BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah.

BI Rate dan Nilai Tukar Rupiah
Oleh : Dr. Sulaeman Rahman
Bank Indonesia menurunkan BI rate manjadi 8,75 % atau turun sebesar 50 bsp
berdasarkan rapat Dewan Gubernur BI pada tanggal 7 Januari 2009. BI rate pada bulan
Desember 2008 diturunkan menjadi 9.25 % dimana pada bulan sebelumnya 9.5 %,
sementara itu pada saat yang bersamaan pula harga bensin diturunkan Rp 500,- per 1
Desember 2008. Banyak pendapat bahwa Pemerintah dan BI mulai merespon stimulus
yang berupa kebijakan yang bisa meringankan beban akibat krisis keuangan yang
melanda dunia saat ini. Dan seperti biasa setiap kebijakan akan dinilai oleh masyarakat
dengan berbagai pendapat.
Alasan BI untuk menurunkan suku bunga sangat beralasan dengan angka inflasi yang
kecil dari dugaan yaitu 0.12% pada bulan November, padahal bulan sebelumnya sebesar
0.45%. Penurunan inflasi dikarenakan penurunan harga BBM dunia dan penurunan harga
berbagai komiditas telah mengurangi tekanan inflasi di dalam negeri. Menurunnya BI
Rate hanya 25 basis poin ternyata telah memberi indikasi yang baik terhadap penguatan
nilai tukar. Pada 2 Desember 2008 rupiah berada Rp 12.300,- per dolar AS setelah ada
penurunan BI Rate , kurs menjadi Rp 12.075 sehingga selama 3 hari kurs rupiah telah
naik Rp 225 per dolar AS tanggal 4 Desember 2008. Setelah libur Idul Adha rupiah
menguat tajam menjadi Rp 10.830 tanggal 9 Desember 2008. Ada dugaan menguatnya
nilai tukar rupiah menjadi pertanda bahwa para spekulan sudah merasa jenuh untuk
menahan pada level Rp 12.000,-


dan melepas saat sekarang untuk merealisasikan

keuntungan. Sehingga ada kemungkinan penguatan rupiah hanya sesaat.
Sudah diprediksi bahwa BI akan menurunkan BI Rate dikarenakan adanya sinyal
beberapa bank sentral yang telah menurunkan bunga sejak bulan oktober, misalnya The
Fed atau bank sentralnya Amerika telah menurunkan sampai 50 basis point, Bank Sentral
Eropa juga turun 50 basis point. Maksud diturunkannya suku bunga dalam rangka
mengatasi resesi ekonomi yang sudah di depan mata.
Berdasarkan teori purchasing power parity, bahwa perubahan mata uang suatu negara
akan dipengaruhi oleh besarnya selisih antara inflasi di dalam negeri dengan inflasi di
luar negeri (misalnya Amerika untuk mata uang dollar AS), karena saat ini mata uang
rupiah terjadi perubahan yaitu melemah menjadi disekitar Rp 12.000,- an yang