psikologi pendidikan teori bruner dan au

PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Teori Belajar Ausubel Dan Bruner

Oleh :
Kelompok 2
1. Elsi Aryanti

(14222041)

2. Erni susilawati

(14222047)

3. Frika yulia

(14422051)

4.Ikrima umul khoir

(14422062)


5.Ismail marzuki

(14422069)

6.Kartika arta mulia

(14422072)

7.Laras sukma

(14422078)

Dosen Pembimbing
Kurratul Aini, M.Pd

PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2015


Teori Ausubel Dan Bruner
A. PENDAHULUAN
Belajar adalah proses yang terjadi dalam kehidupan manusia sepanjang
hayat. Dalam belajar diperlukan pemahaman tentang teori-teori belajar. Belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri manusia. Kegiatan belajar
sangat dipengaruhi bermacam-macam faktor. Metode belajar sangat menentukan
keberhasilan pembelajaran. Keberhasilan siswa mencapai suatu tahap hasil
belajar memungkinkannya untuk belajar lebih lancar dalam mencapai tahap
selanjutnya.
Metode pembelajaran tidak terlepas dari teori belajar yang dihasilkan oleh
pakar-pakar pendidikan. Teori belajar yang bersumber dari pakar pendidikan atau
pakar psikologi pendidikan banyak macamnya. Seperti teori belajar bermakna
David Ausubel, teori penemuan Jerome Bruner, dan teori belajar lainnya.
Diantara beberapa pakar pendidikan terdapat banyak kesamaan dan perbedaan
dalam teori belajar. Teori belajar ausubel dikenal dengan istilah pemerolehan
konsep. Dan teori belajar Ausubel dikenal dengan advance organizer.

B. PEMBAHASAN


1. Pembelajaran Model “Advance Organizer”
Menurut Weil dan Joyce (1978:197-275), teori pembelajaran model
advance organizer dikembangkan oleh Ausubel, seorang pakar luar biasa di
antara para pakar teori pendidikan, mula-mula ausubel memusatkan
perhatiannya pada tujuan mempelajari materi. Kemudian, ia menyarankan
perbaikaan metode penyajian pembelajaran (kuliah ceramah dan tugas
membaca) pada waktu pakar teori pendidikan lainnya dan kritik social
menantang validatis metode ini dan menekankan kapasifan metode belajar
ekspositori, Ausubel tidak sependapat dengan mereka yang menganjurkan
metode pembelajaran temuan (discovery methods of teaching), pendidikan
terbuka dan belajar berdasarkan pengalaman (experience based learning)
(Basleman, 2011).
Beberapa prosedur untuk belajar secara bermakna :
1. Menggunakan “advance organizs” yaitu bahan disajikan dalan tingkat
observasi yang lebih tinggi. Guru menyajikan bahan dalam sub-subkonsep
yang dapat membantu siswa dalam menggolong-golongkan bahan baru
itu, kondisi belajar menjadi bermakna bila si belajar mempunyai ide yang
relevan dalam struktur kognitifnya dengan bahan baru itu. Lupa bisa
terjadi karena ada interfensi dengan hal-hal yang telah dipelajari atau
dengan bahan yang baru itu. (terjadi preactive inhibition atau retroactive

inhibitton). Prosedur tersebut diatas dapat juga dijalankan dengan
membagi academic subject kedalam konsep-konsep subkonsep yang
disusun secara hierarchial atau melalui proses diferensiasi yang progresif.
Dari yang sederhana ke hal yang kompleks (Soemanto,2006).
2.

Dengan “integrative reconciliation” yaitu ide baru diintegrasikan dengan
ide yang telah dipelajari sebelumnya. Tetapi prosedur ini ada
kekurangannya yaitu :
a. Dosen atau authors banyak menggunakan istilah terhadap konsep
yang sama, hasilnya akan menjadi rote learning.

b. Murid yang tidak dapat melihat hubungan yang penting didalam
bahan itu, ia akan gagal mengerti dan memahami isi pelajaran.
c. Bisa terjadi murid menghubungkan bahan baru dengan bahan lain
yang sebetulnya (Soemanto,2006).
Ada dua prinsip yang disarankan yang disarankan yaitu diferensiasi
progresif berarti bahwa gagasan dan disiplin paling umum disajikan lebih
dahulu, kemudian diferensiasikan secara progresif dari segi perincian dan
kekhususan, dan rekonsilisasi intergratif, secara sederhana berarti bahwa

gagasan baru hendaknya secara sadar direkonsiliasikan dan diintegrasikan
dengan isi yang telah dipelajari terdahulu, dengan kata lain, urutan kurikulum
diorganisasikan sehingga setiap pelajaran yang berurutan dihubungkan secara
berhati-hati dengan apa yang telah disajikan sebelumnya, jika seluruh materi
pelajaran telah dikonseptulisasikan dan disajikan menurut sistem diferensiasi
secara alamiah (Basleman, 2011).
Berdasarkan pandangannya tentang belajar bermakna, maka David Ausuble
mengajukan 4 prinsip pembelajaran , yaitu:
1.

Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal atau bahan pengait dapat digunakan guru dalam membantu
mengaitkan konsep lama denan konsep baru yang lebih tinggi maknanya.
Pemggunaan pengatur awal tepat dapat meningkatkan pemahaman
berbagai macam materi , terutama materi pelajaran yang telah mempunyai
struktur yang teratur. Pada saat mengawali pembelajaran dengan prestasi
suatu pokok bahasan sebaiknya “pengatur awal” itu digunakan, sehingga
pembelajaran akan lebih bermakna.

2.


Diferensiasi progresif
Dalam proses belajar bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi
konsep-konsep. Caranya unsur yang paling umum dan inklusif
diperkenalkan dahulu kemudian baru yang lebih mendetail, berarti proses
pembelajaran dari umum ke khusus.

3.

Belajar superordinat

Belajar superordinat adalah proses struktur kognitif yang mengalami
petumbuhan kearah deferensiasi, terjadi sejak perolehan informasi dan
diasosiasikan dengan konsep dalam struktur kognitif tersebut. Proses
belajar tersebut akan terus berlangsung hingga pada suatu saat ditemukan
hal-hal baru. Belajar superordinat akan terjadi bila konsepkonsep yang
lebih luas dan inklusif.
4.

Penyesuaian Integratif

Pada suatu sasat siswa kemungkinan akan menghadapi kenyataan bahwa
dua atau lebih nama konsep digunakan untuk menyatakan konsep yang
sama atau bila nama yang sama diterapkan pada lebih satu konsep. Untuk
mengatasi pertentangan kognitif itu, Ausable mengajukan konsep
pembelajaran penyesuaian integratif Caranya materi pelajaran disusun
sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan hiierarkhi-hierarkhi
konseptual ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.
Penangkapan (reception learning). Menurut Ausubel , siswa tidak selalu
mengetahui apa yang penting atau relevan untuk dirinya sendiri sehigga
mereka memerlukan motivasi eksternal untuk melakukan kerja kognitif
dalam mempelajari apa yang telah diajarkan di sekolah. Ausable
menggambarkan model pembelajaran ini dengan nama belajar
penangkapan.
Advance organizer ialah materi pengenalan yang disajikan lebih dahulu

daripada tugas pembelajaran yang tingkat abstraksi dan ketermasukannya
(inclusiveness) lebih tinggi daripada tugas pembelajaran itu sendiri. Tujunnya
ialah untuk menjelaskan, mengintergasikan, dan menjadikan terkaitannya
materi dalam tugas pembelajaran dengan materi yang telah dipelajari., dan
utntuk mempelajaran yang telah diterimannya, organisasi yang paling efektif

adalah organisasi yang materinya menggunakan konsep, istilah, dan dalil yang
telah dikenal peserta belajar, termasuk juga ilustrasi dan analogi (Basleman,
2011).

Bahan pembelajaran dapat berupa artikel dalam Koran , atau majalah dan
jurnal, ceramah, bahkan film. Tugas pembelajaran bagi peserta belajar ialah
menghayati (Internalize) informasi untuk meningkatkan gagasan sentral dan
mungkin fakta kunci. Sebelum mengenalkan materi pembelajaran kepada
peserta belajar, hendaknya fasilitator menyiapkan materi pengenalan dalam
bentuk advance organizer, berupa sampiran yang dapat digunakan
“mencontohkan data baru yang berkaitan (Basleman, 2011).
2. Pembelajaran Model Pemerolehan Konsep
Jerome Bruner lahir di New York pada tahun l915. Pada usia dua tahun, ia
menderita penyakit katarak dan harus dioperasi. Ayahnya meninggal ketika ia
berusia 12 tahun yang menyebabkan ia harus pindah ke rumah saudaranya dan
sering putus sekolah dan pindah-pindah sekolah. Meskipun demikian,
prestasinya cukup baik ketika masuk Duke University Durham, New York
City. Ia memperoleh gelar B.A pada tahun 1937 dan memperoleh gelar Ph.D
dari Harvard University tahun 1941. Bruner juga seorang profesor psikologi
di Harvard University 1952-1972 dan di Oxford University 1972-1980. la

menghabiskan waktunya di New York University School of Law dan New
School For Social Research di New York City. Saat berumur kurang lebih 45
tahun, Bruner menekuni psikologi kognitif sebagai suatu alternatif teori
behavioristik dalam psikologi sejak pertengahan abad ke-20.
Pendekatan kognitif Bruner menjadikan reformasi pendidikan di Amerika
Serikat dan juga di Inggris. Selain sebagai psikolog, ia juga termasuk Dewan
Penasihat Presiden bidang sains pada masa Presiden Jhon F. Kennedy dan
Jhonson serta banyak menerima penghargaan dan kehormatan termasuk
International Baldan Prize, medali emas CIBA untuk riset dari Asosiasi
Psikologi Amerika. Ia juga bertugas sebagai profesor psikologi di Harvard
University di Amerika Serikat.
Teori belajar Bruner dikenal sebagai teori belajar kognitif. Teori belajar
kognitif ini menyatakan bahwa perilaku manusia tidak ditentukan oleh

stimulus yang berada dari luar dirinya, melainkan oleh faktor yang ada pada
dirinya sendiri. Faktor-faktor internal itu berupa kemampuan atau potensi
yang berfungsi untuk mengenal dunia luar, dan dengan pengalaman itu
manusia mampu memberikan respon terhadap stimulus. Berdasarkan
pandangan itu, teori psikologi kognitif memandang belajar sebagai proses
pemfungsian unsur-unsur kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat

mengenal dan memahami stimulus yang datang dari luar. Dengan kata lain,
aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal dalam
berfikir, yakni proses pengelolaan informasi.
Teori belajar kognitif berbeda dengan teori belajar behavioristik. Teori
belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya.
Para penganut aliran kognitif mengatakan bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon. Tidak seperti model belajar
behavioristik, yang mempelajari proses belajar hanya sebagai hubungan
stimulus-respon. Model belajar kognitif merupakan suatu bentuk teori belajar
yang sering disebut sebagai model perseptual. Model belajar kognitif
mengatakan bahwa tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta
pemahamannya tentang situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu
dapat terlihat sebagai tingkah laku yang nampak. Proses belajar terjadi antara
lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan menyesuaikannya
dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk di dalam pikiran
seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-pengalaman sebelumnya.
Teori kognitif ini berpandangan bahwa, belajar merupakan suatu proses
interaksi yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, emosi, dan
aspek-aspek kejiwaan lainnya

Model ini mual-mula dikembangkan oleh burner dan kawan-kawan
karyanya yang berjudul The study of Thinking merupakan kulminasi hasil
penelitian selama bertahun-tahun mengenai proses pemerolehan konsep,
dalam penelitian ini bruner dan kawan-kawan, berusaha menemukan jawaban

atas pertanyaan mengenai “apa yang dimaksud dengan konsep dan apa
kegunannya?” diskusi mereka mengenai hakikat konsep, membentuk dasar
untuk memahami semua jenis konsep, membentuk dasar untuk memahami
semua jenis konsep belajar dan strategi pembelajaran yang digunakan
(Basleman, 2011).
Bruner dan kawan-kawan mulai dengan pernyataan tegas bahwa setiap
lingkungan berbeda dan manusia dapat membedakan dan manusia dapat
membedakan demikian banyak objek yang berbeda dan dapat memanfaatkan
secara penuh kemampuannya untuk mencatat perbedaan benda-benda dan
merespon terhadap setiap kejadian yang ditemukan. (Basleman, 2011).
Bruner dan kawan-kawan mengemukan perlunya kita mempelajari
kegiatan kognitif atau proses berfikir kategorisasi atau pengkategorian,
mereka melihat pengkategorian sebagai arti yang prinsip yang digunakan oleh
anggota suatu masyarakat yang sedang tumbuh atau bersosialisasi karena
kategori yang diajarkan kepada seseorang untuk digunakan dalam
merefleksikan budaya tempat meraka berasal (Basleman, 2011)
Asumsi lain dari Burner ialah adanya strategi yang kurang efektif atau
lebih efektif untuk pembentukan konsep atau pengkategorian sumbangan
kedua dari penelitian Burner ialah tambahan pada deskripsi dasar konsep,
yaitu deskripsi strategis yang digunakan untuk mempelajari konsep (perolehan
konsep) (Basleman, 2011).
Karya burner mengandung nilai aplikasi penting dan langsung bagi
pembelajaran, seperti :
a.

Dengan memahami hakikat konsep dan kegiatan yang bersifat konseptual,
fasilitator dapat menetapkan secara lebih baik apabila peserta belajar telah
mengerti suatu konsep.

b.

Fasilitator dapat mengenal strategi kategorisasi yang digunakan peserta
belajar dan membantu mereka menggunakannya secara efektif.

c.

Fasilitator dapat memperbaiki kualitas pembelajaran untuk mempelajari
konsep dengan menggunakan model tentang hakikat proses perolehan
konsep (Basleman, 2011).
Menurut Burner, kegiatan mengkategorikan sebenarnya memiliki dua

komponen, yaitu tindakan membentuk kategori dan tindakan memperoleh
konsep , tindakan membentuk konsep merupakan langkah pertama ke arah
perolehan konsep, sekalipun kecil sekali tetap relavan berdasarkan tiga alasan,
berikut :
a.

Maksud dan tekanan kedua bentuk pengkategorian tingkah laku itu
berbeda satu dan lainnya.

b.

Langakah kedua proses berpikir tersebut tidak sama

c.

Kedua proses mental tersebut membutuhkan proses pembelajaran yang
berbeda (Basleman, 2011).
Menurut Bruner setiap konsep memiliki tiga unsur, yaitu contoh

(examples), sifat (attributes), dan nilai sifat (atribute values). Example, yaitu
contoh konsep, setiap kata seperti kucing, topi dan laying-layang merupakan
contoh dari konsep ada yang positif dan ada pula yang negatif, dalam
pembentukan konsep, contoh suatu konsep dikelompokkan bersaama-sama,
sedangkan dalam perolehan konsep, ciri khas contoh negatif maupun postif
diuji dan diselidiki (Basleman, 2011).
Setiap contoh baik postitif maupun negatif dapat diuraikan menurut
sifatnya (atribut) dan menurut nilai atributnya. Misalnya ada seongok buahbuahan yang kebanyakan berupa apel, diantaranya terdapat sebutir atau dua
butir jeruk dan manggis. Buah-buahan itu merupakan contoh. Jika konsep
yang ditetapakan adalah apel, maka jeruk dan manggis menjadi contoh negatif
(Basleman, 2011).
Setiap contoh dapat dideskripsikan menurut ciri dasarnya, untuk buahbuahaan, ciri dasarnya dapat dibedakan misalnya warna, ukuran, berat, bentuk
dan harganya. Ciri khas tersebut dinamakan sifat (attribute), yang masingmasing memiliki nilai sifat (attribute-value), yang menunjukan kategori dasar,

seperti warna , merupakan ciri khas dari kategori tersebut, misalnya kuning
atau merah. Apel memiliki nilai sifat berupa rentangan dari warna merah
kekuning warna lain seperti warna lain seperti ungu misalnya tidak termasuk
rentangan nilai bewarna ungum, maka sudah dapat dipastikan bahwa itu
bukan apel. (Basleman, 2011).
Dalam kehidupan sehari-hari, fasilitator kegiatan belajar sering
menemukan konsep yang abstrak, seperti budaya, kepimpinan, demokrasi, dan
transportasi yang sifat dan nilai sifatnya tidak begitu jelas dan contohnya
penuh dengan sifat yang menganggu (noisy attribute) (Basleman, 2011).
Istilah seperti contoh, sifat dan sifat nilai yang dikembangkan oleh burner
digunakan untuk mengurangi hakikat konsep dan proses perolehan konsep,
fasilitor yang diinginkan mengetahui apakah peserta belajarnya telah mampu
membentuk atau memperoleh konsep menurut pentingnya sifat tersebut serta
apakah serta apakah mereka mampu membedakan contoh dan yang bukan
contoh seluruh pelajaran konseptual, menurut burner terletak pad pengetahuan
tentang ciri-ciri yang tidak penting (Basleman, 2011).
Model perolehan konsep memungkinan peserta belajar memahami proses
konseptualisasi yang mencakup pemahaman hubungan diantara contoh (Data),
sifat-sifat dan konsep-konsep, serta polah pemikiran yang digunakan untuk
memperolejh konsep. Analisis pemikiran mencakup salah satu fase peneriman
dan pemilihan model permerolehan konsep (Basleman, 2011).
Burner menggunakan istilah strategi untuk menunjukkan strategi urutan
pengambilan keputusan yang dibuat ketika menjumpai contoh-contoh konsep.
Strategi pemikiran tidak selalu diterima secara sadar oleh orang yang
menggunakannya dan strategi tidak selalu tertentu (fix). Untuk jenis konsep,
jenis bahan pelajaran atau data yang berbeda digunakan strategi yang berbeda
pula, strategi yang ideal ialah strategi yang paling efisien dalam memperoleh
konsep, tetapi terbatas reganagan (strain) kognitif sebagai akibat penuh
sesaknya ingatan arti ganda dan yang lain-lain (Basleman, 2011).

Dalam satuan pembelajaran seperti kursus kelompok belajar atau sekolah
metode pembelajaran yang paling umum digunakan, yaitu ekspositori
menyajikan kondisi resepsi, namun dalam kehidupan sehari-hari, arus
peristiwa dan data yang digunkan untuk membentuk konsep tidak diorganisasi
dan ditandai secara sesama seperti dalam upaya perolehan konsep
pembelajaran yang didasarkan pada seleksi kondisi dan pada analisis konsep
data yang tak terorganisasi secara berturut-turut bergerak ke arah pengontrolan
yang lebih besar dari peserta belajar dan situasi data yang tak terorganisasi
secara berturut-turut begerak ke arah pengontrolan yang lebih besar dari
peserta belajar dan situasi data yang tidak terstruktur (Basleman, 2011).
Model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh bruner dan kawankawan bertujuan :
a.

Memahami hakikat konsep untuk membantu peserta belajar memahami
objek, gagasan, dan peristiwa yang dibedakan oleh atribut dan
penempatannya didalam kategori

b.

Memahami strategi pemikiran dan menemukan dasar pengkategorian
yang digunakan orang lain untuk mengorganisasikan lingkungannnya.

c.

Menyadari kegiatan mengonsepkan dan melakukannya sesuai dengan
kehendak, terutama dengan data yang tak terorganisasi (Basleman, 2011).
Sebelum diselenggarkan pembelajaran dengan model resepsi perolehan

konsep, fasilitator memliliki konsep, memilih dan mengorganisasikan materi
ke dalam contoh postif dan contoh negatif, kemudian mengurutkan contoh
tersebut,. Kebanyakan materi pembelajaran terutama yang berbentuk buku
teks tidak dirancang menurut cara yang berkaitan dengan hakikat belajar
konsep seperti diuraikan oleh para pakar psikologi pendidikan. Pada
kebanyakan kasus, fasilitator hendaknya menyiapakan contoh, kutipan
gagasan dan materi dari naskah, serta sumber lainnya merancangnya demikian
rupa sehingga atribut itu jelas dan dapat diketahui contoh positif dan negatif
dari konsep tersebur (Basleman, 2011).

Dapat disimpulkan bahwa model perolehan konsep memudahkan jenis
belajar yang mengarah pada belajar konsep, bertentangan dengan belajar
hapalan mengenai informasi faktual atau mengenai perbendaharan kita,
mengetahui konsep berarti membedakan contoh dari konsep, dan
mengartikusikan atribut konsep tersebut (Basleman, 2011).
Ada tiga macam model perolehan konsep pembelajaran, yaitu model
seleksi dan model untuk materi tak teroganisasi, ketiga model itu membentuk
kontinum pembelajaran langsung dalam teori konsep menurut kondisi yang
telah distrukturkan oleh fasilitator untuk dikontrolkan dan diaplikasikan oleh
peserta belajar dalam situasi data alami (Basleman, 2011).
Model perolehan konsep yang sesuai dengan beberapa tujuan pendidikan
dapat digunakan untuk :
Membantu peserta
belajarmemperoleh
konsep baru

membelajarkan mereka

Memperkaya dan
menjelaskan pemikiran
meraka mengenai konsep
yang diperoleh terdahulu
Membantu meraka

tentang konsep ke

menyadari proses dan

konsep termasuk

strategi berpikirannya

peristilahan

sendiri

Bruner mengemukan metode mengajar dengan discovery ini, ia ingin
memperbaiki pengajaran yang selama ini hanya mengarah kepada menghafal
fakta- fakta saja, tidak memberikan kepada murid pengertian tentang konsepkonsep atau prinsip-prinsip yang terdapat didalam pelajaran (Soemanto,
2006).
Pendukung bruner diantaranya ialah Postman dan Weingertner (1969)
menyebutkan hal-hal penting didalam inquiry, yaitu :
A. Guru akan sering mengatakan “what he think…”
B. Guru banyak bertanya

C. Guru banyak minta jawaban dari suatu pertanyaan
D. Guru mendorong murid untuk berinteraksi dengan guru atau dengan
temannya
E. Pembelajaran berkembang dari respons murid, bukan dari struktur logis
yang telah ditentukan sebelumnya
F. Dan sebagainya (Soemanto,2006).

C. PENUTUP
Psikologi pendidikan adalah ilmu mempelajari perubahan tingkah laku
dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran terdapat teori-teori yang
mendukung kegiatan proses belajar mengajar. Hal ini diupayakan agar peserta
didik dan pendidik dapat melakukan proses pembelajaran dengan baik. Interaksi
antara peserta didik dan pendidik sangat diperlukan. Belajar prosesnya sangat
panjang dari mulai seseorang lahir ke dunia hingga kembali pada asalnya.
Psikologi pendidikan kaitannya dengan teori belajar adalah dengan teori
belajar kita dapat mengaplikasikan bentuk-bentuk pembelajaran kedalam
psikologi pendidikan. Agar dalam pembelajaran psikologi pendidikan dapat
berjalan secara efektif dan hasilnya maksimal sesuai yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Basleman, Anisah & Syamsu Mappa. 2011. Teori Belajar Orang Dewasa.
Bandung:PT Remaja Rosdakarya.
Mulyati. 2005. Psikologi Belajar. Yogyakarta: C.V. Andi Offset.
Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi pendidikan. Jakarta:PT Rineka Cipta.