PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN KEJAHATAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN KEJAHATAN
PERDAGANGAN MANUSIA (HUMAN TRAFFICKING) LINTAS
BATAS NEGARA
Maftukhatul Muna Alatiqoh
maftukhatulmuna@students.unnes.ac.id
Abstrak
Perdagangan manusia (human trafficking) merupakan ragkaian kata yang
menjadi momok bagi pendengarnya, kegiatan ini sangat sulit diberantas,
rangkaian kata ini sebuah invasi kepada para semua orang bahwa
perdagangan manusia (human trafficking) adalah musuh bersama.
Perlindungan hukum terhadap kasus tindakan perdagangan manusia (human
trafficking) yang melintasi batas negara diatur dalam beberapa konvensi
Internasional salah satuya adalah International Convention For The Suppressio
Of Traffic In Women And Children (Konvensi Internasional Untuk Menghapus
Perdagangan Perempuan Dan Anak), Convention On The Elimination Of All
Form Of Discriminations Againts Women, CEDAW (Konvensi Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan) dan berbagai konvensi
Internasional lainnya. Dengan banyak nya kasus pedagangan manusia (human
traffciking) terjadi karena beberapa faktor yaitu : kemiskinan, jumlah
penduduk, budaya patriarki dan kurangnya pendidikan dan informasi. Kasus
perdagangan manusia (human trafficking) terjadi di lingkup nasional maupun

transnasional. Dan mayoritas korban perdagangan manusia (human
trafficking) adalah perempuan dan anak-anak dimana perempuan dianggap
lemah, ketidakberdayaan nya di manfaatkan, perlindungan hukum sangat
diperlukan dan ditegakkan. Negara mempunyai peran utama dalam melindungi
Hak Asasi Manusia setiap warganya. Terciptanya perlindungan Hak Asasi
Manusia adalah tanggugjawab bersama.
Kata Kunci : Human Trafficking , Lintas Batas Negara,
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Pemahaman terhadap perdagangan manusia
(human trafficking)
berhubungan dengan sikap kesadaran hukum mengenai pentingnya aturan
yang berupa hukum posistif. Berhubungan dengan tingkat kesadaran hukum,
karena itu pemahaman terhadap hukum tidak hanya pada pengertian
pemberlakuan undang-undang tetapi lebih pada implementasi atau penerapan
yang berhubungan dengan kesadaran hukum. Peraturan sudah dirasakan
sebagai kebutuhan, maka akan menjadi perasaan hukum, sehingga peraturan
hukum akan dapat berlaku sesuai kebutuhan dan bukan karena keterpaksaan.
Demikian tujuan hukum dan penegakan hukum akan berjalan sesuai dengan
supremasi hukum.(Nurhenny,2010: 350)

Perdagangan manusia (Human Trafficking) merupakan masalah yang selalu
terjadi di belahan dunia manapun. Perdagangan manusia merupakan kejahatan

yang kejam dan mengalami pertumbuhan paling cepat. Perdagangan manusia
menjadi salah satu dari lima kejahatan terbesar di dunia yang harus
ditanggulangi karena akibat nya masuk ke dalam semua aspek kehidupan yaitu
aspek ekonomi, politik, budaya dan kemanusiaan.
Banyak sekali faktor penyebab utama maraknya perdagangan manusia, ada
tiga hal yang dapat diketahui, yaitu : 1. Kemisikinan, 2. Banyaknya penduduk,
3. Budaya patriaki. Perdagangan manusia (human trafficking) merupakan
bentuk perbudakan modern, terjadi baik dalam tingkat nasional maupun
internasional. Dengan perkembangan teknologi informasi,komunikasi dan
transformasi maka modus perdagangan manusia semakin canggih. 1 Masalah
perdagangan manusia (human trafficking) sudah menjadi kejahatan
transnasional yang menjadi masalah-masalah Negara-negara di dunia sejak
dulu sampai sekarang.
Genocide (genosida) atau ethnic cleansing yang mendera nasib minoritas
Muslim Rohingya di Myanmar seakan-akan luput dari perhatian masyarakat
dunia. Tak diketahui secara pasti, mengapa masyarakat dunia tidak peduli
tragedy kemanusiaan tersebut. Beberapa media internasional dan nasional,

tempaknya kurang peduli memberitakan hal tersebut secara lebih
terbuka.2Kaum muslim Rohingya merupakan salah satu satu korban kejahatan
perdagangan manusia (human trafficking) dari banyaknya bentuk kejahatan
perdagangan manusia di belahan dunia ini. Rasa kemanusiaan dilukai oleh
banyaknya pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi, hak yang harus
dilindungi justru direnggut dan dimanfaatkan. Dengan adanya “protocol to
prevent,suppres and punish trafficking in persons, especially women and
children,supplementing the united nations convention against transnational
organized crim” (protocol untuk mencegah, menindak, dan menghukum
perdagangan orang, terutama perempuan dan anak-anak, melengkapi
konvensi perserikatan bangsa-bangsa menentang tindak pidana transnasional
yang teroganisasi) dan peraturan yang lain diharapkan perlindungan hukum
terhadap korban tindakan perdagangan manusia yang melintasi batas Negara
dapat ditanggulangi.3 Dan sesuai dengan isi dari pasal 20 ayat 1 dan 20 ayat 2
UU No 39 Tahun 1999 yang berisi bahwa “ Tidak seorangpun dapat diperbudak
atau diperhamba (20 ayat 1). Perbudakan atau perhambaan, perdagangan
budak, perdagangan wanita, dan segala perbuatan berupa apapun yang
tujuannya serupa, dilarang (20 ayat 2).”4
KRONOLOGI KASUS
Kaum muslim rohingya dianggap sebagai kaum yang membahayakan

dan tidak diakui sebagai warga Myanmar, mereka di buru dan berusaha
dihilangkan (etnis cleansing). Mereka berusaha mempertahankan hidup dan
melarikan diri. Dalam kasus ini Jendral Angkatan Darat Thailand dinyatakan
bersalah dalam penyelundupan manusia. Terdakwa diduga memfasilitasi
perdagangan manusia yang terjadi. Hakim juga memutuskan Letnan Jendral
1 B.Rahmanto, 2005. Perdagangan Perempuan Dalam Jaringan Pengedaran Narkotika, Yayasan
Obor Indonesia,Jakarta,hlm 12.
2 Jawahir Thontowi, 2013, “Perlakuan Pemerintah Myanmar Terhadap Minoritas Muslim
Rohingya Perspektif Sejarah Dan Hukum Internsional” ,Pandecta,Vol 8. (1), hlm 41
3 Novianti, 2014, Tinjauan Yuridis Kejahatan Perdagangan Manusia (Human Trafficking) Sebagai
Kejahatan Lintas Batas Negara), Jurnal Ilmu Hukum, Hlm 50
4 Pasal 20 ayat 1 dan Pasal 20 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No 39 Tahun 1999
Tentang Hak Asasi Manusia.

Manas Kongpan karena memiliki peran penting dalam kejahatan Transnasional
dan Pajjuban Aungkachotephan yang dikenal sebagai pengusaha sukses dan
mantan polisitisi di provinsi Satun, diwilayah selatan Thailand adalah sebagai
tokoh utama perdagangan manusia.
Sidang yang digelar pada Rabu (19/7) itu membacakan putusan untuk
beberapa warga Myanmar, perwira kepolisian Thailand, dan politikus lokal yang

terlibat dalam kasus ini. Aparat kemanan menangkap sejumlah orang setelah
pada tahun 2015 lalu ditemukan kuburan dari 36 jasad di sebelah selatan
Thailand. Penemuan itu mengungkap jaringan perdagangan muslim Rohingya
yang melarikan diri dari Myanmar karena takut diperkusi. Mereka ditahan,
diperas serta dijadikan tebusan disebuah kamp sebelum diizinkan masuk ke
Malaysia.
Dalam sidang tersebut, hakim juga memutuskan sebanyak 21 dari 103
terdakwa bersalah dalam kasus ini. Menurut Amy Smith direktur eksekutif dari
kelompok pegiat hak asasi Fortify Rights mengatakan bahwa ”kasus ini hanya
sebagian kecil dari permasalahan jaringan perdagangan manusia. Jaringan ini
masih aktif sampai sekarang dan di luar sana masih banyak pelaku berkeliaran,
perdaganan manusia merupakan bisnis besar dengan perputtaran uang yang
cukup banyak.”
RUMUSAN MASALAH
Dari pemaparan latar belakang dan kronologi kasus di atas dapat di
tarik beberapa rumusan masalah, diantaranya :
1. Bagaimana pengertian perdagangan manusia (human trafficking) dan
bentuk-bentuk perdagangan manusia ?
2. Apa penyebab utama perdagangan manusia (human trafficking) ?
3. Bagaimana perlindungan hukum perdagangan manusia (human

trafficking) di lintas batas negara dan peran negara ?
PEMBAHASAN
PERDAGANGAN MANUSIA (HUMAN TRAFFICKING) DAN BENTUKNYA
SEBAGAI PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
Perdagangan manusia merupakan masalah klasik yang sudah menjamur
dan sulit dihilangkan sampai akar-akarnya.Perdagangan manusia adalah
bentuk modernisasi dari perbudakan manusia. Perdagangan manusia juga
merupakan perlakuan terburuk dan merupakan pelanggaran hak asasi manusia
yang sangat kejam.
Perdagangan manusia (human trafficking) menurut definisi dari Pasal 3
Persatuan
Bangsa-Bangsa,
berarti
segala:
perekrutan,pengiriman,pemindahan,penampungan
atau
penerimaan
seseorang, dengan ancaman atau penggunaa kekerasan, atau bentuk-bentuk
pemaksaan
lain,

penculikan,penipuan,kecurangan,penyalahgunaan
kekuasaan,atau posisi rentan atau memberi atau menerima bayaran atau
manfaat atau memperoleh ijin dari orang yang mempunyai wewenang atas
orang lain untuk tujuan eksploitasi.5

5 Riswan Munthe,2015,”Perdagangan Orang (Trafficking) Sebagai Pelanggaran Hak Asasi
Manusia”, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, Hlm 187

Bentuk-bentuk perdagangan manusia yang terjadi di suatu negara
dengan negara lain mempunyai karakteristik yang berbeda, tetapi secara
umum bentuk-bentuknya meliputi : eksploitasi seksual, kerja paksa,
perbudakan, dalam rumah tangga, adopsi, anak antar negara secara ilegal,
penjeratan hutang, pengantin pesanan dan perdagangan organ tubuh
manusia.6Salah satu kejahatan tersebut adalah perdagangan manusia muslim
Rohinya yang membutuhkan perlindungan justru dimanfaatkan demi keperluan
pribadi. Ketika sisi kemanusiaan dari seseorag telah mati rasa, maka
melakukan perdagangan manusia merupakan hal yang biasa dan berdampak
akan menjamurnya masalah ini.
Praktik perdagangan manusia (human trafficking) tak hanya dilakukan
oleh orang biasa, justru pejabat negara menjadi tokoh utama dalam mobilisasi

perdagangan tersebut, perdagangan manusia (human trafficking) muslim
rohingya adalah salah satu bukti kekejaman dan tidak bertanggung jawab nya
oknum masyarakat dan pejabat dalam mengemban amanat melindungi Hak
Asasi Manusia sipapun itu. Jendral Thailand, perwira polisi, pengusaha, politikus
gotong royong saling bahu membahu menjalankan bisnis yang menciderai rasa
kemanusiaan. Thailand sejak lama menjadi negara tujuan, tujuan dan transit
bagi para yang di selundupkan dan diperdagangkan dari negara-negara
tetangga yang lebih miskin, seperti kamboja, Laos, Myanmar. Merak kemudian
akan dipekerjakan di Thailand atau Malaysia, sebagai buruh dan pekerja seks.
Etnis rohingya hidup dalam kondisi memprihatinkan, kehilangan akses
utuk pekerjaan, pendidikan dan kesehatan. Banyak dari mereka akhirnya
menggunakan jasa calo untuk mengangkut mereka dengan kapal yang
terdapat di lepas patai Bangladesh. Mereka berfikir akan dibawa ke Malaysia,
namun ternyata dihadang di Thailand di kamp-kamp untuk memperoleh
tebusan. Disinilah praktik perdagangan manusia berlangsung (human
trafficking)
PENYEBAB UTAMA PERDAGANGAN MANUSIA (HUMAN TRAFFICKING)
Perdagagan manusia tidak hanya masalah nasional namun juga
internasional, dewasa ini kasus perdagangan manusia tidak hanya lingkup
nasinonal tetapi transnasional pula. Perdagangan manusia lintas batas negara

sering terjadi. Terjadiya perdagangan manusia (human trafficking) pasti
memiliki faktor penyebab yang sangat kuat, penyebab perdagangan manusia
diataraya : 1. Kemisikinan, 2. Banyaknya penduduk, 3. Budaya patriaki , 4.
Kurang pendidikan dan informasi.
Kemiskinan, rendahnya tingkat ekonomi menjadi salah satu penyebab
yang sangat dominan, orang-orag yang mempunyai tingkat ekonomi yang
rendah sangat mudah dibujuk untuk dijua dengan modus memberikan
pekerjaan untuk kehidupan yang lebih baik. Keadaan ini terdukung lagi dengan
Jumlah Penduduk negara yang besar dan sulitnya mencari pekerjaan dan
keadaan ini diperparah dengan tekanan dari lingkugan sekitar (Budaya
Patriarki).
Kurangnya pendidikan dan informasi yang memadai sangat membantu
masyarakat untuk terjebak dalam kasus perdagangan manusia (human
trafficking) kekurangtahuan akan informasi mengenai perdagangan manusia
membuat orang lebih mudah menjadi korban perdagangan manusia khususnya
di pedesaan. Para korban perdagangan manusia biasanya susah untuk mencari
6 Mahrus Ali Dan Bayu Aji Pramono, 2011, “Perdagangan Orang : Dimensi, Instrumen
Internasional Dan Pengaturannya Di Indonesia ”, Citra Aditya Bakti, Bandung, Hlm 24

bantuan di negara mereka dijual karena tidak memiliki kemampuan untuk

menggunaka bahasa dinegara tersebut. Untuk melancarkan aksi perdagangan
manusia (human trafficking) para pelaku kejahatan memakai bebrapa cara,
ada yang diculik dan kemudian dijual ketempat-tempat pelacur diluar
negaranya, ada yan dijual oleh keluarga mereka sendiri yang percaya bahwa
anak-anak mereka akan menjadi pembantu rumah tangga atau memakai
modus kawin kontrak dengan orag asing dan terakhir adalah ditipu untuk
dipekerjakan ditempat tertentu tapi pada kenyataannya dijual ketempat
pelacuran.7
Seiring berkembangnya teknologi dan transportasi antar negara
memungkinkan semakin meningkatnya perdagangan manusia (human
trafficking) yang melintasi batas negara. Kasus-kasus yang timbul mungkin
akan sulit diselesaikan. Untuk mengatasi masalah ini diperlukan perundangan
yang efektif dan efisien dalam mencegah dan menegakkan hukum terhadap
kasus-kasus perdagangan manusia (human trafficking) khususnya yang
melintasi batas warga negara.
Kemiskinan pun menjadi salah satu penyebab perdagangan muslim
Rohingya. Mereka melarikan diri bermaksud untuk bersembunyi dan
mendapatkan perlindungan, dimana di negaraya sendiri tidak diakui dan
diperkusi. Mereka menjadi korban perdagangan manusia ,ditahan, dan diperas
dijadikan tebusan. Jumlah penduduk mereka yang sedikit dan mempunyai

tingkat ekonomi yang rendah, mendpatka tekaan dari negara nya sendiri
memaksa mereka untuk keluar dari tekanan. Ketika mereka memutuskan untuk
keluar justru tangan-tangan tak bertanggung jawab yang menerimanya.
Dengan modus iming-iming mendapat pekerjaan dan hidup layak mereka
dimanfaatka dan diperjual belikan.

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN PERDAGANGAN MANUSIA
(HUMAN TRAFFICKING) LINTAS BATAS NEGARA DAN PERAN NEGARA
Pengaturan perdagangan manusia sebagai perlindungan hukum bagi korban
perdagangan manusia (human trafficking) . Ada beberapa konvensi
Internasional yang telah mengatur tentang perdagangan manusia (human
trafficking) antara lain :
1. International Convention For Suppression Of White Slave Traffic
( Konvensi Internasional Untuk Menghapus Perdagangan Budak Kulit Putih
Tahun 1921

7 Novianti, 2014, Tinjauan Yuridis Kejahatan Perdagangan Manusia (Human Trafficking) Sebagai
Kejahatan Lintas Batas Negara), Jurnal Ilmu Hukum, Hlm 52

2. International Convention For The Suppressio Of Traffic In Women And
Children (Konvensi Internasional Untuk Menghapus Perdagangan
Perempuan Dan Anak) Taun 1921
3. International Convention For The Suppressio Of Traffic In Women Of Full
Age ( Konvensi Internasional Utuk Menghapus Perdagangan Perempua
Dewasa ( Tahun 1933.
4. Convention On The Elimination Of All Form Of Discriminations Againts
Women, CEDAW (Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Terhadap Perempuan) Tahun 1979.
Pertanyaan nya dalam tanda tanya besar, apakah dengan beberapa
konvensi internasional yang disetuju oleh negara-negara didunia tersebut
mampu benar-benar menanggulangi kejahatan perdagangan manusia ?
Lemahnya penegakan hukum ini terbukti dengan semakin banyak kasus-kasus
yang timbul berkaitan dengan perdagangan manusia (human trafficking).
Negara merupakan salah satu institusi yang memiliki legistimasi dan
perangkat-perangkat yang memungkinkan untuk melaksanakan prinsip HAM
yang terdapat dalam universal declaration of human rights dan memikul
tanggungjawab terbesar utuk melaksanakan perlindungan penghormatan, dan
pemenuhan HAM. Tanggungjawab ini pada dasarnya ada karena negara
dibentuk
justru
untuk
menjamin
pelaksanaan
prisip-prisip
HAM.8
Tanggungjawab Negara berkaitan dengan HAM adalah menghormati,
melindungi dan memenuhi (to respect, to protect, to fulfill) HAM.
Tanggungjawab untuk menghormati HAM adalah tanggungjawab negara untuk
tidak bertindak atau mengambil kebijakan yang bertentangan dengan HAM.
Apabila negara membirkan ketiadaan peegakan hukum atau bahkan menjadi
bagian dari pelanggaran HAM maka negara itu melakukan impunitas
(impunity).
Kaitannya dengan kasus perdagangan manusia (human trafficking) muslim
Rohingya di Thailand ini negara bukan perperan sebagai pelindung Hak Asasi
Manusia. Mereka seperti diatara dua duri yang siap melukai. Ketika berada di
negara sendiri mereka tidak mendapatkan perlindungan dan pengakuan, ketika
keluar justru di perbudak. negara tidak bertindak melindungi warga negara
yang membutuhkan peran aktif nya dalam melindungi Hak mereka. Di
perparah oknum pejabat,politisi,perwira polisi terlibat didalamnya menjadi
fasilitator dan tokoh utama. Penegakan hukum yang kurang tegas menjadi
tombak bagi pelaku perdagangan manusia untuk terus melacarkan bisnisnya
tanpa ada rasa jera.

KESIMPULAN
8 Maslihati Nur H,2012, “Upaya Pemberantasan Dan Pencegahan Perdagangan Orang Melalui
Hukum Internasional Dan Hukum Positif Indonesia”, Jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata
Sosial Vol 1 (3), Hlm 167

Dari pembahasan yang sudah dipaparkan diatas dengan tiga poin
pembahasan yaitu pengertian perdagangan manusia (human trafficking) dan
bentuk-bentuknya, penyebab utama terjadi perdagangan manusia (human
trafficking) ,perlindungan hukum nya serta peran negara dalam menanggulangi
kejahatan perdagangan manusia (human trafficking) lintas negara dapat ditari
kesimpulan, yaitu : Pertama, perdagangan manusia (human trafficking)
merupakan masalah yang sudah menjamur baik ditingkat nasional maupun
internasional. Dengan berkembang pesat nya teknologi memungkinkan akses
perdagangan lintas negara semakin mudah dan cepat. Perdagangan manusia
(human trafficking) menurut definisi dari Pasal 3 Persatuan Bangsa-Bangsa,
berarti
segala:
perekrutan,pengiriman,pemindahan,penampungan
atau
penerimaan seseorang, dengan ancaman atau penggunaa kekerasan, atau
bentuk-bentuk
pemaksaan
lain,
penculikan,penipuan,kecurangan,penyalahgunaan
kekuasaan,atau
posisi
rentan atau memberi atau menerima bayaran atau manfaat atau memperoleh
ijin dari orang yang mempunyai wewenang atas orang lain untuk tujuan
eksploitasi.
Kedua, perdagangan manusia terjadi diberbagai negara-negara belahan
dunia ini, tak dipungkiri terjadi karenan beberapa faktor diantaraya :
kemiskinan, jumlah penduduk, budaya patriari dan kurangnya pendidikan dan
informasi. Penyebab yang sangat dominan terjadi adalah kemiskinan, dengan
tingkat ekonomi yang rendah sangat mudah untuk dibujuk, apalagi ketika di
bujuk untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan mewah diluar negeri.
Kurangnya pendidikan dan informasi yang memadai sangat membantu
masyarakat untuk terjebak dalam kasus perdagangan manusia (human
trafficking) kekurangtahuan akan informasi mengenai perdagangan manusia
membuat orang lebih mudah menjadi korban perdagangan manusia khususnya
di pedesaan. Para korban perdagangan manusia biasanya susah untuk mencari
bantuan di negara mereka dijual karena tidak memiliki kemampuan untuk
menggunaka bahasa dinegara tersebut.
Ketiga, perlindungan hukum bagi korban perdagangan manusia (human
trafficking) lintas batas negara dalam sudah banyak diatur dalam konvensi
Internasional antara lain: International Convention For Suppression Of White
Slave Traffic ( Konvensi Internasional Untuk Menghapus Perdagangan Budak
Kulit Putih Tahun 1921,International Convention For The Suppressio Of Traffic In
Women And Children (Konvensi Internasional Untuk Menghapus Perdagangan
Perempuan Dan Anak) Taun 1921, International Convention For The Suppressio
Of Traffic In Women Of Full Age ( Konvensi Internasional Utuk Menghapus
Perdagangan Perempua Dewasa) Tahun 1933, Convention On The Elimination
Of All Form Of Discriminations Againts Women, CEDAW (Konvensi Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan) Tahun 1979 yang sudah
sangat eksis sejak dulu namun perdagangan manusia masih kerap terjadi,
perlunya penegakkan hukum yang tegas supaya aturan tidak hanya jadi
rangkaian kata tetapi punya implementasi yang nyata agar perlindungan
hukum bagi korban perdagangan manusia (human traffcking) benar tercipta
adanya. Sejauh ini negara belum sepenuhnya menjalankan peran nya sebagai
institusi pelindung HAM warganya, masih banyak negara yang berkontribusi
didalam perdagangan manusia (human traffcking).

Keempat, dari kasus perdagangan manusia (human traffcking) etnis muslim
Rohingya menjadi salah satu bukti masih lemahnya penegakan hukum
internasional kita mengenai perdagangan manusia (human traffcking) apalagi
oknum pejabat negara terlibat didalam nya semakin menciderai rasa
kemanusiaan. Harapan kedepannya hukum bertegak dengan adil, negara
menjadi benteng perlindungan warganya, bukan perisai yang melukai
warganya. Dengan terpenuhi itu semua perdamaian abadi akan tercipta dan
Hak Asasi Manusia terlindungi seutuhnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mahrus Dan Bayu Aji Pramono, 2011, “Perdagangan Orang : Dimensi,
Instrumen Internasional Dan Pengaturannya Di Indonesia ”, Citra Aditya Bakti,
Bandung, hlm 24.
Munthe Riswan ,2015,”Perdagangan Orang (Trafficking) Sebagai Pelanggaran
Hak Asasi Manusia”, Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial, hlm 187.
Novianti, 2014, Tinjauan Yuridis Kejahatan Perdagangan Manusia (Human
Trafficking) Sebagai Kejahatan Lintas Batas Negara), Jurnal Ilmu Hukum, hlm
50.
Novianti, 2014, Tinjauan Yuridis Kejahatan Perdagangan Manusia (Human
Trafficking) Sebagai Kejahatan Lintas Batas Negara), Jurnal Ilmu Hukum, hlm
52.
Nur Maslihati H,2012, “Upaya Pemberantasan Dan Pencegahan Perdagangan
Orang Melalui Hukum Internasional Dan Hukum Positif Indonesia”, Jurnal AlAzhar Indonesia Seri Pranata Sosial Vol 1 (3), hlm 167.
Rahmanto,B, 2005. Perdagangan Perempuan Dalam Jaringan Pengedaran
Narkotika, Yayasan Obor Indonesia,Jakarta,hlm 12.
Thontowi,Jawahir, 2013, “Perlakuan Pemerintah Myanmar Terhadap Minoritas
Muslim Rohingya Perspektif Sejarah Dan Hukum Internsional” ,Pandecta,Vol 8.
(1), hlm 41
Undang-Undang Republik Indonesia No 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi
Manusia.

KETERANGAN :
Nama Koran

: Suara Merdeka

Edisi Terbitan

: Kamis, 20 Juli 2017

Halaman

: 15