Interaksi dan tindakan sosial. FIKES

INTERAKSI DAN TINDAKAN SOSIAL
Materi Kuliah Sosiologi-Antropologi
FIKES UHAMKA
Dosen Pengampu : Indah Meitasari M.Si
Diambil dari :
SOSIOLOGI
Teks Pengantar dan Terapan
Editor : J Dwi Narwoko dan Bangus Suyanto

Interaksi dan Tindakan Sosial
• Sosiolog sesungguhnya bukanlah
praktek, tetapi suatu upaya untuk
memahami realitas dan masalah
sosial. “Masalah sosial yang
dipahami orang awam atau kaum
birokrat sebagai sesuatu yang
tidak beres dalam masyarakat, ahli
sosiologi mengartikan “masalah
sosial” sebagai masalah sosiologis
yang terjadi dalam hubungannya
dengan interaksi dan tindakan

sosial warga masyarakat.

• “Masalah sosiologis bukanlah sematamata mengapa sesuatu hal tidak beres
dari kacamata orang awam atau kaum
birokrat, akan tetapi pada persoalan
bagaimana seluruh sistem bekerja,
apa yang menjadi presuposisi-nya dan
bagaimana semuanya diikat menjadi
satu”. (Berger 1955).
• Istilah presuposisi atau praanggapan berasal
dari bahasa Inggris presupposition yang
berarti perkiraan, persangkaan, atau
praanggapan.

• Ada dua syarat interaksi sosial :
Kontak Sosial dan Komunikasi.
• Dalam komunikasi seringkali
terjadi pelbagai penafsiran
terhadap makna.
Makna warna hitam

Menangis tersedu

1. Interaksi Sosial dan Simbol
• Simbol berarti tanda. Makna sebuah tanda
biasanya identik dengan bentuk fisiknya
dan dapat ditangkap dengan panca indra,
sedangkan simbol bisa abstrak.
• Makna dari suatu simbol tidak selalu
bersifat universal: berlaku sama di setiap
situasi dan daerah. Nilai atau makna
sebuah simbol tergantung pada
kesepakatan orang-orang atau kelompok
yang mempergunakan simbol itu.

• Makna suatu simbol hanya dapat ditangkap
melalui proses penafsiran (interpretative
process). Makna dari suatu simbol tertentu
dalam proses interaksi sosial tidak begitu
saja bisa langsung diterima dan dimengerti
oleh semua orang, melainkan harus terlebih

dahulu ditafsirkan. Lelie White (1968).
• Contoh : seseorang menengadahkan tangan,
tidak selalu harus diartikan simbol meminta
sedekah, tetapi bisa pula berarti suatu
penghormatan yang diberikan oleh
seseorang karena ia mempersilahkan orang
lain untuk berjalan terlebih dahulu.
Menggelengkan kepala bukan bertarti tidak
setuju, di India bisa berarti setuju atau ya.

2. Jenis Tindakan Sosial
• Menurut Max Weber, metode yang bisa
digunakan untuk memahami arti-arti
subjektif tindakan sosial seseorang adalah
dengan verstehen.
• Istilah ini tidak hanya sekedar merupakan
introspeksi yang cuma bisa digunakan untuk
memahami arti subyektif tindakan diri
sendiri, bukan tindakan subjektif orang lain,
melainkan juga kemampuan untuk

berempati atau kemampuan untuk
menempatkan diri dalam kerangka berpikir
orang lain yang perilakunya mau dijelaskan
dan situasi serta tujuan-tujuannya mau
dilihat menurut perspektif itu. (Johnson
1986).

Empat Jenis Tindakan Sosial
Max Weber mengklasifikasikan empat jenis tindakan sosial yang mempengaruhi
sistem dan struktur sosial masyarakat. Keempat jenis tindakan sosial itu adalah :
(1). Rasionalitas Instrumental.
• Tindakan sosial dilakukan berdasarkan atas pertimbangan dan pilihan sadar,
yang berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat yang
dipergunakan untuk mencapainya.
• Seorang anak pensiunan pegawai negeri golongan III, memilih kuliah diploma
karena menyadari tidak memilki biaya cukup, dan menghendaki agar lekas
bekerja.

(2) Rasionalitas yang berorientasi nilai.
Sifat rasional tindakan jenis ini adalah

bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan
pertimbangan dan perhitungan yang sadar,
sementara tujuan-tujuannya sudah ada
didalam hubugan dengan nilai-nilai
individu yang bersifat absolut. Artinya, nilai
itu merupakan nilai akhir bagi individu
yang bersangkutan dan bersifat
nonrasional, sehingga tidak
memperhitungkan alternatif.
Perilaku beribadah.

(3). Tindak Tradisional.
Dalam tindakan jenis ini, seseorang
memperlihatkan perilaku tertentu
karena kebiasaan yang diperleh dari
nenek moyng, tanpa refleski yang sadar
atau perencanaan sadar.
Seseorang di kota melaksanakan acara
syukuran karena pindah rumah, tanpa
tahu dengan pasti apa manfaatnya. Bila

ditanya, basanya hanya menjawab,
menuruti anjuran dan kebiasaan
orangtuanya.

(4) Tindakan Afektif
Tipe tindakan ini didominasi
perasaan atau emosi tanpa refleksi
intelektual atau perencanaan sadar.
Tindakan afektif sifatnya spontan,
tidak rasional, dan merupakan
ekspresi emosional dari individu,
=> Seseorang yang menangis
tersedu-sedu atau gemetar
wajahnya pucat pasi karena
ketakutan.

3. “Pengambilan Peranan” dalam Interaksi Sosial
•Secara teoritis, tindakan sosial dan interaksi sosial adalah dua konsep yang berbeda arti. Tindakan
sosial adalah hal-hal yang dilakukan individu atau kelompok didalam interaksi dan situasi sosial
tertentu. Sedang interaksi sosial adalah proses dimana antara individu dengan individu, individu

dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok yang berhubungan satu dengan yang lain.
•Ahli Sosiologi sepakat bahwa interaksi sosial adalah isyarat utama bagi terjadinya aktivitas sosial
dan hadirnya kenyataan sosial.
•Max Weber melihat kenyataan sosial sebagai sesuatu yang didasarkan pada motivasi individu dan
tindaka tindakan sosial. (Johnson, 1986).
•Ketika berinteraksi, seseorang atau kelompok sebenarnya tengah berusaha atau belajar
bagaimana memahami tindakan sosial orang atau kelompok lain. Sebuah interaksi sosial akan
kacau bilamana antara pihak-pihak yang berinteraksi tidak saling memahami motivasi dan makna
tindakan sosial yang mereka lakukan.

• George Herbert Mead : Agar interaksi sosial bisa berjalan dengan tertib dan teratur, dan agar anggota
masyarakat bisa berfungsi secara “normal”, maka diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak
sesuai dengan konteks sosialnya, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk menilai secara objektif perilaku
kita sendiri dari sudut pandang orang lain.
Apakah perilaku atau tindakan kita sudah cukup pantas dihadapan si X dan Y ?
kalau kita bisa bicara ngoko terhadap teman sendiri, misalnya apakah hal iti juga pantas
bila kita lakukan terhadap orangtua?
• Erving Goffman : Teknik-teknik yang dipakai seseorang untuk mengendalikan kesan-kesan dimata orang lain
disebut “seni pengaturan kesan”.



Perilaku yang ekspresif, spontan dan kurang dikendalikan seyogianya tidak diumbar

begitu saja oleh seorang pemuda bila ia belum tahu persis bagaimana karakteristik yang
disenangi oleh orangtua si gadis.
• Masalah utama yang dihadapi setiap individu dalam pelbagai hubungan sosialnya adalah
bagaimana mengontrol kesan-kesan yang diberikan kepada orang lain.

Model Dramaturgi Goffman, membedakan dua macam
pernyataan, yaitu :
(1). Pernyataan yang diberikan (expression given), yaitu
sarana-sarana tanda yang dengan sengaja dipergunakan
untuk menyampaikan informasi tertentu kepada orang lain.
(2). Pernyataan lepas (expression given off), yaitu informasi
yang disampaikan tanpa sengaja.
• Ketika berinteraksi dengan orang-yang itu berarti
seseorang tampil di panggung depan (frontstage) maka
yang bakal ditampilkan adalah pernyataan yang diberikan
sesuai dengan identitas macam apa yang ingin dikesankan
si pembicara.

• Bila seseorang berada di panggung belakang (backstage),
pernyataan dan perilaku apapun yang ditampilkan si
pembicara, tidaklah menjadi persoalan.

George Herbert Mead :
Seseorang atau kelompok yang telah mampu
berempati dan menilai diri sendiri sesuai
dengan pandangan orang lain disebut sebagai
“diri” (the self). “Diri” dibentuk dan diubah
melalui interaksi dengan orang lain, seseorang
tidak dilahirkan dengan identitas dan
karakteristik “diri” yang telah menjadi,
melainkan ia akan dibentuk oleh lingkungannya
melalui simbol-simbol dan sosialisasi. Mead
menyebut kemampuan untuk menyesauaikan
perilaku seseorang sebgai tanggapan terhadap
situasi-situasi sosial tertentu sebagai
“pengambilan peranan” (role-taking).

• Dalam “diri” terdapat dua komponen, yakni I dan Me . Perilaku yang diperbuat

dengan memperhitungkan kemungkinan reaksi atau sikap-sikap orang lain
mencerminkan apa yang oleh Mead dinamakan me . Sedangkan I adalah
perwujudan dari identitas pribadi orang per orang yang khas.
• Berdasarkan pedekatan Interaksionisme Simbolik, setiap tindakan “pengambilan
peranan”pada dasarnya harus memperhatikan dua faktor berikut :
1. Dugaan orang sebelumnya terhadap tanggapan yang akan diberikan oleh orang
lain kepada mereka.
2. Pemikiran atau pandangan orang mengenai perilaku mereka sendiri dengan
mengingat tafsiran mereka terhadap tanggapan orang lain

Angka perceraian di Jatim tinggi
Sabtu, 30 September 2017 19:05 WIB | 2.689 Views
Sidoarjo (ANTARA News) - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meyebut angka perceraian di
Provinsi Jawa Timur tinggi bahkan menempati peringkat tiga besar nasional bersama Jawa Barat dan
Jawa Tengah.
"Di Jawa Timur perceraiannya cukup tinggi tapi yang aneh, gugat cerai yang tinggi justru jadi sumber
kebahagiaan. Ini yang harus ditelaah bersama apa yang sebetulnya sedang terjadi pada keluarga ini
dan harus ada solusi yang kita ambil bersama," kata Khofifah usai menjadi pemateri Workshop
"Layana Lembaga Konsultasi Keluarga Maslahah" yang digelar PW Muslimat NU di Sidoarjo, Sabtu.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya perceraian itu seperti halnya kekerasan dalam

rumah tangga (KDRT). Dalam posisi seperti itu, Mensos berharap bahwa ketika suatu permasalah
keluarga berakhir di pengadilan agama maka kemudian tidak harus keputusan gugat cerai mudah
disepakati dan disetujui.