Kebutuhan dasar dan asuhan kala I dan pe

Kebutuhan dasar dan asuhan
kala I dan penyulit komplikasi
persalinan kala I serta
penangananya

1. Mengidentifikasi Persalinan Kala I

Kala I persalinan, dimulainya proses
persalinan yang ditandai dengan adanya
kontraksi yang teratur, adekuat, dan
menyebabkan perubahan pada serviks
hingga mencapai pembukaan lengkap.

Lanjutan….
Pembagian kala I persalinan:
A. Fase Laten
dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4cm, kontraksi
mulai teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik, tidak terlalu mulas.
B. Fase Aktif
kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 6 jam dibagi dalam 3 subfase
:

Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan
menjadi 4 cm.
Periode dilatasi : berlangsung selama 2 jam, pembukaan berlansung cepat
menjadi 9 cm.
Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam pembukaan jadi 10cm
atau lengkap

2. Penilaian Awal Persalinan Melalui Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik bertujuanuntuk menilai
kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta
tingkat kenyamanan fisik ibu bersalin. Hasil
persalinan fisik diolah untuk membuat
keputusan klinik, menegakkan diagnosis dan
mengembangkan rencana asuhan atau
keperawatan yang paling sesuai dengan
kondisi ibu. Langkah – langkah dalam
melakukan pemeriksaan fisik, yaitu

Lanjutan….

Hasil persalinan fisik diolah untuk membuat keputusan klinik, menegakkan diagnosis
dan mengembangkan rencana asuhan atau keperawatan yang paling sesuai dengan
kondisi ibu. Langkah – langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik, yaitu
a. Cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan fisik.
b. Bersikaplah lemah lembut dan sopan, tentramkan hati ibu dan bantu ibu agar merasa
nyaman. Jika ibu tegang atau gelisah, anjurkan untuk menarik napas perlahan dan
dalam.
c. Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya ( jika perlu , periksa jumlah urin,
protein dan aseton dalam urin )
d. Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, suasana hatinya, tingkat kegelisahannya,
warna konjungtiva, kebersihan, status nutrisi, dan kecukupan air dalam tubuh.
e. Nilai tanda – tanda vital ibu. Supaya bisa menilai tekanan darah dan nadi ibu dengan
akurat
f. Lakukan pemeriksaan abdomen
g. Lakukan pemeriksaan dalam

Lanjutan….
Pemeriksaan Abdomen
Dilakukan untuk :
1. Melakukan tinggi fundus uteri

Pengukuran dilakukan pada saat uterus tidak
sedang berkontraksi dan menggunakan pita
ukur. Posisi ibu setengah duduk, lalu tempelkan
ujung ( posisi melebar ) mulai dari tepi atas
simfisis pubis, kemudian rentangkan pita
mengikuti linea dinding depan abdomen hingga
ke puncak fundus

Lanjutan….
a. Memantau kontraksi uterus
Gunakan jarum dinding atau jam tangan untuk memantau kontraksi uterus.
Letakkan tangan penolong di atas uterus dan palpasi jumlah kontraksi yangterjadi
dalam kurun waktu 10 menit. Tentukan durasi / lama setiap kontraksi yang terjadi.
Pada fase aktif minimal terjadi 2 kontraksi dalam 10 menit dan lama kontraksi
adalah 40 detik / lebih. Diantara kontraksi akan terjadi releksasi dinding uterus.
b. Memantau denyut jantung janin
Untuk memantau DJJ, gunakan sebuah fetoskop pinnards, atau Doppler guna
memantau denyut jantung janin dalam rahim ibu, untuk menghitung DJJ permenit
gunakan jarum detik jam dinding/ jam tangan. Tentukan titik tertentu dinding
abdomen di mana DJJ terdengar paling kuat. Nilai DJJ selama daan segera setelah

kontraksi uterus . mulailah penilaian selama atau sebelum puncak kontraksi.
Dengarkan DJJ selama minimal 60 detik.
c. Menentukan presentasi
Untuk menentukkan presentasi bayi ( apakah presentasi kepala atau bokong /
sungsang ) berikut caranya :

lanjut
a. Berdiri di samping ibu, menghadap kea rah kepala ( pastikan lutut di tekuk
b. Dengan ibu jari dan jari tengah dari satu tangan ( hati – hati tapi mantap ) pegang bagian
bawah abdomen ibu , tepat diatas simfisis pubis. Bagian terbawah janin atau presentasi
dapat diraba di antara ibu jari dan jari tengah
c. Jika bagian terbawah janin belum masuk ke rongga panggul, bagian tersebut masih bisa
digerakkan. Jika bagian terbawah janin sudah masuk dalam panggul, bagian tersebut
sudah tidak bisa digerakkan lagi
d. Untuk menentukkan apakah presentasi adalah kepala atau bokong, pertimbangkan
bentuk, ukuran, dan kepadatan bagian tersebut. Jika bulat, keras dan mudah digerakkan
mungkin presentasi kepala, atau jika tidak beraturan , lebih besar, tidak keras, dan sulit
untuk digerakkan mungkin bokong. Sungsang berarti terbalik dan ini diidentikkan dengan
bokong sebagai kebalikan dari kepala.
e. Menentukan penurunan bagian terbawah janin

f. Nilai penurunan kepala janin dengan hitungan perlima bagian kepala janin yang bisa
dipalpasi di atas simfisis pubis ( ditentukan oleh jumlah jari yang bisa ditempatkan di
bagian kepala di atas simfisis pubis )

3. Mendiagnosis persalinan
Diagnosis kebidanan adalah diagnosis yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar
nomenklatur ( tata nama ) diagnosis kebidanan. Berdasarkan
temuan – temuan dalam riwayat kesehatan, bidan akan
mampu mengambil keputusan apakah ibu dalam persalianan
sesungguhnya , dan jika benar demikian , berada dalam fase
berapa ibu sekarang. Persalinan patut dicurigia jika setelah 22
minggu usia kehamilan, ibu merasa nyeri abdomen berulang
disertai keluarnya cairan lender yang mengandung darah atau
show. Agar dapat mendiagnosis persalinan, bidan harus
memastikan perubahan serviks dan kontraksi yang cukup.
Karakteristik persalinan sesungguhnya dan persalinan semu
adalah sebagai berikut :

Lanjutan….

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Persalinan sesungguhnya
Persalinan Semu
Serviks menipis dan membuka
1. Tidak ada perubahan serviks
Rasa nyeri dengan interval teratur
2. Rasa nyeri tidak teratur
Interval antara rasa nyeri yang secara 3. Tidak ada perubahan interval
Perlahan semakin pendek
antara rasa nyeri
Waktu dan kekuatan kontraksi
4. Kebanyakan rasa nyeri di
Semakin bertambah
depan

7. Lendir darah sering tampak
5. Tidak ada lender darah
8. Ada penurunan kepala bayi
6. Tidak ada kemajuan
9. Pemberian obat penenang tidak
7. Pemberian obat penenang
10.Menghentikan proses persalinan
yang efesien menghentikan
11.Sesungguhnya
Rasa nyeri pada persal semu

4. Pemantauan persalinan kala I
Selama persalianan , selain menilai kemajuan persalinan bidan juga perlu
memantau kondisi kesehatan ibu dan bayi ( hasil penilaian dicatat dalam
patograf ) Temuan berikut ini menunjukkan kemajuan yang cukup baik pada
persalinan kala I
1. Kontraksi teratur yang progresif dengan peningkatan frekuensi dan durasi
2. Kecepatan pembukaan serviks minimal 1cm / jam selama persalinan, fase aktif
3. Serviks tampak dipenuhi oleh bagian bawah janin
Temuan berikut menunjukkan kemajuan yang kurang baik pada persalina kala I

1. Kontraksi yang tidak teratur dan tidak sering dalam fase laten
2. Kecepatan pembukaan serviks lebih lambat dari 1 cm / jam selama persalinan
fase aktif
3. DJJ < 120 atau > 160 kali / menit, atau DJJ terdengar lambat dan ireguler

Lanjutan….
Agar dapat menilai kemajuan persalinan bidan perlu memeriksa hal – hal
berikut
1. His / kontraksi ( frekuensi, lama, dan kekuatan his ) dikontrol ½ jam sekali
pada fase aktif
2. Pemeriksaan vagina ( pembukaan serviks, penipisan serviks, penurunan
kepala, dan molding) di control setiap 4 jam sekali
3. Kemajuan persalinan normal, kemajuan persalinan sesuai dengan patograf
4. Kemajuan persalinan bermasalah seoerti partus macet atau tidak maju ,
inersia uteri, dan sebagainya, kemajuan persalinan yang tidak sesuai
dengan patograf, melewati garis waspada
5. Kegawatdaruratan persalinan, ditemui tanda – tanda kegawatdaruratan
ibu atau bayi, bila tidak ditolong segera maka dapat menyebabkan
kematian


Lanjutan…
Kemajuan pada kondisi janin adalah sebagai berikut :
1. Jika didapati denyut jantung janin tidak normal 180 denyut/
menit, curigai adanya gawat janin
2. Posisi atau presentasi selain oksiput anterior dengan serviks fleksi sempurna
digolongkan ke dalam malposisi dan malpresentasi
3. Jika di dapat kemajuan yang kurang baik atau adanya persalinan lama, tangani
penyebab tersebut.
Kemajuan pada kondisi ibu dapat dilihat dari penilaian tanda- tanda kegawatan
pada ibu sebagai berikut :
4. Jika denyut nadi ibu meningkat, mungkin ia dalam keadaan dehidrasi atau
kesakitan . pastikan hidrasi yang cukup melalui oral atau intravena dan
berikan analgesic secukupnya
5. Jika tekanan darah ibu menurun, curigai adanya perdarahan
6. Jika terdapat aseton dalam urine ibu, curigai masukan nutrisi yang kurang,
segera beikan dekstrosa melalui intravena

5. Asuhan Persalinan Kala 1
A. Dukungan
1. Ketika persalinan sudah maju dan kontraksi menjadi semakin nyeri,

ibu biasanya mendapat manfaat besar dari dukungan
berkesinambungan bidan mereka.
2. Bila perlu, bidan dapat menggosok punggung ibu, berbicara dengan
ibu di antara kontraksi, mengatakan kepada ibu betapa baiknya ia
melakukan koping dan berikan penjelasan maupun kata-kata yang
memberi dorongan.
3. Bagian dari pemberian dukungan adalah mendengarkan ibu dan
merespon bahasa tubuh verbal maupun nonverbal.
4. Sensivitas diperlukan bias menjadi saat “kilas balik” bagi ibu yang
pernah menjadi korban penganiayaan seksual di masa kanak-kanak.

Lanjutan…
B. Mengurangi rasa nyeri
1. Lakukan perubahan posisi.
2. Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin di tempat tidur sebaiknya
dianjurkan tidur miring kekiri.
3. Sarankan ibu untuk berjalan.
4. Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau
menggosok punggungnya atau membasuh mukanya diantara kontraksi.
5. Ibu diperbolehkan melakukan aktifitas sesuai dengan kesanggupannya.

6. Ajarkan kepadanya teknik bernafas : Ibu diminta untuk menarik nafas panjang,
menahan nafasnya sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar
sewaktu tersa kontraksi.
7. Sentuhan dan masase.
8. Kompres hangat dan kompres dingin.
9. Mendengarkan music.
10. Kehadiran pendamping yang terus menerus, sentuhan yang nyaman, dan dorongan
dari orang yang mendukung.

Lanjutan…
C. Posisi
Ibu yang sedang menjalani persalinan harus mengupayakan posisi yang
nyaman baginya dengan catatan tidak ada kontraindikasi dari posisi
tersebut . posisi yang dapat diambil antara lain : telentang (dengan
kepala tempat tidur pada sudut iklinasi atau datar) , rekumben lateral,
dada lutut, tangan lutut, duduk, berdiri, berjalan , dan jongkok.
D. Hidrasi dan Nutrisi
Makan dan minum saat persalinan diperbolehkan , apalagi masih
dalam fase laten. Mengingat untuk persalinan diperlukan tenaga/energi
yang sangat banyak . untuk alternatif dari motalitas usus yang menurun
maka dianjurkan makanan yang diberikan dapat dicerna dengan cepat
dan mempunyai kadar kalori yang tinggi, antara lain seperti agar-agar,
pudding, biskuit, untuk minumannya bisa diberikan teh manis hangat, jus
yang konsistensinya cair, atau minuman pengganti elektrolit juga bisa
diberikan.

6. Penggunaan Patograf
•Penggunaan Partograf
Partograf merupakan alat untuk mencatat iformasi berdasarkan observasi,
anamnesis, dan pemeriksaan fisik ibu dalam persalinan; hal tersebut sangat penting
khususnya untuk membuat keputusan klinis selama kala I persalinan.
Kegunaan utama Partograf
•Mengamati dan mencatat informasi kemajuan persalinan dengan memeriksa dilatasi
serviks saat pemeriksaan dalam
•Menentukan apakah persalinan berjalan normal atau persalinan lama, sehingga bidan
bisa membuat deteksi dini mengenai kemungkinan persalinan lama.
Jika digunakan secara tepat dan konsisten, maka partograf akan membantu
penolong persalinan untuk melakukan hal-hal berikut :
•Mencatat kemajuan persalinan.
•Mencatat kondisi ibu dan janinnya
•Mencatat asuhan yang diberikan selama persalinan dan kelahiran.
•Menggunakan informasi yang tercatat untuk mengidentifikasi secara dini adanya
penyulit.
•Menggunakan informasi yang ada untuk membuat keputusan klinik yang sesuai dan
tepatt waktu.

Lanjutan…
3. Partograf di gunakan harus pada kondisi sebagai berikut :
•Semua ibu dalam fase aktif kala I persalinan, sebagai elemen penting
asuhan persalinan. Partograf harus digunakan, baik dengan atau tanpa
penyulit. Partograf akan membantu penolong persalinan dalam
memantau, mengevaluasi, dan membuat keputusan klinik baik persalinan
normal maupun yang disertai dengan penyulit.
•Selama persalinan dan kelahiran di semua tempat (rumah,puskesmas,
klinik, dan rumah sakit.
•Secara rutin oleh semua penolong persalinan yang memberikan asuhan
kepada ibu selama persalinan dan kelahiran ( spesialis kandungan, bidan,
dokter umum, residen dan mahasiswa kedokteran).

7. Konsep dasar pemeriksaan dalam dan amniotomi

Pemeriksaan dalam merupakan pemeriksaan rutin dalam ilmu kebidanan dan
kandungan selain inspeksi. Untuk memantau kehamilan, PD umumnya dilakukan
pertama kali pada usia kandungan sekitar 34-36 minggu. PD dilakukan untuk menilai
kapasitas panggul apakah tergolong cukup luas, sedang atau sempit untuk dilalui
janin.dengan begitu persalinan dapat di prediksi apakah akan normal atau tidak.
Hal-hal yang perlu dinilai saat pemeriksaan dalam adalah:
i.Vulva vagina
ii.Konsistensi portio
Menjadi tipis dan lunak bahkan tidak teraba saat pembukaan lengkap
iii.Pembukaan serviks
Dilatasi serviks ditentukan dengan pemeriksaan VT dan dinyatakan dengan diameter
serviks
iv.Air ketuban
Bila air ketuban pecahnya diragukan maka masukan speculum dengan hati-hati dan
cairan dicari di fornik posterior. Cairan diperiksa untuk mengetahui adanya warna atau
mekonium.

Lanjutan…
i.Presentasi dan posisi janin
i.Penurunan bagian terbawah janin
ii.Ketinggian bagian terbawah janin dijalan lahir digambarkan dalam
hubungannya dengan spina ischiadika yang terletak diantara pintu atas
panggul dan pintu bawah panggul.
iii.Penyusupan kepala janin/molasw
iv.Bagian terbawah janin
v.Pada setiap pemeiksaan dalam, perhatikanlah hal-hal berikut :
1.Warna ciran amnion
2.Dilatasi serviks
3.Penurunan kepala
4.Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama,
mungkin diagnosis inpartu belum dapat ditegakkan.

Lanjutan…
5. jika terdapat kontraksi yang menetap. Periksa ulang
ibu setelah 4 jam. Untuk melihat perubahan pada
serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa tipis dan
terbuka maka ibu dalam keadaan inpartu. Jika tidak
terdapat perubahan maka diagnosisnya adalah persalinan
palsu.
6. Pada kala II persalinan lakukan pemeriksaan dalam
setiap jam
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput amnion
dengan jalan membuka robekan kecil yang kemudian diperlebar secara
spontan akibat gaya berat cairan dan adanya tekanan di dalam rongga
amnion. Tindakan ini pada umumnya dilakukan pada saat pembukaan
lengkap atau hampir lengkap agar penyelesaian persalinan berlangsung
sebagaimana mestinya.

Lanjutan…
Indikasi untuk melakukan amniotomi adalah sebagai berikut ,
•Penolong akan memasang elektroda pemantau janin internal
•Pada saat kelahiran, terlihat bahwa bayi akan lahir dengan ketubahn
masih utuh
•Kebutuhan untuk menstimulasi persalinan misalnya bila terjadi
disfungsi uterus hipotomik
•Untuk memfasilitasi penurunan janin dan mengurangi kemungkinan
bahwa dorongan akibat kontraksi akan menyebabkan ketuban pecah
dengan tiba-tiba sehingga terjadi prolaps tali pusat.
Bahaya potensial yang disebabkan oleh amniotomi adalah
sebagai berikut.
•Prolaps tali pusat potensial jika ketuban pecah dengan kondisi
kepala janin belum engage atau janin memiliki presentasi gabungan
atau presentasi bokong yang tidak cakap atau bayi kecil.
•Infeksi intrauterus potensial jika ketuban pecah sebelum persalinan
dimulai dan pecahnya ketuban berlangsung lama.

Lanjutan…
Tindakan amniotomi berpotensi bahaya, oleh karena itu, bidan hanya dapat
melaksanakan amniotomi pada keadaan sebagai berikut.
•Pembukaan lengkap tetapi selaput ketuban belum pecah
•Bayi berada pada posisi puncak kepala dengan kepala menancap.
Persiapan Alat
1. Persiapan ibu dan keluarga
2. Memastikan kebersihan ibu, sesuai prinsip Pencegahan Infeksi (PI)
a. Perawatan sayang ibu
b. Pengosongan kandung kemih per 2 jam
c. Pemberian dorongan psikologis
3.
Persiapan penolong persalinan
a. Perlengkapan pakaian
b. Mencuci tangan (sekitar 15 detik)
4.
Persiapan peralatan
a. Ruangan
b. Penerangan
c. Tempat tidur

Lanjutan…
d. Handscoon
e. Klem setengah kocher
f. Bengkok
g. Larutan klorin 0.5%
h. Pengalas
i. Bak instrument
Teknik Amniotomi
Berikut cara-cara melakukan amniotomi yaitu :
1.
Bahas tindakan dan prosedur bersama keluarga
2.
Dengar DJJ dan catat pada Partograf
3.
Bidan cuci tangan

Lanjutan…
4. Gunakan handscoon DTT
5. Diantara kontraksi, lakukan Pemeriksaan Dalam (PD), Jari telunjuk
dan jari tengah tangan kanan di masukkan kedalam jalan lahir sampai
sedalam kanalis servikalis, sentuh ketuban yang menonjol, pastikan
kepala telah engaged dan tidak teraba adanya tali pusat atau bagianbagian kecil lainnya (bila tali pusat dan bagian-bagian yang kecil dari
bayi teraba, jangan pecahkan selaput ketuban dan rujuk segera).
6. Pegang 1/2 klem kocher/kelly memakai tangan yang lain, dan
memasukkan kedalam vagina dengan perlindungan 2 jari tangan
kanan yang mengenakan sarung tangan hingga menyentuh selaput
ketuban dengan hati-hati. Setelah kedua jari berada dalam kanalis
servikalis, maka posisi jari diubah sedemikian rupa, sehingga telapak
tangan menghadap kearah atas.

Lanjutan…
7. Saat kekuatan his sedang berkurang tangan kiri kemudian
memasukan pengait khusus kedalam jalan lahir dengan tuntunan
kedua jari yang telah ada didalam. Tangan yang diluar kemudian
memanipulasi pengait khusus tersebut untuk dapat menusuk dan
merobek selaput ketuban 1-2 cm hingga pecah (dengan
menggunakan separuh klem Kocher (ujung bergigi tajam, steril,
diasukkan kekanalis servikalis dengan perlindungan jari tangan.)
8. Biarkan cairan ketuban membasahi jari tangan yang digunakan
untuk pemeriksaan

Lanjutan…

9. Tarik keluar dengan tangan kiri 1/2 klem kocher/kelly dan rendam dalamlarutan
klorin 0,5%. Tetap pertahankan jari2 tangan kanan anda di dalam vagina untuk
merasakan turunnya kepala janin dan memastikan tetap tidak teraba adanya tali pusat,
setelah yakin bahwa kepala turun dan tidak teraba talipusat, keluarkan jari tangan
kanan dari vagina secara perlahan.
10. Evaluasi warna cairan ketuban, periksa apakah ada mekonium atau darah keluarnya
mekonium atau air ketuban yang bercampur mekonium pervaginam pada presentasi
kepala merupakan gejala gawat janin (fetal distress). Diduga ini sebagai hasil relaksasi
spingter real dan peristaltik yang bertambah sebagai akibat anoxis. Faktor-faktor
etiologisnya meliputi lilitan tali pusat, partus lama, toxemia gravidarum. Pada sebagian
kasus tidak diketahui penyababnya insidensi keluarnya mekonium adalah sekitar 5%.
Kalau ini merupakan satu-satunnya gejala maka kejadian lahir mati (stillbirth) adalah
jarang, tetapi jumlah bayi yang memerlukan resusitasi lebih banyak dari pada
insidensinya secara keseluruhan. Apabila terjadi pengeluaran mekonium maka DJJ
harus diamati dengan ketat. Kalau ada perubahan yang berarti dalam irama dan
frekuensinya maka mungkin diperlukan persalinan segera untuk menyelamatkan
bayinya. Meskipun demikian pengeluaran mekonium sendiri bukan merupakan indikasi
untuk penyelesaian persalinan secara operatif.

Lanjutan…
11. Celupkan tangan yang masih menggunakan
sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% lalu
lepaskan sarung tangan dalam kondisi terbalik dan
biarkan terendam dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit.
12. Cuci kedua tangan.
13. Periksa kembali Denyut Jantung Janin.
14. Catat pada partograf waktu dilakukan
pemecahan selaput ketuban, warna airketuban dan
DJJ.

Lanjutan…
Keuntungan dan Kerugian Amniotomi
1. Ada beberapa keuntungan dari amniotomi, yaitu:
a. Memungkinkan pengamatan atas cairan amniotik terutama ada atau
tidaknya mekonium, dimana pemantauan DJJ secara terus menerus di
indikasikan, maka elektroda dapat diletakkaan langsung ke atas kulit
kepala janin, yang memungkinkan pelacakan yang lebih baik
daripada yang diperoleh dengan menempatkan elektroda diatas
abdomen ibu.
b. Kateter perekam bisa ditempatkan di dalam uterus dan dapat
mengukur tekanan intrauterin secara langsung dan akurat.
c. Lamanya persalinan bisa diperpendek.
d. Bukti-bukti yang ditemukan akhir ini menunjukkan bahwa
amniotomi dan stimulasi saluran genital bawah menyebabkan
peningkatan dalam prostaglandin, dan hal ini selanjutnya
menyempurnakan kontraksi uterus.

Lanjutan…
e. Bagian terbawah janin yang berguna sebagai tampon akan menekan
plasenta yang berdarah dan perdarahan akan berkurang/berhenti.
f. Partus berlangsung lebih cepat
g. Bagian plasenta yang berdarah dapat bebas mengikuti cincin gerakan
dan regangan SBR sehingga tidak ada lagi plasenta yang lepas
2. Berikut beberapa kerugian dari tindakan amniotomi:
a. Tekanan diferensial yang meningkat disekitar kepala janin bisa
menimbulkan cacatnya tulang kepala janin.
b. Berkurangnya jumlah cairan amniotik bisa menambah kompresi tali
pusat.
c. Amniotomi dini bisa mempercepat pembukaan cerviks, namun bisa
pula menyebabkan berkurangnya aliran darah ke plasenta

Penyulit dan komplikasi dalam persalinan kala I
Terdapat tanda-tanda partus lama
•Fase laten memanjang
Dintandai dari pembukaan serviks kurang dari 4cm setelah 8 jam
dengan kontraksi teratur (lebih dari 2x dalam 10 menit)
•Fase aktif memanjang
1. Istilah fase aktif memanjang mengacu pada kemajuan pembukaan
yang tdak adekuat setelah setelah didirikan diagnosa kala I fase
aktif,
dengan didasari atas,
a. Kurang dari 1,2 cm per jam pada primigravida dan kurang dari
1,5cm pada multipara
b. Lebih dari 12 jam sejak pembukaan 4cm sampai pembukaan
lengkap (rata-rata 0,5 cm perjam)

Lanjutan…
Akibat dari persalinan yang lama
1. Terhadap janin
•Trauma
•Asidosis
•Kerusakan hipoksik
•Infeksi
•Peningkatan mortalitas serta morbiditas perinatal
2. Terhadap ibu
•Penurutan semangat
•Kelelahan
•Dehidrasi
•Asidosis
•Infeksi
•Resiko ruptur uterus
•Perlunya intervensi bedah meningkatkan mortalitas dan morbiditas

Penanggulangan Kegawatdaruratan Penyulit dan
Komplikasi Kala I
1. Temuan Abnormal pada Partograf
A. Denyut Jantung Janin
Abnormal : < 120 x /menit atau > 160 x /menit (curigai adanya
gawat janin)
Penanganan :
1.
Bila sedang dalam infus oksitosi, segera hentikan.
2.
Ibu berbaring miring ke kiri.
3.
Cari penyebab DJJ yang abnormal, misalnya ibu
demam/efek obat tertentu. Bila penyebab diketahui, atasi
permasalahannya.
4.
Lakukan PD untuk mengetahui hal-hal berikut :

Kemajuan persalinan

Adakah kompresi tali pusat

Air ketuban sedikt

Lanjutan
5.
Bila terdapat oligohidramnion akibat ketuban pecah maka
kompresi tali pusat diatasi dengan amnio infuse
6.
Bila DJJ tetap abnormal, segera akhiri persalinan dengan cara yang
sesuai syarat tindakan SC
7.
Pada kala II sebanyak 30-40% dapat terjadi bradikardi akibat
kompresi, bila persalinan lancar tidak perlu tindakan.
B. Air ketuban
M : Air ketuban bercampur meconium
D : Air ketuban bercampur darah
K : Tidak ada cairan ketuban/kering

Lanjutan…
Penanganan :
1. Jangan biarkan bayi kedinginan, bersihkan mulut dan jalan nafas.
2. Lakukan resusitasi (respirasi artifisialis) dengan alat yang dimasukkan ke dalam
mulut untuk mengalirkan O2 dengan tekanan 12 mmHg. Dapat juga dilakukan mounth
to mounth respiration, heart massae (masase jantung) atau menekan dan melepaskan
dada bayi. Pemberian O2 harus hati-hati, terutama pada bayi premature bisa
menyebabkan lenticlar fibrosis oleh pemberian O2 dalam konsentrasi lebih dari 35%
dan lebih dari 24 jam sehingga bayi menjadi tua.
3.
Gejala perdarahan otak biasanya timbul pada beberapa hari post partum, jadi
kepala dapat di rendahkan supaya lendir yang menyumbat pernafasan dapat keluar.
4.
Pemberian coramine, lobelin, sekarang tidak dilakukan lagi.
5.
Kalau ada dugaan perdarahan otak diberikan injeksi vitamin K 1-2 mg
6.
Berikan tranfusi darah via tali pusat atau pemberian glukosa.

Lanjutan…
C. Perubahan bentuk kepala
Sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki. Evaluasi kemajuan persalinan dan
posisi/presentasi. Presentasi selain oksiput anterior dengan flexi sempurna
digolongkan dalam malpersentasi.
D. Penurunan kepala
• Bagian terbesar kepala tidak masuk panggul.
• Dengan adanya kontraksi kepala tidak mengalami penurunan, kepala mengalami
kemajuan yang kurang baik, pada persalinan dapat menyebabkan persalinan lama.
Penanganan :
Perubahan bentuk kepala dengan molase tingkat 3 dan kepala tidak turun walaupun ada
his
E. Pembukaan mulut rahim/serviks

Kecepatan pembukaan servik lebih lambat

Fase aktif berlangsung disebelah garis waspada

Lanjutan
Penanganan :
Fase aktif > 8 jam :
a.
Bila tidak ada perubahan penipisan dan pembukaan servik serta tak
didapatkan tanda gawat janin, kaji ulang diagnosisnya. Kemungkinan ibu
belum dalam keadaan inpartu.
b.
Bila didapatkan perubahan dalam penipisan dan pembukaan servik,
lakukan drip oxsitosin dengan 5 unit dalam 500 cc dextrose/NaCl mulai
dengan 8 tetes/menit, setiap 30 menit ditambah 4 tetes sampai his
adekuat (max. 40 tetes/menit) atau diberikan preparat prostaglandin.
Lakukan penilaianulang setiap 4 jam. Bila ibu tidak masuk fase aktif
setelah dilakukan oxsitosin lakukan SC.

Penapisan dalam persalinan
Rujuk ibu apabila didapati salah satu atau lebih penyulit sebagai
berikut
• Riwayat bedah sesar
• Perdarahan pervaginam
• Persalinan kurang bulan (