Perbedaan Penurunan Skor Plak Antara Mengunyah Buah Apel Dan Mengunyah Buah Jambu Biji Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 10 Medan

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

  2.1 Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, sehat secara jasmani dan rohani. Tidak terkecuali anak-anak, setiap orang tua menginginkan anaknya bisa tumbuh dan berkembang secara optimal, hal ini dapat dicapai jika tubuh mereka sehat. Kesehatan yang perlu diperhatikan selain kesehatan tubuh secara umum, juga kesehatan gigi dan mulut, karena kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Dengan kata lain bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara

  15 keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara umum.

  Mulut merupakan pintu gerbang pertama di dalam sistem pencernaan. Makanan dan minuman akan diproses di dalam mulut dengan bantuan gigi-geligi, lidah, dan saliva. Pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan. Mulut bukan sekedar untuk pintu masuknya makanan dan minuman tetapi fungsi mulut lebih dari itu dan tidak banyak orang menyadari besarnya peranan mulut bagi kesehatan dan kesejahteraan seseorang. Oleh karena itu

  16 kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan seseorang.

  Untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan perawatan secara berkala. Perawatan dapat dimulai dari memperhatikan diet makanan, jangan terlalu banyak makanan yang mengandung gula dan makanan yang lengket. Pembersihan plaks dan sisa makanan yang tersisa dengan menyikat gigi, teknik dan caranya jangan sampai merusak terhadap struktur gigi dan gusi. Pembersihan karang gigi dan penambalan gigi yang berlubang oleh dokter gigi, serta pencabutan gigi yang sudah tidak bisa dipertahankan lagi dan merupakan fokal infeksi. Kunjungan berkala ke dokter gigi setiap enam bulan sekali baik ada keluhan

  15 ataupun tidak ada keluhan.

  2.1.1 Menyikat Gigi Upaya dalam mencegah penyakit gigi dan mulut serta meningkatkan kebersihan mulut dapat dilakukan dengan mencegah dan menghilangkan akumulasi

  4,5

  mekanis dan kemis. Menyikat gigi dengan menggunakan sikat gigi adalah bentuk penyingkiran plak secara mekanis.

4 Tujuan menyikat gigi adalah: 1.

  Menyingkirkan plak atau mencegah terjadinya pembentukan plak 2. Membersihkan sisa-sisa makanan, debris atau stein 3. Merangsang jaringan gingiva 4. Melapisi permukaan gigi dengan fluor

  Asal mula sikat gigi yang digunakan untuk membersihkan gigi tidak diketahui. Manusia zaman dulu mengunyah ranting-ranting kayu yang beraroma untuk membersihkan gigi dan gusi serta menyegarkan nafas. Dari studi terdahulu diketahui bahwa orang Afrika mengunyah ranting kayu tidak hanya untuk membersihkan gigi saja tetapi juga mencegah timbulnya plak, karena ranting kayu yang dikunyahnya mengandung minyak antibakteri dan tanin.

  Orang Arab menggunakan sepotong kecil akar pohon arak yang disebut siwak (Salvadora persica) untuk membersihkan gigi mereka karena serabutnya mirip seperti bulu sikat gigi. Sampai sekarang, orang Arab masih menggunakan siwak dari jenis kayu beraroma. Penelitian epidemiologis dan klinis secara in-vitro membuktikan adanya efek antimikroba siwak sehingga bermanfaat untuk membersihkan rongga

  4 mulut.

  Pada tahun 1780, seseorang yang bernama William Addis di Inggris mulai memperkenalkan the first effective brush yang diartikan sebagai sikat gigi pertama yang efektif. Sekarang sudah banyak tersedia sikat gigi dengan berbagai ukuran, bentuk, tekstur, dan desain dengan berbagai derajat kekerasan dari bulu sikat. Salah satu penyebab banyaknya bentuk sikat gigi yang tersedia di pasaran adalah adanya variasi waktu menyikat, gerakan menyikat gigi, tekanannya, bentuk dan jumlah gigi

  4 yang ada pada setiap orang. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wirna pada mahasiswa FKG USU pemakai fixed ortodontic, menunjukkan rata-rata skor indeks plak sebelum dan sesudah menyikat gigi mengalami penurunan indeks plak 2,96 dengan sikat gigi mempengaruhinya adalah efektifitas penyikatan gigi termasuk didalamnya adalah tipe

  18

  sikat gigi. Perlu diperhatikan metode penyikatan, sikat gigi yang digunakan, waktu dan frekuensi menyikat gigi.

  a.

  Sikat Gigi Ada dua jenis sikat gigi, manual dan elektrik. Sikat gigi manual terdiri atas kepala sikat (head), bulu sikat (bristle) dan tangkai atau pegangannya (handle).

  Umumnya kepala sikat bervariasi, bentuknya ada yang segiempat, oval, segitiga atau trapesium agar bisa disesuaikan dengan anatomi individu yang berbeda. Kekerasan bulu sikat juga bervariasi seperti hard (keras), medium (sedang), dan soft (lunak). Yang penting diingat bahwa sikat gigi orang dewasa harus berbeda dari sikat gigi anak-anak baik ukuran kepala sikat maupun kekerasan bulu sikatnya. American

  

Dental Associaton menganjurkan ukuran maksimal kepala sikat orang dewasa 29x10

  4 mm, anak-anak 20x7 mm dan balita 18x7 mm.

  Kekerasan bulu sikat terutama ditentukan oleh ketebalan dan panjang bulu. Makin tebal atau makin pendek bulu-bulunya maka kekakuannya makin meningkat. Pada umumnya anak-anak lebih dianjurkan memakai sikat gigi yang berbulu halus

  17 (soft) dan sikat gigi yang berbulu sedang (medium).

  b.

  Metode Menyikat Gigi Banyak metode atau teknik menyikat gigi yang diperkenalkan para ahli, kebanyakan metodenya dikenal dengan namanya sendiri seperti metode Bass,

  Stillman, Charters, atau disesuaikan dengan gerakannya. Pada prinsipnya terdapat empat pola dasar gerakan, yaitu metode vertikal, horizontal, berputar (rotasi), dan

  4 bergetar (vibrasi).

  Semua teknik menyikat gigi dapat digunakan untuk membersihkan permukaan fasial, lingual, dan oklusal namun tidak efektif untuk membersihkan daerah interproksimal kecuali teknik Bass yang cukup efektif digunakan untuk membersihkan sulkus. Namun demikian, teknik apapun yang digunakan, tujuan utama menyikat gigi adalah menyingkirkan plak dari permukaan gigi dan sulkus

  4 gingival, dengan kerusakan jaringan pendukung seminimal mungkin.

  Waktu dan Frekuensi Menyikat Gigi Umumnya, dokter gigi selalu menganjurkan pasien untuk menyikat gigi setelah makan. American Dental Association (ADA) memodifikasi pernyataan ini dengan menyatakan bahwa pasien harus menyikat gigi secara teratur, minimal 2 kali

  4 sehari yaitu pada pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur malam.

  Waktu menyikat gigi pada setiap orang tidak sama, tergantung pada beberapa faktor seperti kecenderungan seseorang terhadap plak dan debris, keterampilan menyikat gigi, dan kemampuan saliva membersihkan sisa-sisa makanan dan debris. Setelah pasien berulang kali menyikat gigi dengan diawasi oleh tenaga profesional,

  4 baru dapat ditentukan berapa kali sebaiknya orang tersebut menggosok gigi.

  Biasanya, rata-rata lama menyikat gigi adalah kira-kira 1 menit, walaupun demikian ada juga yang melaporkan 2-2,5 menit. Penentuan waktu ini tidak bisa sama pada setiap orang terutama pada orang yang sangat memerlukan program kontrol plak. Yang penting diingat bahwa sebaiknya pasien diberitahu urutan-urutan menyikat gigi. Biasanya dimulai dari bagian distal gigi paling belakang rahang atas dan kemudian permukaan oklusal dan inisialnya sampai seluruh permukaan gigi di

  4 rahang sebelahnya tercakup. Hal yang sama dilakukan pada rahang bawah.

  2.1.2 Konsumsi Makanan Berserat Kontrol plak dapat juga dilakukan dengan konsumsi makanan berserat. Kebiasaan makan-makanan berserat tidak bersifat merangsang pembentukan plak, melainkan berperan sebagai pengendali plak secara alamiah. Bahan makanan yang banyak mengandung serat antara lain buah-buahan, sayuran terutama sayuran hijau, kacang-kacangan dan serealia. Makanan berserat seperti sayur-sayuran dan buah- buahan mengandung 75-95% air. Sayuran dan buah-buahan berserat dan berair akan bersifat membersihkan karena harus dikunyah dan dapat merangsang sekresi saliva.

  13,19 Makanan yang membersihkan contohnya apel, jambu biji, nenas dan sebagainya.

  2.1.2.1 Buah Apel Buah apel adalah salah satu buah yang mengandung serat dan air. Apel merupakan jenis tumbuhan buah-buahan sub tropis yang sudah dikembangkan di

  21 Khasiat buah apel bagi kesehatan, sedemikian rupa berhubungan dengan zat-

  zat gizi maupun non gizi yang terkandung di dalam buah apel. Apel banyak mengandung vitamin, mineral, serta unsur lain seperti fitokimian, serat, tanin, baron, asam tartar, dan lainnya. Zat inilah yang sangat diperlukan tubuh kita untuk mencegah dan menanggulangi berbagai penyakit.

  22 Tabel 1. Kandungan zat gizi buah apel per 100 gram:

  Kandungan

  23 Jumlah

  Energi 58 kal Protein 0,3 g Lemak 0,4 g Karbohidrat 14,90 g Kalsium 6 mg Fosfor 10 mg Serat 0,70 g Besi 1,3 mg Vitamin A

  24 RE Vitamin B1 0,04 mg Vitamin B2 0,03 mg Vitamin C 5 mg Niacin 0,10 mg Air 84 g Tiamin 7 mg Riboflavon 3 mg Kalium 130 mg

24 Mengurangi resiko stroke

  Manfaat buah Apel: 1.

  Kalium merupakan mineral yang berfungsi untuk meningkatkan keteraturan denyut jantung, mengaktifkan kontraksi otot, mengatur pengiriman zat gizi ke sel-sel, mengendalikan keseimbangan cairan dalam jaringan dan selenurut penelitian, satu porsi buah apel mampu menurunkan resiko terkena stroke hingga 40%.

  Alternatif makanan berenergi bagi pelaku diet dan mengontrol penyakit Pektin dapat membentuk gel dalam usus sehingga waktu yang dibutuhkan sisa makanan untuk bergerak dari mulut ke anus menjadi lebih lama dan seseorang menjadi lebih lama merasa kenyang. Selain itu, ia juga mampu memperlambat masuknya glukosa dari pencernaan karbohidrat ke aliran darah sehingga dapat mengontrol penyakit kencing manis.

3. Mengurangi resiko serangan jantung.

  Pektin juga dapat mengikat berbagai zat, termasukn mengurangi penyerapan dari saluran usus. Bentuk serat ini dapat menurunkan tingkat kolesterol darah. Menurut penelitian, kadar pektin pada apel dapat menurunkan kandungan kolesterol LDL hingga 10% serta menurunkan kandungan kolesterol HDL hingga 20%, dimana keduanya merupakan penyebab serangan jantung.

  4. Membersihkan gigi. Rasa renyah apel dapat membantu membersihkan sisa-sisa makanan yang melekat pada gigi, juga memicu keluarnya saliva, sehingga mampu membersihkan gigi.

  2.1.2.2 Jenis Buah Apel Banyak jenis apel yang tersedia di pasaran, dari yang warnanya merah muda, merah pekat, hijau muda, hijau campur merah, dan merah kekuningan. Tiap jenis apel memiliki rasa manis, rasa asam, tekstur, kerenyahan, dan kandungan air yang

  26 berbeda. Apel umumnya berbentuk bulat, dengan cekungan pada pangkal pucuknya.

  Daging apel berwarna putih, renyah dan berair dengan rasa manis atau asam. Daging

  24 buah ini dilindungi oleh kulit tipis yang umumnya mengkilap.

  21 Jenis-jenis apel yang berada di Indonesia:

  1. Apel Rome Beauty

  2. Manalagi

  3. Ana

  4. Hijau (New Zeland)

  2.1.2.3 Buah Jambu Biji Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini telah dibudidayakan dan menyebar luas di daerah-daerah Jawa. Jambu biji sering disebut juga jambu klutuk, jambu siki, atau jambu batu.

  25 Jambu biji masih banyak orang

  menganggap remeh, padahal banyak manfaatnya bagi kesehatan dari zat kimia yang dikandungnya.

  Tabel 2. Kandungan zat gizi buah jambu biji per 100 gram:

  Kandungan

  26 Jumlah Energi 51 kal Air 86,10 g Protein 0,82 g Lemak total 0,60 g Karbohidrat 11,88 g Serat pangan, total 5,4 g Kalsium 20 mg Fosfor 25 mg Kalium 284 mg Magnesium 10 mg Vitamin A 792 IU Vitamin B6 0,143 g Vitamin C 183,5 mg Niacin 1200 mg Thiamin 0,050 mg Riboflavin 0,050 mg

  2.1.2.4 Jenis Buah Jambu Biji Bentuk buah jambu biji sangat bervariasi dari bulat hingga lonjong seperti buah pir, serta beraroma wangi. Rasa buah manis, manis asam, atau asam. Rasa dan aroma jambu biji yang sangat khas disebabkan oleh senyawa eugenol. Kulit buah tipis berwarna hijau sampai hijau kekuningan. Bijinya bervariasi dari sangat sedikit hingga sekitar 500 biji dalam buah yang beratnya sekitar 150 gram. Panen buahnya

  26 Buah jambu biji besarnya cukup bervariasi, dari yang berdiameter 2,5 cm

  sampai dengan lebih dari 10 cm. Jambu yang disukai oleh masyarakat umumnya adalah yang berdaging lunak dan tebal, rasanya manis, berbiji sedikit, dan buahnya

  27 berukuran besar.

  Dari sejumlah jenis jambu biji, terdapat beberapa varietas jambu biji yang digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomisnya yang relatif

  25

  lebih tinggi diantaranya: 1.

  Jambu sukun (jambu tanpa biji yang tumbuh secara partenokarpi dan bila tumbuh dekat dengan jambu biji akan cenderung berbiji kembali).

  2. Jambu bangkok (buahnya besar, dagingnya tebal dan sedikit bijinya, rasanya agak hambar).

  3. Jambu merah.

  4. Jambu pasar minggu.

  5. Jambu sari.

  6. Jambu apel.

  7. Jambu palembang.

  8. Jambu merah getas.

  2.1.2.5 Penurunan Indeks Plak dengan Mengunyah Buah Buah-buahan sudah dipercaya sebagai makanan yang kaya serat dan berbagai macam vitamin. Banyak manfaat yang diperoleh dengan mengonsumsi buah secara teratur. Selain bagus untuk kesehatan tubuh juga bagus untuk kesehatan gigi dan

  28

  mulut. Serat dalam buah-buahan merupakan pembersih alamiah pada permukaan gigi geligi, membantu menyingkirkan partikel-partikel makanan dan gula selama

  13 proses mengunyah. Mengunyah adalah proses menghaluskan makanan dari partikel yang besar ke partikel yang lebih kecil. Mengunyah makanan yang baik harus menggunakan kedua sisi rahang secara bergantian. Agar proses mengunyah menjadi lebih optimal para

  14 menyuap. Rahang pun menjadi makin aktif dan diharapkan akan tumbuh normal.

  Untuk orang normal, sebaiknya makan buah dengan cara langsung atau dikunyah. Porsi buah untuk dikonsumsi tergantung pada jenis dan besar buah. Buah ukuran kecil seperti anggur dan stroberi 1 porsi sama dengan 5 buah. Buah ukuran sedang seperti apel dan pir 1 porsi sama dengan 1 buah. Buah ukuran besar seperti

  28 semangka dan melon 1 porsi adalah 1 slice dengan potongan sedang.

  Serat juga meningkatkan intensitas pengunyahan dalam mulut. Proses mengunyah makanan berserat ini akan merangsang dan meningkatkan produksi air liur (saliva). Proses ini secara perlahan akan mengurangi pembentukan plak gigi dan karies. Saliva membantu membilas gigi dari partikel-partikel makanan yang melekat pada gigi, dan juga melarutkan komponen gula dari sisa makanan yang terperangkap

  5,13

  dalam sela-sela pit dan fisur permukaan gigi. Mekanisme pertahanan lain dari saliva dalam melindungi gigi dari proses kerusakan berupa:

  1. Saliva mempunyai efek buffer yang berfungsi menetralkan asam kuat dan basa kuat.

  2. Saliva menyediakan ion-ion yang diperlukan untuk proses remineralisasi gigi.

  3. Saliva mempunyai kapasitas anti bakteri, anti jamur, dan anti virus. Saliva mengandung ion bikarbonat dan ion fosfat yang berfungsi untuk menetralkan pH asam plak sehingga melindungi enamel dari proses demineralisasi.

  Jumlah saliva yang meningkat banyak mengandung ion-ion anorganik seperti kalsium dan fosfat yang akan melakukan proses remineralisasi segera setelah serangan asam pada gigi. Saliva juga mengandung enzim lysozyme yang berperan dalam menghambat metabolisme dan perlekatan mikroorganisme kariogenik, serta penting

  27 dalam mengontrol pertumbuhan bakteri dalam mulut. Pada penelitian yang dilakukan oleh Taufik, dkk untuk mengetahui perbedaan indeks plak antara sebelum dan sesudah mengunyah buah apel, diperoleh rata-rata penurunan indeks plak sebesar 0,76. Rata-rata skor indeks plak sebelum mengunyah prosedurnya, sampel di instruksikan untuk mengunyah dengan menggunakan kedua

  5 sisi rahang selama 8 menit.

  2.2 Plak Gigi Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan

  4

  melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak gigi diklasifikasikan atas plak supragingiva dan plak subngigiva. Berdasarkan lokasinya pada permukaan gigi plak supragingiva berada pada atau korona dari tepi gingiva. Sedangkan plak subgingival adalah plak yang lokasinya apikal dari tepi gingiva, diantara gigi dengan

  

27

jaringan yang mendindingi sulkus gingiva.

  Daerah permukaan plak tersebut berkaitan sekali dengan berbagai proses yang berkaitan dengan penyakit pada gigi dan periodonsium. Sebagai contoh plak marginal berperan penting dalam perkembangan gingivitis. Plak supragingiva dan subgingiva yang berkaitan dengan gigi berperan dalam pembentukan kalkulus dan karies akar, sedangkan plak subgingiva yang berkaitan dengan jaringan berperan dalam

  27 penghancuran jaringan lunak pada berbagai bentuk periodontitis.

  Lokasi dan laju pembentukan adalah bervariasi diantara individu. Faktor yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah oral higiene, serta faktor-faktor pejamu

  27 seperti diet, dan komposisi serta laju aliran saliva.

  Faktor diet seperti konsumsi karbohidrat yang tinggi terutama sukrosa dan makanan yang mudah melekat dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan lain yang aktif yang menyebabkan timbulnya karies. Saliva juga mempengaruhi laju pembentukan plak karena memiliki efek buffer yang berperan untuk membersihkan

  4,27 makanan di dalam mulut.

  Banyak indeks yang berkembang untuk mengukur plak, diantaranya yang paling populer adalah indeks plak O’Leary dan Loe & Silness. Indeks plak yang dipopulerkan oleh O’Leary cukup ideal untuk memonitor kebersihan mulut. Indeks plak ini menggunakan gambar atau grafik yang dapat menunjukkan lokasi plak sehingga memungkinkan dokter gigi dan pasien untuk melihat kemajuan setelah pasien melakukan kotrol plak. Selain itu, gambar ini memudahkan dokter gigi menentukan lokasi penumpukan plak dan bagian mana yang harus lebih ditekankan

  4 penyikatan giginya atau pembersihan dengan benang gigi.

  Indeks plak yang dikeluarkan Loe & Silness diindikasikan untuk mengukur skor plak berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang berada dekat margin gingiva. Indeks ini mempunyai kelebihan karena dapat digunakan untuk penelitian longitudinal dan uji klinis. Kelemahannya, bahwa penentuan ketebalan plak adalah subjektif sehingga untuk mendapatkan hasil pengukuran yang sah dibutuhkan

  4,27 pemeriksa yang terlatih baik.