Etika Moral dan Politik dan

Etika, Moral dan Politik

Bagus Riadi

Sebelum memasuki bahasan tentang etika politik kita tentunya harus tahu terlebih
dahulu apa yang dimaksud dengan etika. Menurut Franz Magnis Suseno dalam bukunya
Etika Dasar menyatakan bahwa etika adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk mencari
orientasi. Franz menggambarkan bahwa jika kita menaiki bus lalu turun di terminal
Pulogadung, tanpa adanya orientasi maka kita akan kebingungan kita akan kemana, dengan
banyaknya tawaran dari para calo yang ada di terminal tersebut. Begitu juga dengan
kehidupan manusia, tanpa orientasi manusia akan kebingungan mencari arah hidupnya dan
bagaimana seharusnya dia bertindak sebagai manusia.
Sebuah pertanyaan klasik bagi manusia yakni adalah: “bagaimana saya harus hidup
dan bertindak yang benar”. Jawaban dari pertanyaan tersebut sudah tentu banyak kita dengar
dari orang tua, guru, adat istiadat, lingkungan sosial, agama, dsb. Namun apakah jawaban
tersebut adalah benar. Pada kondisi yang demikan ini, etika membantu kita untuk mencari
jawaban mana yang benar, bagaimana kita harus bertindak. Oleh karenanya etika
memberikan orientasi pada kita sehingga kita tidak hanya ikut-ikutan dalam berpikir dan
bertindak, sehingga kita mampu mempertanggungjawabkan perbuatan kita.
Etika dan moral adalah dua sesuatu yang berbeda. Menurut Franz moral adalah segala
bentuk ajaran, wejangam, khotbah, peraturan, dan ketetapan tenang bagaimana kita harus

hidup dan bertindak. Ajaran moral bersumber dari orang tua, guru, pemuka agama, serta
sumber-sumber lain baik tertulis maupun tidak tertulis. Sumber dasar ajaran moral yang
sering kita dengar melalui media-media yang diseburkan diatas adalah bersumber dari tradisi
dan adat istiadar, agama, atau ajaran ideologi tertentu.
Lalu “apa itu etika?”. Etika bukan juga merupakan sumber dari ajaran moral. Etika
merupakan suatu filsafat atau pemikitan kritis yang mendasar tentang ajaran dan pandangan
moral. Etika tidak mengatakan bagaimana kita harus hidup, yang memberi arahan tersebut
adalah moral. Etika ingin mencari tahu mengapa kita harus mengikuti ajaran moral tertentu
dan bagaimana kita harus bersikap terhadap ajaran moral yang sampai pada kita. Etika
terhadap moral mempunyai kekurangan dan kelebihan tertentu. Kurang, karena etika tidak
bisa menetapkan secara pasti apa yang boleh kita lakukan dan apa yang tidak. Lebih, karena
etika mencoba memahami atas dasar apa kita mengikuti ajaran moral tertentu.
Lalu “untuk apa manusia menggunakan etika jika sudah ada moral yang secara jelas
memberikan pedoman hidup tertentu?”. Berbeda dengan ajaran moral, etika tidak dapat
secara langsung membuat manusia menjadi lebih baik. Etika adalah pemikiran sistematis
tentnag moralitas. Etika tidak menghasilkan kebaikan, melainkan suatu pengertian yang kritis
dan mendasar. Menurut Franz Magnis Suseno setidaknya ada 4 alasan mengapa etika
diperlukan.
Pertama, kita hidup di masyarakat yang pluralistik. Setiap hari kita berinteraksi
dengan orang yang berbeda suku, budaya, dan agama. Secara tidak disadari kita dihadapkan

dengan pandangan moral yang saling bertentangan dan semuanya mengajukan klaim pada
kita bahwa pandangannya yang paling benar. Etika diperlukan untuk menjawab pertanyaan
kita tentang “manakah yang harus diikuti?”. Dengan etika setidaknya kita dapat memilah

mana yang akan kita terima, atau kita tolak. Sehingga kita dapat dengan kuat berdiri diatas
ajaran moral yang dianut.
Kedua, kita hidup di jaman transformasi masyarakat yang berkembang secara pesat,
dibawah gelombang modernisasi. Arus modernisasi sudah sampai ke seluruh penjuru tanah
air, bahkan sampai ke pelosok-pelosok desa yang terpencil. Tentunya arus mordenisasi ini
berkembang pesat seiring masuknya media-media indormasi yang semakin canggih yang
tidak seperti dulu hanya ada koran dan televisi. Dalam era modernisasi terjadi transformasi
ekonomis, sosial, dan budaya yang akhirnya transformasi tersebut menggoyahkan nilai
budaya yang tradisional danmengacar kuat. Etika membantu kita agar tidak kehilangan
orientasi, membedakan apa yang hakiki dan apa saja yang dapat berubah, dengan demikian
kita dapat bersikap secara bertanggungjawab.
Ketiga, banyak pihak yang memanfaatkan proses perubahan sosial yang terjadi ini
dengan menawarkan ideologi-ideologi mereka yang diklaim bisa menjadi penyelamat dalam
era yang modern. Dengan memahami etika tentunya kita tidak akan semakin tersesat
menghapai situasi tersebut. Etika membantu kita menghadapi ideologi-ideologi baru dengan
kritis dan objektif sehingga membentuk penilaian kita sendiri terhadap ideologi tersebut.

Keempat, etika juga diperlukan bagi kaum agama tetap eksis di era modern. Di satu
sisi mereka dapat menemukan dasar kemantapan keimanan dalam kepercayaan mereka. Di
lain pihak mereka juga dapat berpartisipasi terhadap perubahan yang ada dan tidak menutup
diri terhadap dimensi kehidupan masyarakat yang sedang berubah.
Etika memang tidak dapat menggantikan agama. Namun disisi lain etika juga tidak
bertentangan dengan agama bahkan diperlukan dalam agama. Terdapat dua masalah dalam
moral agama yang tidak dapat dipecahkan dengan etika.
Pertama, adalah masalah manusia meng-interpretasikan perintah Allah yang termuat
dalam wahyu. Masaslah utama ini adalah terkadang wahyu yang disampaikan oleh Allah
tidak dapat secara langsung dipahami oleh manusia. Hal ini dikarenakan pengetahuan
manusia yang memang terbatas. Terkadang manusia tidak dapat memahami maksud Allah
yang tertulis di dalam wahyu secara tepat, sehingga seringkali mengalami interpretasi yang
berbeda dan berujung pada kesesatan. Pemecahan masalah tersebut perlu dilakukan
interpretasi bersama sampai semua sepakat bahwa itulah yang dimaksud oleh Allah.
Interpretasi ini tentunya tidak dapat dilakukan tanpa menggunakan metode-metode etika.
Kedua, adalah masalah menanggapi masalah-masalah moral yang baru yang ketika
wahyu Allah datang masalah tersebut belum ada. Misalnya masalah kloning, atau masalah
cangkok ginjal. Dua masalah ini tidak ada ketika wahyu Allah diturunkan. Di lingkungan
ulama-ulama Islam untuk memecahkan masalah ini digunakan metode yang disebut ijtihad
yakni dengan mengambil contoh masalah yang paling mendekati ketika wahyu Allah datang.

Menurut Franz Magnis Suseno metode ini sama saja menggunakan metode etika. Untuk
mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut.
Etika digunakan manusia untuk memakai akal budi dan daya pikirnya untuk
memecahkan bagaimana ia harus hidup kalau mau menjadi baik. Akal budi diciptakan Allah
untuk kita pergunakan dalam setiap dimensi kehidupan. Menurut Franz bagi orang yang
beragama sudah tentu harus menggunakan anugrah dari Allah dengan sebaik-baiknya.
Menurutnya, inilah sebabnya kaum agama diharapkan menggunakan rasio dan metodemetode etika. Namun saya tidak serta merta menerima pendapat Franz tersebut, penggunaan
akal budi dan metode etika harus tetap didasarkan pada wahyu Allah dan Rasulnya. Karena
penggunaan akal budi yang tidak didasari dengan iman dan dalil akan berujung pada

kesesatan sehingga pada akhirnya kita akan menentang firman-firman Allah dikarenakan
daya pikir kita yang semakin liar sehingga terus menerus mempertanyakan hukum Allah,
“mengapa Allah memerintahkan begini dan begitu?”. Banyak dari wahyu Allah yang jika kita
pertanyakan tidak dapat diterima oleh akal budi kita yang terbatas, oleh karenanya
penggunaan dalil dan iman juga diperlukan.
Salah satu metode etika yang disebutkan oleh Franz adalah pendekatan kritis, Etika
pada hakikatnya realitas moral secara kritis. Etika tidak memberikan ajaran, melainkan
memeriksa nilai-nilai, norma-norma, dan pandangan moral secara kritis. Etika tidak
menerima pendapat-pendapat moral begitu saja, melainkan etika menuntut pendapatpendapat moral dapat dipertanggungjawabkan.
Lalu “apakah etika juga digunakan dalam bidang politik?”. Tulisan Benoit Girardin

akan menjelaskan bagaimana etika dipergunakan dalam politik. Bagaimana menyelesaikan
masalah yang bersifat politis menggunakan etika. Benoit Girardin memberikan beberapa
contoh bahwa etika dipergunakan dalam politik.
Yang pertama Girardin menjelaskan bagaimana etika dipergunakan dalam rekonsiliasi
setelah terajdinya konflik. Setelah berakhirnya Perang Dunia II, negara-negara penjajah
mengamil keputusan dan sikap politik. Seperti Jepang, mengakui semua kesalahan dan
kerusakan yang dilakukannya kepada negara jajahannya yakni: Korea, China, Indonesia, dan
Filipina. Sampai sekarang hubungan negara-negara tersebut dengan Jepang baik-baik saja
tanpa melihat kesalahan masa lalu yang dilakukan Jepang. Begitu juga dengan Jerman yang
meminta maaf atas kerusakan yang dilakukan Nazi, dan masih banyak lagi. Hal ini
menunjukkan bahwa etika bermain penting dalam politik. Etika melalui suara hati
mengatakan bahwa yang dilakukan oleh Jepang, Nazi, dsb tersebut adalah sesuatu yang tidak
baik, oleh karenanya secara sadar mereka mengakui kesalahannya. Etika juga digunakan
dalam Rekonsiliasi politik Apartheid yang dulu pernah ada di Afrika Selatan. Dengan
tokohnya Nelson Mandela menyuarakan bahwa yang dilakukan oleh ras kulit putih terhadap
kulit hitam adalah sesuatu yang menurut akal budi dan hati nurani tidak dibenarkan. Setelah
konflik mereda, rekonsiliasi diperlukan untuk memperbaiki hubungan antara kdua pihak yang
berkonflik. Rekonsiliasi ini juga dihasilkan dari metode etika ketika satu pihak dihadapkan
pada kenyataan untuk memperbaiki hubungan atau tidak.
Contoh kedua yang diberikan oleh Girardin adalah mengenai “Environmental

Challenges”, dimana hampir semua negara di dunia dihadapkan pada masalah lingkungan
yang semakin tercemar. Etika berperan penting dalam menilai baik atau tidaknya apa yang
terjadi di dunia ini. Realita yang terjadi yakni negara dan warga negara belum menyadari
bahwa apa yang dilakukannnya sehari-hari yang terakdang terasa sepele berdampak besar
bagi lingkungan hidup disekitar. Maka ketika etika mampu untuk memberikan penilaian
tentang baik buruknya realita yang ada, sampai ke tingkat pemerintah, bahkan dunia.
Dihasilakn deklrasi-deklarasi yang bertujuan untuk menjaga lingkungan hidup tetap lestari.
Contohnya adalah Earth Summit di Rio de Janeiro, Protokol Kyoto, dsb.
Contoh ketiga adalah pemberian hak warga negara, informasi, dan toleransi. Beberapa
negara di dunia tidak dapat menjamin hak warga negara, seperti di India pada tahun 1984
negara tidak dapat menjamin hak warganya untuk dapat menikmati lingkungan yang sehat.
Juga negara-negara di Arab tidak memberikan akses informasi yang bebas kepada warganya,
rakyat menuntut adanya kebebasan berbicara dan memperoleh informasi. Masalah-masalah
tersebut dipecahkan oleh negara dengan menggunakan metode etika. Sekarang, dengan
dijaminnnya hak warga negara dan kebebasan informasi, telah terjadi transisi dari negara
yang otokrasi menjadi dihadapkan pada sekumpulan aturan politik, jika tidak maka rakyat

akan menuntut. Terdapat empat jenis interpretasi dalam memahami etika politik, yakni
skeptisisme, cycnisisme, moralisme, dan pragmatisisme. Yang masing-masing mempunyai
karakter dan tanggapan yang berbeda dalam memaknai etika politik.