Teori Kepribadian Carl gustav Roger

PENDEKATAN CARL ROGER (HUMANISTIK)
Nama :
 Alfiana Rizqiani T (14710015)
 Mutiara Qolby ()
 Khoirunnisa DL ()
 Heryanto (14710061)
 Hana Nabila Noor ()
Psikologi B
Teori Kepribadian

A. BIOGRAFI
Carl Roger lahir tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinions, Chicago dan
meninggal tanggal 4 februari 1987. Ia adalah anak ke-4 dari enam bersaudara yang
dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan
fundamentalis yang keras, sehingga membuat Rogers tertarik membaca Al Kitab meski
masih belum sekolah dan juga buku-buku lain .
Roger dikenal sebagai fenomenologis karena sangat menekankan pada realitas yang
berarti bagi individu sesuai dengan pengalaman perseptualnya. Roger masuk di jurusan
Pertanian, kemudian ia merasa bosan dan lebih tertarik pada agama serta terlibat sangat
aktif dengan kegiatan keagamaan dan mengikuti konferensi keagamaan selama 6 bulan.
Pada tahun 1924, Roger masuk Union Theological Seminary agar menjadi pendeta

dan ikut kuliah psikologi pendidikan di Columbia University karena tertarik dengan
pandangan John Dewey. Pada tahun 1926, ia masuk Teacher College untuk mempelajari
psikologi klinis dan psikologi pendidikan. Tahun 1931 Rogers menerima gelar Ph.D dari
Columbia. Kariernya terpengaruh oleh Otto Rank rekan Freud . Dan pada tahun 1936,
Roger mengundang Otto Rank untuk memberikan seminar mengenai praktek psikoterapi
post Freudian dan memberikan keyakinan yang mendalam bahwa terapi merupakan
sebuah konsep tentang hubungan yang menghasilkan pertumbuhan emosional, melalui
cara terapis menyimak secara empatis dan penerimaan tanpa syarat klien mereka.
Semasa remaja, Roger adalah orang yang pemalu, tidak memiliki teman dekat, dan
secara sosial tidak kompeten sehingga membatasi hubungan dengan perempuan. Ketika

masuk di University of Wisconsin dia hanya berbicara dengan seorang perempuan
bernama Helen Elliot dan akhirnya menjadi istrinya Pada tahun awal pernikahan, mereka
menghadapi sejumlah masalah di awal hubungan antarpribadi. Namun akhirnya ia
menyadari bahwa hubungan antarpribadi merupakan kekuatan dahsyat yang dapat
menumbuhkan perkembangan psikologis yang sehat pada diri keduanya.
B. STRUKTUR KEPRIBADIAN
1. Organisme
 Makhluk hidup : organisme adalah makhuk lengkap dengan fungsi fisik dan
psikologi

 Realitas subyektif : organisme menanggapi dunia seperti yang diamati atau
dialaminya
 Holisme : organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan pada satu
bagian akan mempengaruhi bagian lain.
2. Medan fenomenal
Medan fenomenal adalah seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang
hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyeknya dan merupakan keseluruhan
pengalaman meliputi pengalaman internal (persepsi mengenai diri sendiri) dan
pengalaman eksternal (persepsi mengenai dunia luar).
Semua persepsi bersifat subyektif karena setiap individu melihat dunia
dengan cara yang unik dan berbeda dari individu lainnya. Individu mempersepsi
objek eksternal & pengalaman, lalu memberinya makna berdasarkan penilaian kita.
Medan fenomena tidak dapat diketahui oleh orang lain, namun kita lain dapat
berusaha melihat dari sudut pandang mereka (internal frame of reference) namun
pengetahuan yang kita diperoleh tidak akan sempurna.
3. Self
Self merupakan bagian dari medan fenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri
dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar atas diri sendiri.
Perkembangan Self
 Self atau self concept

konsep menyeluruh yang ajeg dan terorganisir tersusun dari persepsi
mengenai “I” atau “me” dan persepsi hubungan dengan orang lain dan berbagai
aspek kehidupan termasuk nilai-nilai yang terlibat pada persepsi tersebut. Self
concept menggambarkan konsepsi orang mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri
yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya, pandangan diri dalam berbagai

perannya dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan
interpersonal.
 Sifat self:
- Berkembang dari interaksi dengan lingkungan
- Individu berperilaku dengan cara yang selaras/ konsisten dengan self
- Pengalaman yang tidak selaras dengan self dianggap sebagai ancaman
- Self mungkin berubah sebagai hasil dari maturation dan proses belajar
 Ideal Self
Ideal self adalah konsep diri yang individu inginkan untuk dimiliki yang
meliputi persepsi dan arti yang secara potensial berhubungan dengan self dan
diberi nilai lebih oleh individu tersebut.
 Self Actualization
Manusia adalah makhluk yang bergerak maju. Dimana kecenderungan
dasar manusia adalah untuk mencapai aktualisasi diri (untuk mewujudkan,

memelihara & meningkatkan pengalaman).
Kebutuhan yang ada pada manusia adalah tunduk melayani kecenderungan
dasar manusia untuk mencapai aktualisasi yakni kebutuhan pemeliharaan
(maintenance) untuk memuaskan kebutuhan dasar dan peningkatan diri
(enhancement) sehingga menjadi lebih baik, berkembang dan mencapai tujuan
Kebutuhan lain individu yaitu kebutuhan penerimaan positif dari orang
lain (positive regard of others) dan penerimaan positif dari diri sendiri (self
regard). Tingkah laku yang dilatarbelakangi tendensi aktualisasi adalah tingkah
laku yang ingin mencapai atau menyelesaikan sesuatu sehingga membuat hidup
orang menjadi lebih kaya dan memuaskan
 Self Consistency & Congruence
Manusia berfungsi untuk mempertahankan konsistensi antara self
perceptions dan kongruensi antara persepsi tentang self dan pengalaman.
Organisme tidak berusaha mencari kepuasan dan menghindari sakit, tetapi
berusaha memelihara struktur selfnya.
Menurut Lecky, manusia berusaha untuk mempertahankan struktur selfnya. Setiap individu mengembangkan sistem nilai, mengorganisasikan nilai
tersebut, dan berfungsi untuk melestarikan sistem self itu
Rogers lebih menekankan pada kongruen antara realitas subyektif (medan
fenomenal) dengan realitas eksternal, kongruen antara struktur self dengan ideal
self

 Incongruence

Incongruence terjadi jika terdapat pertentangan antara self yang dirasakan
dengan pengalaman riil. Contohnya ketika anda merasa sebagai orang yang
tidak memiliki rasa benci, tapi saat ini membenci seseorang
Semakin besar incongruence akan menjadikan manusia rapuh (vulnerable)
yaitu kurang menyadari adanya incongruence sehingga individu bersikap
kurang komprehensif terhadap diri maupun orang lain. Jika kemudian
incongruent disadari oleh individu, dapat mengakibatkan ketegangan sehingga
individu rentan akan anxiety dan mengalami ancamana dimana individu
menyadari bahwa dirinya tidak lagi menyeluruh/kongruen
 Defences Processes
Sebagian besar pengalaman kita ketahui dan sadari keberadaannya.
 Subception: Kadangkala kita juga merasa ada pengalaman yang
mengancam karena bertentangan dengan konsep diri sehingga tidak
diperkenankan masuk ke kesadaran→ defense
 Distortion: membiarkan pengalaman masuk dalam kesadaran dalam bentuk
yang konsisten dengan self
Contohnya ketika seorang murid yang bodoh lalu dapat nilai bagus, lalu
dia akan berpikir bahwa dosennya salah member nilai padanya.

 Denial: membantahnya dalam ekspresi sadar
C. EXPERIMENTAL WORLD
/
…………………………………..nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
nnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn

nn

Sejak

teori kepribadian Roger dirumuskan, Roger telah memperluads 6s program penelitian
terapinya dengan memasukkan pengujian interferensi atau kesimpulan yang ditarik dari
teorinya itu.
Metode yang digunakan antara lain :
1.

Penelitian-penelitian Kualitatif
Dengan cara menunjukkan manakah gambaran diri klien dan manakah
perubahan-perubahan yang terjadi dalam gambaran dirinya selama terapi, denga
menggunakan catatan rekaman tentang persyaratan klien. Cara ini lebih disukai

Rogers untuk menyajikan idenya, karena terdapat gejala khas yang terjadi selama
pertemuan terapi dan menunjukkan pengalaman-pengalaman yang memerlukan
penjelasan

2.

Analisis Isi
Merumuskan sekumpulan kategori untuk mengklasifikasi dan menghitung
pernyataan klien. Porter (1943) berpendapat bahwa metode analisis ini
memberikan hasil yang dapat diandalkan dengan mengkategorisasikan isi
rekaman wawancara konseling di kemudian hari. Dalam penelitian lain
menggunakan analisis isi, telah dicoba uji proposisi yang menyatakan bahwa
karena orang-orang makin menerima diri mereka sendiri, maka mereka juga
makin menerima orang lain.

3.

Skala Penilaian
Untuk tujuan ini, telah dikembangkan 2 tipe skala penilaian, skala penilaian
yang mengukur sikap-sikap ahli terapi dan skala penilaian yang mengukur

perubahan dalam klien. Contoh skala penilaian yang pertama adalah skala
kongruensi oleh Kiesler.
Tahap-tahapnya:
Terdapat bukti yang jelas tentang adanya ketidakcocokan antara

1.

pengalaman ahli terapi tentang klien dan komunikasi yang sedang
berlangsung
2.

Ahli terapi menyampaikan informasi kepada klien dengan menjawab
pertanyaan klien, tetapi jawaban itu palsu, bohong atau “kebenaran
setengah-setengah”

3.

Ahli terapi tidak menyangkal perasaannya tentang klien, tetapi ia tidak
menyampaikan perasaan yang sebenarnya kepada klien


4.

Ahli terapi menyampaikan informasi kepada klien entah secara spontan
atau sebagai jawaban atas pertanyaan klien dan tidak menyembunyikan
infromasi itu karena alasan pribadi atau profesional

5.

Ahli terapi menyampaikan perasaan positif maupun negatif tentang klien
secara terbuka dan bebas pada saat tertentu

4.

Penelitian menggunakan Q-Technique
Q-technique adalah suatu metode untuk menyelidiki secara sistematis
pengertian seseorang tentang dirinya sendiri. Orang diberi sejumlah pertanyaan
dan diperintahkan untuk mengelompokkannya ke dalam suatu distribusi yang
ditentukan sebelumnya dalam suatu kontinum mulai dari yang paling khas

sampai pada yang paling kurang khas tentang orang yang mengadakan pilihan

itu.
Pengelompokkan ini dapat dilakukan tidak hanya untuk mengetahui
bagaimana orang-orang melihat dirinya pada saat sekarang, tapi juga bagaimana
seharusnya yang mereka inginkan yang disebut “ideal sort”
5.

Penelitian Eksperimental tentang Konsep Diri
Bahwa konsep diri dapat diubah dalam kondisi tertentu dibuktikan oleh
penelitian lain. Subjek pertama-tama disuruh mengadakan penilaian diri/self
rating. Kemudia diberitahukan kepada mereka bahwa pengamatan orang lain
tentang diri mereka ternyata berbeda dengan hasil penilaian yang mereka
lakukan sendiri. Apabila pendapat yang disampaikan itu sangat dipercaya,
subjek tersebut mengubah penilaian diri mereka supaya lebih sesuai dengan
pendapat orang lain. Apabila pendapat yang disampaian itu tidak meyakinkan,
maka mereka juga tidak akan berubah

6.

Pendekatan Empiris Lain
Metode lain ini didasarkan atas pendekatan dengan menggunakan kerangka

acuan eksternal yang telah digunakan di kalangan klien-klien dalam terapi.
Salah seorang murid Rogers telah menggunakan juga indeks-indeks fisiologis
untuk mengukur tegangan dan emosi.

D. CIRI KEPRIBADIAN FULLY FUNCTIONING PERSON :
1. Terbuka terhadap pengalaman : orang mampu mendengar diri, merasakan secara
mendalam pengalaman-pengalaman dalam dirinya tanpa merasa terancam
2. Kehidupan eksistensial : disini dan sekarang
3. Keyakinan organismik : yakin terhadap diri sendiri, yang menurut diri benar, wajar,
dan alamiah
4. Pengalaman kebebasan : pengalaman hidup bebas dengan cara yang dipilih sendiri
tanpa perasaan tertekan.
5. Kreativitas : kemasakan psikologik yang optimal. Orang kreatif cenderung hidup
konstruktif dan adaptif di lingkungan dan memuaskan kebutuhan terdalamnya.

Daftar Pustaka :

Pradja, Juhaya S. 2013. Psikologi Kepribadian (lanjutan). Bandung : Pustaka Setia