/spresent/allergicreact/sld005.htm., January 4th , 2006.


(12)

44

Lampiran I

Analisis Statistik Anova on ranks Diameter Daerah Peradangan / Lesi Dermatitis Rata-rata Tiap Kelompok Perlakuan

One Way Analysist Variance Date source: Data 1 in Notebook

Normality Test: Failed (P= <0,001)

Test execution ended bu user request, ANOVA on Ranks begun

Kruskal-Wallis One Way Analysis of Variance on Ranks Data source: Data 1 in Notebook

Group N Missing

Col 1 5 0 Col 2 5 0 Col 3 5 0 Col 4 5 0 Col 5 5 0

Group Median 25% 75%

Col 1 0,000 0,000 0,000 Col 2 5,100 8,450 10,388 Col 3 5,300 5,100 6,150 Col 4 5,300 5,275 6,200 Col 5 0,000 0,000 0,000

H = 21,963 with 4 degrees of freedom (P = <0,001)

The differences in the median values among the treatment groups are greater than would be expected by chance, there is a statistically significant difference (P = <0,001)

To isolate the group or groups that differ from the others use a multiple comparison procedure All Fairwise Multiple Comparison Procedures (Student-Newman-Keuls Method) :

Comparison Dill of Ranks p q p<0,05

Col 2 vs Col 5 86,500 5 5,256 Yes Col 2 vs Col 1 86,500 4 6,539 Yes Col 2 vs Col 3 38,000 3 3,800 Yes Col 2 vs Col 4 34,000 2 5,022 Yes Col 4 vs Col 5 52,500 4 3,969 Yes Col 4 vs Col 1 52,500 3 5,250 Yes Col 4 vs Col 3 4,000 2 0,591 No Col 3 vs Col 5 48,500 3 4,850 Yes Col 3 vs Col 1 48,500 2 7,164 Yes Col 1 vs Col 5 0,000 2 0,000 No


(13)

45

Lampiran II

ANAVA RATA-RATA PRESENTASE EOSINOFIL DALAM SEDIAAN APUS DARAH TEPI MENCIT

One Way Analysist Variance Date source: Data 1 in Notebook Normality Test: Passed ( P = 0,260 ) Equal Variance Test : Passed ( P = 0,198 ) Group N Missing

Col 1 5 0 Col 2 5 0 Col 3 5 0 Col 4 5 0 Col 5 5 0

Group Mean Std Dev SEM

Col 1 3,266 0,865 0,387 Col 2 24,000 3,222 1,441 Col 3 14,134 1,464 0,655 Col 4 7,600 3,420 1,529 Col 5 4,932 1,588 0,710

Power of performed test with alpha = 0,050 : 1,000

Source of Variation DF SS MS F P

Between Treatments 4 1433,946 358,487 65,204 <0,001 Residual 20 109,958 5,498

Total 24 1543,904

The differences in the median values among the treatment groups are greater than would be expected by chance, there is a statistically significant difference (P = <0,001)

To isolate the group or groups that differ from the others use a multiple comparison procedure. All Fairwise Multiple Comparison Procedures (Student-Newman-Keuls Method) :

Comparison Diff of Means p q p<0,05

Col 2 vs Col 1 20,734 5 19,773 Yes Col 2 vs Col 5 19,068 4 18,184 Yes Col 2 vs Col 4 16,400 3 15,640 Yes

Col 2 vs Col 3 9,866 2 9,409 Yes Col 3 vs Col 1 10,868 4 10,364 Yes

Col 3 vs Col 5 9,202 3 8,775 Yes Col 3 vs Col 4 6,534 2 6,231 Yes Col 4 vs Col 1 4,334 3 4,133 Yes Col 4 vs Col 5 2,668 2 2,544 No Col 5 vs Col 1 1,666 2 1,589 No


(14)

46

Lampiran III

Perhitungan Konfersi Dosis

Dosis manusia = 5 g kering sambiloto 2 x Dosis manusia = 10 g kering sambiloto

4 x Dosis manusia = 20 g kering sambiloto ( untuk mencari dosis 3 ) Konversi dosis dari manusia 70 kg ke mencit 20 g = 0,0026

BB mencit yang digunakan = 20 g

Maka, dosis sambiloto untuk manusia dengan BB 70 kg adalah 20 g, dosis tersebut dikonversikan untuk mencit 20 g menjadi :

20 g x 0,0026 = 0,052 g

Dosis tersebut di atas diberikan dengan cara oral dalam 0,5 ml air.

Infusa herbal Sambiloto 10 % dibuat dari 10 g herbal dalam 100 ml air sesuai dengan farmakope Indonesia.

0,052 g = x 0,5 ml 100 ml x = 0,052 x 100 = 10,4 g 0,5

Jadi, infusa sambiloto 10 % dibuat dari 10,4 g herbal dalam 100 ml air Dilakukan pengenceran, maka dosis :

Dosis 3 = 0,052 g / 0,5 ml / mencit 20 g Æ 20 g Dosis manusia 70 kg Dosis 2 = 0,026 g / 0,5 ml / mencit 20 g Æ 10 g Dosis manusia 70 kg Dosis 1 = 0,013 g / 0,5 ml / mencit 20 gÆ 5 g Dosis manusia 70 kg


(15)

47

RIWAYAT HIDUP

Nama : Tiara Apriani

Nomor Pokok Mahasiswa : 0110183

Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 7 April 1983

Alamat : Jl. Merah Delima no.9 Buah Batu Bandung

Riwayat Pendidikan:

SDN Merdeka 5, Bandung, Tahun 1995 SLTP 13, Bandung, Tahun 1998

SMU 8, Bandung, Tahun 2001

Tahun 2001, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung.


(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Alergi merupakan sesuatu yang umum ditemukan di kalangan masyarakat Indonesia. Penyakit alergi yang sering dijumpai antara lain dermatitis alergika. Dermatitis alergika merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I (tipe akut / anafilaktik), dengan gejala akut berupa gatal-gatal dan kemerahan pada kulit yang sebagian besar dipengaruhi oleh histamin sebagai mediator alergi..

Bentuk sediaan fraksi etanol dari herba sambiloto berperan sebagai antihistamin dengan menghambat masuknya histamin ke dalam sel penerima yang menghambat kontraksi ileum marmut setelah diinduksi histamine dihidroksiklorida (Dalimartha, 2003). Komponen lainnya adalah neoandrografolid, andrografolid, deoksiandrografolid dan 14-deoksi-11, 12-didehidroandrografolid yang berkhasiat antiradang. Sehingga keduanya bekerjasama untuk mengurangi diameter daerah peradangan dan mengurangi jumlah sel eosinofil yang berperan dalam proses peradangan yang terjadi pada dermatitis alergika. (Dalimartha, 2003).

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui pengaruh tanaman sambiloto sebagai antialergi untuk mengatasi dermatitis alergika.


(17)

2

1.2 Identifikasi masalah

1. Apakah infusa herba sambiloto mempunyai efek sebagai antialergi dengan indikator berkurangnya diameter daerah peradangan pada dermatitis alergika dengan hewan coba mencit ?

2. Apakah infusa herba sambiloto mempunyai efek sebagai antialergi dengan indikator penurunan persentase eosinofil pada Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) mencit dengan dermatitis alergika ?

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini untuk memperoleh alternatif pengobatan dermatitis alergika yang lebih baik.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efek infusa herba sambiloto sebagai obat antialergi dengan indikator berkurangnya diameter daerah peradangan pada dermatitis alergika dengan hewan coba mencit.

2. Untuk mengetahui efek infusa herba sambiloto sebagai antialergi dengan indikator penurunan persentase eosinofil pada SADT mencit dengan dermatitis alergika.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan akademis penelitian ini adalah untuk memperluas cakrawala ilmu farmakologi herbal, khususnya sambiloto dalam mengatasi dermatitis alergika. Kegunaan praktis penelitian ini adalah sebagai dasar pengembangan pengobatan alergi khususnya dermatitis alergika.


(18)

3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Dermatitis alergika melibatkan beberapa mediator diantaranya histamin, bradikinin, dan serotonin. Histamin memegang peranan penting dalam patofisiologi penyakit alergi dan histamin yang terikat pada reseptornya bertanggung jawab untuk terjadinya reaksi radang.

Infusa herba sambiloto dapat berefek sebagai antihistamin yaitu menghambat histamin menuju ke reseptor sel targetnya (Widjaya, 2002), sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai antialergi.

Salah satu tanda klinis alergi adalah meningkatnya sel eosinofil ke daerah lesi (peningkatan eosinofil dapat terjadi dikarenakan ikatan antigen-IgE-mastosit yang mengalami degranulasi sehingga terjadi pelepasan mediator inflamasi yang menyebabkan perekrutan sel-sel eosinofil ke daerah lesi). Infusa herba sambiloto dalam penelitian ini diharapkan dapat menurunkan persentase eosinofil dan mengurangi diameter peradangan (Sugindo, 2000).

1.5.2 Hipotesis

1. Infusa herba sambiloto sebagai antialergi mengurangi diameter peradangan pada dermatitis alergika dengan hewan coba mencit.

2. Infusa herba sambiloto sebagai antialergi menurunkan persentase eosinofil pada SADT mencit dengan dermatitis alergika.


(19)

4

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian prospektif longitudinal eksperimental laboratoris bersifat komparatif dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan hewan coba mencit jantan dewasa galur swiss webster umur 8 minggu dengan berat badan 20 gram sebanyak 20 ekor. Penelitian ini menilai efek pemberian infusa herba sambiloto terhadap model dermatitis alergika pada hewan coba mencit.

Data yang diamati adalah diameter daerah peradangan dan persentase eosinofil sebagai respon terhadap efek antialergi herba sambiloto. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Varian (ANAVA) satu arah dilanjutkan uji beda rata-rata Student Newman Keuls dengan α = 0,05. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05.

1.7 Lokasi dan waktu

Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Dikerjakan pada bulan April sampai dengan Desember 2005.


(20)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Infusa sambiloto sebagai antialergi mengurangi diameter peradangan pada dermatitis alergika dengan hewan coba mencit.

2. Infusa sambiloto sebagai antialergi menurunkan persentasi eosinofil pada SADT mencit dengan dermatitis alergika.

1.2 Saran

Penelitian pengaruh infusa sambiloto sebagai antialergi terhadap dermatitis alergika pada hewan coba mencit ini, kiranya dapat menjadi dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya seperti : uji toksisitas dan uji klinik sehingga pada gilirannya sambiloto dapat digunakan sebagai obat antialergi.


(1)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Tiara Apriani

Nomor Pokok Mahasiswa : 0110183

Tempat dan tanggal lahir : Jakarta, 7 April 1983

Alamat : Jl. Merah Delima no.9 Buah Batu Bandung

Riwayat Pendidikan:

SDN Merdeka 5, Bandung, Tahun 1995 SLTP 13, Bandung, Tahun 1998

SMU 8, Bandung, Tahun 2001

Tahun 2001, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung.


(2)

1.1. Latar Belakang

Alergi merupakan sesuatu yang umum ditemukan di kalangan masyarakat Indonesia. Penyakit alergi yang sering dijumpai antara lain dermatitis alergika. Dermatitis alergika merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I (tipe akut / anafilaktik), dengan gejala akut berupa gatal-gatal dan kemerahan pada kulit yang sebagian besar dipengaruhi oleh histamin sebagai mediator alergi..

Bentuk sediaan fraksi etanol dari herba sambiloto berperan sebagai antihistamin dengan menghambat masuknya histamin ke dalam sel penerima yang menghambat kontraksi ileum marmut setelah diinduksi histamine dihidroksiklorida (Dalimartha, 2003). Komponen lainnya adalah neoandrografolid, andrografolid, deoksiandrografolid dan 14-deoksi-11, 12-didehidroandrografolid yang berkhasiat antiradang. Sehingga keduanya bekerjasama untuk mengurangi diameter daerah peradangan dan mengurangi jumlah sel eosinofil yang berperan dalam proses peradangan yang terjadi pada dermatitis alergika. (Dalimartha, 2003).

Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui pengaruh tanaman sambiloto sebagai antialergi untuk mengatasi dermatitis alergika.


(3)

1.2 Identifikasi masalah

1. Apakah infusa herba sambiloto mempunyai efek sebagai antialergi dengan indikator berkurangnya diameter daerah peradangan pada dermatitis alergika dengan hewan coba mencit ?

2. Apakah infusa herba sambiloto mempunyai efek sebagai antialergi dengan indikator penurunan persentase eosinofil pada Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) mencit dengan dermatitis alergika ?

1.3 Maksud dan Tujuan

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini untuk memperoleh alternatif pengobatan dermatitis alergika yang lebih baik.

1.3.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efek infusa herba sambiloto sebagai obat antialergi dengan indikator berkurangnya diameter daerah peradangan pada dermatitis alergika dengan hewan coba mencit.

2. Untuk mengetahui efek infusa herba sambiloto sebagai antialergi dengan indikator penurunan persentase eosinofil pada SADT mencit dengan dermatitis alergika.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan akademis penelitian ini adalah untuk memperluas cakrawala ilmu farmakologi herbal, khususnya sambiloto dalam mengatasi dermatitis alergika. Kegunaan praktis penelitian ini adalah sebagai dasar pengembangan pengobatan alergi khususnya dermatitis alergika.


(4)

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Dermatitis alergika melibatkan beberapa mediator diantaranya histamin, bradikinin, dan serotonin. Histamin memegang peranan penting dalam patofisiologi penyakit alergi dan histamin yang terikat pada reseptornya bertanggung jawab untuk terjadinya reaksi radang.

Infusa herba sambiloto dapat berefek sebagai antihistamin yaitu menghambat histamin menuju ke reseptor sel targetnya (Widjaya, 2002), sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai antialergi.

Salah satu tanda klinis alergi adalah meningkatnya sel eosinofil ke daerah lesi (peningkatan eosinofil dapat terjadi dikarenakan ikatan antigen-IgE-mastosit yang mengalami degranulasi sehingga terjadi pelepasan mediator inflamasi yang menyebabkan perekrutan sel-sel eosinofil ke daerah lesi). Infusa herba sambiloto dalam penelitian ini diharapkan dapat menurunkan persentase eosinofil dan mengurangi diameter peradangan (Sugindo, 2000).

1.5.2 Hipotesis

1. Infusa herba sambiloto sebagai antialergi mengurangi diameter peradangan pada dermatitis alergika dengan hewan coba mencit.

2. Infusa herba sambiloto sebagai antialergi menurunkan persentase eosinofil pada SADT mencit dengan dermatitis alergika.


(5)

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian prospektif longitudinal eksperimental laboratoris bersifat komparatif dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Penelitian ini menggunakan hewan coba mencit jantan dewasa galur swiss webster umur 8 minggu dengan berat badan 20 gram sebanyak 20 ekor. Penelitian ini menilai efek pemberian infusa herba sambiloto terhadap model dermatitis alergika pada hewan coba mencit.

Data yang diamati adalah diameter daerah peradangan dan persentase eosinofil sebagai respon terhadap efek antialergi herba sambiloto. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Varian (ANAVA) satu arah dilanjutkan uji beda rata-rata Student Newman Keuls dengan α = 0,05. Kemaknaan ditentukan berdasarkan nilai p < 0,05.

1.7 Lokasi dan waktu

Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Dikerjakan pada bulan April sampai dengan Desember 2005.


(6)

5.1 Kesimpulan

1. Infusa sambiloto sebagai antialergi mengurangi diameter peradangan pada dermatitis alergika dengan hewan coba mencit.

2. Infusa sambiloto sebagai antialergi menurunkan persentasi eosinofil pada SADT mencit dengan dermatitis alergika.

1.2 Saran

Penelitian pengaruh infusa sambiloto sebagai antialergi terhadap dermatitis alergika pada hewan coba mencit ini, kiranya dapat menjadi dasar bagi penelitian-penelitian selanjutnya seperti : uji toksisitas dan uji klinik sehingga pada gilirannya sambiloto dapat digunakan sebagai obat antialergi.