Artikel Dan Skripsi dan Zakki

KAJIAN PEMETAAN AREA POTENSI PEMUTIHAN TERUMBU KARANG DI
KAWASAN KONSERVASI DENGAN MENGGUNAKAN
CITRA SATELIT NOAA

ARTIKEL SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Oleh :
ZAKKI RAHMADANI
NIM. 105080601111041

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

KAJIAN PEMETAAN AREA POTENSI PEMUTIHAN TERUMBU KARANG DI
KAWASAN KONSERVASI DENGAN MENGGUNAKAN
CITRA SATELIT NOAA


ARTIKEL SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Kelautan di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya

Oleh :
ZAKKI RAHMADANI
NIM. 105080601111041

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

KAJIAN PEMETAAN AREA KEWASPADAAN PEMUTIHAN TERUMBU
KARANG DI DAERAH KONSERVASI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA
NOAA

ARTIKEL SKRIPSI
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JURUSAN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN DAN KELAUTAN
Oleh:
ZAKKI RAHMADANI
NIM. 105080601111041
Telah dipertahankan di depan penguji
Pada tanggal 14 Agustus 2015
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Mengetahui,
Ketua Jurusan PSPK

Dosen Pembimbing I

Dr. Ir. Daduk Setyohadi, MP.

Ir. Bambang Semedi, M.Sc., Ph.D

NIP. 19630608 198703 1 003


NIP. 19621220 198803 1 004

Tanggal :

Tanggal :

Dosen Pembimbing II

Syarifah Hikmah J, S.Pi., M.Sc
NIP. 840720 08 12 0153
Tanggal :

1

KAJIAN PEMETAAN AREA KEWASPADAAN PEMUTIHAN TERUMBU
KARANG DI DAERAH KONSERVASI DENGAN MENGGUNAKAN CITRA
NOAA

MAPPING SUDY BLEACHING ALERT AREA IN REGION

CONSERVATION USING NOAA SATTELITE
Zakki Rahmadani1, Bambang Semedi2, Syarifah Hikmah J2
Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya, Malang
Abstrak
Sistem lingkungan akuatik terbesar di planet bumi adalah ekosistem
lautan, dimana di sekelilingnya terdapat serangkaian komunitas beserta
lingkungan fsik dan kimianya. Wilayah lautan mempunyai kekayaan dan
keanekaragaman hayati terbesar di dunia, salah satunya adalah ekosistem
terumbu karang. Terumbu karang merupakan salah satu ekosistem penting
bagi keberlanjutan kawasan pesisir dan lautan. Secara ekologi terumbu
karang berfungsi sebagai penyangga bagi kehidupan biota pesisir dan lautan,
tetapi terumbu karang di Indonesia saat ini kondisinya semakin menurun.
Pemutihan karang yaitu menjadi pudar atau berwarna putih salju akibat
berbagai macam faktor, baik secara alami maupun karena manusia, yang
menyebabkan degenerasi atau hilangnya zooxanthellae pewarna dari
jaringan karang. Gangguan yang berkepanjangan dapat membuat
kelangsungan hidup terumbu karang. Salah satu penyebab gangguan
kelangsungan hidup terumbu karang adalah anomali suhu permukaan laut.
Dengan adanya upaya untuk memperoleh informasi tentang potensi

sumberdaya
wilayah pesisir
dan
lautan, yang berfungsi untuk
mengoptimalkan
pengelolaan
wilayah
pesisir dan
lautan
adalah
penggunaan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografs
(SIG).
Kata Kunci : Penginderaan Jauh, Terumbu Karang, Anomali Suhu
Permukaan Laut
Abstract
The aquatic environment system on planet Earth is the ocean
ecosystems, where all around there are a series of communities along the
physical and chemical environment. Ocean has the wealth and the greatest
biodiversity in the world, one of which is the coral reef ecosystem. Coral
reefs are one of the important ecosystem for sustainable coastal and ocean.

In the ecology of coral reefs serve as a bufer for coastal and marine biota,
but the coral reefs in Indonesia when this condition has declined. Coral
bleaching is pale or white snow as a result of various factors, both natural
and human, that cause degeneration or loss of the colored zooxanthellae
from the coral tissue. Prolonged disruption could make the survival of coral

2

reefs. One cause interference survival of coral reefs is the sea surface
temperature anomaly. With the efort to obtain information about the
resource potential of coastal and marine areas, which serve to optimize the
management of coastal and marine areas is the use of remote sensing
technology and geographic information systems (GIS).
Keywords : Remote Sensing, Coral Reef, Sea Surface Temperature
Anomaly

1)

Mahasiswa Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan.
Angkatan 2010

2)

Dosen Pembimbing Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan
Kelautan
I.

PENDAHULUAN

baik secara alami maupun karena

Terumbu karang merupakan

manusia,

yang

menyebabkan

salah satu ekosistem penting bagi


degenerasi

keberlanjutan kawasan pesisir dan

zooxanthellae pewarna dari jaringan

lautan.

terumbu

karang.

sebagai

jumlah

Secara

ekologi


karang

berfungsi

penyangga

bagi

kehidupan

biota

atau

Dalam

karang

lingkungannya.


kondisinya

saat

ini

semakin

menurun.

normal,
berubah

sesuai dengan musim sebagaimana
penyesuaian

Indonesia

keadaan


zooxanthellae

pesisir dan lautan, tetapi terumbu
di

hilangnya

menjadi

karang

terhadap

Pemutihan

sesuatu

hal

dapat

yang

Menurut Solihin et al, (2013), data

dibeberapa

terbaru

peristiwa

pemutihan,

karang

kehilangan

60–90%

jumlah

(2012)

Oseanograf
hanya

Pusat

LIPI

5,3%

mengungkap

yang

baik.

Sementara

dari

zooxanthellae-nya dan zooxanthellae

sangat

yang masih tersisa dapat kehilangan

27,18%

50– 80% dari pigmen fotosintesinya

tergolong

dalam

Selama

karang

terumbu

Indonesia

digolongkan

Penelitian

daerah.

biasa

kondisi

baik,

(Westmacott,2007).

Karang

yang

37,25% dalam kondisi cukup dan

terinfeksi dapat pulih kembali dan

30,45% berada dalam kondisi rusak.

jumlah

Ada berbagai macam kawasan yang

normal, tetapi hal ini tergantung

diperuntukkan

dari banyak dan tingkat gangguan

terumbu

untuk

karang,

melindungi

salah

satunya

karang

lingkungan.

yaitu

kelangsungan

menjadi pudar atau berwarna putih

karang.

salju akibat berbagai macam faktor,

gangguan

kembali

Gangguan

berkepanjangan

kawasan Cagar Alam.
Pemutihan

zooxanthellae

Salah

yang

dapat

membuat

hidup

terumbu

satu

penyebab

kelangsungan

hidup

3

terumbu

karang

adalah

anomali

suhu permukaan laut.

memperoleh

Suhu air merupakan faktor
penting

Dengan adanya upaya untuk

yang

potensi

informasi

tentang

sumberdaya

wilayah

menentukan

pesisir dan lautan, yang berfungsi

kelangsungan hidup biota karang.

untuk mengoptimalkan pengelolaan

Secara umum kondisi suhu perairan

wilayah pesisir dan lautan adalah

relatif

penggunaan

stabil.

kedalaman

Suhu

3

demikan

perairan

di

m

sebesar

30°C,

halnya

dengan

pada

teknologi

penginderaan
informasi

jauh

dan

sistem

geografs

(SIG).

kedalaman 6 m. Pada kedalaman 10

Penginderaan jauh merupakan suatu

m suhu perairan mencapai 29°C

ilmu

(Supriharyono,2009). Hal ini diduga

memperoleh

oleh perbedaan kedalaman, dimana

fenomena

pada kedalaman 10 m penetrasi

suatu data yang diperoleh dari hasil

cahaya yang masuk ke perairan

rekaman

obyek,

menjadi berkurang sehingga suhu

fenomena

yang

pada

2010).

kedalaman

sebesar

1°C

tersebut

turun

dibanding

pada

atau

teknologi

untuk

informasi

atau

melalui

analisis

alam

daerah
dikaji

atau

(Fahrudin,

Perekaman

pengumpulan

data

atau

penginderaan

kedalaman 3 m dan 6 m. Walaupun

jauh (inderaja) dilakukan dengan

terdapat perbedaan suhu, namun

menggunakan

masih dalam kisaran yang optimal

(sensor)

untuk

pesawat terbang atau satelit.

pertumbuhan

dan

kelangsungan hidup biota karang.

alat

yang

pengindera

dipasang

pada

Teknologi Penginderaan Jauh

Supriharyono (2009) menyebutkan

(Inderaja)

bahwa

untuk

melalui kehadiran berbagai sistem

berkisar

satelit dengan berbagai teknologi

suhu

pertumbuhan

yang

baik

karang

semakin

berkembang

antara 25°C -29°C, sedangkan batas

sensor.

maksimum dan minimum berkisar

penginderaan

antara 16°C -17°C dan sekitar 36°C.

memberikan data/informasi tentang

Saat

sumberdaya

ini,

pengukuran

suhu

Aplikasi
jauh
alam

satelit

telah

mampu

daratan

dan

permukaan laut telah dipermudah

sumberdaya alam kelautan secara

oleh adanya teknologi penginderaan

teratur

jauh

penginderaan

yang

dan

periodik.

dapat

mendeteksi

perubahan-perubahan

fsik

data citra hasil rekaman satelit jarak

sangat

jauh yang ada di bumi. Salah satu

dinamis. Citra satelit sebagai salah

citra satelit yang memiliki data di

satu

bidang kelautan adalah citra satelit

permukaan

laut

yang

pengembangan

teknologi

deteksi suhu permukaan laut (SPL).

jauh

Aplikasi

NOAA (Irma, 2011).

memerlukan

4

Penggunaan
penginderaan
Informasi

teknologi

jauh

dan

Geografs

2014

Sistem

(SIG)

yang

melalui

citra

satelit

NOAA
2.

Untuk menganalisis keadaan

hemat biaya dan update data yang

terumbu karang yang rentan

selalu baru kurang begitu dipahami

pemutihan di Indonesia dari

oleh kalangan instansi atau LSM

tahun 2007-2014

yang

bersangkutan.

kurangnya

Serta

pengetahuan

3.

tentang

Untuk

menganalisis

pengaruh

suhu

terhadap

metode penginderaan jauh untuk

terumbu karang melalui citra

monitoring

satelit NOAA di Indonesia

terumbu

karang.

Rentannya pemutihan yang dialami

mulai tahun 2007-2014

terumbu

Penelitian

karang

penelitian

ini

informasi

tentang

kondisi

menjadikan

untuk

terumbu

penginderaan

memberikan

penggambaran
karang

dengan

jauh.

beberapa
terumbu

ini

mengambil

wilayah
karang

konservasi

di

Indonesia.

Berikut peta lokasi penelitian:

Adapun

beberapa rumusan masalah sebagai
berikut.
1.

Bagaimana

anomali

suhu

permukaan laut dan status
terumbu karang di Indonesia
dengan menggunakan citra
Gambar 1.Lokasi Penelitian

satelit NOAA
2.

Bagaimana

penggambaran

citra

NOAA

satelit

menentukan

II.

PENELITIAN

dalam

keadaan

II.1

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada

terumbu karang di Indonesia
3.

METODOLOGI

pengaruh

penelitian ini adalah menggunakan

anomali suhu permukaan laut

Laptop “DELL” dan software Arcgis

terhadap terumbu karang

10.

Bagaimana

Dengan

software

Arcgis

10

proses pengolahan lebih cepat dan
tepat. Hal ini dikarenakan Arcgis 10
Tujuan dari penelitian ini adalah:

menggunakan

1.

lengkap dari sebelumnya.

Untuk
level

mengetahui

stress

terumbu karang dan

tollbox

yang

lebih

Bahan yang digunakan pada

anomali suhu permukaan laut

penelitian

di

Satelit Bleaching Alert Area pada

Indonesia

tahun

2007-

ini

adalah

data

Citra

tahun 2014 yang dapat diunduh

5

melalui

pertama

http://coralreefwatch.noaa.gov/satell

menyamakan

ite/baa.php. Data tersebut secara

(coordinate

berkelanjutan diperbarui oleh pihak

dengan Arcgis agar koordinatnya

NOAA.

sesuai.

Sehingga

penelitian

ini

menggunakan data terbaru.

yang

dilakukan
titik

system)

Setelah

selanjutnya
penelitian

koordinat
peta

koordinat
membuat

dengan

adalah
data
sama
area

menggunakan

fungsi toolbox Extract by Mask.
II.2

Selanjutnya yaitu memotong daerah

Pengolahan Data

penelitian.

Setelah

nilai

keluar

kemudian membuat symbol dan titik

NOAA – Coral reef watch

lokasi.

Setelah

semua

selesai

kemudian melakukan analisis data
dan layouting peta.

Anomali
Suhu
Permukaan

Terumbu
Karang

2.3

Kriteria Penilaian Status
Terumbu Karang
Dari setiap pengolahan data

Masukkan data di ArcGIS
Dekstop 10.1

citra

bentuk raster. Raster yang sudah
Stre
ss
Leve
l
No
Stre
ss
Watc
h
War
ning

Memotong Area Penelitian

Membuat Simbol

Membuat Titik Lokasi

Analisa
Data

Data yang diperoleh dari
website

NOAA

kemudian

dimasukkan di Arcgis untuk diolah
menjadi
dimasukkan

peta.
(input

Setelah
data)

didapatkan

penggambaran citra NOAA dalam

Koreksi Geometrik

Layouting

NOAA

data
hal

Simb
ol

Defnisi

0

Tidak terjadi tekanan
pada karang

1

Tidak terdapat tanda
pemutihan karang
Ada kemungkinan
terjadi pemutihan
karang
Pemutihan karang
terdeteksi

2

Alert 3
Leve
l1
Alert 4
Leve
l2
diolah

Terjadi mortalitas
atau kematian pada
karang
berdasarkan
perhitungan

akan memperoleh sebuah gambar
peta

yang

menunjukkan

kondisi

6

anomali suhu permukaan laut dan

karang sekitarnya menjadikan Ujong

terumbu karang. Dari setiap data

Pancu sebagai wilayah konservasi.

akan diketahui kondisi berdasarkan

Pada wilayah ini ekosistem terumbu

warna yang ditunjukkan oleh setiap

karang

raster.

Tutupan

Adapun

kriteria

penilaian

tumbuh

dengan

karang

yang

baik.
paling

dapat dilihat pada table di bawah ini

dominan ditemukan pada lokasi ini

:

adalah karang keras (HC) dengan

Tabel

1.

Kriteria

Penilaian

genus

yang

ditemukan

Status Terumbu Karang
Pada tabel 1. diatas ada 5
kriteria penilaian untuk menentukan

paling

dominan

adalah

Acropora.

(KKP,2010)
2. Karimun Jawa
Taman

status terumbu karang yang ada di

Nasional

Indonesia. Mulai dari tingkat No

Karimunjawa merupakan gugusan

Stress

0

kepulauan berjumlah 22 pulau yang

sampai tingkat Alert Level 2 yang

terletak di Laut Jawa. Secara umum

mempunyai nilai 4. Klasifkasi status

kondisi ekosistem terumbu karang

terumbu

di Karimun Jawa masih relatif baik.

yang

mempunyai

karang

nilai

didapatkan

berdasarkan warna yang ada di

Tutupan

setiap

peta.

sepanjang

satelit

NOAA

akan

Penggambaran

Karimun

Jawa

mati. Dominasi karang mati yang

lokasi penelitian.

terumbu

HASIL

DAN

besar

adalah

Tipe

karang
branching,

wilayah
tabulate

massive. (KKP,2010)

Keadaan Umum

3. Bali (Bali Barat)

titik

pertumbuhan

di

PEMBAHASAN
Beberapa

di

pembacaan

lebih

3.1

pesisir

ada

adalah karang keras dan karang

status terumbu karang di setiap
III.

yang

warna

berdasrkan

mempermudah

citra

karang

ini
dan

Taman Nasional Bali Barat

lokasi

penelitian tentang Pemetaan Area

mempunyai

Kewaspadaan Pemutihan Terumbu

terdiri

Karang

seluas 15.587,89 ha. dan kawasan

di

Wilayah

Indonesia

dari

luas

19.002,89

kawasan

ha.

terestrial

sebagai berikut :

perairan

selaus

3.415

ha

1.

sebagai

salah

satu

kawasan

kawasan

konservasi,

Aceh (Ujong Pangcu)
Ujong

Kecamatan

Pancu

terletak

Peukan

di

Bada,

ditujukan

mengalami kerusakan parah akibat

ekosistem

gelombang

terumbu

pada

tahun

2004 silam. Keberadaan terumbu

pengelolaan

Taman Nasional Bali Barat (TNBB)

Kabupaten Aceh Besar.Wilayah ini
Tsunami

dan

untuk

perlindungan

seperti

ekosistem

karang,

ekosistem

mangrove, ekosistem hutan pantai

7

dan ekosistem hutan. Perairan yang

daun (coral foliose), dan karang

jernih

jamur (coral mushroom) (CTC,2010)

memudahkan

wisatawan

untuk melihat

dan

mempelajari

keindahan

trumbu

5. Teluk Sumba

karang.

Perairan Laut Sumba berada

komunitas

pada wilayah Coral Triangle atau

karang, jenis life form dengan tipe

wilayah Segitiga Terumbu Karang,

Acropora dan jenis ikan karang juga

yaitu

menjadi

keanekaragaman

Persentase

penutupan

hal

merupakan

penting

daya

tarik

karena
tersendiri

dan

wilayah

yang

memiliki

terumbu

keanekaragaman

karang

hayati

laut

bagi wisatawan. (CTC,2010)

lainnya (termasuk ikan) tertinggi di

4. Taman Nasional Komodo

dunia.

Keanekaragaman

karang

diperkirakan

Taman

Nasional

Komodo

sedikitnya

yang lebih populer dengan sebutan

terdapat

Pulau Komodo menyimpan berjuta

ditemukan di Laut Sumba. Terumbu

pesona

dan

karang di pesisir selatan P. Sumba

terumbu

pada umumnya ditemukan di mulut

karang. Bukan hanya itu, perairan di

teluk (sisi kanan dan kiri teluk).

Pulau Komodo dengan luas 1.214

Persentase penutupan karang keras

kilo meter merupakan salah satu

berkisar antara 5 –15% dengan rata-

kawasan

dunia.

rata penutupan 10.4%. Substrat di
dalam teluk berupa hamparan pasir,

panorama

keunikan

alam

tersendiri.

laut

terkaya

di

500

terumbu

Keindahan

pemandangan

bawah

laut

yang

eksotik,ribuan

spesies

sedangkan

ikan

hias,

bunga

berhadapan

gunung

laut,

jenis

substrat

karang

pantai

langsung

yang

dengan

karang, terumbu karang dan teluk

ombak (tanjung dan pantai-pantai di

semi tertutup menambah panjang

luar teluk) didominasi oleh rock.

barisan andalan potensi wisata di

Kondisi ini adalah alamiah karena

tanah komodo ini. Terumbu karang

pesisir

yang terdapat di sekitar Pulau ini

langsung dengan Samudera Hindia.

umumnya

karang

Kuatnya hempasan ombak dan arus

dalam

setiap saat menjadi faktor pembatas

pinggiran

terumbu
(fringing

reefs)

selatan

yang

berhadapan

kondisi yang baik. Adapun beberapa

pertumbuhan karang (CTC,2010)

jenis terumbu karang yang terdapat

6. Kapoposang

di pulau ini adalah jenis karang

Kepulauan

Kapoposang

meja (Acropora tabulate), karang

merupakan bagian dari Kepulauan

digitata (Acropora digitata), karang

Spermonde dan secara administratif

biru (coral heliopora), karang padat

masuk dalam wilayah Kabupaten

(coral massive), karang lingkaran

Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan.
Berdasarkan hasil perhitungan peta

8

tematik

Pulau

Kapoposang,

penghalang (barrier ref), adalah

didapatkan total luas reef fat adalah

berbagai terumbu karang di taman

sebesar 1.156 Ha,dengan kondisi

nasional laut Bunaken. Ekosistem

terumbu karang yang relatif masih

terumbu

baik, khususnya di rataan terumbu

tersusun dari berbagai jenis karang

di sisi barat laut. Taman Wisata

batu (hermatipik), dan aneka ragam

Alam

Kapoposang

warna-warni ikan hias menempati

satu

tipe

koloni karang Stylophora, dan biota

karang

lautnya merupakan yang terunik di

laut

(TWAL)

merupakan

salah

perwakilan

terumbu

karang,

tepi/datar, lamun dan mangrove di

dunia (KKP,2010)

Sulawesi.

8. Raja Ampat

Terumbu

karang

tepi

merupakan ekosistem utama yang

Raja

terutama

Ampat

yang

ditetapkan

mengelilingi perairan Kapoposang.

sebagai

Terumbu

membentuk

Perairan Nasional (KKPN) karena

daratan (reef fat) sampai sejauh

memiliki keanekaragaman sumber

200 meter sampai tubir, dengan

daya

kedalaman 1-10 meter pada saat air

terumbu karang, mangrove, litoral

surut (KKP,2010)

dan

7. Bunaken

terletak

tersebut

Bunaken

memiliki

kurang lebih sekitar
terletak

di

Teluk

luas

8 km² yang
Manado.

Di

Kawasan

alam
rumput
di

yang

Konservasi

tinggi

laut.

berupa

Wilayah

‘jantung’

ini

kekayaan

terumbu karang dunia yang dikenal
dengan

sebutan

Karang/Coral

Segitiga

Triangle.

Tipe

Bunaken, ada taman laut yang juga

terumbu karang yang terdapat di

bagian Taman Nasional Kelautan

Kepulauan Raja Ampat umumnya

Manado

berupa karang tepi (fringe reef),

Tua.

Bunaken

juga

merupakan salah satu taman laut

dengan

yang mempunyai ekosistem terumbu

curam. Selain itu terdapat juga tipe

karang. Oleh karena itu banyak para

terumbu karang cincin (atol) dan

wisatawan yang datang berkunjung

terumbu penghalang (barrier reef)

untuk

(KKP,2010).

melakukan

menyelam
Terumbu

di

kawasan

karang

dari

aktivitas
Bunaken.
berbagai

bentuk dan aneka warna-warni ikan
hias merupakan daya tarik utama
taman

nasional

laut

Bunaken.

Terumbu karang tepian (fringing
ref), terumbu karang lepas (patch
ref),

dan

terumbu

karang

kemiringan

yang

cukup

9

Kondisi Terumbu Karang
dan Anomali Suhu 20102014

Gambar 4. Kondisi Terumbu Karang
dan Anomali Suhu Permukaan Laut
Tahun 2009

Gambar 2. Kondisi Terumbu Karang
dan Anomali Suhu Permukaan Laut
Tahun 2007

Gambar 5. Kondisi Terumbu Karang
dan Anomali Suhu Permukaan Laut
Tahun 2010

3.2

Gambar 3. Kondisi Terumbu Karang
dan Anomali Suhu Permukaan Laut
Tahun 2008

Gambar 6. Kondisi Terumbu Karang
dan Anomali Suhu Permukaan Laut
Tahun 2011

Gambar 7. Kondisi Terumbu Karang
dan Anomali Suhu Permukaan Laut
Tahun 2012

10

Gambar 8. Kondisi Terumbu Karang
dan Anomali Suhu Permukaan Laut
Tahun 2013

terjadi

pada

tahun

2010.

Pada

gambar.14 dapat dilihat bagaimana
kondisi suhu permukaan laut saat
terjadi El-Nino. Kenaikan suhu di
wilayah Indonesia Timur mencapai
3°C. Dari fenomena El Nino yang
terjadi pada tahun 2010, kemudian
diikuti La Nina yang terjadi pada
tahun 2011. Fenomena La Nina ini

Gambar 9. Kondisi Terumbu Karang
dan Anomali Suhu Permukaan Laut
Tahun 2014
Berdasarkan
hasil
penggambaran
kondisi
terumbu
karang dengan citra satelit NOAA
pada tahun 2010-2014, pada tahun
2010 merupakan puncak terjadinya
pemutihan karang di wilayah timur
Indonesia. Menurut (ICRI, 2012)
pada tahun 2010 di wilayah timur
Indonesia mengalami pemutihan
karang secara massal. Hal ini dilihat
pada laporan Indonesia Coral Reef
Initiative yang menyatakan bahwa
75% pemutihan terumbu karang
terjadi di wilayah Bali, Kupang, dan
Pulau Komodo. Pemanasan global
yang terjadi menjadi salah satu
faktor
yang
mengakibatkan
pemutihan karang. Pada tahun 2010
terjadi fenomena alam El-Nino yang
terjadi di wilayah utara Australia
hingga timur wilayah Indonesia.
3.4
.Pendugaan
Pemutihan
Massal
Pemanasan

global

yang

terjadi menjadi salah satu faktor
yang

mengakibatkan

pemutihan

karang. Pada tahun 2010 terjadi
fenomena alam El-Nino yang terjadi
di wilayah utara Australia hingga
timur wilayah Indonesia. Menurut
(Bureau,

2012)

puncak

El-Nino

mengakibatkan

suhu

permukaan

laut menurun 0.5°C.
3.5

Hubungan
Terumbu
Karang Dengan Anomali
Suhu Permukaan Laut
Kehidupan terumbu karang

sangat dipengaruhi oleh intensitas
cahaya matahari yang masuk ke
permukaan

laut.

Cahaya

sangat

diperlukan untuk proses fotosintesis
zooxanthela pada terumbu karang.
Tetapi panas matahari berlebihan
yang masuk ke dalam permukaan
laut akan membuat pemutihan pada
terumbu

karang.

disebabkan
perubahan

Pemutihan

karena
suhu

pengaruh

yang

drastis

(Zamani,2012).
Dari data rata-rata anomali
suhu dan terumbu karang setiap
tahunnya mulai tahun 2007 – 2014
dapat dilihat hubungan keduanya
melalui korelasi. Pada penelitian ini
data yang ada dikorelasikan dengan
diagram

scatter

melalui

SPSS.

Dengan grafk scatter dapat dilihat
garis linier yang terbentuk. Adapun
hasil

dari

diagram

dilihat di bawah ini :

scatter

bisa

Stress Level Terumbu Karang

11

suhu permukaan laut mempunyai

1.20

pengaruh

1.00

IV.
KESIMPULAN DAN
Stress
Level
SARAN
Terumbu
Karang
IV.1 Kesimpulan
Linear
Kesimpulan yang didapat
(Stress
pada penelitian ini adalah sebagai
Level
Terumbu
berikut :
Karang)
1.00
1.1.50
Berdasarkan
hasil

0.60
0.40
0.20
0.00
0.00

pemutihan

terumbu karang.

f(x) = 0.52 x + 0.3
0.80
R² = 0.44

-0.50

terhadap

0.50

Anomali Suhu Permukaan Laut

pengamatan

citra

satelit

NOAA dan pengolahan data
Gambar10. Grafk Scatter Anomali
Suhu - Terumbu Karang
Berdasarkan diagram pencar
(scatterplot), tampak bahwa sebaran
titik-titik

mengikuti

pola

linier

positif,

yang

hubungan

yang

dengan

kemiringan

berarti

terdapat

sejalan

antara

terumbu

karang

dengan suhu permukaan laut. Dari
diagram diatas dapat dilihat bahwa
antara terumbu karang dengan suhu
permukaan laut mempunyai kaitan
atau hubungan. Hal ini dibuktikan
dengan

diagram

membentuk

linier

scatter
positif

yang
dengan

persamaan y=0.525x+0.3007.
Berdasarkan

hasil

olahan

regresi di SPSS didapatkan nilai R
yang merupakan koefsien korelasi
yang

menunjukkan

kuat

atau

tidaknya hubungan linier antar dua
variabel. Nilai R square merupakan
hasil

pengkuadratan

dari

nilai

koefsien korelasi. Pada tabel diatas
nilai

R

square

berdasarkan

nilai

adalah

0.439,

tersebut

dapat

disimpulkan bahwa 43.9% anomali

Stress Level pada terumbu
karang ditemukankan daerah
yang

rawan

terhadap

terjadinya

pemutihan

terumbu karang yaitu pada
perairan Bali Barat, Pulau
Komodo, Teluk Sumba dan
Kapoposang.
2. Dari

hasil

citra

penggambaran

satelit

NOAA

didapatkan hasil nilai stress
level terumbu karang di 8
titik wilayah Indonesia mulai
tahun 2007-2014 adalah nilai
0

sebanyak

1,

nilai

1

sebanyak

42,

nilai

2

sebanyak

10,

nilai

3

sebanyak

7

dan

nilai

4

sebanyak 4.
3. Berdasarkan

dari

korelasi

hasil

didapatkan

persamaan
y=0.5281x+0.3158
berarti

setiap

variabel

x

yang
kenaikan

diikuti

oleh

variabel y. Dengan nilai R

12

square

adalah

berdasarkan
dapat

0.439,

nilai

tersebut

disimpulkan

43.9%

bahwa

anomali

suhu

permukaan laut mempunyai
pengaruh

terhadap

pemutihan terumbu karang.
4.2

Saran
Pada penelitian ini citra yang

digunakan

adalah

NOAA

sehingga

resolusi

50

citra

km
yang

dihasilkan masih kurang sempurna.
Untuk

penelitian

diharapkan
NOAA

5

penelitian
yang

selanjutnya

menggunakan
km

dan

lapang

dihasilkan

melakukan

sehingga
lebih

citra

tepat

data
dan

akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Bureau, 2012. El Nino Australia
Analysis
.
Bureau
Meteorology.
http://www.bom.gov.au/cli
mate/enso
Dahuri, R.
1999.
Kebijakan dan
strategi
pengelolaan
terumbu
karang.
Lokakarya
pengelolaan
dan IPTEK
terumbu
karang Indonesia. Jakarta
Davis, G. 2011. History of the NOAA
Satellite Program. NOAA
Satellite and Information
Service.
www.osd.noaa.gov. USA:
Maryland
Dodi, S. 2009. Klasifkasi Tutupan
Awan Menggunakan Data
SensorSatelit
NOAA/AVHRR
APT.
Seminar
on
Intelligent
Technology.
Jakarta:
Universitas Indonesia
Ghufron H. Kordi K., M. 2010.
Ekosistem
Terumbu
Karang.
Rineka
Cipta.
Jakarta.

Google

image. 2014. Pemutihan
Terumbu Karang. https://
www.google.co.id/pemutih
anterumbukarang.
Indonesia
Haruddin. 2011. Dampak Kerusakan
Ekosistem
Terumbu
KarangTerhadap
Hasil
Penangkapan Ikan Oleh
Nelayan
Secara
Tradisional
Di
Pulau
Siompu Kabupaten Buton
Propinsi
Sulawesi
Tenggara.
Jurnal
EKOSAINS | Vol. III | No. 3
| November 2011
ICRI, 2012. Global Mass Coral
Bleaching.
International
Coral
Reef
Initiative.
http://www.icriforum.org/n
ews
KKP. 2010 . Basis Data Wilayah
Konservasi.
http://kkji.kp3k.kkp.go.id/i
ndex.php/basisdatakawasan-konservasi/
details/1/128. Jakarta
Natsir S.M. dan M. Subkhan.
2010. Foraminifera bentik
sebagai
bioindikator
kualitas
perairan
ekosistem terumbu karang
di pulau Bidadari
dan
Ringit, Kepulauan Seribu.
J.
Lingkungan
Tropis,
5(1):1-10.
NOAA . 2014. Coral Reef Watch and
Sea Surface Temperature.
https://coralreefwatch.noa
a.gov . USA
Rasyid, Abd. 2010. Distribusi Suhu
Permukaan
Pada Musim
Peralihan
Barat-Timur
Terkait Dengan Fishing
Ground Ikan Pelagis Kecil
Di Perairan Spermonde.
Tarani
(jurnal
Ilmu
Kelautan), vol. 20(1) 1-7.
Makassar:
Universitas
Hasanuddin
Soedharma . 2005. Perkembangan
Transplantasi Karang Di
Indonesia.
Membuka
Wawasan
Transplantasi
Karang Untuk Masyarakat.
Fisheries Diving Club :
Bogor

13

Solihin,

A.,
2013.
Ephraim
Batungbacal, dan Arifsyah
M. Nasution. 2013. Laut
Indonesia Dalam Krisis.
Greenpeace. Jakarta.