Arahan Pengembangan program Wilayah Gerbangkerta
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak lupa kami ingin menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.rer.reg. selaku dosen pembimbing dan Bu Vely Kukinul Siswanto, ST., MT., MSc selaku dosen mata kuliah Ekonomi Wilayah
2. Orang tua dan keluarga yang selalu memberikan dorongan semangat.
3. Teman-teman yang telah membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
Makalah dengan judul “Arahan Pengembangan Wilayah
Gerbangkertasusila Untuk Mengurangi Kesenjangan Ekonomi Wilayah
dengan Pendekatan New Economy Geography ” ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Wilayah dalam Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
Dalam proses penyelesaian makalah penelitian kecil ini tentunya banyak kekurangan, baik dari pengambilan referensi data maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak demi sempurnanya makalah ini.
Demikianlah makalah ini disusun, semoga bermanfaat bagi berbagai pihak dan dapat memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas pembelajaran mata kuliah Ekonomi Wilayah.
Surabaya, 25 Mei 2018
Penulis
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan fenomena global yang sering terjadi di negara berkembang. Bahkan masalah kesenjangan ekonomi ini telah menjadi pembahasan utama dalam penetapan kebijakan pembangunan ekonomi di negara berkembang sejak puluhan tahun lalu. Perhatian ini timbul karena ada kecenderungan bahwa kebijakan pembangunan yang dirancang untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi justru memperburuk kondisi kesenjangan ekonomi antar wilayah dalam suatu negara.
Kesenjangan ekonomi antar wilayah juga terjadi di Indonesia. Kesenjangan ini berkaitan dengan strategi pembangunan Indonesia yang bertumpu pada aspek pertumbuhan ekonomi sejak masa orde baru. Sasaran pembangunan diarahkan untuk pencapaian pertumbuhan ekonomi tinggi, namun tidak memperhatikan pemerataan pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia. Dalam praktiknya, pemerintah hanya menetapkan target tingkat pertumbuhan yang hendak dicapai, namun tidak menetapkan target mengenai tingkat kemerataan.
Setiap daerah memiliki strategi yang berbeda-beda sehingga tidak semua daerah dapat secara bersamaan memiliki pertumbuhan ekonomi yang merata. Namun, hasil yang diperoleh dari strategi pertumbuhan ekonomi tersebut justru menimbulkan sebuah masalah baru yang serius yaitu ketimpangan pendapatan. Gerbangkertasusila merupakan sebuah kawasan metropolitan di Jawa Timur yang mengintegrasikan kegiatan perekonomian. Namun pembangunan tiap-tiap daerah Gerbangkertasusila tidak sama sehingga terjadi ketimpangan seperti pada aspek pendapatan, harga lahan, dsb.
Pembangunan ekonomi tanpa memperhatikan pemerataan tiap-tiap daerah bukan tidak mungkin menjadikan pembangunan hanya terjadi di beberapa daerah tertentu saja. Seperti halnya pada Gerbangkertasusila pembangunan secara massive hanya terjadi di pusatnya yakni Kota Surabaya dengan Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten Gresik menjadi imbas dari urban sprawl yang terjadi di Kota Surabaya. Adapun side effect dari pembangunan yang terpusat ini adalah keberpusatan masyarakat pada satu wilayah sehingga pemenuhan infrastruktunya juga terpusat pada satu daerah. Dengan demikian akan timbul gap dalam pembangunan daerah yang berimbas pada kegiatan ekonomi dimana daerah yang maju akan semakin maju dan daerah tertinggal akan semakin tertinggal.
Perlu dilakukan beberapa analisis untuk mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang menarik kegiatan perekonomian ke dalam suatu daerah dan kegiatan apa saja yang mendorong kegiatan tersebut keluar dari suatu daerah. Perlu dilakukan analisis sektor basis untuk mengetahui kekuatan masing-masing daerah dan perlu dilakukan analisis kesenjangan untuk mengetahui sejauh mana gap yang telah tercipta dan langkah-langkah efisien yang dilakukan untuk mengejar ketertinggalan di beberapa daerah.
Pemerintah daerah perlu memahami potensi dari masing-masing daerahnya sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah melalui potensi internal. Hal tersebut akan lebih memudahkan dalam pengorganisasian dan pemetaan untuk pengintegrasian kegiatan ekonomi di Gerbangkertasusila. Selain itu perlunya pemahaman tentang kesiapan sumber manusia dalam mengelola ekonomi. Dari pembenahan berbagai aspek maka akan mendongkrak aspek lain untuk ikut bertumbuh dan meningkatkan perekonomian daerah.
1.2 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dalam penyusunan makalah ini adalah menentukan arahan pengembangan wilayah Gerbangkertasusila untuk mengurangi kesenjangan economi dengan pendekatan New Economy Geography. Sasaran untuk mencapai tujuan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi kesenjangan ekonomi di wilayah Gerbangkertasusila
2. Menganalisis tingkat kesenjangan tiap kabupaten /kota di Gerbangkertasusila
3. Menganalisis pergeseran potensi ekonomi wilayah di tiap kabupaten /kota di Gerbangkertasusila.
4. Merumuskan Arahan Pengembangan Wilayah Gerbangkertasusila.
1.3 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada makalh ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN : membahas terkait latar belakang pengambilan studi kasus, tujuan dan sasaran untuk mencapainya, serta sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA : bab ini membahas tinjauan terkait kesenjangan wilayah, dan new economy geography, serta sintesa pustaka yang bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh dalam kesenjangan wilayah. BAB III GAMBARAN UMUM : pada bab ini membahas terkait gambaran umum GERBANGKERTASUSILA, dan data-data terkait faktor atau variabel yang digunakan. BAB IV ANALISA : pada bab ini membahas terkait analisa yang digunakan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, yaitu analisa terkait tingkat kesenjangan wilayah di dalam suatu kota/kabupaten dan antar kabupaten/kota di GERBANGKERTASUSILA. BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN : pada bab ini membahas terkait arahan pengembangn secara garis besar yang dijelaskan menggunakan pendekatan konsep Upstream firm downstream firm dan pendekatan NEG yang diterapkan pada setiap kota/kabupaten di GERBANGKERTASUSILA. BAB VI PENUTUP : pada bab ini membahas terkait kesimpulan dan lesson learned yang di dapatkan dari hasil pembahasan pada bab-bab sebelumnya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesenjangan Wilayah
2.1.1 Pengertian Kesenjangan Wilayah
Menurut Mudrajad Kuncoro dalam Damarjati (2010) kesenjangan mengacu pada standar hidup relatif dari seluruh masyarakat.Kesenjangan antar wilayah terjadi karena perbedaan endowment factor dari masing-masing daerah.Perbedaan tersebut akhirnya menyebabkan tingkat pembangunan dan pengembangan wilayah yang berbeda-beda sehingga timbullah gap kesejahteraan antar wilayah.
Kesenjangan berarti suatu gambaran terhadap fakta (kondisi) yang tidak homogen, yang di dalamnya terdapat perbedaan-perbedaan yang membutuhkan perhatian.Atas dasar pengertian tersebut, penyusunan profil kesenjangan antarwilayah dimaksudkan untuk memberi gambaran fakta-fakta perbedaan perkembangan kondisi hasil pembangunan antarwilayah, juga terkandung informasi mengenai perbandingan antarwilayah yang maju dan tertinggal. Kesenjangan wilayah adalah komparatif antarwilayah (kabupaten/kota) yang disajikan dalam suatu pengamatan yang agregat terhadap seluruh kabupaten/kota yang ada di wilayah Indonesia. (http://simreg.bappenas.go.id, Analisis Kesenjangan Antarwilayah 2012)
2.1.2 Faktor Kesenjangan Wilayah
Dalam mengetahui kesenjangan ekonomi, terdapat beberapa indicator yang bisa digunakan. Menurut Anwar dalam Faisal (2011) terdapat 5 indikator yang mempengaruhi kesenjangan ekonomi, diantaranya adalah :
Karakter Demografi Sumber Daya Manusia Potensi Lokasi Aksesibitas Potensi Pasar
Di Indonesia faktor-faktor penyebab terjadinya ketipangan ekonomi antar provinsi atau wilayah. menurut Tambunan dalam Faisal (2011), diantaranya adalah:
Konsentrasi kegiatan ekonomi wilayah. Alokasi invetasi. Tingkat mobolitas faktor produksi yang rendah antardaerah. Perbedaan sumber daya alam antar provinsi. Pembangunan ekonomi didaerah yang kaya sumber daya alam akan lebih
maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingakan dengan daerah yang miskin sumber daya alam.
Perbedaan kondisi demografis antar wilayah. Kurang lancarnya perdagangan antar provinsi.
2.2 New Ecconomy Geography
Teori ekonomi geografi baru berupaya untuk menurunkan efek-efek aglomerasi dari interaksi antara besarnya pasar, biaya transportasi dan increasing return dari perusahaan.Dalam hal ini ekonomi aglomerasi tidak di asumsikan tetapi diturunkan dari interaksi ekonomi skala pada tingkat perusahaan, biaya transportasi dan mobilitas faktor produksi. Teori ekonomi geografi baru menekankan pada adanya mekanisme kausalitas sirkular untuk menjelaskan konsentrasi spasial dari kegiatan ekonomi (Krugman dan Venables dalam Martin & Ottavianno, 2001). Analisis Krugman berfokus pada dampak skala ekonomi terhadap sektor perdagangan dan lokasi bisnis. Konsep skala ekonomi diperoleh dari analisis yang berakhir pada kesimpulan bahwa makin banyak barang dan jasa diproduksi di satu pabrik yang sama, makin rendah pula biaya produksi yang harus dikeluarkan. Menurut Krugman, pasar tidak akan berkompetisi secara sempurna seperti yang dinyatakan oleh para pencipta teori perdagangan internasional terdahulu.
Gambar 2. 1 Key of New Economic Geography
Dalam penerapannya teori New Economic Geography memiliki konsep- konsep sebagai berikut :
1. Mengenalkan konsep diferensiasi produk dan skala ekonomi
2. Size effect : negara besar mendominasi negara kecil karena memiliki variasi produk yang lebih banyak dengan harga yang lebih murah. Karena sudah terjadi ekonomi aglomerasi
3. Home-Market Effect : Dengan adanya aglomerasi, biaya transportasi yang dibutuhkan rendah, sehingga negara besar dapat mendapatkan upah yang lebih banyak daripada negara kecil
4. Competition Effect : Tidak lagi menggunakan Sumber daya yang ada melainkan berkompetisi untuk memberikan barang yang sama namun dengan harga yang lebih murah.
5. Krugman menunjukkan bahwa globalisasi cenderung untuk meningkatkan tekanan hidup masyarakat kota, dan membuat orang- orang terdorong ke pusat konsentrasi. Teori Krugman menunjukkan bahwa hasil dari proses ini adalah bahwa sebuah wilayah dapat terbagi menjadi kota inti berteknologi tinggi dan lingkungan sekitarnya yang kurang berkembang.
2.2.1 Gaya Sentrifugal dan Sentripetal (Forces Affecting Geographical
Concentration)
Dalam New Economic Geography Theory, dikenal adanya gaya sentrifugal dan sentripetal. Gaya Sentripetal adalah sebuah kekuatan yang membawa pada aglomerasi (konsentrasi) industri,sedangkan gaya sentrifugal adalah sebaliknya, yakni kekuatan yang membuat industrialisasi menyebar
Tabel 2. 1 Perbandingan Gaya Sentrifugal dan Gaya Sentipetal
No. Centripetal Forces Centrifugal Forces
1. Market-size effects (linkages) Immobile factors
- Jika pasar semakin - Ada faktor diluar yang tidak bisa mengumpul akan
dipindahkan, sehingga harus keluar berkorelasi lurus terhadap
untuk mendekati faktor tersebut. besarnya pasar, yang
Contoh : tanah yang subur mengakibatkan keterkaitan antar kegiatan semakin kuat
2. Thick labour markets
Land Rent
- Semakin besar pasar maka - Faktor harga tanah di luar lebih pekerja yang dibutuhkan
murah, sehingga pelaku kegiatan semakin banyak
ekonomi akan cenderung memilih lokasi dengan harga tanah yang lebih murah namun masih berpotensi untuk dikembangkan (dekat dengan pasar, dekat dengan tenaga kerja) dan terjadi gaya sentrifugal
3. Pure external economies Pure external diseconomies
- Memanfaatkan faktor - Ada faktor eksternal ekonomi di eksternal ekonomi, contoh :
dalam core yang menghambat kedekatan dengan pasar
kegiatan ekonomi, contoh kemacetan. Sehingga pelaku ekonomi terdorong melakukan gaya sentrifugal
Sumber : Penulis, 2016
2.3 Sintesa Pustaka
Berdasarkan pembahasan tinjauan pustaka diatas dan sasaran penelitian yaitu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesenjangan ekonomi wilayah, maka dapat disintesiskan kajian teori yang telah dilakukan. Hasil sintesa dapat dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2. 2 Sintesa Pustaka
No. Kriteria
Indikator
Variabel
1. Faktor yang
Jumlah Penduduk mempengaruhi
Pembangunan Ekonomi
Potensi Lokasi
Sektor Basis
Aksesibilitas
Peta Struktur Ruang
Potensi Pasar
Skala Pelayanan
Pendapata Perkapita
Harga Lahan
Harga Rata-Rata Tanah
Sumber: Analisa Penulis, 2018
BAB III GAMBARAN UMUM
3.1 Gerbangkertasusila
GERBANGKERTASUSILA merupakan bentuk wilayah dari segi nodalitas (titik) dimana wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat (inti) dan daerah belakangnya (hinterland). Gerbangkertsusila terdiri dari beberapa Kota/Kabupaten di Provinsi Jawa Timur, yaitu Kabupaten Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, dan Kabupaten Lamongan. Kota Surabaya sendiri merupakan pusat ekonomi di kawasan gerbangkertasusila.
Gambar 3. 1 Peta Kawasan Strategis Gerbangkertasusila
3.2 Jumlah Penduduk
Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap kesenjangan ekonomi. Berikut jumlah penduduk kabupaten/Kota Wilayah Metropolitan Gerbangkertasusila.
Tabel 3. 1 Jumlah Penduduk Kawasan Gerbangkertasusila
No Kota/Kabupaten Jumlah Penduduk (jiwa) 2014
3 Mojokerto (Kota)
4 Mojekerto (Kabupaten)
Sumber : Provinsi Jawa Timur dalam Angka
Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa hampir seluruh kabupaten/kota di GERBANGKERTASUSILA merupakan kawasan besar yaitu memiliki jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa. Hanya Kabupetan Bangkalan dan Kota Mojokerto saja yang memiliki jumlah penduduk kurang dari 1 juta jiwa. Jumlah penduduk itu sendiri merupakan salah satu faktor yang dapat menimbulkan kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah.
3.3 Indeks Pembangunan Manusia
Secara khusus, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM diperkenalkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 dan dipublikasikan secara berkala dalam laporan tahunan Human Development Report (HDR). IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya.
IPM merupakan indikator penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). IPM dihitung berdasarkan data yang dapat menggambarkan keempat komponen yaitu angka harapan hidup yang mewakili bidang kesehatan; angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah mengukur capaian pembangunan di bidang pendidikan; dan kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.
Berikut angka Indeks Pembangunan Manusia di wilayah Gerbangkertasusila :
Tabel 3. 2 Indeks Pembangunan Manusia di Kawasan Gerbangkertasusila IPM
65.36 66.06 66.74 67.55 68.14 68.95 69.74 Kota Surabaya
Jawa Timur
Kabupaten Sidoarjo
Kota Mojokerto
Kabupaten Gresik
Kabupaten Mojokerto 68.14 68.71 69.17 69.84 70.22 70.85 71.38
Kabupaten Lamongan 65.4 66.21 67.51 68.9 69.42 69.84 70.34
Kabupaten Bangkalan 57.23 58.63 59.65 60.19 60.71 61.49 62.06 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur
Angka IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan suatu wilayah. Kriteria penentuan kesenjangan adalah sebagai berikut:
1. Indeks Pembangunan Manusia <80, berarti sangat tinggi
2. Indeks Pembangunan Manusia 70-80, berarti tinggi
3. Indeks Pembangunan Manusia 60-70, berarti sedang.
4. Indeks Pembangunan Manusia 50-60, berarti rendah; dan
5. Indeks Pembangunan Manusia >50, berarti sangat rendah Berdasarkan tabel diatas, Kabupaten/Kota di wilayah Gerbangkertasusila rata rata termasuk dalam taraf IPM tinggi. IPM Kota Surabaya di tahun 2016 mencapai angka 80,38, angka ini menunjukkan bahawa kota Surabaya telah mencapak IPM level sangat tinggi. Berbeda dengan Kabupaten Bangkalan dengan angka 62,06 yang berada dalam level IPM sedang. Meskipun begitu, Kabupaten Bangkalan mencapai pertumbuhan level IPM yang signifikan, dan terus naik. Di 5. Indeks Pembangunan Manusia >50, berarti sangat rendah Berdasarkan tabel diatas, Kabupaten/Kota di wilayah Gerbangkertasusila rata rata termasuk dalam taraf IPM tinggi. IPM Kota Surabaya di tahun 2016 mencapai angka 80,38, angka ini menunjukkan bahawa kota Surabaya telah mencapak IPM level sangat tinggi. Berbeda dengan Kabupaten Bangkalan dengan angka 62,06 yang berada dalam level IPM sedang. Meskipun begitu, Kabupaten Bangkalan mencapai pertumbuhan level IPM yang signifikan, dan terus naik. Di
3.4 Pendapatan Regional
3.4.1 Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perekonomian di suatu daerah. Penghitungan PDRB menggunakan dua macam harga yaitu harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas harga berlaku merupakan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada tahun bersangkutan, sementara PDRB atas dasar harga konstan dihitung dengan menggunakan harga pada tahun tertentu sebagai tahun dasar dan saat ini menggunakan tahun 2000.
Pada gambaran umum kali ini, PDRB yang digunakan adalah atas dasar harga konstan. Berikut adalah gambaran PDRB di Jawa Timur dan Kabupaten/Kota di Gerbangkertasusila pada tahun 2012 dan 2016.
Tabel 3. 3 Produk Domestik Regional Bruto Jawa Timur tahun 2012 dan 2016
No
Lapangan Usaha
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 146002,6 164687.46
2. Pertambangan dan Penggalian 58287,9 75024.89
3. Industri Pengolahan 326681,8 411028.39
4. Pengadaan Listrik dan Gas 4259 4483.93
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 1182 1366.77
6. Konstruksi 102250,9 126802.99
7. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 206433,7 257126.66
8. Transportasi dan Pergudangan 31528,7 41107.64
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 54601,2 73398.14
10. Informasi dan Komunikasi 58299,2 79216.96
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 26668 37158.62
12. Real Estate 19153,8 24298.54
13. Jasa Perusahaan 8416,9 10884.7
14. Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial 28210,1 31668.14
Wajib
15. Jasa Pendidikan 28789,4 37438.7
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 7033,1 9245.38
17. Jasa Lainnya 16666,3 20298.2
Total PDRB 1124464,6 1405236.1
Sumber : BPS Jawa Timur
Tabel 3. 4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Gresik tahun 2012 dan 2016
No
Lapangan Usaha
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4730,2 5911,0
2 Pertambangan dan Penggalian 8348,9 9234,2
3 Industri Pengolahan 32380,8 41016,9
4 Pengadaan Listrik dan Gas 389,8 467,5
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 43,1 51,8
6 Konstruksi 5397,9 7617,1
7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil 7652,7 10546,8
8 Transportasi dan Pergudangan 1433,7 1819,9
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 712,6 995,1
10 Informasi dan Komunikasi 2619,1 3638,4
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 687,1 935,5
12 Real Estate 836,5 1095,6
13 Jasa Perusahaan 172,8 229,3 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan Sosial
14 867,9 999,3 Wajib
15 Jasa Pendidikan 539,8 713,1
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 242,1 324,5
17 Jasa Lainnya 193,7 239,2
Total PDRB 67248,8 85835,1
Sumber : BPS Jawa Timur
Tabel 3. 5 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Bangkalan tahun 2012 dan 2016
No. Lapangan Usaha 2012 2016
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3155,5 3669,2
2 Pertambangan dan Penggalian 6833,7 5439,1
3 Industri Pengolahan 312,2 374,8
4 Pengadaan Listrik dan Gas
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 10,6 12,5
6 Konstruksi 1370,1 1840,6 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
7 1825,2 2381,6 Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan 180,8 216,1
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 129,3 172,7
10 Informasi dan Komunikasi 606,2 847,2
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 216,6 273,1
12 Real Estate 145,7 181,9
13 Jasa Perusahaan 30,8
37 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan
14 710,8 802,3 Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 488,4 585,5
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 47,9 59,6
17 Jasa Lainnya 103,8 118
Total PDRB 16173,7 17018,5
Sumber : BPS Jawa Timur
Tabel 3. 6 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Mojokerto tahun 2012 dan 2016
No. Lapangan Usaha 2012 2016
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3457,2 5842,5
2 Pertambangan dan Penggalian 418,6 637,6
3 Industri Pengolahan 20592 33660,1
4 Pengadaan Listrik dan Gas 29,3
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 29,7 40,4
6 Konstruksi 3503,9 6576,8 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
7 4265,1 6641,9 Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 679,7 1401,4
10 Informasi dan Komunikasi 2344,8 3494,7
11 Jasa Keuangan dan Asuransi
12 Real Estate 613,2 1011,5
13 Jasa Perusahaan 58,8 105 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan
14 1046,5 1571 Sosial Wajib
Jasa Pendidikan 509,5 903,3
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 142,3 258,5
17 Jasa Lainnya 395,6 555,5
64629,2 Sumber : BPS Jawa Timur
Total PDRB 39047,3
Tabel 3. 7 Produk Domestik Regional Bruto Kota Mojokerto tahun 2012 dan 2016
No. Lapangan Usaha 2012 2016
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 23,9
2 Pertambangan dan Penggalian
3 Industri Pengolahan 362,5 451,4
4 Pengadaan Listrik dan Gas
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
6 Konstruksi 373,3 456 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
7 994,6 1250,7 Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan 90,4 107,7
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 207,1 261,9
10 Informasi dan Komunikasi 450,1 604,1
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 242,1 315,5
12 Real Estate 97,6 119,4
13 Jasa Perusahaan
25 31,3 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan
14 167,9 192,8 Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 145,4 185,6
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 39,1
17 Jasa Lainnya 130,6 160,8
3358,4 4221,5 Sumber : BPS Jawa Timur
Total PDRB
Tabel 3. 8 Produk Domestik Regional Bruto Kota Surabaya tahun 2012 dan 2016
No. Lapangan Usaha 2012 2016
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 467,1 570,8
2 Pertambangan dan Penggalian 17,4
3 Industri Pengolahan 51100,7 66582,8
4 Pengadaan Listrik dan Gas 1643,2 1514,7
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 461 528,3
6 Konstruksi 27183 33864,7 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
7 77408 97443,6 Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan 12667,2 16569,2
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 36714,5 49881,3
10 Informasi dan Komunikasi 16540 22421,1
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 11781,1 17184,8
12 Real Estate 7314 9145,6
13 Jasa Perusahaan 6282,2 7761,4 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan
14 3931,9 4384,6 Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 6276,8 8052,6
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 2018 2649,1
17 Jasa Lainnya 4222,2 5077,8
Total PDRB 265892,1 343652,4
Sumber : BPS Jawa Timur
Tabel 3. 9 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Sidoarjo tahun 2012 dan 2016
No. Lapangan Usaha 2012 2016
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2171,3 2604.2
2 Pertambangan dan Penggalian 153,3 146.6
3 Industri Pengolahan 46274,8 58304.9
4 Pengadaan Listrik dan Gas 1006,9 1123.4
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 78,9
6 Konstruksi 8593,3 10747.9 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
7 14722,8 19059.4 Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan 8175,1 9833.8
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2924,5 4023.3
10 Informasi dan Komunikasi 3722,7 5132.6
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 1050,4 1446.7
12 Real Estate 900,9 1154.5
13 Jasa Perusahaan 151 187.3 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan
14 1874,3 2070.5 Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 1064,2 1405.8
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 296,7 387.7
17 Jasa Lainnya 382,7 459.6
Total PDRB 93543,9 118179.1
Sumber : BPS Jawa Timur
Tabel 3. 10 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten tahun 2012 dan 2016
No. Lapangan Usaha 2012 2016
1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 7059 8567,50
2 Pertambangan dan Penggalian 240,5 294,00
3 Industri Pengolahan 1317,1 1839,40
4 Pengadaan Listrik dan Gas 14,4 17,60
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah 20,6 25,60
6 Konstruksi 2042,5 2455,90 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi
7 3446 4709,80 Mobil
8 Transportasi dan Pergudangan 135,4 186,40
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 240,1 345,90
10 Informasi dan Komunikasi 1401,3 1848,50
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 352 487,60
12 Real Estate 377 508,70
13 Jasa Perusahaan 51,9 66,00 Adm. Pemerintah, Pertahanan&Jaminan
14 851,9 960,70 Sosial Wajib
15 Jasa Pendidikan 473,7 639,10
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 148,7 210,30
17 Jasa Lainnya 370,4 460,70
Total PDRB 18562,7 23623,80
Sumber : BPS Jawa Timur
3.5 Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan aspek penting dalam menarik menarik kegiatan ekonomi ataupun manusia untuk bergerak ke arah yang memiliki infrastruktur lengkap. Berikut adalah persebaran infrastruktur berupa jalan dan sarana penunjang lainnya di kawasan GERBANGKERTASUSILA.
Gambar 3. 2 Peta Struktur Ruang di Jawa Timur
Sumber : RTRW Jawa Timur
Gambar 3. 3 Peta Struktur Ruang di Kawasan Gerbangkertasusila
Sumber : RTRW Jawa Timur
Berdasarkan peta tersebut, dapat diketahui bahwa seluruh wilayah di Gerbangkertasusila dilewati oleh jalur nasional yaitu jalan arteri primer. Baik jalan Raya Surabaya Malang, Jalan Pantura, dll. Berikut adalah persebaran jaringan jalan dan sarana pendukungnya :
Tabel 3. 11 Kondisi Aksesibilitas di Kawasan Gerbangkertasusila
No. Kab/Kota
Jalan Nasional
Tingkat Kemacetan
Jalan Tol
Sedang pada beberapa
Pelabuhan Industri
titik
Terminal Tipe B
2 Bangkalan
Jalan Nasional
Tidak ada angkutan
Jembatan Suramadu
umum
3 Mojokerto (Kota)
Jalan Nasional
Jalan Tol Angkutan Umum
4 Mojekerto (Kabupaten) Jalan Nasional Kelerengan tinggi
Jalan Tol
pada beberapa titik
Angkutan Umum
5 Surabaya
Jalan Nasional
Tingkat Kemacetan
Jalan Tol
Tinggi
Pelabuhan Internasioal
Terminal Tipe A Angkutan Umum Stasiun Tipe A dan B
6 Sidoarjo
Jalan Nasional
Tingkat Kemacetan
Jalan Tol
Sedang pada beberapa
Bandara Internasioal
titik
Terminal Tipe A Angkutan Umum
7 Lamongan
Jalan Nasional
Terminal tidak aktif
Rencana dilalui Jalan Tol Pelabuhan Perikanan
Angkutan Umum Sumber : Analisa, 2018
3.6 Skala Pelayanan
Skala Pelayanan erat kaitannya dengan besar pasar dan jangkauan cakupannya. Jika pasar semakin mengumpul akan berkorelasi lurus terhadap besarnya pasar, yang mengakibatkan keterkaitan antar kegiatan semakin kuat. Wilayah Gerbangkertasusila sendiri merupakan Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sendiri merupakan wilayah perkotaan yang berfungsi sebagai simpul utama kegiatan ekonomi negara. Wilayah perkotaan tersebut berfungsi sebagai pusat kegiatan industri dan jasa skala nasional atau yang melayani beberapa provinsi.
Gambar 3. 4 Peta Skala Pelayanan Kawasan Gerbangkertasusila
Sumber : RTRW Provinsi Jawa Timur
Dalam wilayah Gerbangkertasusila, skala pelayanan terbesar berada pusat, yaitu di Surabaya sebagai Surabaya Metropolitan Area (SMA). Skala pelayanan Surabaya Metropolitan Area (SMA) merupakan yang terbesar dan mempunyai banyak pusat pelayanan yang tumbuh merapat disekitarnya. Selain di Surabaya, pada kabupaten/kota lain juga terdapat pusat-pusat kegiatan yang tersebar di seluruh wilayah Gerbangkertasusila. Meskipun banyak terdapat pusat kegitan di kabupaten/kota lain, namun pusat-pusat ini tidak lebih besar dan membawa pengaruh bagi wilayah sekiarnya sebesar Surabaya Metropolitan Area (SMA).
3.7 Upah Minimum Regional
UMR mrupakan aspek yang sangat penting bagi pelaku usaha dan masyarakat. semakin tinggi UMR pelaku usaha akan berpikir dua kali untuk melakuakn kegiatan usaha di lokais tersebut. namun berbalik dengan keinginan masyarakt, semakin tinggi nilai UMR, maka semakin dituju oleh masyarakat. berikut adalah nilai UMR di Kawasan Gerbangkertasusila.
Tabel 3. 12 Nilai UMR di Kawasan Gerbangkertasusila
No. Kota/Kab
UMR
Peringkat di UMR Tertinggi Jawa Timur
1 Kota Surabaya
Rp. 3.583.312
2 Kab. Gresik
Rp. 3.580.370
3 Kab. Sidoarjo
Rp. 3.577.428
4 Kab. Mojokerto
Rp. 3.565.660
5 Kota Mojokerto
Rp. 1.886.387
6 Kab. Lamongan
Rp. 1.851.083
7 Kab. Bangkalan
Rp.1.663.975
Sumber : detik.com Dari data diatas, dapat dilihat bahwa besar Upah Minimum Regional paling tinggi berada di Kota Surabaya dengan besar Rp. 3.583.312 dan terpaling rendah di Kabupaten Bangkalan dengan besar Rp.1.663.975. Besaran Upah Minimum Regional Kota Bangkalan yang tidak mencapai setengah dari besar Kota Surabaya dapat mengindikasikan kesenjangan ekonomi antara Kabupaten Bangkalan dan Surabaya.
Upah Minimum Regional di Wilayah Gerbangkertasusila jika dirata-rata adalah sebesar Rp. 2.815.459,00. Berdasarkan angka rata-rata ini, Kabupaten/Kota di dalam wilayah Gerbangkertasusila yang berada dibawah rata-rata upah minimum regional antara lain Kabupaten Mojokerto, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Bangkalan, dimana ketiga Kabupaten tersebut berada diperingkat diatas 10 Upah Minimum Regional Jawa Timur.
3.8 Pendapata Perkapita
Pendapatan Perkapita ialah pendapatan rata-rata penduduk dalam suatu wilayah pada suatu periode tertentu. Pendapatan perkapita ini merupakan salah satu tolak ukur kemakmuran dari suatu wilayah. Penadapat perkapita dapat dihitung dengan rumus :
Wilayah yang memiliki nilai pendapatan nasional yang tinggi belum tentu lebih makmur bila dibandingkan dengan wilayah yang berpendapatan rendah dikarenakan jumlah penduduk pun menentukan tingkat kemakmuran dari negara tersebut.
Tabel 3. 13 Perbandingan UMR dan Pendapatan perkapita
Pendapatan perkapita per-bulan No
UMR
Kota/Kabupaten
3 Mojokerto (Kota)
4 Mojekerto (Kabupaten) 3.030.000 3.770.528
1.656.844 Sumber : Analisa, 2018 Upah Minimum Regional (UMR) adalah standar minimal besar gaji pegawai suatu wilayah. Berdasarkan table diatas, besar Upah Minimum Regional (UMR) berbeda jauh dengan pendapatan perkapita perbulan Kabupaten-Kota tersebut kecuali Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Lamongan, dan Kabupaten Mojokerto. Perbedaan besar pendapatan ini mengindikasikan perbedaan yang signifikan antar orang yang ada di wilayah tersebut, dan berpotensi menyebabkan kesenjangan.
7 Lamongan
3.9 Harga Rata-Rata Tanah
Harga tanah merupakan aspek yang mempengaruhi gaya sentripetal dan sentrifugal pada suatu kawasan. Semakin tinggi harga lahan akan mengakibatkan terjadinya gaya sentrifugal, begitu juga sebaliknya. Selain itu harga lahan juga bisa mempengaruhi perkembangan real estate pada kawasan tersebut. Namun, di kawasan Gerbangkertasusila sendiri pola harga lahan dan pengembangan real estate belum terlihat. Karena untuk tahun 2016 sendiri kota/kabupaten yang menjadikan real estate sebagai sektor basis terletak pada Kota Surabaya, Kota Mojokerto, dan Kabupaten Lamongan yang notabene memiliki harga lahan yang Harga tanah merupakan aspek yang mempengaruhi gaya sentripetal dan sentrifugal pada suatu kawasan. Semakin tinggi harga lahan akan mengakibatkan terjadinya gaya sentrifugal, begitu juga sebaliknya. Selain itu harga lahan juga bisa mempengaruhi perkembangan real estate pada kawasan tersebut. Namun, di kawasan Gerbangkertasusila sendiri pola harga lahan dan pengembangan real estate belum terlihat. Karena untuk tahun 2016 sendiri kota/kabupaten yang menjadikan real estate sebagai sektor basis terletak pada Kota Surabaya, Kota Mojokerto, dan Kabupaten Lamongan yang notabene memiliki harga lahan yang
Tabel 3. 14 Harga Rata-Rata Lahan di Kawasan Gerbangkertasusila
No Kota/Kab Harga Rata-Rata Lahan (Rp/m2)
1 Kota Surabaya ± Rp. 10.000.000 – 40.000.000
2 Kab. Gresik ± Rp. 2.000.000 – 10.000.000
3 Kab. Sidoarjo ± Rp. 4.000.000 – 15.000.000
4 Kab. Mojokerto ± Rp. 2.500.000
5 Kota Mojokerto ± Rp. 2.500.000
6 Kab. Lamongan ± Rp. 500.000
7 Kab. Bangkalan ± Rp. 750.000
Sumber : Komparasi Berita, 2018
Berdasarkan tabel di atas, harga lahan tertinggi terletak pada Kota Surabaya, dengan nilai mencapai 40juta rupiah. Sedangkan yang memiliki harga lahan terendah adalah Kabupaten Lamongan dengan harga lahan sebesar 50 ribu
rupiah.
BAB IV ANALISA
4.1 Analisis Kesenjangan Wilayah
Kesenjangan suatu wilayah dapat diketahui dengan melakukan analisis Indeks Williamson. Williamson mengamati tingkat kesenjangan di berbagai daerah dari tingkat pendapatan. Indeks Williamson adalah suatu indeks yang didasarkan pada ukuran penyimpangan pendapatan perkapita penduduk tiap wilayah dan pendapatan perkapita nasional.Analisis ini merupakan modifikasi dari analisis standar deviasi.Hasil dilihat dengan semakintinggi Indeks Williamson berarti kesenjangan wilayah semakin besar dan begitupun sebaliknya semakin rendah Indeks Williamson maka akan semakin rendah kesenjangan di wilayah tersebut.
Rumus perhitungan Williamson adlaah:
dimana, IW adalah Indeks Ketimpangan regional. Yi adalah pendapatan regional atau PDRB per kapita kabupaten/kota
ke i di wilayah Provinsi Jawa Timur.
Y adalah pendapatan regional atau PDRB per kapita Provinsi Jawa Timur. Pi adalah jumlah penduduk kabupaten/kota ke i. P adalah jumlah penduduk Provinsi Jawa Timur.
Rumus IW ini jika menghasilkan angka indeks yang lebih besar atau sama dengan nol dan lebih kecil dari satu. Apabila indeks sama dengan nol maka menandakan tidak terjadi keimpangan antar kabupaten/kota di Wilayah Provinsi Jawa Barat. Kriteria penentuan kesenjangan adalah sebagai berikut:
1. Ketimpangan taraf rendah bila indeks Williamson < 0,35,
2. Ketimpangan taraf sedang bila indeks Williamson antara 0,35 – 0,50
3. ketimpangan taraf tinggi bila indeks Williamson > 0,5.
Indeks Williamson untuk Kabupaten/Kota yang berada dalam Wilayah Gerbangkertasusila adalah sebagai berikut
Tabel 4. 1 Index Williamson Kab/Kota di Wilayah Gerbangkertasusila Indeks Williamson Per-Kabupaten
Kab/Kota
0.15 0.15 0.16 Mojokerto (Kota)
0.06 0.06 0.06 Mojekerto (Kabupaten)
Sumber : Analisa, 2018
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa index Willliamson menunjukkan kesenjangan pada tiap kabupaten kota. Semakin tinggi nilai index maka kesenjangan pada kawasan tersebut juga semakin tinggi. Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo memiliki nilai index tertinggi yang menunjukkan pada kawasan tersebut kesenjangannya tinggi. Sedangkan Kota Mojokerto merupakan kota yang memiliki nilai index terendah yang menunjukkan kesenjangan wilayahnya rendah.
Selain itu, perhitungan kesenjangan juga dilihat dari data antar kabupaten kota untuk mengetahui kesenjangan pada kawasan di skala atasnya. Dari hasil analisis Indeks Williamson, didapatkan tingkat kesenjangan di kawasan GERBANGKERTASUSILA adalah:
Tabel 4. 2 Indeks Williamson Gerbangkertasusial 2014-2016
No.
Tahun
Indeks Williamson
Sumber : Analisa, 2018
Gambar 4. 1 Grafik Indeks Williamson Gerbangkertasusial 2014-2016
Tingkat Kesenjangan
Indeks Williamson
Sumber : Analisa, 2018
Dasar perhitungan Indeks Williamson adalah persamaan probabilitas 0<IW< 1, yang berarti apabila nilai IW mendekati 0, maka tingkat kesenjangan pendapatan antar daerah juga semakin kecil (tingkat pemerataan ekonomi baik).Sedangkan jika mendekati angka 1, maka tingkat pemerataan tidak baik atau kesenjangan antar daerah buruk. Berdasarkan penghitungan, wilayah Gerbangkertasusila mempunyai indeks Williamson 0,4 yang berarti tingkat pemerataan atau kesenjangan antar daerah termasuk dalam angka sedang.
Wilayah Gerbangkertasusila pada tahun 2014-2016 memiliki rata-rata ketimpangan williamson sebesar 0,42 (antara 0,35-0,50), maka berdasarkan ketentuan ketimpangan williamson, Wilayah Gerbangkertasusila di tahun 2014- 2016 terjadi ketimpangan distribusi yang sedang, dimana terjadi pertumbuhan ekonomi antara daerah yang tidak merata dibeberapa tempat.
4.2 Analisis Pergeseran Sektor Basis
Salah satu analisis yang digunakan untuk menentukan arahan pengembangan adalah dengan meilihat sektor basis yang berkembang di daerah tersbeut. Sektor basis merupakan potensi komparatif yang harusnya dikembangkan di daerah tersebut. sektor basis dapat dilihat dengan analisis LQ dengan rumus sebagai berikut :
Dimana : Si = Jumlah buruh sektor kegiatan ekonomi i di daerah yang diselidiki S = Jumlah buruh seluruh sektor kegiatan ekonomi di daerah yang diselidiki Ni = Jumlah sektor kegiatan ekonomi i di daerah acuan yang lebih luas, di mana daerah yang di selidiki menjadi bagiannya N = Jumlah seluruh buruh di daerah acuan yang lebih luas
Dengan rumus tersebut berikut adalah perhitungan hasil sektor basis di kabupaten/kota di Kawasan Gerbangkertasusila :
EKONOMI WILAYAH - 2018 Page 29
Gambar 4. 2 Perhitungan LQ Kabupaten Gresik
Sumber: Analisa Penulis, 2018
EKONOMI WILAYAH - 2018 Page 30
Gambar 4. 3 Perhitungan LQ Kabupaten Bangkalan
Sumber: Analisa Penulis, 2018
EKONOMI WILAYAH - 2018 Page 31
Gambar 4. 4 Perhitungan LQ Kabupaten Mojokerto
Sumber: Analisa Penulis, 2018
EKONOMI WILAYAH - 2018 Page 32
Gambar 4. 5 Perhitungan LQ Kota Mojokerto
Sumber: Analisa Penulis, 2018
EKONOMI WILAYAH - 2018 Page 33
Gambar 4. 6 Perhitungan LQ Kota Surabaya
Sumber: Analisa Penulis, 2018
EKONOMI WILAYAH - 2018 Page 34
Gambar 4. 7 Perhitungan LQ Kabupaten Sidoarjo
Sumber: Analisa Penulis, 2018
EKONOMI WILAYAH - 2018 Page 35
Gambar 4. 8 Perhitungan LQ Kabupaten Lamongan
Sumber: Analisa Penulis, 2018
EKONOMI WILAYAH - 2018 Page 36
Berdasarkan tabel perhitungan LQ diatas maka dapat diketahui sektor apa saja yang menjadi sektor basis di tiap-tiap daerah di Gerbangkertasusila. Adapun yang masuk kedalam sektor basis adalah sektor yang memiliki nilai LQ > 1. Berikut adalah sektor basis tiap-tiap daerah di Gerbangkertasusila pada tahun 2012 dan tahun 2016.
Gambar 4. 9 Sektor Basis dan Pengungkit Gerbangkertasusila Tahun 2012 dan 2016
Sektor Pengungkit No Kabupaten/Kota
Sektor Basis
Pertambangan dan Penggalian;
Pertambangan dan Penggalian;
Pertambangan Industri
1 Gresik
Industri Pengolahan, Pengadaan
Industri Pengolahan, Pengadaan
dan
Pengolahan
Listrik, dan Gas
Listrik, dan Gas
Penggalian
Pertanian, Kehutanan , dan
Pertanian, Kehutanan , dan
Pertambangan Pertambangan
Perikanan; Pertambangan dan
Perikanan; Pertambangan dan
dan
dan
Penggalian; Adm. Pemerintah,
Penggalian; Adm. Pemerintah,
Penggalian Penggalian
2 Bangkalan
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib; Jasa Pendidikan
Wajib; Jasa Pendidikan;
Konstruksi
Industri Kabupaten
Industri Pengolahan; Informasi dan
Industri Pengolahan; Adm.
Industri
Komunikasi; Adm. Pemerintah,
Pemerintah, Pertahanan dan
Pengolahan Pengolahan
3 Mojokerto
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Jaminan Sosial Wajib; Pengadaan
Wajib
Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
Pengadaan Air, Pengelolaan
Pengadaan Air, Pengelolaan
Perdagangan Perdagangan
4 Kota Mojokerto
Sampah, Limbah; Konstruksi;
Sampah, Limbah; Konstruksi;
Besar dan
Besar dan
Perdagangan Besar dan Eceran;
Perdagangan Besar dan Eceran;
Eceran
Eceran
EKONOMI WILAYAH - 2018 Page 37
Reparasi Mobil; Penyediaan
Reparasi Mobil; Penyediaan
Akomodasi dan Makan Minum;
Akomodasi dan Makan Minum;
Informasi dan Komunikasi; Jasa
Informasi dan Komunikasi; Jasa
Keuangan dan Asuransi; Real
Keuangan dan Asuransi; Real
Estate; Adm. Pemerintah,
Estate; Adm. Pemerintah,
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa
Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa
Kesehatan dan Kegiatan Sosial;
Kesehatan dan Kegiatan Sosial;
Jasa Lainnya
Jasa Lainnya
Pengadaan Listrik dan Gas;
Pengadaan Listrik dan Gas;
Jasa
Jasa
Pengadaan Air, Pengelolaan
Pengadaan Air, Pengelolaan
Perusahaan Perusahaan
Sampah, Limbah; Konstruksi;
Sampah, Limbah; Konstruksi;
Perdagangan Besar dan Eceran;
Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil; Transportasi dan
Reparasi Mobil; Transportasi dan
Pergudangan; Penyediaan
Pergudangan; Penyediaan
5 Surabaya
Akomodasi dan Makan Minum;
Akomodasi dan Makan Minum;
Informasi dan Komunikasi; Jasa
Informasi dan Komunikasi; Jasa
Keuangan dan Asuransi; Real
Keuangan dan Asuransi; Real
Estate; Jasa Perusahaan; Jasa
Estate; Jasa Perusahaan; Jasa
Pendidikan; Jasa Kesehatan dan
Pendidikan; Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial; Jasa Lainnya
Kegiatan Sosial; Jasa Lainnya
6 Sidoarjo
Industri Pengolahan; Pengadaan
Industri Pengolahan; Pengadaan
Industri
Industri
EKONOMI WILAYAH - 2018 Page 38
Listrik dan Gas; Konstruksi;
Listrik dan Gas; Konstruksi;
Pengolahan Pengolahan
Transportasi dan Pergudangan
Transportasi dan Pergudangan
Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan; Pengadaan Air,
Kehutanan Kehutanan
Pengelolaan Sampah, Limbah;
Pengelolaan Sampah, Limbah; dan Perikanan dan Perikanan
Konstruksi; Perdagangan Besar dan Konstruksi; Perdagangan Besar Eceran; Reparasi Mobil; Informasi dan Eceran; Reparasi Mobil; Real
7 Lamongan
dan Komunikasi; Real Estate;
Adm. Pemerintah, Pertahanan dan Pertahanan dan Jaminan Sosial
Jaminan Sosial Wajib; Jasa
Wajib; Jasa Kesehatan dan
Kesehatan dan Kegiatan Sosial;
Kegiatan Sosial; Jasa Lainnya
Jasa Lainnya Sumber: Analisa Penulis, 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat pergeseran atau pergantian sektor pengungkit pada Kabupaten Gresik. Pada tahun 2012 Kabupaten Gresik memiliki sektor pengungkit yakni sektor pertambangan dan penggalian. Sektor ini sangat berpotensi untuk dikembangkan pada tahun 2012. Namun pada tahun 2016 sektor pengungkit yang berpotensi dikembangkan di Kabupaten Gresik adalah sektor industri pengolahan. Berikut adalah peta persebaran sektor basis di Gerbangkertasusila
EKONOMI WILAYAH - 2018 Page 39
Gambar 4. 10 Peta Persebaran Sektor Basis di Gerbangkertasusila tahun 2012
Sumber: Analisa Penulis, 2018
EKONOMI WILAYAH - 2018 Page 40
Gambar 4. 11 Peta Persebaran Sektor Basis di Gerbangkertasusila tahun 2016
Sumber: Analisa Penulis, 2018
EKONOMI WILAYAH - 2018 Page 41
5.1 Analisis Sentripetal dan Sentrifugal
Analisis NEG khususnya sentripetal dan sentrifugal merupakan salah satu input untuk merumuskan arahan pengembangan. Berikut adalah hasil analsis sentripetal dan sentrifugal berdasarkan kondisi eksisting di Kawasa Gerbangkertasusila :
Tabel 4. 3 Analisis Sentripetal dan Sentrifugal
No. Kab/Kota
• Termasuk ke dalam kategori
• UMR yang tinggi
kota besar dengan jumlah
dengan nilai lebih
penduduk lebih dari 1,2 juta
dari 3,5 juta
jiwa
• Harga lahan
• IPM termasuk ke dalam
termasuk ke dalam
kategori tinggi yang
golongan tinggi
menunjukkan kualitas hidup
yaitu 2 juta – 15 juta
masyarakat baik
• Tingkat kemacetan
• Dilalui oleh Jalan Nasional
tinggi
• Dilalui oleh jalan tol • Terdapat pelabuhan industri • Dekat dengan pusat wilayah
Gerbangkertasusila (Surabaya) • Sudah terdapat pusat industri • Sektor basis yang berpotensi
dikembangkan adalah industri pengolahan
2 Bangkalan
• Jumlah penduduk tinggi
• IPM rendah dengan
dengan jumlah 962.773 jiwa
nilai 62 namun
• Aksesibilitas tinggi karena
mengalami
terdapat Jembatan Suramadu
peningkatan tiap
yang memudahkan akses
tahunnya.
• Skala Pelayanan tingkat
• Terbatasnya
Nasional
prasarana Jaringan
• UMR rendah yaitu
air bersih
Rp.1.663.975
• Indeks Kriminalitas
• Dekat dengan Surabaya sbg
tinggi dengan
pusat Gerbangkertasusila
jumlah kenaikan 6% pada tahun 2017 dengan total 494 kasus
3 Mojokerto
• Jauh dengan pusat (Kota)
• Termasuk kedalam kategori
kota besar dengan jumlah
wilayah
penduduk lebih dari 1 juta
Gerbangkertasusila
• IPM termasuk ke dalam
• UMR yang tinggi
kategori tinggi yang
dengan nilai lebih
menunjukkan kualitas hidup
dari 3,5 juta
masyarakat baik
• Harga lahan
• Dilewati jalan nasional
termasuk ke dalam
• Dilewati jalan tol baru cuy
golongan tinggi
• Sektor basis yang berpotensi
yaitu 2,5 juta
dikembangkan adalah industri pengolahan
• Skala pelayanan tingkat nasional (PKN)
• Lahan yang subur
4 Mojekerto
• Jauh dengan pusat (Kabupaten)
• Termasuk kedalam kategori
kota besar dengan jumlah
wilayah
penduduk lebih dari 1,2 juta
Gerbangkertasusila
• IPM termasuk ke dalam
(Surabaya)
kategori tinggi yang
• Memiliki luas
menunjukkan kualitas hidup
wilayah kecil,
masyarakat baik
sehingga terbatas
• UMR termasuk kedalam
dalam
kategori sedang dengan nilai
pengembangannya
1,8 juta
• Harga lahan
• Sektor basis yang berpotensi
termasuk ke dalam termasuk ke dalam
golongan tinggi
perdagangan besar dan eceran
yaitu 2,5 juta
• Dilalui jalan nasional • Skala pelayanan tingkat
nasional (PKN)
5 Surabaya
• Termasuk kedalam kategori
• UMR yang tinggi
kota besar dengan jumlah
dengan nilai lebih
penduduk lebih dari 2,8 juta
dari 3,5 juta
• IPM termasuk ke dalam
• Harga lahan tinggi
kategori sangat tinggi yang
dengan nilai lebih
menunjukkan kualitas hidup
dari 10 juta
masyarakat baik
• Tingkat kemacetan
• Terdapat pelabuhan, terdapat
tinggi
terminal tipe A
• Lahan
• Dilewati jalan nasional
pengembangan
• Pusat kawasan
terbatas
gerbangkertasusila
• Sektor basis yang berpotensi dikembangkan adalah
perdagangan besar dan eceran • Terdapat banyak pusat-pusat
kegiatan ekonomi • Skala pelayanan nasional
(PKN) • Terdapat stasiun tipe A dan B
6 Sidoarjo
• Termasuk kedalam kategori
• UMR yang tinggi
kota besar dengan jumlah
dengan nilai lebih
penduduk lebih dari 2 juta
dari 3,5 juta
• IPM termasuk ke dalam
• Harga lahan tinggi
kategori tinggi yang
dengan nilai lebih
menunjukkan kualitas hidup
dari 5 juta
masyarakat baik
• Tingkat kemacetan
• Terdapat bandara
tinggi
internasional, terdapat terminal tipe A
• Dilewati jalan nasional • Dekat dengan pusat wilayah
Gerbangkertasusila (Surabaya) • Sektor basis yang berpotensi
dikembangkan adalah industry pengolahan
• Skala pelayanan nasional (PKN)
• Sentrifugal Force
7 Lamongan
• Harga Lahan sedang yaitu
• Sedikitnya lahan Rp.500.000/ kosong karena
• Jumlah penduduk tinggi,
sebagian besar
1.188.193 jiwa
dimanfaatkan untuk
• IPM sedang dengan nilai
tambak
70,34 dan mengalami
• Jauh dari pusat
peningkatan yg signifikan tiap
Gerbangkertasusila
tahunnya
• Terminal tidak
• Dilewati jalan nasional Jalur
berfungsi dengan
Pantura
maksimal
• Dilalui Rencana
pengembangan tol Surabaya- Tuban
• Skala Pelayanan tingkat nasional • UMR sedang, yaitu Rp.1.851.083
• Terdapat pelabuhan perikanan • Hasil ikan tangkap gemilang
Sumber : Analisa, 2018
BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN
Arahan pengembangan bisa dibentuk dari berbagai macam input. Hasil analisa yang telah dilakukan juga bisa merupakan input untuk membentuk arahan. Dalam arahan pengembangan kawasan gerbangkertasusila ini dapat dilihat dari analisis sektor basis dan analisis sentripetal dan sentrifugal. Berikut adalah skema yang diangkat untuk menyelaraskan atau mengintegrasikan setiap kabupaten/kota di Kawasan Gerbangkertasusila dengan meilihat sektor basis yang dapat dikembangkan atau disebut sektor pengungkit.
Gambar 5. 1 Skema Upstream Dan Downstream Firm Untuk Kawasan
Gerbangkertasusila
Kota Surabaya Kabupaten Lamongan
Kabupaten
Kota Mojokerto dan Kabupaten
Sidoarjo
Kabupaten
Jasa Perusahaan, perikanan, pertambangan
Pertanian kehutanan dan
Industri
Perdagangan besar dan dan penggalian
pengolahan
eceran, Reparasi mobil Downstream firm
Upstream firm
Sumber : Rencana Penulis, 2018
Untuk mengintegrasikan konsep tersebut dapat dibuat sebuah arahan yaitu:
“ Optimalisasi infrastruktur untuk menunjang distribusi dari upstream ke
down stream (hulu – hilir)”. Selain arahan yang mengintegrasikan, juga disusun sebuah arahan terhadap setiap kabupaten dan kota di Kawasan Gerbangkertasusila
guna membentuk difersifikasi kawasan. Arahan tersebut selain didasarkan pada analisa sektor basis juga dilihat dari analisis sentripetal dan sentrifugal dengan memperhatikan tujuan awal yang ingin mengurangi kesenjangan di Kawasa