Analisis Isi film animasi (1)

Analisis Isi
Analisis isi (Content Analysis) adalah tekhnik penelitian untuk membuat inferensi
inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan memperhatikan
konteksnya. Analisis isi berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi. Logika
dasar dalam komunikasi, bahwa setiap komunikasi selalu berisi pesan dalam sinyal
komunikasinya itu, baik berupa verbal maupun nonverbal. Sejauh ini, makna
komuniaksi menjadi amat dominan dalam setiap peristiwa komunikasi.
Sebenarnya analisis isi komunikasi amat tua umurnya, setua umur manusia. Namun,
panggunaan teknik ini diintoduksikan di bawah nama analisis isi (content analysis)
dalam metode penelitian tidak setua umur penggunaan istilah tersebut. Tuanya umur
penggunaan analisis isi dalam praktik kehiudupan menusia terjadi karena sejak ada
manusia di dunia, manusia saling menganalisis makna komunikasi yang dilakukan
antara satu dengan lainnya. Gagasan untuk menjadikan analisis isi sebagai teknik
penelitian justru muncul dari orang seperti Bernard Berelson (1959). Ia telah menaruh
banyak perhatian pada analisis isi.
Berelson mendefinisikan analisis isi dengan: content anlysis is a research technique for
the objective, systematic, and quantitative description of the manifest content of
communication. Tekanan Berelson adalah menjadikan analisis isi sebagai teknik
penelitian yang objektif, sistematis, dan deskripsi kuantitatif dari apa yang tampak
dalam komunikasi. Kendatipun banyak kritik yang dapat kita sampaikan pada definisi
Berlson sehubungan perkembangan analisis isi sampai hari ini, namun catatan

mengenai objektif dan sistematik dalam menganalisis isi komunikasi yang tampak
dalam komunikasi, menjadi amat penting utnuk dibicarakan saat ini.
Analisis isi dapat di pergunakan pada teknik kuantitatif maupun kualitatif, tergantung
pada sisi mana peneliti memanfaatkannya. Dalam penelitian kualitatif, Analisis Isi
ditekankan pada bagaimana peneliti melihat keajekan isi komunikasi secara kualitatif,
pada bagaimana peneliti memaknakan isi komunikasi, membaca simbol-simbol,
memaknakan isi interaksi simbolis yang terjadi dalam komunikasi.
Karya-karya besar dalam penelitian kualitatif tentang penggunaan analisis isi seperti
yang dilakukan oleh Max Weber dalam bukunya The proestant ethic dan the spirit of
capitalism. Dalam karya ini Max Weber berusaha menentukan apa yang di maknakan
dengan “Spirit of capitalism” terutapa dari apa yang di tulis oleh Benyamin Franklik.
Namun, Weber lebih banyak bertitik tolak dari kasus-kasus konkret yang bertujuan
untuk menciptakan tipe-tipe ideal (ideal types) dari sekadar menghasilkan suatu
deskripsi objektif dan sistematis dari tulisan Franklin. Jadi, dalam menyifatkan
“Protestan ethic dan spirit of capitalism”, maka Weber mengkaji isi tulisan Franklin
secara ideal. Hal ini dilakukan dengan sengaja karena Weber tidak percaya bahwa
realitas historis adalah seperti yang dideskripsikan dalam tipe-tipe ideal yang
diciptakan, seperti ascetism, rational organization of labour, dan lainnya.
Selain itu penggunaan analisis isi tidak berbeda dengan penelitian kualitatif lainnya.


Hanya saja, karena teknik ini dapat digunakan pada pendekatan yang berbeda (baik
kuantitatif maupun kualitatif), maka penggunaan analisis isi tergantung pada kedua
pendekatan itu. Penggunaan analisis isi untuk penelitian kualitatif tidak jauh berbeda
dengan pendekatan lainnya. Awal mula harus ada fenomena komunikasi yang dapat
diamati, dalam arti bahwa peneliti harus lebih dulu dapat merumuskan dengan tepat
apa yang ingin diteliti dan semua tindkan harus didasarkan pada tujuan tersebut.
Langkah berikutnya adalah memilih unit analisis yang akan di uji, memilih objek
penelitian yang menjadi sasaran analisis. Kalau objek penelitan berhubungan dengan
data-data verbal (hal ini umumnya ditemukan dalam analisis isi), maka perlu disebutkan
tempat, tanggal, dan alat komunikasi yang bersangkutan. Namun, kalau objek
penelitian berhubungan dengan pesan-pesan dalam suatu media, perlu di lakukan
identifikasi terhadap pesan dan media yang mengantarkan pesan itu.
Penggunaan analisis isi dapat dilakukan sebagaimana pual W.Missing melakukan studi
tentang “The Voice of America”. Analisis isi didahului dengan melakukan coding
terhadap istilah-istilah atau penggunaan kata dan kalimat yang relevan, yang paling
banyak muncul dalam media komunikasi. Dalam hal pemberian coding, perlu juga di
catat konteks mana istilah itu muncul. Kemudian, dilakukan klasifikasi terhadap coding
yang telah dilakukan. Klasifikasi dilakukan dengan melihat sejauh mana satauan makna
berbungan dengan tujuan penelitian. Klasifikasi ini dimaksudkan untuk membangun
kategori dari setiap klasifikasi. Kemudian, satuan makna dan kategori dianalisis dan di

cari hubungan satu dengan lainnya untuk menemukan makna, arti, dan tujuan isi
komunikasi itu. Hasil analisis ini kemudian dideskripsikan dalam bentuk draf laporan
penelitian sebagaimana umumnya laporan penelitian.
Beberapa Bentuk Klasifikasi
Ada beberapa bentuk klasifikasi dalam analisis isi. Janis menjelaskan klasifikasi
sebagai berikut:
1.
Analisis isi pragmatis, dimana klasifikasi dilakukan terhadap tanda menurut
sebab akibatnya yang mungkin. Misalnya, berapa kali suatu kata diucapkan yang dapat
mengakibatkan munculnya sikap suka terhadap produk sikat gigi A.
2.
Analisis isi semantik, di lakukan untuk mengklasifikasikan: tanda menurut
maknanya. Analisis ini terdiri dari tiga jenis sebagai berikut:
1.
Analisis penunjukan (designation), menggambarkan frekuensi seberapa sering
objek tertentu (orang, benda, kelompok, atau konsep) dirujuk.
2.
Analisis penyifatan (attributions), menggambarkan frekuensi seberapa sering
karakterisasi dirujuk (misalnya referensi kepada ketidakjujuran, kenakalan, penipuan,
dan sebagainya).

3.
Analisis pernyataan (assertions), menggambarkan frekuensi seberapa sering
objek tertentu dikarakteristikkan secara khusus. Analisis ini secara kasar di sebut
analisis tematik. Contohnya, referensi terhadap perilaku nyontek di kalangan
mahasiswa sebagai maling, pembohong dan sebagainya

4.
Analisis sarana tanda (sign-vechile), dilakukan untuk mengklasifikasi isi pesan
melalui sifat psikofisik dari tanda, misalnya berapa kali kata cantik muncul, kata seks
muncul.
Dalam penelitian kualitatif, penggunaan analisis isi lebih banyak ditekankan pada
bagaimana simbol-simbol yang ada pada komunikasi itu terbaca dalam interaksi sosial,
dan bagimana simbol-simbol itu terbaca dan dianalisis oleh peneliti. Dan sebagaimana
penelitian kualitatif lainnya, kredebilitas peneliti menjadi amat penting. Analisis isi
memerlukan peneliti yang mampu menggunakan ketajaman analisisnya untuk merajut
fenomena isi komunikasi menjadi fenomena sosial yang terbaca oleh orang pada
umumnya.
Dapat dipahami bahwa makna simbol dan interaksi amat majemuk sehingga penafsiran
ganda terhadap objek simbol tunggal umumnya menjadi fenomena umum dalam
penelitian sosial. Oleh karena itu , analisis isi menjadi tantangan sangat besar bagi

peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, pemahaman dasar terhadap kultur dimana
komunikasi itu terjadi amat penting. Kultur ini menjadi muara yang luas terhadap
berbagai macam bentuk komunikasi di masyarakat.
Pada penelitian kualitatif, terutama dalam strategi verifikasi kualiatif, teknik analisis data
ini diangap sebagai teknik analisis data yang sering digunakan. Namun selain itu pula,
teknik analisis ini dipandang sebagai teknik analisis data yang paling umum. Artinya,
teknik ini adalah yang paling abstrak untuk menganalisis data-data kualitatif. Content
analysis berangkat dari anggapan dasar dari ilmu-ilmu sosial bahwa studi tentang
proses dan isi komunikasi adalah dasar dari studi-studi ilmu sosial. Deskripsi yang
diberikan para ahli sejak janis (1949), Berelson (1952) sampai Lindzey dan Aronso
(1968) tentang Content Anlysis, selalu menampilkan tiga syarat, yaitu: objektivitas,
pendekatan sistematis, dan generalisasi.
Analisis isi sering digunakan dalam analisis-analisis verifikasi. Cara kerja atau logika
analisis data ini sesungguhnya sama dengan kebanyakan analisis data kuantitatif.
Peneliti memulai analisisnya dengan menggunakan lambang-lambang tertentu,
mengklasifikasikan data tersebut dengan kriteria-kriteria tertentu serta melakukan
prediksi dengan teknik analisis yang tertentu pula. Secara lebih jelas, alur analisis
dengan menggunakan Teknik Content Analysis.
Analisis Wacana
Analisis wacana adalah analisis isi yang lebih bersifat kualitatif dan dapat menjadi salah

satu alternatif untuk melengkapi dan menutupi kelemahan dari analisis isi kuantitatif
yang selama ini banyak digunakan oleh para peneliti. Jika pada analisis kuantitatif,
pertanyaan lebih ditekankan untuk menjawab “apa” (what) dari pesan atau teks
komunikasi, pada analisis wacana lebih difokuskan BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Kegiatan penelitian didasarkan pada cirri-ciri
keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis.
Penelitian harus rasional artinya penelitian ini dengan dilakukan dengan cara-cara yang
masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara
yang dilakukan dalam penelitian dapat diamati oleh indera manusia, sehingga orange
lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara yang digunakan. Sedangkan
sistematis adalah proses yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan langkahlangkah tertentu yang bersifat logis, ada beberapa langkah yang harus dilakukan
peneliti dalam penelitiannya. Kesemua langkah-langkah tersebut harus dilewati oleh
peneliti, diantaranya yaitu teknik dalam menganalisis data.
Dalam makalah ini penyusun akan mencoba membahas tentang tenik analisis data
yang terdiri dari teknik analisis kualitatif, analisis kuantitatif, statistic deskriptif dan
inferensial, statistic parametris dan non para metris.

I.2 Rumusan Masalah
• Bagaimana teknik menganalisis data dengan analisis kualitatif?
• Bagaimana teknik menganalisis data dengan analisis kuantitatif?
• Bagaimana teknik menganalisis data dengan statistic deskriptif dan inferensial?
• Bagaimana teknik menganalisis data dengan statistic parametris dan non para metris?
I.3 Sistematika Penulisan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
I.1 Latar Belakang Masalah
I.2 Rumusan Masalah
I.3 Sistematika Penulisan
Bab II Pembahasan
II.1 Analisis Kualitatif
II.2 Analisis Kuantitatif
II.3 Statistik Deskriptif dan Inferensial
II.4 Statistik Parametris dan Non Parametris
Bab III Penutup
III.1 Simpulan
Daftar Pustaka

BAB II
PEMBAHASAN
TEKNIK ANALISIS DATA

Patton menjelaskan bahwa analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar .
Sedangkan menurut Taylor, mendefinisikan analisis data sebagai proses yang merinci
usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti
yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada
hipotesis. Jika dikaji, pada dasarnya definisi pertama lebih menitikberatkan
pengorganisasian data sedangkan yang ke dua lebih menekankan maksud dan tujuan
analisis data. Dengan demikian definisi tersebut dapat disintesiskan menjadi: Analisis
data proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerja seperti yang didasarkan oleh data.
Dari uraian tersebut di atas dapatlah kita menarik garis bawah analisis data bermaksud
pertama- tama mengorganisasikanm data. Data yang terkumpul banyak sekali dan
terdiri dari catatan lapangan dan komentar peneliti, gambar, foto, dokumen, berupa
laporan, biografi, artikel, dan sebagainya. Pekerjaan analisis data dalam hal ini ialah
mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode, dan

mengategorikannya. Pengorganisasian dan pengelolaan data tersebut bertujuan
menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif.
Akirnya perlu dikemukakan bahwa analisis data itu dilakukan dalam suatu proses.
Proses berarti pelaksanaannya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data
dilakukan dan dikerjakjan secara intensif, yaitu sudah meninggalkan lapangan.
Pekerjaan menganalisis data memerlukan usaha pemusatan perhatian dan pengerahan
tenaga, pikiran peneliti. Selain menganalisis data. Peneliti juga perlu dan masih perlu
mendalami kepustakaan guna mengkonfirmasikan teori atau untuk menjastifikasikan
adanya teori baru yang barangkali ditemukan.
II.1 Analisis Kualitatif
A. Definisi Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif adalah aktivitas intensive yang memerlukan pengertian yang
mendalam, kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, dan pekerjaan berat. Analisa
kualitatif tidak berproses dalam suatu pertunjukan linier dan lebih sulit dan kompleks
dibanding analisis kuantitatif sebab tidak diformulasi dan distandardisasi.
Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal penelitian dan selama
proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah
secara sistematis. Dimulai dari wawancara, observasi, mengedit, mengklasifikasi,
mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta menyimpulkan data. Teknis
analisis data dalam penelitian ini menggunakan model analisis interaktif . Pada

penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menerus sepanjang proses
penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan dan selama proses
pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari makna dari data
yang dikumpulkan, yaitu mencari pola tema, hubungan persamaan, hipotetsis dan
selanjutnya dituangkan dalam bentuk kesimpulan yang masih bersifat tentatif.

Crabtree dan Miller (1992) mengamati ada banyak strategi analisis kualitatif. Mereka
sudah mengenal empat pola analisa utama yang lebih tepat sasaran, sistematis, dan
distandardisasi, dan pada ekstremum lain adalah satu model yang lebih yang intuitif,
hubungan, dan interpretive. empat prototypical model-model yang mereka uraikan
adalah sebagai berikut:
“Model Quasi-statistical”. Peneliti menggunakan statistik secara khas mulai dengan
pertimbangan analisa, dan menggunakan ide-ide untuk memilih jenis data. Pendekatan
ini adalah kadang dikenal sebagai analysis peneliti meninjau ulang isi dari data naratif,
mencari-cari tema atau kata tertentu yang telah ditetapkan dalam suatu codebook. Hasil
pencarian adalah informasi yang dapat digerakkan secara statistik dan disebut Quasi
statistik. Sebagai contoh, analis dapat menghitung frekwensi kejadian dari tema-tema
spesifik. Model ini adalah serupa dengan pendekatan kwantitatif tradisional sampai
melakukan analisa isi.
“Model Analisa Template”. Di model ini, peneliti mengkembangkan analisa cetakan

untuk data naratif yang digunakan. Unit-unit template adalah secara khas perilakuperilaku, kejadian, dan ungkapan ilmu bahasa. Template lebih mengalir dan dapat
menyesuaikan diri dibanding suatu codebook di dalam model Quasi statistik. Peneliti
dapat mulai dengan template bersifat elementer sebelum mengumpulkan data, template
mengalami revisi tetap sebanyak data dikumpulkan. Analisa menghasilkan data. Model
jenis ini adalah bisa dipastikan diadopsi oleh peneliti yang biasa meneliti etnografi,
etologi, analisa ceramah, dan ethnoscience.
“Model Analisa Editing” . Peneliti menggunakan model editing bertindak sebagai
interpreter yang membaca sampai habis data mencari segmen-segmen penuh arti dan
unit-unit. Suatu ketika segmen ini dikenali dan ditinjau, interpreter dikembangkan satu
rencana pengelompokan dan kode-kode sesuai yang dapat digunakan untuk memilih
jenis dan mengorganisir data. Peneliti kemudian mencari-cari struktur dan pola-pola
yang menghubungkan kategori-kategori pokok. Pendekatan teori yang khas
menyertakan model ini. Peneliti-peneliti yang biasa meneliti fenomenologi,
hermeneutics, dan ethnomethodology menggunakan prosedur pola analisa editing.
“Model Immersion/crystallisasi”. Model ini melibatkan pembaptisan total analis di dalam
dan cerminan bahan-bahan teks, menghasilkan satu kristalisasi data yang intuitif.
Terjemahan yang interpretive dan subjektif dicontohkan dalam laporan kasus pribadi
dari semi anekdot dan jumlah sedikit ditemui di dalam literatur riset dibanding tiga
model yang lain.
B. Sistematika Penelitian Kualitatif
Judul
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar

Bab I Pendahuluan

Konteks Penelitian

Fokus Kajian Penelitian

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian
Bab II Perspektif Teoritis dan Kajian Pustaka
Bab III Metode Penelitian

Pendekatan

Batasan Istilah

Unit Analisis

Deskripsi Setting Penelitian

Pengumpulan Data

Analisis Data

Keabsahan data
Bab IV Hasil dan pembahasan
Bab VI Kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
Lampiran
C. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki 5 jenis penelitian, yaitu:
1. Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan
kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah
mengungkap turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat
mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek
seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.
2. Fenomenologi
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau
fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa
individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan
dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54),
Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai
ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep
epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep
epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal
tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.

3. Grounded theory
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk
sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau
menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana
individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai
respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah
pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.
4. Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial.
peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara
hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai
proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu
kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup
responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut.
Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam
kelompok.
5. Studi kasus
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan
batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan
berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus
yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu.
D. Metode Pengumpulan Data
Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:
1. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau
keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam
penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth
interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara
tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang
yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di
mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden
adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan
kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis
wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau
responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips
saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai
dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan
pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan
positif, dan kontrol emosi negatif.

2. Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku,
kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan
peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau
kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia,
dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan
umpan balik terhadap pengukuran tersebut.
Bungin mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam
penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi
kelompok tidak terstruktur.
E. Keabsahan Data
Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu
subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat
penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak
kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data
kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh
karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu:
1. Kredibilitas
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria
dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, per debriefing,
analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member
check. Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
1.
Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat
kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji
informasi dari responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden
terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
2.
Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur
dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta
memusatkan diri pada
3.
hal-hal tersebut secara rinci.
4.
Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
tersebut.
5.
Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil
sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekanrekan sejawat.
6.
Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan
yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis,
dengan mengaplikasikannya pada data, serta denganmengajukan pertanyaanpertanyaan tentang data.

2. Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang
lain.
3. Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti
dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika
membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
4. Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana
hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan
lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang
tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat
lebih objektif.
F. Reliabilitas
Reliabilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu suatu konsep dan
definisi yang dirumuskan berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti, metode
pengumpulan dan analisis data, situasi dan kondisi sosial, status dan kedudukan
peneliti dihadapan responden, serta hubungan peneliti dengan responden.
II.2 Analisis Kuantitatif
Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum
memakai analisis statistik. Penelitian kuantitatif dikembangkan oleh penganut
positivisme yang dipelopori oleh Auguste Conte. Aliran ini berpendapat bahwa untuk
memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode IPA harus diadopsi ke
dalam riset-riset ilmu sosial . Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran
terhadap gejala yang diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun
berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang kemudian menghasilkan
data kuantitatif.
Berbeda dengan penelitian kualitatif yang menekankan pada studi kasus, penelitian
kuantitatif bermuara pada survey.
Richard dan Cook mengemukakan perbedaan paradigma penelitian kualitatif dan
kuantitatif sebagai berikut :
PARADIGMA KUALITATIF PARADIGMA KUANTITATIF
Menganjurkan pemakaian metode kualitatif
Bersandar pada fenomenologisme dan verstehen; perhatian tertuju pada pemahaman
tingkah laku manusia dari sudut pandangan pelaku itu sendiri.
Pengamatan berlangsung secara alamiah (naturalistic) dan tidak dikendalikan
(uncontrolled)
Bersifat subyektif

Dekat dengan data; bertolak dari perspektif dari “dalam” individu atau
masyarakat yang diteliti.

Penelitian bersifat mendasar (grouned), ditujukan pada penemuan (discoveryoriented), menekankan pada perluasan (expansionist), bersifat deskriptif, dan induktif.

Berorientasi pada proses

Valid; data bersifat ‘mendalam’, ‘kaya’, dan ‘nyata.

Tidak dapat digeneralisasikan; studi di atas kasus tunggal
Bersifat holistic
Mengasumsikan adanya realitas yang bersifat dinamik Menganjurkan pemakaian
metode-metode kuantitatif.
Bersandar pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan sebab-sebab dari gejala
sosial dengan mengesampingkan keadaan individu-individu.
Pengamatan ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan blak-blakan (obtrusive)
Bersifat obyektif
Jauh dari data; bertolak dari sudut pandangan dari “luar”
Penelitian bersifat tidak mendasar (ungrouned), ditujukan pada pengujian (verificationoriented), menekankan penegasan (confirmatory), reduksionis, inferensial, deduktifhipotetik.
Berorientasi pada hasil
Reliabel; data ‘keras’ dan dapat diulang
Dapat digeneralisasikan; studi atas banyak kasus
Bersifat partikularistik
Mengasumsikan adanya realitas yang stabil
A. Langkah-Langkah Penelitian Kuantitatif
1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah memuat hal-hal yang melatar belakangi dilakukannya
penelitian, apa hal yang menarik untuk melakukan penelitian biasanya karena adanya
kesenjangan antara kesenjangan antara yang seharusnya dan kenyataan. Dalam
bagian ini dimuat deskripsi singkat wilayah penelitian dan juga jika diperlukan hasil
penelitian peneliti sebelumnya. Secara rinci latar belakang (Wardi Bachtiar:1997) berisi:
a. Argumentasi mengapa masalah tersebut menarik untuk diteliti dipandang dari bidang
keilmuan/maupun kebutuhan praktis.
b. Penjelasan akibat-akibat negatif jika masalah tersebut tidak dipecahkan.
c. Penjelasan dampak positif yang timbul dari hasil-hasil penelitian
d. Penjelasan bahwa masalah tersebut relevan, aktual dan sesuai dengan situasi dan
kebutuhan zaman
e. Relevansinya dengna penelitian-penelitian sebelumnya
f. Gambaran hasil penelitian dan manfaatnya bagi masyarakat atau negara dan bagi
perkembangan ilmu.
2. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah
a. Identifikasi Masalah
Masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan antara apa yang
seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, adanya kesenjangan informasi atau
teori dan sebagainya.
b. Pemilihan Masalah

1). Mempunyai nilai penelitian (asli penting dan dapat diuji)
2). Fisible (biaya, waktu dan kondisi)
3). Sesuai dengan kualifikasi peneliti
4). Menghubungkan dua variabel atau lebih
c. Sumber Masalah
Bacaan, seminar, diskusi, pengamatan, pengalaman, hasil penelitian terdahulu, dan
lain-lain.
d. Perumusan Masalah
1). Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
2). Jelas dan padat
3). Dapat menjadi dasar dalam merumusan hipotesa dan judul penelitian
e. Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita cari/ capai
dari masalah penelitian. Cara merumuskan yang paling mudah adalah dengan
mengubah kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi kalimat pernyataan.
2) Manfaat penelitian mencakup manfaat teoritis dan praktis.
f. Telaah Pustaka
1) Manfaat Telaah Pustaka
2) Untuk memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti
3) Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran
4) Untuk mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan
hipotesa
5) Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian
g. Pembentukan Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan pemikiran yang membantu arah penelitian,
pemilihan konsep, perumusan hipotesa dan memberi kerangka orientasi untuk
klasifikasi dan analisis data . Kerangka teori dibuat berdasarkan teori-teori yang sudah
ada atau berdasarkan pemikiran logis yang dibangun oleh peneliti sendiri.
Teori yang dibahas atau teori yang dikupas harus mempunyai relevansi yang kuat
dengan permasalahan penelitian. Sifatnya mengemukakan bagaimana seharusnya
tentang masalah yang diteliti tersebut berdasar konsep atau teori-teori tertentu. Khusus
untuk penelitian hubungan dua variabel atau lebih maka dalam landasan teori harus
dapat digambarkan secara jelas bagaimana hubungan dua variabel tersebut.
h. Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis
dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesa merupakan
kristalisasi dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari telaah pustaka. Secara statistik
hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji
kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.

i. Definisi Operasional Variabel Penelitian
Konsep merupakan definisi dari sekelompok fakta atau gejala (yang akan diteliti).
Konsep ada yang sederhana dan dapat dilihat seperti konsep meja, kursi dan
sebagainya dan ada konsep yang abstrak dan tak dapat dilihat seeprti konsep
partisipasi, peranan dan sebagainya. Konsep yang tak dapat dilihat disebut construct.
Karena construct bergerak di alam abstrak maka perlu diubah dalam bentuk yang dapat
diukur secara empiris, atau dalam kata lain perlu ada definisi operasional.
Definisi operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan
perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain.
Konsep yang mempunyai variasi nilai disebut variabel. Variabel dibagi menjadi dua:
a. Variabel deskrit/katagorikal misalnya : variabel jenis kelamin.
b. Variabel Continues misal : variabel umur
Proses pengukuran variabel merupakan rangkaian dari empat aktivitas pokok yaitu:
1.
Menentukan dimensi variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian sosial sering
kali memiliki lebih dari satudimensi. Semakin lengkap dimensi suatu variabel yang
dapat diukur, semakin baik ukuran yang dihasilkan.
2.
Merumuskan dimensi variabel. Setelah dimensi-dimensi suatu variabel dapat
ditentukan, barulah dirumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi. Ukuran ini
biasanya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan dimensi tadi.
3.
Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran. Apakah
skala: nominal, ordinal, interval, atau ratio.
4.
Menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari alat pengukur apabila yang dipakai
adalah alat ukur yang baru.
Contoh yang bagus proses pengukuran suatu variabel dikemukakan oleh Glock dan
Stark yang mengembangkan suatu konsep untuk mengukur tingkat religiusitas. Menurut
pendapat mereka konsep religiusitas mempunyai lima dimensi sebagai berikut :
1.
Ritual Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang mengerjakan kewajiban
ritual di dalam agama mereka. Seperti sholat, puasa, membayar zakat, dan lain-lain,
bagi yang beragama Islam. atau pergi ke gereja dan kegiatan ritual lainnya bagi yang
beragama Kristen.
2.
Ideologi Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang
dogmatik di dalam agama mereka masing-masing. Misalkan apakah seseorang yang
beragama percaya tentang adanya malaikat, hari kiamat, surga, neraka, dan lain-lain
hal yang sifatnya dogmatik.
3.
Intellectual Involvement, sebenarnya jauh seseorang mengetahui tentang ajaran
agamanya. Seberapa jauh aktivitasnya di dalam menambah pengetahuan agamanya,
apakah dia mengikuti pengajian, membaca buku-buku agama, bagi yang beragama
Islam. bagi yang beragama Kristen apakah dia menghadiri Sekolah Minggu, membaca
buku-buku agama, dan lain-lain. Demikian pula dengan orang pemeluk agama lainnya,
apakah dia mengerjakan hal-hal yang serupa.

4.
Experiential Involvement, yaitu dimensi yang berisikan pengalaman-pengalaman
unik dan spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan. Misalnya,
apakah seseorang pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan Tuhan; apakah di
apernah merasakan bahwa jiwanya selamat dari bahaya karena pertolongan Tuhan,
dan lain-lain.
5.
Consequential Involvement, yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku
seseorang dimotifikasikan oleh ajaran agamanya. Misalkan apakah dia menerapkan
ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. misalnya, apakah dia pergi mengunjungi
tetangganya yang sakit, mendermakan sebagian kekayaannya untuk kepentingan fakir
miskin. Menyumbangkan uangnya untuk pendirian rumah yatim piatu, dan lain-lain.
Dimensi-dimensi yang disebut di atas kemudian diperinci dalam aspek yang lebih kecil
dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dijadikan
komponen alat pengukur yang terhadap dimensi tingkat religiusitas.
II.3 Statistik Deskriptif dan Inferensial
Statistika deskriptif adalah statistic yang digunakan untuk menganalisis data dengan
cara menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Misalnya
penyajian data menggunakan table, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan
modus, median, mean, desil, persentil, rata-rata, standar defiasi, porsentasi, korelasi,
dan regresi tanpa pengujian signifikasi.
Statistika deskriptif berkenaan dengan bagaimana data dapat digambarkan
dideskripsikan) atau disimpulkan, baik secara numerik (misalnya menghitung rata-rata
dan deviasi standar) atau secara grafis (dalam bentuk tabel atau grafik), untuk
mendapatkan gambaran sekilas mengenai data tersebut, sehingga lebih mudah dibaca
dan bermakna.
Statistika inferensial adalah teknik statistic untuk menganalisis data sampel data dan
hasilnya diberlakukan untuk populasi. Suatu kesimpulan dari data sampel yang akan
diberlakukan untuk populasi itu mempunyai peluang kesalahan dan kebenaran
(kepercayaan). Bila peluang kesalahan sebesar 5 persen, maka taraf kepercayaannya
sebesar 95 persen. Ini disebut sebagai taraf signifikasi yang mencerminkan
kemampuan suatu sampel untuk dilakukan generalisasi terhadap suatu populasi
dengan taraf kesalahan tertentu. Dengan menggunakan uji t dan uji F diperoleh taraf
signifikasi tertentu.
Statistika inferensial berkenaan dengan permodelan data dan melakukan pengambilan
keputusan berdasarkan analisis data, misalnya melakukan pengujian hipotesis,
melakukan estimasi pengamatan masa mendatang (estimasi atau prediksi), membuat
permodelan hubungan (korelasi, regresi, ANOVA, deret waktu), dan sebagainya.
II.4 Statistik Parametris dan Non Parametris
a) Statistika Parametris
Statistik parametris digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio.
Ukuran uji dalam Statistik parametris antara lain :

– T-test
– Anova
– Korelasi.
Contoh :
– Rumusan masalah : berapa rata-rata penayangan iklan di TV ?
– Hypotesis : rata-rata penayangan iklan di TV paling lama 120 menit.
– Uji hypoteis : t-test
b) Statistika Non Parametris
Statistik non parametris digunakan untuk menguji hipotesis bila datanya berbentuk
nominal dan ordinal dan tidak berlandaskan asumsi bahwa distribusi data harus normal.
Sehingga kita kenal beberapa tes yang digunakan dalam penelitian hipotesis antara lain
:
Test binomial
Tes binomial digunakan untuk menguji hipotesis bila dalam populasi terdiri atas dua
kelompok kelas, datanya berbentuk nominal dan jum,lha sampelnya kecilnya (kurang
dari 25).
Chi kuadrat
Chi kuadrat satu sampel, adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis
deskriptif bila dalam populasi terdiri atas dua atau lebi kelas, data berbentuk nominal
dan smapelnya besar. yang dimaksud hipotesis deskriptif diatas adlah merupakan
estimasi gugaan terhadap ada tidaknya perbedaan frekuensi anatra kategori satu dan
kategori lainnya dalam sebuah sampel tentang suatu hal.
Run test
Test ini digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif satu sampel, bial datanya
berbentuk ordina. pengujian dilakukan dengan dengancara mengukur kerandoman
populasi yang didasarkan atas data hasil pengamatan melalui data sampel.
McNemar Test
Teknik statistik digunakan untk mengji hipotesa komparatif dua sampel yang berkorelasi
bila datanya berbentuk nominal/diskrit. dancangan peneitianya biasanya bebentuk
before after. jadi hipotesa penelitian merupakan perbandaingan antara nilai sebelum
dan sesudah ada perlakuan.
Sign Test
test ini digunakan untuk menguji hipotesa komparatif dua sampel yang berkorelasi, bila
datanya berbentuk ordinal. teknik ini dianamakan uji tanda karena data yang akan
dianalisis dinyatakan dalam bentuk tanda-tanda yaitu tanda positif dan negatif.
Wilcoxon Match Pairs Test
Teknik ini merupakan penyempurnaan dari uji tanda (sign test). kalau dalam uji tnada
besarnya selisih nilai angka antara positif dan negatif tidak diperhitungkan sedangkan
dlaam uji wilcoxon ini diperhitungkan, teknik digunakan untuk menguji signifikansi

hipotesis komparatif dua sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal.
Chi kuadrat dua sampel
Chi kuadrat dua sampel digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua smapel bila
datanya berbentuk nominal dan sampelnya besar. cara perhitungan dapat
menggunakan rumus yang telah ada atau dapat menggunakan tabel kontingensi 2×2.
Fisher Exact Probability Test
Test ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel kecil
independen bila datanya berbentuk nominal untuk sampel yang besar duigunakan chi
kuadrat.
Test median
Tes median digunakan untuk menguji signifikansi hipoteis komparatif dua smapel
independen bila datanya bernbentuk nominal atau ordinal. pengjuijan didasarkaan atas
median dari smapel yang diambil secara random. dengan demikian Ho yang akan diuji
berbunyi : tidak terdapat perbedaan dua kelompok populasi berdasarkan mediannya.
Mann-Whitney U-Test
U-test ini digunakan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua sampel
independen bila datanya berbentuk ordinal test ini merupakan test yang terbaik untuk
menguji hipotesis komparatif dua sampel indenden bila datanya berbentuk ordinal.
Test Kolmogorov-Smirnov dua sampel
Test ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif dua sampel independen bila
datanya bernetuk ordinal yang telah tersusun pada tabel distribusi frekuensi kumulatif
dengan menggunakan kela-kelas interval.
Test Run Wald-Wolfowitz
Tes ini dibgunakan untuk meguji signifikasin hipotesis komparatif dua sampel
independen bila datanya berbentuk ordinal dan disusun dalam bentuk run. oleh karena
itu sebelum dtaa dua sampel (n1 + n2) dianalisis maka perlu disusun terlebih dahulu
kedlaam bentuk ranking.
Test Cochran
Tes ini digunakan untuk hipotesis komparatif k sampel berpasangan bila datanya
benrbnuk nominal dan frekuensi dikotomi.
Test Friedman
Friedman two way anova (analisi varian dua jalan Friedman) digunakan untuk menguji
hipotesis komparatif k sampel yang berpasanga (related) bila datany aberebntuk ordinal
(ranking), bila datany terkumpul berbntuk interval atau ratio maka data tersebut diubah
kedalam ordinal.
Chi-kuadrat k Sampel
Test ini digunakan untuk menguji hipotesis komparatif lebih dari dua sample, bila

datanya benrbntuk diskrit atau nominal.
Median Extention
test median extension digunakan untuk menguji hipotesis komparatif median k sampel
independen bila datanya berbentuk ordinal dan dalam tes ini ukuran sampel tidak harus
sama.
Analisis Varian satu jalan Kruskal-Walls
teknik ini digunakan untuk menguji hipotesis k sampel inedependen bila datanya
berbentuk ordinal. bila dalam pengukuran ditemukan data berbentuk interval atau ratio
maka perlu dirubah dulu kedlam ordinal (data berbentukr anking/peringkat).
Koefiisen Kontingensi
koefisien ini digunakan untuk menghitung hubungan antar variabel bila datanya
berbentuk nominal. teknik mempunyai kaitan eratdengan chi kuadrat yang digunakan
untuk menguji hipotesis komparatif k sampel independen, oleh karena itu rumus yang
digunakan mengandung nilai cjhi kuadrat.
Korelasi Spearman Rank
Korelasi spearman rank digunakan mencari hubungan atau uji signifikansi hipotesisi
asosiatif bila amsing-masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber
data aantar variabel tidak harus sama.
Korelasi Kendal Tau
Sepertinya dalam korelasi spearman rank, korlasi kendal tau digunakan untuk mencari
hubungan dan menguji hipotesis antara dua variabel atau lebih bila datanya berbentuk
ordinal atau ranking
BAB III
PENUTUP
III.1 Simpulan
Teknik analisis data dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu analisis kualitaif, analisis
kuantitatif, statistic deskriptif dan inferensial, serta statistic parametris dan non
parametris. Keempat cara tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangannya.
Seorang peneliti dapat memilih cara apa yang akan dia lakukan dalam menganalisis
datanya. Cara memilih teknik analisis apa yang akan dia gunakan yaitu dengan
menganalisis terlebih dahulu tema apa yang akan peneliti angkat dalam penelitiannya.
Daftar Pustaka
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc:
California.
kuskan untuk melihat pada “bagaimana” (how), yaitu bagaimana isi teks berita dan juga
bagaimana pesan itu disampaikan.

Analisis wacana merupakan suatu kajian yang digunakan secara ilmiah, baik dalam
bentuk tulis maupun lisan. Penggunaan bahasa secara alamiah ini berarti penggunaan
bahasa seperti dalam komunikasi sehari-hari. Stubbs menjelaskan bahwa analisis
wacana menekankan kajian penggunaan bahasa dalam konteks sosial, khususnya
dalam interaksi antar penutur. Senada dengan itu, cocok dalam hal ini menyatakan
bahwa analisis wacana itu merupakan kajian yang membahas tentang wacana,
sedangkan wacana itu adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Menurut
Stubbs (Arifin,2000:8).
Analisis wacana dalam Sobur ( 2006:48) adalah studi tentang struktur pesan pada
dalam komunikasi. Lebih tepatnya lagi, telaah mengenai aneka fungsi (prakmatik)
bahasa. Kajian tentang pembahasaan realitas dalam sebuah pesan tidak hanya apa
yang tampak dalam teks atau tuklisan, situasi dan kondisi (konteks) seperti apa bahasa
tersebut diujarkan akan membedakan makna subyektif atau makna dalam perspektif
mereka.
Crigler (1996) dalam Sobur (2006 : 72) mengemukakan bahwa analisis wacana
termasuk dalam pendekatan konstruktionis. Ada dua karakteristik penting dari
pendekatan konstruksionis yaitu :
1.
Pendekatan konstruksionis menekankan pada politik pemaknaan dan proses
bagaimana seseorang membuat gambaran tentang realitas politik.
2.
Pendekatan konstruksionis memandang kegiatan komunikasi sebagai suatu
proses yang terus menerus dan dinamis. Dari sisi sumber (komunikator), pendekatan
konstruksionis memeriksa pembentukan bagaimana pesan ditampilkan, dan dari sisi
penerima ia memeriksa bagaimana konstruksi individu ketika menerima pesan.
Kembali pada anilsa wacana yang sesungguhnya berusaha memahami bagaimana
realitas dibingkai, direproduksi dan didistribusikan ke khalayak. Analisis ini bekerja
menggali praktek-praktek bahasa di balik teks untuk menemukan posisi ideologis dari
narasi dan menghubungkannya dengan struktur yang lebih luas.
Dengan demikian analisis wacana merupakan salah satu model analisa kritis yang
memperkaya pandangan khalayak bahwa ada keterkaitan antara produk media,
ekonomi dan politik. Keterkaitan ini dapat dimunculkan pada saat analisis wacana
bergerak menuju pertanyaan bagaimana bahasa bekerja dalam sebuah konteks dan
mengapa bahasa digunakan dalam sebuah konteks dan bukan untuk konteks yang lain.
Pada dasarnya ada beberapa perbedaan mendasar antara analisis wacana dengan
analisis isi yang bersifat kuantitatif adalah sebagai berikut. Analisis wacana lebih
bersifat kualitatif daripada yang umum dilakukan dalam analisis isi kuantitatif karena
analisis wacana lebih menekankan pada pemaknaan teks daripada penjumlahan unit
kategori, seperti dalam analisis isi. Analisis isi kuantitatif digunakan untuk membedah
muatan teks komunikasi yang bersifat manifest (nyata), sedangkan analisis wacana
justru memfokuskan pada pesan yang bersifat latent (tersembunyi).
Analisis isi kuantitatif hanya dapat mempertimbangkan “apa yang dikatakan” (what),

tetapi tidak dapat menyelidiki bagaimana ia dikatakan (how). Analisis wacana tidak
berpretensi melakukan generalisasi, sedangkan analisis isi kuantitatif memang
diarahkan untuk membuat generalisasi.
Analisis Semiotik (Semiotic Analysis)
Pengertian semiotika secara terminologis adalah ilmu yang mempelajari sederetan luas
objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Menurut Eco,
semiotik sebagai “ilmu tanda” (sign) dan segala yang berhubungan dengannya cara
berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh
mereka yang mempergunakannya. Menurut Eco, ada sembilan belas bidang yang bisa
dipertimbangkan sebagai bahan kajian untuk semiotik, yaitu semiotik binatang, semiotik
tanda-tanda bauan, komunikasi rabaan, kode-kode cecapan, paralinguistik, semiotik
medis, kinesik dan proksemik, kode-kode musik, bahasa yang diformalkan, bahasa
tertulis, alfabet tak dikenal, kode rahasia, bahasa alam, komunikasi visual, sistem objek,
dan sebagainya Semiotika di bidang komunikasi pun juga tidak terbatas, misalnya saja
bisa mengambil objek penelitian, seperti pemberitaan di media massa, komunikasi
periklanan, tanda-tanda nonverbal, film, komik kartun, dan sastra sampai kepada musik.
Berkenaan dengan hal tersebut, analisis semiotik merupakan upaya untuk mempelajari
linguistik-bahasa dan lebih luas dari hal tersebut adalah semua perilaku manusia yang
membawa makna atau fungsi sebagai tanda. Bahasa merupakan bagian linguistik, dan
linguistik merupakan bagian dari obyek yang dikaji dalam semiologi. Selain bahasa
yang merupakan representasi terhadap obyek tertentu, pemikiran tertentu atau makna
tertentu, obyek semiotika juga mempelajari pada masalah-masalah non linguistik.
Salah seorang sarjana yang secara konservatif menjabarkan teori De de Saussure ialah
Roland Barthes (1915 – 1980) . Ia menerapkan model Ferdinand De Saussure dalam
penelitiannya tentang karya -karya sastra dan gejala-gejala kebudayaan, seperti mode
pakaian. Bagi Barthes komponen – komponen tanda penanda – petanda terdapat juga
pada tanda -tanda bukan bahasa antara lainterdapat pada bentuk mite yakni
keseluruhan si stem citra dan kepercayaan yang dibentukmasyarakat untuk mempertahankan dan menonjolkan identitasnya (de Saussure,1988).
Selanjutnya Barthes (1957 dalam de Saussure) menggunakan teori signifiant – signifie
yang dikembangkan menjadi teori tentang metabaha sa dan konotasi. Istilah signifiant
menjadi ekspresi (E) dan signifie menjadi isi (C). Namun Barthes mengatakan bahwa
antara E dan C harus ada relasi (R) ter-tentu, sehingga membentuk tanda ( sign, Sn).
Konsep relasi ini membuat teori tentang tanda lebih mungkin berkembang karena relasi
ditetapkan oleh pemakai tanda.
Menurut Barthes, ekspresi dapat berkembang dan membentuk tanda baru, sehingga
ada lebih dari satu dengan isi yang sama. Pengem-bangan ini disebut sebagai gejala
meta -bahasa dan membentuk apa yang disebut kesinoniman (synonymy). Setiap tanda
selalu memperoleh pemaknaan awal yang dikenal dengan dengan istilah denotasi dan
oleh Barthes disebut sistem primer. Kemudian pengembangan -nya disebut sistem
sekunder. Sistem sekunder ke arah ekspresi dise but metabahasa. Sistem sekunder ke

arah isi disebut konotasi yaitu pengembangan isi sebuah ekspresi. Konsep konotasi ini
tentunya didasari tidak hanya oleh paham kognisi, melainkan juga oleh paham
pragmatik yakni pemakai tanda dan situasi pemahamannya.
Macam-macam Semiotik
Hingga saat ini, sekurang-kurangnya terdapat sembilan macam semiotik yang kita kenal
sekarang (Pateda, dalam Sobur, 2004) . Jenis -jenis semiotik ini antara lain semiotik
analitik, diskriptif, faunal zoosemiotic, kultural, naratif, natural, normatif, sosial,
struktural.
1.
Semiotik analitik merupakan semiotik yang menganalisis sistem tanda. Peirce
mengatakan bahwa semiotik berobjekkan tanda dan menganalisisnya menjadi ide,
obyek dan makna. Ide dapat dikatakan sebagai lambang, sedangkan makna adalah
beban yang terdapat dalam lambang yang mengacu pada obyek tertentu.
2.
Semiotik deskriptif adalah semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang
dapat kita alami sekarang meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang
disaksikan sekarang.
3.
Semiotik faunal zoosemiotic merupakan semiotik yang khusus memper hatikan
sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Semiotik kultural merupakan semiotik yang
khusus

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

Analisis terhadap hapusnya hak usaha akibat terlantarnya lahan untuk ditetapkan menjadi obyek landreform (studi kasus di desa Mojomulyo kecamatan Puger Kabupaten Jember

1 88 63