Dampak Upaya Penanggulangan dan Pencegah (1)

SEMINAR KEUANGAN PUBLIK

Dampak, Upaya Penanggulangan dan Pencegahan
Krisis Ekonomi 1998 di Indonesia

Disusun oleh:

Andry Irwanto (04)
Arief Anwar Hidayat (05)
Asyhari Rosidin (06)
David Yanuar Sugiharto (08)
John Erhan Prasetyo (22)
Moh Abrori Akbar (26)
Sarah Margaret Airegar (34)
Kelas 7C Akuntansi Reguler
POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

1

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................................


ii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................

1

A. Latar Belakang Masalah ...........................................................................................

1

B. Rumusan Permasalahan ............................................................................................

1

C. Tujuan Penulisan ........................................................................................................

2

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................................


3

A. Pengertian Krisis ........................................................................................................

3

B. Penyebab Krisis Moneter...........................................................................................

4

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................................

5

A. Kronologi Krisis Ekonomi 1998 di Indonesia menurut Bank Indonesia dan
Sumber Lain ...............................................................................................................
.....................................................................................................................................5
B. Dampak Krisis Ekonomi 1998 ..................................................................................


7

C. Upaya Penanggulangan Krisis Ekonomi 1998 ........................................................
.....................................................................................................................................9
D. Upaya Pencegahan Terjadinya Krisis Ekonomi ......................................................
...................................................................................................................................11
BAB IV SIMPULAN .........................................................................................................

12

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................

14

2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Krisis ekonomi merupakan suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara ataupun

kawasan beberapa negara mengalami perguncangan dan ketidakstabilan yang berdampak
sistemik pada berbagai sektor. Akibat apabila suatu negara dilanda krisis ekonomi antara lain
penurunan Produk Domestik Bruto (PDB), pengeringan likuiditas, dan harga-harga naik (inflasi)
atau menurun (deflasi), yang dampaknya jika diukur dengan jangka waktu dapat diklasifikasikan
menjadi resesi dan depresi. Resesi ekonomi biasanya tidak lebih dari satu tahun dan efeknya
lebih ringan dari depresi. Depresi ekonomi dunia yang sangat terkenal terjadi pada tahun 1930 –
1940, ketika ekonomi Amerika Serikat nyaris mengalami kehancuran total. Lantas bagaimanakah
dengan Indonesia ketika dilanda krisis ekonomi?
Indonesia sampai dengan saat ini telah mengalami beberapa kali krisis ekonomi, tetapi krisis
yang terdahsyat dan terasa sekali dampaknya ialah krisis tahun 1998 yang diawali dengan
melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS, sehingga mengakibatkan utang luar negeri
Indonesia dalam dollar AS semakin membengkak lebih dari 200%. Disamping itu, pergejolakan
ekonomi merambah ke sektor politik, yang diindikasikan dengan demonstrasi di berbagai titik,
insiden penembakan mahasiswa Universitas Trisakti, dan mundurnya presiden Soeharto. Dengan
demikian, krisis ekonomi yang telah terjadi dapat dianalisis dari berbagai sudut pandang untuk
dapat diketemukan faktor-faktor pemicu dan penyebabnya, sehingga Indonesia dapat
memperbaiki sistem perbankan, moneter, fiskal, dan instrumen utang, yang meminimalisir dan
memitigasi risiko terjadinya krisis ekonomi.
B. Rumusan Permasalahan
Dalam pembahasan tentang krisis ekonomi 1998, dapat dirumuskan beberapa permasalahan

sebagai berikut.
1.

Bagaimanakah kronologis krisis ekonomi 1998 di Indonesia?

2.

Bagaimanakah dampak yang secara signifikan terjadi pada tahun 1998 akibat krisis?

3.

Bagaimanakah upaya penanggulanan yang dilakukan pemerintah untuk menghadapi gejolak
ekonomi 1998?

1

4.

Bagaimanakah upaya mitigasi risiko berupa pencegahan agar krisis dalam bentuk apapun
tidak terjadi di kemudian hari?


C. Tujuan Penulisan
Pembahasan dan analisis yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh dampak
krisis ekonomi 1998 yang melanda Indonesia dengan mengidentifikasi penyebab utama melalui
kronologis krisis, upaya penanggulangan yang telah dilakukan pada saat krisis dan upaya
penanggulangan yang seharusnya dilakukan ketika krisis yang serupa terjadi. Dengan demikian
dapat dipetakan upaya pencegahan yang dapat dilakukan pada berbagai sektor moneter maupun
riil, demi keberlangsungan sustainability growth yang diharapkan.

2

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Krisis
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) krisis berarti keadaan yang berbahaya
(dalam menderita sakit); parah sekali; keadaan yang genting; kemelut; keadaan suram (tentang
ekonomi, moral, dan sebagainya). Dan moneter berarti berhubungan dengan uang atau keuangan.
Jadi secara sederhana krisis moneter dapat diartikan keadaan keuangan yang berbahaya.
Kaminsky, Lizondo, dan Reinhart (1998) mendefinisikan krisis sebagai sebuah situasi
dimana serangan pada sistem nilai tukar menyebabkan depresi tajam pada nilai tukar itu, atau

bisa juga mengakibatkan penurunan drastis dalam cadangan devisa asing (international
reserves).
Frankel dan Rose (1996) krisis keuangan adalah perubahan besar pada beberapa indikator
pada nilai potensial atau aktual dari sebuah mata uang. Goldstein, Kaminsky dan Reinhart/GKR
(2000), mendefinisikan krisis keuangan sebagai suatu situasi dimana terjadinya serangan
terhadap mata uang yang mengarah pada pengurangan cadangan devisa secara signifikan.
Mishkin (2004) mendefinisikan krisis keuangan sebagai gangguan pada sistem keuangan
yang telah bercampur dengan ketimpangan dari informasi yang mengakibatkan sistem keuangan
itu sendiri tidak mampu berfungsi secara efisien dalam menyalurkan dana pada pihak yang
produktif. Karena pada sektor keuangan sangat rawan terhadap gejolak dan fluktuasi yang
disebabkan ketimpangan informasi. Semakin maju sistem pasar keuangan risiko akibat
ketimpangan informasi semakin besar.
Menurut Mishkin ada dua konsekuensi dari ketimpangan informasi yaitu adverse selection
dan moral hazard. Adverse selection adalah masalah yang timbul sebelum transaksi yaitu pihak
pencari kredit yang tidak berkualitas sangat aktif dan meyakinkan dengan menggunakan segala
cara secara yang tidak jujur sehingga pihak kreditor meloloskan pinjamannya. Moral hazard
adalah masalah yang terjadi setelah transaksi yaitu pihak yang telah mendapatkan kredit,
menggunakan pinjamannya tersebut secara tidak terhormat, sehingga mencederai kepercayaan
yang diberikan oleh pihak kreditor.


3

B. Penyebab Krisis Moneter
Secara umum penyebab krisis moneter menurut Mishkin (2004) dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Suku Bunga
Jika suku bunga pasar meningkat, maka kemungkinan para peminjam atau kreditor
mengalami resiko kredit akan meningkat pula. Apalagi bagi kreditor yang resiko
investasinya tinggi yang dapat berakibat pada kebangkrutan. Terkadang peminjam
sengaja menyembunyikan informasi yang sebenarnya menyangkut kondisi keuangan
serta resiko investasi (adverse selection) untuk mendapatkan pinjaman baru setelah
kenaikan bunga. Posisi makro ekonomi dalam keadaan berbahaya, bila banyak
perusahaan yang menjalakan praktek seperti ini.
2. Memburuknya Kondisi Neraca
Memburuknya neraca perusahaan akan memperburuk masalah adverse selection dan
moral hazard di pasar keuangan, sehingga akan mendorong terjadinya krisis keuangan.
Dalam kondisi neraca perusahaan yang memburuk, tidak ada lagi jaminan yang memadai
untuk dijadikan jaminan bila terjadi fluktuasi ekonomi. Penyediaan jaminan yang
memadai menjadi hal yang penting untuk mengatasi ketimpangan informasi. Pada
dasarnya jaminan dapat menekan konsekuensi dari adverse selection dan moral hazard,

karena dapat menekan kerugian bagi peminjam bila yang meminjam mengalami
kebangkrutan
3. Meningkatnya Ketidakpastian
Ketidakpastian ini bisa ditimbulkan oleh depresiasi nilai tukar atau bisa juga disebabkan
oleh terlalu tingginya ekspektasi inflasi sehingga pasar uang dan pasar modal mengalami
goncangan. Kondisi ini menjadikan semakin sulitnya pemberi pinjaman untuk
menyelesaikan masalah adverse selection yang berdampak pada penurunan kegiatan
ekonomi.
4. Keruntuhan Pasar Saham
Meningkatnya adverse selection dan moral hazard di pasar keuangan bila pasar modal
mengalami penurunan. Sebab goncangan yang terjadi di pasar modal menjadikan
peminjam menghadapi masalah dalam nilai perusahaan mereka dan nilai pasar dari

4

perusahaan itu juga akan jatuh. Akhirnya komitmen untuk membayar hutang tidak dapat
dilakukan.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kronologi Krisis Ekonomi 1998 di Indonesia menurut Bank Indonesia dan Sumber

Lain
Awal Juli 1997, adanya gejolak nilai tukar dan bersama dengan itu, pemerintah melakukan
pengetatan likuiditas. Kondisi ini memunculkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap
perbankan nasional, terutama setelah pencabutan ijin usaha 16 bank pada tanggal 1 November
1997. Hal ini berdampak buruk yang memicu terjadinya depresiasi kepercayaan terhadap
perbankan. Sebagai manifestasi krisis kepercayaan masyarakat tersebut, terjadi penarikan dana
secara besar-besaran.
Indonesia, Pada Juli, sebagai akibat Thailand mengambangkan baht, sementara otoritas
Moneter Indonesia melebarkan jalur perdagangan dari 8 persen ke 12 persen. Rupiah mulai
terserang kuat di Agustus. Pada 14 Agustus 1997, pertukaran floating teratur ditukar dengan
pertukaran floating-bebas sehingga rupiah jatuh lebih dalam.
Sebagai konsekuensi dari krisis moneter ini, Bank Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1997
terpaksa membebaskan nilai tukar rupiah terhadap valuta asing, khususnya dollar AS, dan
membiarkannya berfluktuasi secara bebas (free floating) menggantikan sistem managed floating
yang dianut pemerintah sejak devaluasi Oktober 1978. Dengan demikian Bank Indonesia tidak
lagi melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menopang nilai tukar rupiah, sehingga nilai
tukar ditentukan oleh kekuatan pasar semata. Nilai tukar rupiah kemudian merosot dengan cepat
dan tajam dari rata-rata Rp 2.450 per dollar AS Juni 1997 menjadi Rp 13.513 akhir Januari 1998,
namun kemudian berhasil menguat kembali menjadi sekitar Rp 8.000 awal Mei 1999.
Penanam modal asing portfolio yang pada awalnya membeli saham besar-besaran

dimingimingi keuntungan yang besar yang ditunjang oleh perkembangan moneter yang relatif
stabil kemudian mulai menarik dananya keluar dalam jumlah besar. Spekulan domestik ikut
bermain. Para spekulan inipun tidak semata-mata menggunakan dananya sendiri, tetapi juga
meminjam dana dari sistem perbankan untuk bermain.

5

Banyak bank yang mengalami kesulitan likuiditas yang disusul dengan kelangkaan
likuiditas perekonomian secara keseluruhan (liquidity crunch). Keadaan semakin diperparah
dengan melambungnya suku bunga Pasar Uang Antar Bank (PUAB) hingga mencapai 300% per
tahun.
Perbankan (systemic risk) dan besarnya risiko yang ditanggung masyarakat (economic cost).
Selain itu, keputusan likuidasi itu juga merupakan hasil evaluasi dan rekomendasi IMF yang
dituangkan ke dalam Letter of Intent (LoI) antara pemerintah dengan IMF pada tanggal 31
Oktober 1997. Kesepakatan dengan IMF ini yang juga merupakan tahapan awal pelaksanaan
reformasi ekonomi dan perbankan yang tertuang dalam Memorandum of Economic and
Financial Policies yang ditandatangani pada awal November 1997. Program reformasi tersebut
juga telah mendapat dukungan teknis dan keuangan dari Bank Dunia, ADB, dan negara-negara
sahabat lainnya.
Namun, upaya yang semula dimaksudkan untuk memulihkan kepercayaan kepada
perbankan itu ternyata oleh masyarakat ditanggapi secara negatif. Masyarakat melakukan
penarikan dan pengalihan dana secara besar-besaran (bank run), sehingga sejumlah bank
mengalami mismatch dan terus mengalami saldo negatif (saldo debet) pada gironya di Bank
Indonesia.
Untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan, pada tanggal 26
Januari 1998, pemerintah memutuskan untuk menjamin pembayaran seluruh kewajiban bank,
baik kepada deposan maupun kreditur lewat program penjaminan (blanket guarantee). Langkah
ini diambil dengan Keputusan Presiden No. 26 Tahun 1998 tentang Program Penjaminan BPR,
Fasilitas Dana Talangan untuk Pembayaran Kewajiban Luar Negeri Bank dalam Rangka Trade
Finance dan Inter Bank Debt Arrears, serta jaminan Pembiayaan Perdagangan Internasional.
BI menyediakan dana talangan terlebih dahulu. Pada gilirannya, semua pengeluaran akan
ditagih oleh Bank Indonesia kepada pemerintah. Kebijakan pemerintah tersebut direalisasikan
dalam berbagai bentuk fasilitas BI yang kemudian dikenal dengan istilah Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia (BLBI). Sesuai Persetujuan Bersama antara Gubernur BI dan Menteri Keuangan
tanggal 6 Februari 1999, nilai BLBI yang disepakati adalah Rp 144,5 triliun dalam bentuk surat
utang.
Suharto dipaksa mundur pada pertengahan 1998 dan B.J. Habibie menjadi presiden. Sampai
1996, Asia menarik hampir setengah dari aliran modal negara berkembang. lalu pelaku ekonomi
6

telah memikirkan akibat Daratan Tiongkok pada ekonomi sebagai faktor penyumbang krisis.
Yang paling penting, mata uang Thailand dan Indonesia adalah berhubungan erat dengan dollar,
yang naik nilainya pada 1990-an. Importir Barat mencari pemroduksi yang lebih murah dan
menemukannya di Tiongkok yang biayanya rendah dibanding dollar.
Permainan yang dilakukan oleh spekulan asing yang dikenal sebagai hedge funds tidak
mungkin dapat dibendung dengan melepas cadangan devisa yang dimiliki Indonesia pada saat
itu, karena praktek margin trading, yang memungkinkan dengan modal relatif kecil bermain
dalam jumlah besar. Dewasa ini mata uang sendiri sudah menjadi komoditi perdagangan, lepas
dari sektor riil.
B. Dampak Krisis Ekonomi 1998
Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun 1998 sangat berdampak tidak hanya di
sektor ekonomi, namun juga berdampak pada sektor sosial masyarakat dan sektor pemerintahan.
1. Sektor Ekonomi
Inflasi adalah salah satu dampak dari krisis ekonomi 1998. Berdasarkan Laporan Tahunan
Bank Indonesia tahun 1998/1999 laju inflasi pada tahun 1998 yang diukur dengan Indeks
Harga Konsumen (IHK) mencapai angka 77,6 %. Tingkat inflasi ini hampir mencapai pada
tingkat hyperinflasi. Penyebab dari tingginya laju inflasi adalah tingginya tingkat penawaran
sedangkan pasokan menipis, menurunnya tingkat rupiah sehingga menaikkan harga barangbarang impor dan meningkatkan harga barang secara umum. Selain itu, produksi barang yang
menurun akibat menurunnya kegiatan produksi, kurang berhasilnya pertanian, dan distribusi
yang terhambat akibat kerusuhan Mei 1998.
Menurut “Krisis Moneter Indonesia : Sebab, Dampak, Peran IMF, dan Saran” penyebab
inflasi bukan dikarenakan imported inflation tapi lebih tepat dikatakan foreign exchange
induced inflation, yakni krisis ini berkaitan dengan nilai tukar valas yang tinggi sehingga
berakibat pada harga barang import yang tinggi, bukan dikarenakan naiknya harga barangbarang impor itu sendiri. Nilai rupiah yang turun drastis berimbas pada kesulitan negara
menutup APBN, utang luar negeri dalam rupiah melonjak, harga BBM/tarif listrik naik, tarif
angkutan naik, perusahaan tutup atau mengurangi produksinya karena tidak bisa menjual
barangnya dan beban utang yang tinggi, PHK terjadi di mana-mana, investasi menurun
karena impor barang modal menjadi mahal. Selain itu, menurut Laporan Tahunan Bank
Indonesia 1998/1999 pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi sebesar 13,7%
7

pada tahun 1998 dibandingkan dengan tahun 1997 yang terlihat masih mengalami ekspansi
4,9%.
Pada sisi lain merosotnya nilai tukar rupiah secara tajam juga membawa hikmah. Secara
umum impor barang menurun tajam termasuk impor buah, perjalanan ke luar negeri dan
pengiriman anak sekolah ke luar negeri, kebalikannya arus masuk turis asing akan lebih
besar, daya saing produk dalam negeri dengan tingkat kandungan impor rendah meningkat
sehingga bisa menahan impor dan merangsang ekspor khususnya yang berbasis pertanian,
proteksi industri dalam negeri meningkat sejalan dengan merosotnya nilai tukar rupiah,
pengusaha domestik tidak lagi meminjam dana dari luar negeri. Hasilnya adalah perbaikan
dalam neraca berjalan.
Petani yang berbasis ekspor penghasilannya dalam rupiah mendadak melonjak drastis,
sementara bagi konsumen dalam negeri harga beras, gula, kopi dan sebagainya ikut naik.
Sayangnya ekspor yang secara teoritis seharusnya naik, tidak terjadi, bahkan cenderung
sedikit menurun pada sektor barang hasil industri. Meskipun penerimaan rupiah petani
komoditi ekspor meningkat tajam, tetapi penerimaan ekspor dalam valas umumnya tidak
berubah, karena pembeli di luar negeri juga menekan harganya karena tahu petani dapat
untung besar, dan negara-negara produsen lain juga mengalami depresiasi dalam nilai tukar
mata uangnya dan bisa menurunkan harga jual dalam nominasi valas. Hal yang serupa juga
terjadi untuk ekspor barang manufaktur, hanya di sini ada kesulitan lain untuk meningkatkan
ekspor, karena ada masalah dengan pembukaan L/C dan keadaan sosial-politik yang belum
menentu sehingga pembeli di luar negeri mengalihkan pesanan barangnya ke negara lain.
Namun secara keseluruhan dampak negatifnya dari jatuhnya nilai tukar rupiah masih lebih
besar dari dampak positifnya.
2. Sektor Sosial Masyarakat
Menurut

Data Strategis BPS persentase penduduk miskin tercatat pada tahun 1998

sebanyak 24,23 persen (49,5 juta orang). Meningkatnya jumlah penduduk miskin tidak
terlepas dari jatuhnya nilai tukar rupiah yang tajam, yang menyebabkan terjadinya
kesenjangan antara penghasilan yang berkurang karena PHK atau pengeluaran yang
meningkat tajam karena tingkat inflasi yang tinggi. Semakin tingginya pengangguran tinggi
pula tingkat kriminalitas yang terjadi.
3. Sektor Pemerintahan
8

Seiring dampak sektor sosial yang terjadi di masyarakat, dampak sektor sosial ini
memicu pada sektor politik dimana Soeharto sebagai pemegang kekuasaan tertinggi mulai
diragukan keberadaannya. Berbagai tindakan kekerasan terjadi akibat berbagai masalah
politik yang terjadi. Banyak kerusuhan dimana-mana akibat rasa ketidakpercayaan
masyarakat terhadap kepemimpinan presiden. Pada akhirnya, tanggal 21 Mei 1998 Soeharto
secara resmi digantikan wakil presiden BJ.Habibie.

C. Upaya Penanggulangan Krisis Ekonomi
Dalam pembahasan sebelumnya disebutkan bahwa krisis ekonomi Indonesia tahun
1997/1998 berdampak pada sektor ekonomi, masyarakat, dan pemerintahan. Berbagai upaya
telah dilakukan pemerintah untuk mencegah menurunnya kepercayaan negara lain terhadap
Indonesia, menyelamatkan perekonomian Indonesia, dan mencegah penanam modal mencabut
investasinya di Indonesia. Adapun upaya-upaya tersebut menurut Salamah (2001) adalah sebagai
berikut:
1. Menteri keuangan melakukan kunjungan ke berbagai negara untuk meyakinkan para kreditur.
2. Membentuk Tim Negosiasi Utang Luar Negeri Swasta dengan melibatkan berbagai pimpinan
bank bertaraf internasional, seperti Bank of England, Standard Chartered Bank, dan Bank
Switzerland East Asia. Pembentukan Badan Restrukturisasi Utang Luar Negeri Perusahaan
Swasta Indonesia dibentuk melalui Keputusan Presiden Nomor 95 Tahun 1998 dengan tugas
mengusahakan restrukturisasi utang luar negeri perusahaan swasta Indonesia sesuai dengan
yang disepakati oleh pemerintah dan kreditor luar negeri.
3. Menjamin seutuhnya atas deposito maupun pinjaman dari semua bank umum yang berbadan
hukum Indonesia, baik yang bersifat swasta maupun milik negara. Likuidasi 16 bank
mengakibatkan kepercayaan kepada pemerintah menurun sehingga pemerintah memberikan
jaminan atas seluruh kewajiban pembayaran bank, termasuk simpanan masyarakat.
Kebijakan tersebut dituangkan dalam Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang
Jaminan terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Umum dan Keputusan Presiden Nomor 193
Tahun 1998 tentang Jaminan terhadap Kewajiban Pembayaran Bank Perkreditan Rakyat.
Langkah ini kemudian ditindaklanjuti dengan pembentukan Undang-Undang Nomor 10

9

Tahun 1998 tentang Perbankan yang mengamanatkan pembentukan Lembaga Penjamin
Simpanan sebagai pelaksana penjaminan dana masyarakat.
4. Bank Indonesia melakukan intervensi atas pasar valuta asing dan kebijakan suku bunga SBI.
Bank-bank yang mengalami masalah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok bank
yang perlu direkapitalisasi dan yang memerlukan pengawasan lebih intensif, perwalian, atau
pengambilalihan bank. Bank Indonesia melakukan koordinasi bersama Kejaksaan Agung dan
Kepolisian dalam rangka meningkatkan efektivitas penegakan hukum terkait dugaan tindak
pidana perbankan. Fungsi pengawasan bank dititikberatkan pada program penyehatan
perbankan yang meliputi penjaminan, rekapitalisasi perbankan dan restrukturisasi kredit serta
program peningkatan ketahanan perbankan yang meliputi perbaikan infrastruktur,
peningkatan mutu pengelolaan, penyempurnaan ketentuan perbankan, dan pemantapan
sistem pengawasan bank.
5. Membentuk Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan Keuangan (DPKEK). DPKEK
dibentuk melalui Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1998 tentang Dewan Pemantapan
Ketahanan Ekonomi dan Keuangan dengan tujuan melakukan pengendalian dan pengawasan
pelaksanaan program reformasi dan restrukturisasi ekonomi dan keuangan. Adapun IMF
bertindak selaku penasihat.
6. Membentuk Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dalam rangka restrukturisasi
sektor perbankan. BPPN dibentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1998
tentang Pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional dengan tugas yang diberikan
meliputi:
a. Melakukan pengadministrasian jaminan pemerintah.
b. Melakukan pengawasan, pembinaan, dan upaya penyehatan termasuk restrukturisasi bank
yang oleh Bank Indonesia dinyatakan tidak sehat.
c. Melakukan tindakan hukum lain yang diperlukan dalam rangka penyehatan bank.
7. Meminta bantuan kepada International Monetary Fund (IMF) yang mencakup rencana aspek
ekonomi menyeluruh. Kesepakatan antara Pemerintah dan IMF tertuang dalam
Memorandum on Economic and Financial Policies. Perjanjian tersebut terdiri dari 50 butir
yang mencakup kebijakan makroekonomi (kebijakan fiskal serta kebijakan nilai tukar dan
moneter), restrukturisasi sektor perbankan (program restrukturisasi bank serta penguatan
hukum dan pengawasan kerangka kerja bank), dan reformasi struktural (investasi dan
10

perdagangan luar negeri, privatisasi dan deregulasi, kesempatan kerja, dan lingkungan).
Perjanjian tersebut ditandatangi di Jakarta pada tanggal 15 Januari 1998.
8. Kebijakan Menteri Keuangan terkait pembenahan perbankan, penguatan infrastruktur
finansial, dan pembenahan sektor riil dari ekonomi nasional yang meliputi:
a. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 15/KMK.017/1998 mengenai pencabutan
pembatasan pembukaan cabang bank campuran dan cabang pembantu bank asing.
b. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 16/KMK/01/1998 tentang penurunan bea masuk
beberapa produk pertanian, menurunkan tarif seluruh produk makanan maksimal lima
persen.
c. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 17/KMK/01/1998 tentang penurunan bea masuk
atas impor produk tertentu.
D. Upaya Pencegahan Terjadinya Krisis Ekonomi
Dari faktor penyebab krisis ekonomi yang telah disampaikan diatas, hal-hal yang dapat
dilakukan pemerintah dalam melakukan pencegahan terjadinya krisis ekonomi antara lain:
1. Memelihara kestabilan makro ekonomi dengan:
a. Menerapkan kebijakan fiskal/anggaran berimbang untuk menghindari pertambahan
hutang pembiayaan pemerintah;
b. Menerapkan kebijakan moneter yang berhati-hati dan menjaga agar pertumbuhan
likuiditas sesuai dengan pertumbuhan permintaan riil;
c. Menjaga nilai tukar rupiah pada posisi yang realistis;
d. Mempertahankan kebijakan lalu lintas devisa bebas untuk menarik investasi asing yang
diharapkan dapat mendorong kondisi perekonomi Indonesia dapat menyesuaikan
terhadap perubahan kondisi perubahan ekonomi internasional.
2. Kebijakan perdagangan luar negeri
a. Melindungi industri nasional dari persaingan barang-barang impor;
b. Menjaga keseimbangan neraca pembayaran dan menjamin ketersediaan valuta asing
yang cukup untuk membayar kebutuhan impor dan membayar cicilan dan Bungan
hutang luar negeri;
c. Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil;
d. Kebijakan Promosi Ekspor.
3. Reformasi struktural di sektor riil
a. Penghapusan beberapa praktek monopoli;
b. Deregulasi dan Debirokratisasi di berbagai bidang.

11

BAB IV
SIMPULAN
Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan, berikut ini simpulan dampak, upaya
penanggulangan dan pencegahan krisis ekonomi 1998 di Indonesia
1.

Krisis ekonomi 1998 ditandai dengan adanya gejolak nilai tukar pada awal Juli 1997 dan
bersama dengan itu, pemerintah melakukan pengetatan likuiditas. Kondisi ini memunculkan
krisis kepercayaan masyarakat terhadap perbankan nasional. Sebagai manifestasi krisis
kepercayaan masyarakat tersebut, terjadi penarikan dana secara besar-besaran. Banyak bank
yang mengalami kesulitan likuiditas yang disusul dengan kelangkaan likuiditas
perekonomian secara keseluruhan (liquidity crunch). BI menyediakan dana talangan terlebih
dahulu. Pada gilirannya, semua pengeluaran akan ditagih oleh Bank Indonesia kepada
pemerintah. Kebijakan pemerintah tersebut direalisasikan dalam berbagai bentuk fasilitas BI
yang kemudian dikenal dengan istilah Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI). Suharto
dipaksa mundur pada pertengahan 1998 dan B.J. Habibie menjadi presiden.

2.

Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun 1998 sangat berdampak tidak hanya di
sektor ekonomi, namun juga berdampak pada sektor sosial masyarakat dan sektor
pemerintahan

3.

Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk mencegah menurunnya kepercayaan
negara lain terhadap Indonesia, menyelamatkan perekonomian Indonesia, dan mencegah
penanam modal mencabut investasinya di Indonesia antara lain :
-

Menteri keuangan melakukan kunjungan ke berbagai negara untuk meyakinkan para
kreditur;

-

Membentuk Tim Negosiasi Utang Luar Negeri Swasta dengan melibatkan berbagai
pimpinan bank bertaraf internasional;

-

Menjamin seutuhnya atas deposito maupun pinjaman dari semua bank umum yang
berbadan hukum Indonesia;

-

Bank Indonesia melakukan intervensi atas pasar valuta asing dan kebijakan suku bunga
SBI;

-

Membentuk Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan Keuangan (DPKEK);

12

-

Membentuk

Badan

Penyehatan

Perbankan

Nasional

(BPPN)

dalam

rangka

restrukturisasi sektor perbankan;
-

Meminta bantuan kepada International Monetary Fund (IMF) yang mencakup rencana
aspek ekonomi menyeluruh;

-

Kebijakan Menteri Keuangan terkait pembenahan perbankan, penguatan infrastruktur
finansial, dan pembenahan sektor riil dari ekonomi nasional.

4.

Upaya yang dapat dilakukan pemerintah dalam melakukan pencegahan terjadinya krisis
ekonomi antara lain :
-

Memelihara kestabilan makro ekonomi;

-

Menetapkan kebijakan perdagangan luar negeri sesuai dengan kepentingan nasional;

-

Melakukan reformasi struktural di sektor riil.

13

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Burhanuddin; 2003; Peran Kebijakan Ekonomi dan Perbankan DalamMengatasi Krisis
Ekonomi Indonesia; Makalah Bank Indonesia; Jakarta (http://www.bi.go.id/biweb/
html/sambutan/makalah-13-2003-gbi.pdf) Diakses pada tanggal 27 Oktober 2011
Anwar, Moh. Arsjad. 1997. “Transformasi Struktur Perekonomian Indonesia: Pola dan Potensi”,
dalam: M. Pangestu, I. Setiati (penyunting), Mencari Paradigma Baru Pembangunan
Indonesia, Jakarta: CSIS, hal. 33-48.
Atmaja Adwin S.; 1999; Inflasi Di Indonesia : Sumber-Sumber Penyebab danPengendalian;
Jurnal

Akuntansi

dan

Keuangan

Vol.1.

(http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/aku/article/ viewFile/15656/15648%252 6em
bedded%253Dtrue) Diakses pada 23 Oktober 2011.
Bank Indonesia. 1998. “Financial Crisis in Indonesia”, Jakarta, August. Bello, W. 1998.
“Mencari Solusi Alternatif untuk Mengatasi Krisis”, saduran, Jakarta: Kompas, 1
September, hal. 3.
Data Strategis BPS; CV. Nasional Indah. (http://www.bps.go.id/65tahun/data_strategis_2011.pdf)
Diakses pada tanggal 22 Oktober 2011
Ehrke, M.1998. “Pangloss oder die beste aller moeglichen Welten, Ursachen und Auswirkungen
der Asienkrise”, Bonn: Friedrich Ebert Stiftung, Februari.
Fischer, S. 1998a. “IMF dan Krisis Asia”, Kompas, Jakarta, 6 April.
________. 1998b. “Peranan IMF Saat Krisis”, Kompas, Jakarta, 8 April.
________. 1998c. “The Asian Crisis and the Changing Role of the IMF”, Washington,D.C.:
Finance & Development, Vol. 35 No. 2, June, pp. 2-5.
Greenwood, J. 1997. “The Lessons of Asia’s Currency Crisis”, Hong Kong: The Asian Wall
Street Journal, 9 Oktober, hal. 6.
Gunawan, A.H., Sri Mulyani I.. 1998. “Krisis Ekonomi Indonesia dan Reformasi (Makro)
Ekonomi”, makalah pada Simposium Kepedulian Universitas Indonesia Terhadap Tatanan
Masa Depan Indonesia”, Kampus UI, Depok, 30 Maret - 1 April
http://www.academia.edu/3827540/KRISIS_EKONOMI_INDO_2
14

Keputusan Menteri Keuangan Nomor 15/KMK.017/1998 tentang Perubahan Keputusan Menteri
Keuangan Nomor 220/KMK.017/1993 tentang Bank Umum
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 16/KMK/01/1998 tentang Penurunan Tarif Bea Masuk
Beberapa Produk Pertanian Tertentu
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 17/KMK/01/1998 Penurunan Tarip Bea Masuk atas Impor
Produk Tertentu
Keputusan Presiden Nomor 27 Tahun 1998 tentang Pembentukan Badan Penyehatan Perbankan
Nasional
Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 1998 tentang Dewan Pemantapan Ketahanan Ekonomi dan
Keuangan
Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1998 tentang Jaminan terhadap Kewajiban Pembayaran
Bank Umum
Keputusan Presiden Nomor 193 Tahun 1998 tentang Jaminan terhadap Kewajiban Pembayaran
Bank Perkreditan Rakyat
Keputusan Presiden Nomor 95 Tahun 1998 tentang Pembentukan Badan Restrukturisasi Utang
Luar Negeri Perusahaan Swasta Indonesia
Laporan

Tahunan

1998/1999

Bank

Indonesia

(http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/

Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonomian+Indonesia/LapTah+1998+1999.htm) Diakses
pada tanggal 23 Oktober 2011
Mankiw N. Gregory; 2008; Macroeconomics;
Salamah, Lilik. 2001. Lingkaran Krisis Ekonomi Indonesia. Masyarakat, Kebudayaan dan
Politik, Th XIV,No. 2, 65-76.
Mankiw N. Gregory; 2008; Macroeconomics;
Tarmidi

Lapi

T.;

Krisis

Moneter

:

Sebab,

Dampak,

Peran

IMF

dan

Saran.

(http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/427EA160-F9C2-4EB0-9604-C55B96FC07C6/
3015/bempvol1no4mar.pdf) Diakses pada tanggal 19 Oktober 2011.
Waibot, Zulkifli. 2014. Early Warning System Krisis Keuangan di Indonesia Pendekatan
Parametrik. Tesis Undip

15