Aktivitas Kombinasi Herba Jombang dan Meniran Terhadap Jumlah Eosinofil Pada Mencit Dengan Dermatitis Alergika.

(1)

iv ABSTRAK

AKTIVITAS KOMBINASI HERBA JOMBANG DAN MENIRAN TERHADAP JUMLAH EOSINOFIL PADA DERMATITIS

ALERGIKA DENGAN HEWAN COBA MENCIT

Liana Jessica, 2009. Pembimbing I : Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes. Pembimbing II : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes.

Dermatitis alergika merupakan peradangan kulit, yang ditandai infiltrasi sel eosinofil ke daerah peradangan. Sel eosinofil menghasilkan protein toksik yang menyebabkan kerusakan jaringan, oleh sebab itu, obat yang dapat menurunkan jumlah eosinofil dapat pula mengurangi proses peradangan. Tumbuhan obat yang sering digunakan untuk mengatasi dermatitis alergika, antara lain herba jombang dan meniran. Tujuan penelitian ini adalah menilai efek kombinasi herba jombang dan meniran dalam mengurangi persentase eosinofil pada apus darah tepi mencit dermatitis alergika. Penelitian eksperimental laboratoris ini bersifat longitudinal propektif komparatif menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Hewan coba mencit dibagi 5 kelompok (n=5) dan diinduksi ovalbumin 10%. Ekstrak etanol kombinasi herba jombang dan meniran diberikan dengan dosis 1: jombang 19,5 + meniran 19,5 mg/kgBB; dosis 2: jombang 48,75 + meniran 48,75 g/kgBB; dosis 3: jombang 19,5 + meniran 48,75 g/kgBB. Data berupa persentase eosinofil pada apus darah tepi mencit dan dianalisis dengan ANOVA α = 0,05. Hasil penelitian adalah rata-rata jumlah eosinofil pada kelompok perlakuan dosis 1 (23.400%); 2 (18.800%); 3 (29,800%); berbeda bermakna dengan kontrol + (44.800%) (p<0,5) dan tidak berbeda bermakna dengan loratadin sebagai kontrol pembanding (24.400%) (p>0,05). Kesimpulannya kombinasi herba jombang dan meniran mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.


(2)

ABSTRACT

ACTIVITY OF COMBINATION OF DANDELION AND CHILD-PICK-A-BACK HERB IN REDUCING EOSINOPHILS IN ALLERGIC

DERMATITIS WITH MICE AS EXPERIMENTAL ANIMALS Liana Jessica, 2009. Tutor I : Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes.

Tutor II : Lisawati Sadeli, dr., M.Kes.

Allergic dermatitis is a skin inflammation which is signed by eosinophils infiltration to the inflammation zone. Eosinophils produce toxic protein which cause inflammation in the tissue. So, medicine which can causes the decrease of eosinophils can also reduces the inflammation proccess. Herbal Medicine which are often used for solving allergic dermatitis are dandelion and child-pick-a-back. The aim of this research is to value the effect of the herb combination of dandelion and child-pick-a-back in reducing eosinophils percentage at peripheral blood specimen of allergic dermatitis mice. This research is based on longitudinal prospective comparative experimental laboratory method using Completed Random Design. .The experimental animals used in this research is 5 groups divided (n=5) and ovalbumin 10% induced mice. The ethanol extract of herb combination of dandelion and child-pick-a-back is given in dose 1: dandelion 19,5 + child-pick-a-back 19,5 mg/kgBB mice; dose 2: dandelion 48,75 + back 48,75 mg/kgBB mice; dose 3: dandelion 19,5 + child-pick-a-back 48,75 mg/kgBB mice. The data, the percentage of eosinophils in peripheral blood specimen of mice, is analysed by ANOVA α = 0,05. The research results are the mean of eosinophils count in dose 1 (23.400%); 2 (18.800%); 3 (29,800%); are signifficantly different with control + (44.800%) (p<0,5) and are not signifficantly different with loratadin (24.400%) (p>0,05). The conclusion of this research is the herb combination of dandelion and child-pick-a-back reduces the eosinophils percentage in peripheral blood specimen of allergic dermatitis mice.


(3)

vii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ...iii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian... 4

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 5

1.6 Metode Penelitian... 6

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kulit... 7

2.1.1 Fungsi Kulit... 7

2.1.2 Struktur Lapisan Kulit ... 7

2.1.3 Reaksi Imun Pada Kulit ... 9

2.2 Reaksi Hipersensitivitas ...11

2.2.1 Reaksi Hipersensitivitas Tipe 1 ...11

2.2.2 Reaksi Hipersensitivitas Tipe 2 ...14

2.2.3 Reaksi Hipersensitivitas Tipe 3 ...14

2.2.4 Reaksi Hipersensitivitas Tipe 4 ...15

2.3 Inflamasi ...15

2.3.1 Inflamasi Akut ...16

2.3.2 Inflamasi Kronis ...18

2.4 Eosinofil...18

2.5 Radikal Bebas dan Antioksidan ...19

2.6 Dermatitis ...22

2.6.1 Dermatitis Kontak Alergika ...22

2.6.1.1 Dermatitis Kontak Alergika Akuta ...23

2.6.1.2 Dermatitis Kontak Alergika Kronika ...23

2.6.2 Dermatitis Atopik ...23

2.6.2.1 Faktor Imunologi pada Dermatitis Atopik...28


(4)

2.7.1 Meniran ...29

2.7.2 Jombang ...31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan...34

3.2 Persiapan Penelitian ...35

3.2.1 Hewan Percobaan Penelitian...35

3.2.2 Bahan Uji ...35

3.3 Metode Penelitian...35

3.3.1 Metode Penarikan Sampel ...35

3.3.2 Variabel Perlakuan dan Respon ...36

3.3.3 Prosedur Penelitian ...36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ...40

4.2 Pembahasan ...41

4.3 Uji Hipotesis ...43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ...45

5.2 Saran...45

DAFTAR PUSTAKA...46

LAMPIRAN ...49


(5)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Persentase Jumlah Eosinofil Kombinasi Ekstrak Etanol Jombang dan Meniran ... 40 Tabel 4.2 Uji Statistik Penelitian dengan Bahan Uji Kombinasi Ekstrak


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Lapisan Kulit ... 9

Gambar 2.2 Sistem Imun pada Kulit ...10

Gambar 2.3 Reaksi Hipersensitivitas...11

Gambar 2.4 Peran IgE dan Sel Mast dalam Immediate Hypersensitivity ...14

Gambar 2.5 Reaksi Penghambatan Anti-oksidan Primer Terhadap Radikal Lipida ...22

Gambar 2.6 Anti-oksidan Bertindak Sebagai Prooksidan pada Konsentrasi Tinggi ...22

Gambar 2.7 Dermatitis Atopik ...26

Gambar 2.8 Peran Thelper pada Dermatitis Alergika...29

Gambar 2.9 Phyllanthus niruri L. ...29

Gambar 2.10 Taraxacum officinale Weber et Wiggers ...31

Gambar 4.1 Perbedaan Rata-rata Jumlah Eosinofil Dosis 1, 2, dan 3 dengan Kontrol Positif serta Loratadin ...40


(7)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Perhitungan Dosis ...49

Lampiran 2 Alur Kerja...50

Lampiran 3 Statistik...51


(8)

Lampiran 1 Perhitungan Dosis

Dosis 1:

Jombang yang setara dengan 3 g dosis manusia:

3 g x 0,0026 x 5% = 0,0078 g x 5%/mencit 20 g = 0,39 mg/mencit 20 g = 19,5 mg/KgBB mencit Meniran yang setara dengan 3 g dosis manusia:

3 g x 0,0026 x 5% = 0,0078 g x 5 %/mencit 20 g = 0,39 mg/mencit 20 g = 19,5 mg/KgBB mencit

Dosis 2:

Jombang yang setara dengan 7,5 g dosis manusia:

7,5 g x 0,0026 x 5% = 0,0195 x 5% g = 0,975 mg/mencit 20 g = 48.75 mg/KgBB mencit Meniran yang setara dengan 7,5 g dosis manusia:

7,5 g x 0,0026 x 5% = 0,0195 x 5% g = 0,975 mg/mencit 20 g = 48.75 mg/KgBB mencit

Dosis 3:

Jombang yang setara dengan 3 g dosis manusia:

3 g x 0,0026 x 5% = 0,0078 g x 5%/mencit 20 g = 0,39 mg/mencit 20 g =19,5 mg/KgBB mencit Meniran yang setara dengan 7,5 g dosis manusia:

7,5 g x 0,0026 x 5% = 0,0195 x 5% g = 0,975 mg/mencit 20 g = 48.75 mg/KgBB mencit


(9)

50 Lampiran 2

Alur Kerja

mencit dibagi 5 kelompok (dosis 1, dosis 2, dosis 3, kontrol +, dan loratadin)

mencit diadaptasikan selama 7 hari dengan suasana laboratorium

punggung mencit dicukur untuk semua kelompok

punggung mencit semua kelompok pada penelitian disuntik ovalbumin 10% intrakutan masing-masing pada hari ke-1 dan 7

pada hari ke-21, mencit-mencit kelompok uji diberikan bahan uji per oral dengan menggunakan sonde oral sedangkan kelompok pembanding memperoleh

loratadin

satu jam kemudian, mencit-mencit kelompok uji dan kontrol pembanding disuntik ovalbumin 10% intrakutan

setiap mencit masing-masing kelompok, 24 jam kemudian diambil darahnya melalui ekor untuk dibuat Sediaan Apus Darah Tepi (SADT) dan diwarnai


(10)

Lampiran 3 Statistik

Kombinasi Ekstrak Etanol Jombang dan Meniran Eosinofil

Col 1 Dosis 1 Col 2 Dosis 2 Col 3 Dosis 3 Col 4 Kontrol + Col 5 Loratadin 36 23 8 39 21 13 24 25 47 21 9 15 29 44 25 36 23 35 47 33 23 9 52 47 22 Keterangan:

Dosis 1: memperoleh 0,2 ml ovalbumin 10% dan ekstrak kombinasi Ekstrak Etanol Meniran (EEM) dan Ekstrak Etanol Jombang (EEJ) dosis 1 per oral.

Dosis 2: memperoleh 0,2 ml ovalbumin 10% dan ekstrak kombinasi Ekstrak Etanol Meniran (EEM) dan Ekstrak Etanol Jombang (EEJ) dosis 2 per oral.

Dosis 3: memperoleh 0,2 ml ovalbumin 10% dan ekstrak kombinasi Ekstrak Etanol Meniran (EEM) dan Ekstrak Etanol Jombang (EEJ) dosis 3 per oral.

Kontrol positif yang memperoleh 0,2 ml ovalbumin 10% saja

Kontrol pembanding yang memperoleh 0,2 ml ovalbumin 10% dan loratadin per oral. One Way Analysis of Variance

Data Source: Data 1 in Notebook Normality Test: Passed (P = 0.224) Equal Variance Test: Passed (P = 0.221)

Group N Missing Col 1 5 0 Col 2 5 0 Col 3 5 0 Col 4 5 0 Col 5 5 0

Group Mean Std Dev SEM Col 1 23.400 12.582 5.627 Col 2 18.800 6.573 2.939 Col 3 29.800 15.959 7.137 Col 4 44.800 3.493 1.562 Col 5 24.400 5.079 2.272

Power of performed test with alpha = 0.050:0.841

Source of Variation DF SS MS F P Between Treatments 4 2019.760 504.940 5.109 0.005 Residual 20 1976.800 98.840


(11)

52

The differences in the mean values among the treatment groups are greater than would be expected by chance; there is a statistically significant difference (p=0.005).

All pairwise multiple comparison procedures (Duncan’s Method): Comparisons for factor

Comparison Diff of Means p q’ p<0.005

Col 4 vs. Col 2 26.000 5 5.848 Yes

Col 4 vs. Col 1 21.400 4 4.813 Yes

Col 4 vs. Col 5 20.400 3 4.588 Yes

Col 4 vs. Col 3 15.000 2 3.374 Yes

Col 3 vs. Col 2 11.000 4 2.474 No

Col 3 vs. Col 1 6.400 3 1.439 No

Col 3 vs. Col 5 5.400 2 1.215 No

Col 5 vs. Col 2 5.600 3 1.260 No

Col 5 vs. Col 1 1.000 2 0.225 No


(12)

Lampiran 4 Dokumentasi

Pencukuran mencit

Penyuntikan Ovalbumin 10%


(13)

54


(14)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Liana Jessica NRP : 0510079

Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 5 Agustus 1987 Alamat : Jl. Hercules no. 53, Bandung

Riwayat Pendidikan :

1. TKK VII BPK Penabur Jakarta. Lulus tahun 1993 2. SDK III BPK Penabur Jakarta. Lulus tahun 1999 3. SMPK I BPK Penabur Jakarta.

4. SMPK Modernland BPK Penabur Tangerang. Lulus tahun 2002 5. SMUK Gading Serpong BPK Penabur Tangerang. Lulus tahun 2005


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dermatitis alergika merupakan suatu reaksi hipersensitivitas, yang disebut juga sebagai dermatitis atopik. Penderita dermatitis atopik dan atau keluarganya biasanya mempunyai penyakit-penyakit alergi lain seperti asma bronkiale, pilek alergi, dan atau kaligata/urtikaria. Sekitar tahun 1930-an, sejak perubahan kulit sering berhubungan dengan manifestasi alergi tertentu, terutama hay fever dan asma, penyakit ini dinamakan dermatitis atopik. Dermatitis atopik pertama kali dipisahkan dengan jenis eksim lain dan prurigo oleh para dermatologis Perancis pada tahun 1885. Nama yang diberikan untuk penyakit ini bermacam-macam, antara lain neurodermatitis, prurigo Besnier, prurigo diasthesique, allergic eczema, eczema pruriginosum allergicum, flexural eczema, diathetic eczema, dan endogenous eczema (Lawrence and Adolph, 1978).

Istilah “atopik” pertama kali diperkenalkan oleh Coca (1923), yaitu istilah yang dipakai untuk sekelompok penyakit pada individu yang mempunyai riwayat alergi/hipersensitivitas dalam keluarganya. Literatur lainnya menyebutkan bahwa atopik adalah suatu reaksi immediate hypersensitivity terhadap antigen lingkungan yang diperantarai oleh IgE (Immunoglobulin E). Salah satu dari penyakit yang bersifat atopik ini adalah dermatitis atopik. Prevalensi dermatitis atopik adalah 5% pada populasi dewasa dan lebih dari 10% pada anak-anak (Mittermann et al.,2004).

Dermatitis, yang merupakan peradangan pada kulit, antara lain disebabkan oleh infiltrasi sel eosinofil ke daerah peradangan tersebut. Sel eosinofil menghasilkan protein toksik yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan, oleh sebab itu, obat yang dapat menurunkan jumlah eosinofil diduga dapat pula mengurangi proses peradangan (Diana, 2003).


(16)

2

Saat ini, dunia berada di dalam iklim back to nature yang dalam pelaksanaannya membiasakan hidup dengan menghindari bahan-bahan kimia sintetis dan lebih mengutamakan bahan-bahan alami. Semua hal yang serba natural semakin digemari dan dicari orang. Salah satunya adalah penggunaan tumbuhan untuk pengobatan. Pemanfaatan tumbuhan sudah seumur dengan peradaban manusia. Hal ini dapat diketahui dari kemampuan sebagian masyarakat meracik tumbuhan obat dan tradisi minum jamu yang turun-temurun dan mengakar kuat (Agus Kardinan, 2004).

Tumbuhan obat yang sering digunakan untuk mengatasi dermatitis alergika, antara lain herba jombang (Taraxacum officinale Weber et Wiggers) dan herba meniran (Phyllanthus niruri L.). Pengujian efektifitas infusa tumbuhan-tumbuhan tersebut telah dilakukan pada model dermatitis alergika dengan hewan coba mencit. Hasilnya, terjadi penurunan jumlah eosinofil pada Sediaan Apus Darah Tepi (SADT).

Melalui penelitian ini, peneliti bermaksud menilai efek kombinasi herba jombang dan meniran dalam menurunkan jumlah eosinofil pada SADT. Dosis yang digunakan pada penelitian ini didapat berdasarkan penelitian sebelumnya yaitu efek antiinflamasi ekstrak air dan etanol herba jombang pada dermatitis alergika serta efek antiinflamasi ekstrak air dan etanol herba meniran pada dermatitis alergika, dimana dosis yang terbaik dari penelitian tersebutlah yang digunakan pada penelitian ini.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah kombinasi Ekstrak Etanol herba Jombang (EEJ) 19,5 g/kgBB mencit dan Ekstrak Etanol herba Meniran (EEM) 19,5 g/kgBB mencit (dosis 1) mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.


(17)

3

2. Apakah kombinasi EEJ 48,75 g/kgBB mencit dan EEM 48,75 g/kgBB (dosis 2) mencit mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.

3. Apakah kombinasi EEJ 19,5 g/kgBB mencit dan EEM 48,75 g/kgBB (dosis 3) mencit mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh obat alternatif yang lebih optimal untuk mengatasi dermatitis alergika.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai:

1. efek kombinasi EEJ 19,5 mg/kg BB mencit dan EEM 19,5 mg/kgBB (dosis 1) mencit dalam mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.

2. efek kombinasi EEJ 48,75 mg/kgBB mencit dan EEM 48,75 mg/kgBB (dosis 2) mencit dalam mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.

3. efek kombinasi EEJ 19,5 mg/kgBB mencit dan EEM 48,75 mg/kgBB (dosis 3) mencit dalam mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

Manfaat akademis penelitian ini adalah diharapkan dapat memberi informasi dan memperluas cakrawala ilmu farmakologi, khususnya farmakologi tumbuhan obat, yaitu kombinasi herba jombang dan herba meniran untuk mengatasi dermatitis alergika.

Manfaat praktis penelitian ini adalah diharapkan dapat memberikan alternatif pengobatan dermatitis alergika yang lebih optimal.


(18)

4

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Gangguan imunologi yang menonjol pada dermatitis alergika adalah adanya peningkatan produksi IgE oleh sel B karena pengaruh limfosit Th2 yang meningkat dibandingkan dengan aktivitas Th1 yang merangsang sel B untuk menghasilkan IgG. Aktivitas limfosit meningkat karena pengaruh dari IL4 dan produksi IL4 dipengaruhi oleh aktivitas sel T Helper. Th2 pada penderita dermatitis alergika mempunyai peran yang dominan dan dengan demikian IgE juga dominan. IgE yang terbentuk akan diikat oleh sel mast/basofil melalui reseptor Fc. Fase ini disebut fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pembentukan IgE sampai diikat oleh reseptor spesifik (Fcε-R) pada permukaan sel mast dan basofil (Karnen, 2004)

Apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan sel mast atau sel basofil. Akibat ikatan tesebut, sel mast atau sel basofil mengalami degranulasi yang akan melepas mediator-mediator antara lain histamin, prostaglandin, dan bradikinin yang merupakan faktor kemotaktik bagi sel-sel radang seperti neutrofil dan eosinofil. Pelepasan eosinofil menimbulkan pelepasan mediator pro-inflamasi yang merupakan radikal bebas. Radikal bebas tersebut bersifat negative inhibition pada aktivitas Th1, sehingga aktivitas Th2 menjadi lebih dominan dan terbentuk IgE lebih banyak, serta berperan pada patogenesis terjadinya reaksi inflamasi yang disertai kerusakan jaringan pada penderita penyakit alergi. Selain itu, Th2 memproduksi IL-5 yang berpengaruh pada migrasi eosinofil ke daerah peradangan, sehingga adanya aktivitas Th2 yang meningkat akan menyebabkan migrasi eosinofil ke daerah peradangan (Henderson Jr et al., 2002).

Pemberian antioksidan yang berasal dari jombang dan meniran ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh radikal bebas seperti nitric oxide yang mengakibatkan kerusakan jaringan, sehingga


(19)

5

reaksi radang berkurang dan terjadi penurunan jumlah eosinofil. Penurunan jumlah eosinofil, dengan demikian juga akan menurunkan jumlah radikal bebas yang akan terbentuk sehingga reaksi inflamasi pada penderita dermatitis akan semakin berkurang.

Herba jombang mempunyai kandungan, antara lain flavonoid yang dapat menghambat pembentukan prostaglandin dan leukotrien. Prostaglandin adalah mediator utama pada reaksi peradangan, yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan menimbulkan pembengkakan di daerah peradangan. Oleh karena itu, reaksi radang juga akan berkurang dengan adanya flavonoid yang terkandung dalam herba jombang, demikian juga jumlah eosinofil. Kandungan jombang yang bersifat antioksidan adalah seperti p-hydroxy-phenylacetic acid derivat taraxacoside (dengan gugus fenol), vitamin C, flavonoid, dan β-karoten.

Senyawa flavonoid yang terkandung dalam meniran, yaitu quercetin juga merupakan senyawa anti-oksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan vitamin E. Selain itu, flavonoid quercetin juga terbukti mampu menghambat sintesis histamin yang merupakan mediator penting penyakit dermatitis alergika. Quercetin bekerja menghambat enzim histidin dekarboksilase pada produksi histamin sehingga produksi histamin terhambat.

1.5.2 Hipotesis Penelitian

1. kombinasi EEJ 19,5 mg/kg BB mencit dan EEM 19,5 mg/kgBB mencit (dosis 1) mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.

2 kombinasi EEJ 48,75 mg/kgBB mencit dan EEM 48,75 mg/kgBB mencit (dosis 2) mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.

3 kombinasi EEJ 19,5 mg/kgBB mencit dan EEM 48,75 mg/kgBB mencit (dosis 3) mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.


(20)

6

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris yang bersifat longitudinal propektif komparatif dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang menilai efek pemberian kombinasi Phyllanthus niruri L. Herba dan Taraxacum officinale Weber et Wiggers Herba terhadap persentase jumlah eosinofil pada apus darah tepi mencit dengan dermatitis alergika yang diinduksi ovalbumin. Penelitian ini menggunakan hewan coba mencit, yang dibagi dalam 5 kelompok, yaitu 3 kelompok uji yang diberi kombinasi herba jombang dan meniran dosis 1, 2, dan 3, 1 kelompok sebagai kontrol positif, dan kontrol pembanding. Data dianalisis secara statistik dengan metode ANOVA, α = 0,05, menggunakan perangkat lunak komputer.

3.2 Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha selama bulan Februari 2008 sampai Januari 2009.


(21)

45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kombinasi EEJ 19,5 mg/kgBB mencit dan EEM 19,5 mg/kgBB mencit (dosis 1) mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.

2. Kombinasi EEJ 48,75 mg/kgBB mencit dan EEM 48,75 mg/kgBB mencit (dosis 2) mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.

3. Kombinasi EEJ 48,75 mg/kgBB mencit dan EEM 19,5 mg/kgBB mencit (dosis 3) mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.

5.2 Saran

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang dapat dilanjutkan dengan penelitian lanjutan, seperti:

1. Aktivitas kandungan aktif herba jombang dan meniran terhadap jumlah eosinofil dalam darah mencit dermatitis alergika

2. Uji klinik mengenai efek herba jombang dan meniran pada penderita dermatitis alergika.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Agus Kardinan, dan Fauzi Rahmat Kusuma. 2004. Hidup Sehat Secara Alami. Dalam: Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami. Cet. 1. Jakarta: Agro Media Pustaka. h: 2, 4-5.

Agus Kardinan, dan Fauzi Rahmat Kusuma. 2004. Mengenal Meniran. Dalam: Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami. Cet. 1. Jakarta: Agro Media Pustaka. h: 10-11.

Anang Endaryanto dan Ariyanto Harsono, Prospek Probiotik dalam pencegahan Alergi Melalui Induksi Aktif Toleransi Imunologis. 2004. http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=kategori&hkategori=Buletin. 20 Agustus 2008.

Anonim 1. 2005. Tanaman Obat Indonesia Jombang. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=222, 25 Juli 2008.

Anonim 2. 2005. Tanaman Obat Indonesia Meniran. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=222, 7 Mei 2008.

Ardiansyah. 2007. Antioksidan dan Peranannya Bagi Kesehatan. http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2007-01-23-Antioksidan-dan-Peranannya-Bagi-Kesehatan.shtml, 30 November 2008.

Banks, Peter M. and William G. K. 1996. The Skin in Pathology for the Surgeon. Pennsylvania: W.B. Saunders Company. p: 46-47.

Breuer K., Werfel T., Kapp A. 2006. Allergic Manifestations of Skin

Diseases--Atopic Dermatitis.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12648229?ordinalpos=3&itool=EntrezS ystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVDocSum, 25 Maret 2008.

Brunicardi, F. C., Dana K. A., Timothy R. B., David L. D., John G. H., Raphael E. P. 2006. Skin and Subcutaneus Tissue. In: Schwartz’s Manual of Surgery. 8th edition. USA: McGraw-Hill Inc. p: 329-330.

Diana Krisanti Jasaputra, dan Rosnaeni. 2007. Efek Anti Inflamasi dan Keamanan Phyllanthus niruri L. Herba dan Taraxacum officinale Weber et Wiggers Herba terhadap Dermatitis Alergika pada Mencit. Dalam: Jurnal Kedokteran Maranatha vol. 7 No. 1 Juli 2007. h: 53-59.

Hämäläinen M., Nieminen R., Vuorela P., Heinonen M., Moilanen E. 2007. Anti-inflammatory Effects of Flavonoids: Genistein, Kaempferol, Quercetin, and Daidzein Inhibit STAT-1 and NF-kappaB Activations, Whereas Flavone, Isorhamnetin, Naringenin, and Pelargonidin Inhibit Only NF-kappaB


(23)

47

Activation Along With Their Inhibitory Effect on iNOS Expression and NO

Production in Activated Macrophages.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18274639?ordinalpos=3&itool=EntrezS ystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVDocSum, 26 April 2008.

Hawrylowics, C.M. dan O. E. Garra A. 2005. Potential Role of Interleukin-10-Secreting Regulatory T-cells in Allergy and Asthma. Nature Reviews Immunology 5. p: 83-271.

Henderson Jr. et al. 2002. A Small Molecule Inhibitor of Redox-Regulated NF-L B and Activator protein-1 Transcription Blocks Allergic Airway Inflammation in A Mouse Asthma Model. In: The Journal of Immunology vol. 169. p: 5294-5299.

Karnen Garna Baratawidjaja. 1996. Imunologi dasar. edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. h. 78-79.

Karnen Garna Baratawidjaja. 2004. Imunologi dasar. edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. h. 216-221.

Karnen Garna Baratawidjaja. 2006. Imunologi dasar. edisi 7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. h.34-46, 50-68, 119-135, 266-270, 155-161.

Martini, Frederick H. 2004. The Integumentary System. In: Fundamentals of Anatomy and Physiology. 6th edition. San Francisco: Pearson Education Inc. p: 156-165.

Marwali Harahap. 2000. Ilmu penyakit kulit. Cetakan I. Jakarta: Hipokrates. h.1-3, h.4-5.

Mitterman I., Aichberger K.J., Bunder R., et al. 2004. Autoimmunity and atopic dermatitis. http://www.medscape.com.article.htm. 27 Maret 2008.

Niwa, Yukie. 1997. Oksigen Radikal Juga Penyebab Ledakan Kasus Penyakit Kulit Dermatitis Atopik. Dalam: Radikal Bebas Mengundang Maut. Tokyo: Personal Care Co., Ltd. p: 88-90, 95-96.

Rassner. 1995. Dermatitis Kontak Alergika. Dalam: Melfiawati S., editor: Buku Ajar dan Atlas Dermatologi. Edisi 4. Jakarta: EGC. h: 4-6, 94-102.

Robbins Pathology. 2008. www.robbinspathology.com, 23 Mei 2008

Rogerio A.P., Kanashiro A., Fontanari C., da Silva E.V., Lucisano-Valim Y.M., Soares E.G., Faccioli L.H. 2007. Anti-inflammatory Activity of Quercetin and Isoquercitrin in Experimental Murine Allergic Asthma. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17177504?ordinalpos=38&itool=Entrez


(24)

48

System2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVDocSum, 26 April 2008.

Saint-Mezard P., Rosieres A., Krasteva M., Berard F., Dubois B., Kaiserlian D.,

Nicolas J.F. 2004. Allergic Contact Dermatitis.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15358566?ordinalpos=33&itool=Entrez System2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVDocSum, 25 Maret 2008.

Saito, Hiroko et al. 2004. Effects of A Cysteinyl Leukotriene Receptor Antagonist on Eosinophil Recruitment in Experimental Allergic Rhinitis. http://www.articlerender.fcgi2.htm, 24 Februari 2008.

Sato, Etsuro et al. 1999. Effect of Reactive Oxygen and Nitrogen Metabolite on RANTES and IL-5 Induced Eosinophyl Chemotactic Activity in Vitro. In: The American Journal of Pathology vol. 155. p: 591-598.

Sherwood, Lauralee. 2007. Body Defenses. In: Human Physiology: From Cells to Systems. 6th ed. China: Thomson Brooks/Cole. p: 408-411, 416-418, 426-432, 438-440.

Solomon, Lawrence M. and Adolph Rostenberg, Jr. 1978. “Atopic Dermatitis and Infantile Eczema” in Immunological Diseases. 3rd edition. USA: Little, Brown and Company (Inc.). p: 953-962.

Tortora, Gerard J., Berdell R. Funke, Christine L. Case. 2004. Disorders Associated with the Immune System in Microbiology: An Introduction. 8th edition. San Francisco: Pearson Education Inc. p: 530-537.

Y. Md Dwi Mayawati. 2007. Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=222, 25 Juli 2008.


(1)

5

reaksi radang berkurang dan terjadi penurunan jumlah eosinofil. Penurunan jumlah eosinofil, dengan demikian juga akan menurunkan jumlah radikal bebas yang akan terbentuk sehingga reaksi inflamasi pada penderita dermatitis akan semakin berkurang.

Herba jombang mempunyai kandungan, antara lain flavonoid yang dapat menghambat pembentukan prostaglandin dan leukotrien. Prostaglandin adalah mediator utama pada reaksi peradangan, yang menimbulkan pelebaran pembuluh darah dan menimbulkan pembengkakan di daerah peradangan. Oleh karena itu, reaksi radang juga akan berkurang dengan adanya flavonoid yang terkandung dalam herba jombang, demikian juga jumlah eosinofil. Kandungan jombang yang bersifat antioksidan adalah seperti p-hydroxy-phenylacetic acid derivat taraxacoside (dengan gugus fenol), vitamin C, flavonoid, dan β-karoten.

Senyawa flavonoid yang terkandung dalam meniran, yaitu quercetin juga merupakan senyawa anti-oksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan vitamin E. Selain itu, flavonoid quercetin juga terbukti mampu menghambat sintesis histamin yang merupakan mediator penting penyakit dermatitis alergika. Quercetin bekerja menghambat enzim histidin dekarboksilase pada produksi histamin sehingga produksi histamin terhambat.

1.5.2Hipotesis Penelitian

1. kombinasi EEJ 19,5 mg/kg BB mencit dan EEM 19,5 mg/kgBB mencit (dosis 1) mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.

2 kombinasi EEJ 48,75 mg/kgBB mencit dan EEM 48,75 mg/kgBB mencit (dosis 2) mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.

3 kombinasi EEJ 19,5 mg/kgBB mencit dan EEM 48,75 mg/kgBB mencit (dosis 3) mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.


(2)

3.1Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratoris yang bersifat longitudinal propektif komparatif dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang menilai efek pemberian kombinasi Phyllanthus niruri L. Herba dan Taraxacum officinale Weber et Wiggers Herba terhadap persentase jumlah eosinofil pada apus darah tepi mencit dengan dermatitis alergika yang diinduksi ovalbumin. Penelitian ini menggunakan hewan coba mencit, yang dibagi dalam 5 kelompok, yaitu 3 kelompok uji yang diberi kombinasi herba jombang dan meniran dosis 1, 2, dan 3, 1 kelompok sebagai kontrol positif, dan kontrol pembanding. Data dianalisis secara statistik dengan metode ANOVA, α = 0,05, menggunakan perangkat lunak komputer.

3.2Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha selama bulan Februari 2008 sampai Januari 2009.


(3)

45

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Kombinasi EEJ 19,5 mg/kgBB mencit dan EEM 19,5 mg/kgBB mencit (dosis 1) mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.

2. Kombinasi EEJ 48,75 mg/kgBB mencit dan EEM 48,75 mg/kgBB mencit (dosis 2) mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.

3. Kombinasi EEJ 48,75 mg/kgBB mencit dan EEM 19,5 mg/kgBB mencit (dosis 3) mengurangi persentase eosinofil pada pemeriksaan apus darah tepi mencit dermatitis alergika.

5.2 Saran

Penelitian ini merupakan penelitian pendahuluan yang dapat dilanjutkan dengan penelitian lanjutan, seperti:

1. Aktivitas kandungan aktif herba jombang dan meniran terhadap jumlah eosinofil dalam darah mencit dermatitis alergika

2. Uji klinik mengenai efek herba jombang dan meniran pada penderita dermatitis alergika.


(4)

46

DAFTAR PUSTAKA

Agus Kardinan, dan Fauzi Rahmat Kusuma. 2004. Hidup Sehat Secara Alami. Dalam: Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami. Cet. 1. Jakarta: Agro Media Pustaka. h: 2, 4-5.

Agus Kardinan, dan Fauzi Rahmat Kusuma. 2004. Mengenal Meniran. Dalam: Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami. Cet. 1. Jakarta: Agro Media Pustaka. h: 10-11.

Anang Endaryanto dan Ariyanto Harsono, Prospek Probiotik dalam pencegahan Alergi Melalui Induksi Aktif Toleransi Imunologis. 2004. http://www.pediatrik.com/isi03.php?page=kategori&hkategori=Buletin. 20 Agustus 2008.

Anonim 1. 2005. Tanaman Obat Indonesia Jombang. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=222, 25 Juli 2008.

Anonim 2. 2005. Tanaman Obat Indonesia Meniran. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=222, 7 Mei 2008.

Ardiansyah. 2007. Antioksidan dan Peranannya Bagi Kesehatan. http://www.beritaiptek.com/zberita-beritaiptek-2007-01-23-Antioksidan-dan-Peranannya-Bagi-Kesehatan.shtml, 30 November 2008.

Banks, Peter M. and William G. K. 1996. The Skin in Pathology for the Surgeon. Pennsylvania: W.B. Saunders Company. p: 46-47.

Breuer K., Werfel T., Kapp A. 2006. Allergic Manifestations of Skin

Diseases--Atopic Dermatitis.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/12648229?ordinalpos=3&itool=EntrezS ystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVDocSum, 25 Maret 2008.

Brunicardi, F. C., Dana K. A., Timothy R. B., David L. D., John G. H., Raphael E. P. 2006. Skin and Subcutaneus Tissue. In: Schwartz’s Manual of Surgery. 8th edition. USA: McGraw-Hill Inc. p: 329-330.

Diana Krisanti Jasaputra, dan Rosnaeni. 2007. Efek Anti Inflamasi dan Keamanan Phyllanthus niruri L. Herba dan Taraxacum officinale Weber et Wiggers Herba terhadap Dermatitis Alergika pada Mencit. Dalam: Jurnal Kedokteran Maranatha vol. 7 No. 1 Juli 2007. h: 53-59.

Hämäläinen M., Nieminen R., Vuorela P., Heinonen M., Moilanen E. 2007. Anti-inflammatory Effects of Flavonoids: Genistein, Kaempferol, Quercetin, and Daidzein Inhibit STAT-1 and NF-kappaB Activations, Whereas Flavone, Isorhamnetin, Naringenin, and Pelargonidin Inhibit Only NF-kappaB


(5)

47

Activation Along With Their Inhibitory Effect on iNOS Expression and NO

Production in Activated Macrophages.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18274639?ordinalpos=3&itool=EntrezS ystem2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVDocSum, 26 April 2008.

Hawrylowics, C.M. dan O. E. Garra A. 2005. Potential Role of Interleukin-10-Secreting Regulatory T-cells in Allergy and Asthma. Nature Reviews Immunology 5. p: 83-271.

Henderson Jr. et al. 2002. A Small Molecule Inhibitor of Redox-Regulated NF-L B and Activator protein-1 Transcription Blocks Allergic Airway Inflammation in A Mouse Asthma Model. In: The Journal of Immunology vol. 169. p: 5294-5299.

Karnen Garna Baratawidjaja. 1996. Imunologi dasar. edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. h. 78-79.

Karnen Garna Baratawidjaja. 2004. Imunologi dasar. edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. h. 216-221.

Karnen Garna Baratawidjaja. 2006. Imunologi dasar. edisi 7. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. h.34-46, 50-68, 119-135, 266-270, 155-161.

Martini, Frederick H. 2004. The Integumentary System. In: Fundamentals of Anatomy and Physiology. 6th edition. San Francisco: Pearson Education Inc. p: 156-165.

Marwali Harahap. 2000. Ilmu penyakit kulit. Cetakan I. Jakarta: Hipokrates. h.1-3, h.4-5.

Mitterman I., Aichberger K.J., Bunder R., et al. 2004. Autoimmunity and atopic dermatitis. http://www.medscape.com.article.htm. 27 Maret 2008.

Niwa, Yukie. 1997. Oksigen Radikal Juga Penyebab Ledakan Kasus Penyakit Kulit Dermatitis Atopik. Dalam: Radikal Bebas Mengundang Maut. Tokyo: Personal Care Co., Ltd. p: 88-90, 95-96.

Rassner. 1995. Dermatitis Kontak Alergika. Dalam: Melfiawati S., editor: Buku Ajar dan Atlas Dermatologi. Edisi 4. Jakarta: EGC. h: 4-6, 94-102.

Robbins Pathology. 2008. www.robbinspathology.com, 23 Mei 2008

Rogerio A.P., Kanashiro A., Fontanari C., da Silva E.V., Lucisano-Valim Y.M., Soares E.G., Faccioli L.H. 2007. Anti-inflammatory Activity of Quercetin and Isoquercitrin in Experimental Murine Allergic Asthma. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17177504?ordinalpos=38&itool=Entrez


(6)

System2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVDocSum, 26 April 2008.

Saint-Mezard P., Rosieres A., Krasteva M., Berard F., Dubois B., Kaiserlian D., Nicolas J.F. 2004. Allergic Contact Dermatitis. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15358566?ordinalpos=33&itool=Entrez System2.PEntrez.Pubmed.Pubmed_ResultsPanel.Pubmed_RVDocSum, 25 Maret 2008.

Saito, Hiroko et al. 2004. Effects of A Cysteinyl Leukotriene Receptor Antagonist on Eosinophil Recruitment in Experimental Allergic Rhinitis. http://www.articlerender.fcgi2.htm, 24 Februari 2008.

Sato, Etsuro et al. 1999. Effect of Reactive Oxygen and Nitrogen Metabolite on RANTES and IL-5 Induced Eosinophyl Chemotactic Activity in Vitro. In: The American Journal of Pathology vol. 155. p: 591-598.

Sherwood, Lauralee. 2007. Body Defenses. In: Human Physiology: From Cells to Systems. 6th ed. China: Thomson Brooks/Cole. p: 408-411, 416-418, 426-432, 438-440.

Solomon, Lawrence M. and Adolph Rostenberg, Jr. 1978. “Atopic Dermatitis and Infantile Eczema” in Immunological Diseases. 3rd edition. USA: Little, Brown and Company (Inc.). p: 953-962.

Tortora, Gerard J., Berdell R. Funke, Christine L. Case. 2004. Disorders Associated with the Immune System in Microbiology: An Introduction. 8th edition. San Francisco: Pearson Education Inc. p: 530-537.

Y. Md Dwi Mayawati. 2007. Tanaman Obat Indonesia. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/view.php?id=222, 25 Juli 2008.


Dokumen yang terkait

Perbandingan Efek herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm. F.) Nees) dan Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) serta Kombinasinya terhadap Penurunan Persentase Jumlah Eosinofil pada Mencit Swiss Webster dengan Dermatitis Alergika.

0 0 19

Perbandingan Efek Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) Terhadap Persentase Jumlah Eosinofil Pada Mencit Galur Swiss Webster Dengan Dermatitis Alergika.

0 0 29

Aktivitas Ekstrak Air dan Etanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap Reaksi Inflamasi Pada Mencit Galur Swiss Webster Dengan Dermatitis Alergika.

0 0 35

Efek Infusa Herba Sambiloto (Andrographidis Herba ) Sebagai Antialergi Terhadap Dermatitis Alergika Pada Hewan Coba Mencit.

0 0 20

Efek Herba Sambiloto (Andrographidis Herba) sebagai Imunomodulator Pada Mencit Dengan Dermatitis Alergika.

0 0 23

Pengaruh Pemberian Temulawak (Curcumae Rhizoma) Terhadap Reaksi Peradangan dan Jumlah Eosinofil Pada Dermatitis Alergika Dengan Hewan Coba Mencit.

0 0 20

Pengaruh Herba Pegagan (Centellae Herba) Terhadap Reaksi Inflamasi Dermatitis Alergika dan Histopatologinya Pada Mencit Jantan Galur Swiss Webster.

0 0 35

Pengaruh Meniran dan Jombang Dalam Mengurangi Reaksi Peradangan Secara Makroskopis Serta Menekan Jumlah Eosinofil Dalam Darah Pada Dermatitis Alergi Dengan Hewan Coba Mencit.

0 1 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Pengaruh Meniran dan Jombang Dalam Mengurangi Reaksi Peradangan Secara Makroskopis Serta Menekan Jumlah Eosinofil Dalam Darah Pada Dermatitis Alergi Dengan Hewan Coba Mencit - MCUrepository

0 0 6

ABSTRAK Pengaruh Herba Pegagan (Centellae Herba) Terhadap Reaksi Inflamasi Dermatitis Alergika dan Histopatologinya Pada Mencit Jantan Galur Swiss Webster

0 1 10