Efektivitas Mengunyah Permen Karet Yang Mengandung Sukrosa Dan Xilitol Terhadap Perbedaan Akumulasi Plak Pada Mahasiswa Fkg Usu

(1)

EFEKTIVITAS MENGUNYAH PERMEN KARET

YANG MENGANDUNG SUKROSA DAN XILITOL

TERHADAP PERBEDAAN AKUMULASI PLAK

PADA MAHASISWA FKG USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Nora Devita Ritonga

NIM: 090600059

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat

Tahun 2014 Nora Devita Ritonga

Perbedaan mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol terhadap akumulasi plak pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU Medan viii + 27 halaman

Mengunyah permen karet xilitol terbukti secara klinis dapat menghambat pertumbuhan plak gigi, menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans, meningkatkan pH plak dan menyebabkan remineralisasi enamel gigi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol terhadap akumulasi plak. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan rancangan pre- post test control group design. Sampel adalah 60 orang yang dibagi secara random atas kelompok perlakuan mengunyah permen karet dan mengunyah permen karet sukrosa dengan masing-masing kelompok 30 orang. Pemeriksaan skor plak dilakukan hari ke-1 sebelum dan sesudah mengunyah, hari ke-7 dan hari ke-14. Data dianalisis dengan uji T berpasangan dan uji repeated measures anova. Pada kelompok mengunyah permen karet xilitol terjadi penurunan skor plak sebelum dan sesudah mengunyah hari ke-1 0,84 ± 0,13 dan hari ke-7 0,74 ± 0,11 dan hari ke-14 menjadi 0,65 ± 0,11. Sedangkan pada kelompok perlakuan mengunyah permen karet sukrosa terjadi peningkatan skor plak yaitu hari ke-1 0,73 ± 0,07 hari ke-7 0,81 ± 0,07 dan hari ke-14 menjadi 0,95 ± 0,07. Hasil uji analisis menunjukkan ada perbedaan yang signifikan antara mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa (p<0,05). Sebagai kesimpulan, mengunyah permen karet xilitol lebih efektif dalam menurunkan skor plak dibandingkan mengunyah permen karet sukrosa. Daftar Rujukan : 19 ( 2008-2013).


(3)

EFEKTIVITAS MENGUNYAH PERMEN KARET

YANG MENGANDUNG SUKROSA DAN XILITOL

TERHADAP PERBEDAAN AKUMULASI PLAK

PADA MAHASISWA FKG USU

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Nora Devita Ritonga

NIM: 090600059

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 21 Juli 2014

Pembimbing: Tanda tangan

Prof. Sondang Pintauli. drg., Ph.D NIP. 19640712 198903 2 001


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 21 Juli 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. Sondang Pintauli. drg., Ph.D

ANGGOTA : 1. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes 2. Gema Nazri Yanti, drg., M.Kes


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Prof. Nazruddin, drg., Sp.Ort., Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D, Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat FKG USU sekaligus pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran dan dorongan semangat dalam membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

3. Rika Mayasari Alamsyah, drg., M.Kes dan Gema Nazri Yanti, drg., M Kes sebagai tim penguji skripsi yang telah memberikan saran dan bimbingan agar skripsi ini lebih baik.

4. Amrin Thahir drg, selaku pembimbing akademik yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama masa pendidikan.

5. Prof. Sutomo Kasiman, Sp. P.D., Sp.JP(K) selaku Ketua Komisi Etik penelitian bidang kesehatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan persetujuan pelaksanaan penelitian ini.

Ucapan terima kasih tidak terhingga kepada ayahanda H. Indra Aruman Ritonga dan ibunda Lisliwati Pasaribu atas segala pengorbanan, doa, dukungan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis sampai saat ini. Terima kasih juga kepada Syuaibah Lubis. drg, yang telah memberikan dorongan semangat kepada penulis dan wali penulis H. Gus Irawan Pasaribu SE,Ak.MM dan juga kepada abang penulis Dodi Nurmansyah putra Ritonga, SH, kakak penulis Lisa Khairani Ritonga


(7)

dan Fitri Marina Ritonga, M. Kom, beserta seluruh keluarga besar yang memberikan motivasi dan semangat selama penyusunan skripsi ini.

Teman-teman FKG stambuk 2009, khususnya Vivi Zayanthi, Selly Ramadhani, Rima, Lili, Debby, Nabila, Lusiana, Sari, Karsa, Ipeh, Lili Haryati dan filya atas bantuan dan semangat yang diberikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang jauh lebih baik di kemudian hari.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu kesehatan gigi masyarakat.

Medan, 10 Juli 2014 Penulis,

(Nora Devita Ritonga) NIM: 090600059


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Plak Gigi ... 5

2.1.1 Mekanisme Pembentukan Plak Gigi ... 5

2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi Proses Pembentukan Plak Gigi... 6

2.2 Karies Gigi ... 7

2.3 Jenis-Jenis karbohidrat ... 8

2.3.1 Monosakarida ... 9

2.3.2 Disakarida ... 9

2.3.3 Polisakarida ... 10

2.4 Indeks plak ... 12

2.5 Kerangka Teori ... 13

2.6 Kerangka Konsep ... 14

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 15


(9)

3.3 Populasi dan Sampel ... 15

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel ... 16

3.5 Prosedur Penelitian ... 16

3.6 Pengolahan dan Analisa Data ... 17

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran responden………... 18

4.2 Rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa ... 18

4.3 Rerata skor plak kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1 dan sesudah hari ke-7 ... 19

4.4 Rerata skor plak kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1 dan sesudah hari ke-14 ... 20

4.5 Perbedaan skor plak pada kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-7 dan ke-14 ... 20

4.6 Perbedaan rerata skor plak kedua kelompok mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa ... 21

4.7 Perbedaan hasil skor plak mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1, ke-7 dan ke-14... 22

BAB 5 PEMBAHASAN………... 23

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 25

6.2 Saran ... 25

DAFTAR PUSTAKA ... 26 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Indeks plak yang dipopulerkan oleh Löe dan Silness... 12 2 Gambaran responden berdasarkan umur dan jenis kelamin pada

mahasiswa FKG USU (n = 60) ... 18 3 Rata-rata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet hari

ke-1 pada kelompok xilitol dan sukrosa ... 19 4 Perbedaan skor plak pada kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari

ke-1 dan ke-7 ... 19 5 Perbedaan skor plak pada kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari

ke-1 dan ke-ke-14 ... 20 6 Perbedaan skor plak pada kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari

ke-7 dan ke-14 ... 21 7 Hasil Uji Repeated Measure Anova kelompok mengunyah permen karet


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Indeks plak Löe dan Sillnes ... 12 2 Grafik perbedaan skor indeks plak kedua kelompok mengunyah permen


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Kuesioner data subjek penelitian perbedaan mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol terhadap akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU

2 Lembar penjelasan kepada calon subjek penelitian

3 Lembaran persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent) 4 Surat persetujuan komisi etik penelitian


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan gigi dan rongga mulut sangat penting untuk diperhatikan, karena rongga mulut merupakan tempat yang amat ideal bagi perkembangan bakteri disebabkan temperatur, kelembaban dan tersedianya makanan yang cukup untuk perkembangan bakteri. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan di masyarakat.1 Menurut RISKESDAS pada tahun 2007, prevalensi karies adalah 71% yang 46,5% di antaranya merupakan karies aktif yang belum dirawat.2

Karies merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh interaksi beberapa faktor, seperti faktor host (gigi dan saliva), mikroorganisme, substrat (makanan) serta waktu .3 Salah satu upaya untuk mengontrol karies gigi adalah dengan mengganti asupan gula yang mengalami fermentasi (terutama sukrosa) dengan gula pengganti yang tidak mengalami fermentasi. Gula pengganti yang sering digunakan seperti pemanis polyol. Polyol yang sering digunakan untuk permen karet adalah sorbitol, heksatol yang merupakan turunan dari glukosa, dan xilitol yang merupakan pentatol dan banyak ditemukan di alam.4

Permen karet mengandung oleh beberapa komposisi seperti pemanis, gum base, perasa, dan agen aromatik. Dahulu, rasa manis permen karet berasal dari sukrosa yang dapat mengalami fermentasi sehingga dapat menyebabkan karies gigi. Kemampuan permen karet dalam mengurangi insidens karies gigi berasal dari gerakan mengunyah dan gula pengganti non kariogenik yang digunakan sebagai pemanis.5 Hasil penelitian Hanson menunjukkan bakteri oral tidak menggunakan gula pengganti untuk menghasilkan asam yang mendemineralisasikan email dan dentin, sehingga oleh Food and Drug Administration (FDA) disetujui sebagai bahan non kariogenik dan permen karet yang mengandung xilitol telah diakui memiliki efek


(14)

pencegahan karies gigi dan penggunaannya didukung oleh American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD).6,7

Xilitol adalah gula alkohol atau gula polialkohol tipe pentitol yang di dalam molekulnya, xilitol mengandung lima atom karbon atau lima golongan hidroksil. Xilitol telah digunakan sejak tahun 1960 dalam terapi infus bagi pasien pasca operasi, luka bakar dan syok dan diet bagi pasien diabetes baru-baru ini xilitol digunakan sebagai pemanis berbagai produk yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan rongga mulut. Xilitol secara aktif memproteksi gigi dari karies dengan cara menurunkan jumlah Streptococcus mutans dan tingkat produksi asam laktat dari bakteri.8

Penelitian mengenai efektivitas xilitol dalam mengurangi insidens karies gigi pertama kali dilakukan pada penelitian Hanson terhadap gula turku awal tahun 1970. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penelitian yang menggantikan fruktosa dan sukrosa dalam diet mereka dengan xilitol mengalami penurunan karies gigi hingga 85%.7 Menurut penelitian Astoeti, Astuti, Roeslan dan Sudhana pada tahun 2007 yang dilakukan pada pekerja kantor usia 23-45 tahun menunjukkan bahwa mengunyah permen karet xilitol sebanyak 2biji/hari dengan berat 3 gram secara signifikan mempunyai skor plak lebih rendah dibandingkan kelompok mengunyah permen karet sukrosa selama 28 hari. Hasil skor plak mengunyah permen karet xilitol pada kelompok perlakuan awal 1,3 ± 0,4, hari ke-14 sebesar 0,9 ± 0,3 sedangkan hari ke-28 menjadi 0,9 ± 0,4, sedangkan pada kelompok mengunyah permen karet sukrosa pada perlakuan awal 1,6 ± 0,4, hari ke-14 menurun menjadi 1,4 ± 0,4 dan hari ke-28 naik menjadi 1,5 ± 0,4. Hal ini menunjukkan skor plak kelompok xilitol lebih rendah dibandingkan kelompok sukrosa selama 14 dan 28 hari.8

Dewi pada tahun 2008 meneliti tentang pengaruh mengunyah permen karet yang mengandung xilitol terhadap pembentukan plak gigi pada 30 orang mahasiswi Akademi Perawat Kesdam IV Diponegoro Semarang. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan akumulasi plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xilitol pada kedua perlakuan dengan nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini menunjukkan


(15)

bahwa permen karet yang mengandung xilitol berpengaruh terhadap penurunan skor plak.9 Dalam penelitian Wang, Chuang dan Liao yang dilakukan di Taiwan menunjukkan bahwa mengunyah permen karet xilitol 5 biji/hari selama 2 minggu menyebabkan penurunan akumulasi plak secara signifikan (21,58%, p<0,01) dan dapat mengurangi bakteri Streptococcus mutans (23,14%, p<0,05) sedangkan pada kelompok kontrol yang tidak mengunyah permen karet menunjukkan tidak ada perubahan signifikan.10

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan pengaruh mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol terhadap akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU. Penelitian ini dilakukan pada mahasiswa FKG USU karena tingkat kepedulian dan pengetahuan yang tinggi terhadap kebersihan rongga mulut, di samping akses yang lebih mudah.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka didapat rumusan masalah: Apakah ada perbedaan mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol terhadap akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU?

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui efektivitas mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol terhadap perbedaan akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol hari ke-1 pada mahasiswa FKG USU.


(16)

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan skor plak sesudah mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol pada hari ke-1, hari ke-7 dan hari ke-14 pada mahasiswa FKG USU.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan rerata skor plak mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol pada mahasiswa FKG USU.

1.4Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa.

2. Ada perbedaan skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet yang mengandung xilitol.

3. Ada perbedaan rerata skor plak mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol.

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah :

1. Memberikan informasi mengenai pengaruh mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan permen karet yang mengandung xilitol terhadap akumulasi plak.

2. Memberikan informasi bagi masyarakat agar dapat memilih permen karet yang baik untuk dikonsumsi sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya karies gigi.

3. Bagi peneliti: sebagai informasi ilmiah untuk landasan penelitian lanjutan mengenai efek permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol terhadap akumulasi plak.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Plak Gigi

Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak dan melekat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Plak tidak dapat dibersihkan hanya dengan kumur-kumur, semprotan air atau udara, tetapi plak hanya dapat dibersihkan dengan cara mekanis. Sampai saat ini cara mekanis yang paling efektif untuk membersihkan plak adalah dengan menyikat gigi.4,9

Plak dapat digambarkan sebagai lapisan yang kadang-kadang tebalnya sampai 2 mm pada semua permukaan mulut, terutama pada permukaan gigi dan sering juga pada permukaan gingiva dan lidah. Jika jumlahnya sedikit plak tidak dapat terlihat, kecuali diwarnai dengan larutan disclosing atau sudah mengalami diskolorisasi pigmen-pigmen yang berada dalam rongga mulut. 9

Plak yang tidak dibersihkan akan menyebabkan mikroorganisme berkembang biak dan plak akan tebal mengeras, dan menjadi kalkulus dan akan menyebabkan karies. Kesehatan rongga mulut memegang peranan penting sebagai komponen hidup sehat. Jika oral hygiene tidak terpelihara dengan baik, akan menimbulkan penyakit di rongga mulut, yaitu karies gigi dan gingivitis merupakan penyakit di rongga mulut yang dapat menyebabkan hilangnya gigi secara patologis.19

2.1.1 Mekanisme pembentukan plak gigi

Proses pembentukan plak dapat dibagi atas 3 tahap yaitu, pembentukan pelikel yang membalut permukaan gigi, kolonisasi awal oleh bakteri dan kolonisasi sekunder dan matrikulasi plak.18

a. Pembentukan pelikel yang membalut permukaan gigi.

Pembentukan pelikel pada permukaan gigi merupakan fase awal pembentukan plak. Pada tahap awal permukaan gigi dibalut oleh pelikel glikoprotein.


(18)

Pelikel tersebut berasal dari saliva dan cairan sulkus, begitu juga produk sel bakteri dan pejamu serta debris. Pengamatan terhadap pelikel enamel yang baru terbentuk dua jam menunjukkan bahwa komposisi asam aminonya berbeda dari komposisi saliva, hal ini berarti bahwa pelikel dibentuk oleh adsorpsi makromolekul secara selektif.

b. Kolonisasi awal pada permukaan gigi

Dalam waktu beberapa jam bakteri akan dijumpai pada pelikel gigi. Bakteri pertama yang mengkloni permukaan gigi yang dibalut pelikel adalah streptococcus mutans yaitu gram positif. Pengkloni awal tersebut melekat ke pelikel dengan bantuan adhesi, yaitu molekul spesifik yang berada pada permukaan bakteri. Massa plak kemudian mengalami pematangan bersamaan dengan pertumbuhan bakteri yang telah melekat, maupun kolonisasi dan pertumbuhan spesies lainnya. Dalam perkembangannya terjadi perubahan dan ekologis pada biofilm, yaitu dari lingkungan yang aerob dengan bakteri gram positif menjadi lingkungan yang sangat miskin oksigen yaitu mikroorganisme anaerob gram negatif.

c. Kolonisasi sekunder dan pematangan plak

Pengkloni sekunder adalah mikroorganisme yang tidak turut sebagai pengkloni awal ke permukaan gigi yang bersih seperti Prevetella intermedia. Mikroorganisme tersebut melekat ke sel bakteri yang telah berada dalam massa plak. Interaksi yang menimbulkan perlekatan bakteri pengkloni sekunder ke bakteri pengkloni awal dinamakan koagregasi. Pada stadium akhir pembentukan plak, yang dominan adalah koagregasi di antara spesies gram negatif.


(19)

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan plak gigi

Menurut Carlsson yang dikutip dalam buku ilmu pencegahan penyakit jaringan keras dan jaringan pendukung gigi, faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan plak gigi adalah :11

a. Lingkungan fisik, meliputi anatomi dan posisi gigi, anatomi jaringan sekitarnya, struktur permukaan gigi yang jelas terlihat setelah dilakukan pewarnaan dengan larutan disclosing. Pada daerah celah-celah gigi karena kecembungan permukaan gigi, pada gigi yang letaknya salah, pada permukaan gigi dengan kontur tepi gusi yang buruk, pada permukaan email yang rusak, dan pada daerah pertautan sementoemail yang kasar, terlihat jumlah plak yang terbentuk lebih banyak.

b. Friksi atau gesekan oleh makanan yang dikunyah. Ini hanya terjadi pada permukaan gigi yang cembung atau tinggi. Pemeliharaan kebersihan mulut dapat mencegah atau mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi.

c. Pengaruh diet diteliti dalam dua aspek, yaitu pengaruhnya secara fisik dan pengaruhnya sebagai sumber makanan bagi bakteri di dalam plak. Jenis makanan yaitu keras dan lunak, mempengaruhi pembentukan plak pada permukaan gigi. Ternyata plak banyak terbentuk jika kita lebih banyak mengkonsumsi makanan lunak, terutama makanan yang mengandung karbohidrat jenis sukrosa. Kariogenitas makanan tergantung pada beberapa faktor, misalnya konsentrasi sukrosa, sifat perlekatan makanan pada permukaan gigi, kecepatan pembersihan rongga mulut dan kualitas pembersihan.

2.2 Karies Gigi

Karies berasal dari kata Yunani yang berarti lubang. Menurut Lundeen dan Roberson karies adalah penyakit menular pada gigi yang disebabkan oleh mikroba yang mengakibatkan terlarut dan hancurnya jaringan keras gigi. Karies merupakan suatu penyakit infeksi pada jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan sementum


(20)

yang disebabkan aktivitas mikroorganisme yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan dan mengakibatkan kerusakan struktur gigi serta bersifat kronik.2 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya invasi mikroorganisme dan kerusakan pada jaringan pulpa serta penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan dapat menimbulkan rasa nyeri.2,15

Karies gigi bersifat multifaktorial sehingga terjadi interaksi dari tiga faktor utama yaitu: host (tuan rumah), agen (mikroorganisme), substrat atau diet dan satu faktor tambahan yaitu faktor waktu.4

1. Host atau tuan rumah

Ada beberapa faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi ukuran dan bentuk gigi, struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.

2. Faktor agen atau mikroorganisme

Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies. Pada awal pembentukan plak, kokus gram positif merupakan jenis yang paling banyak dijumpai seperti Streptokokus mutans, Streptokokus sanguis, Streptokokus mitis dan Streptokokus salivarius serta beberapa strain lainnya.

3. Substrat atau diet

Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu, dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi asam serta bahan aktif yang menyebabkan timbulnya karies.


(21)

4. Waktu

Telah dibuktikan bahwa asam dari plak gigi akan menurunkan pH rongga mulut sampai 5 dalam waktu 3-5 menit setelah memakan makanan yang mengandung karbohidrat. pH rendah ini sangat membahayakan gigi, walaupun pH ini akan menjadi normal kembali setelah satu jam. Oleh sebab itu menyikat gigi segera sesudah makan adalah satu faktor yang penting karena dapat menurunkan insidens dan frekuensi karies gigi.

2.3Jenis – jenis Karbohidrat

Karbohidrat merupakan sumber energi yang penting bagi tubuh. Ada 3 jenis karbohidrat yaitu polisakarida, disakarida dan monosakarida.

2.3.1 Monosakarida ( glukosa)

Monosakarida dari bahasa Yunani yaitu: satu, sacchar: gula) adalah senyawa karbohidrat dalam bentuk gula yang paling sederhana. Beberapa monosakarida mempunyai rasa manis. Sifat umum dari monosakarida adalah larut air, tidak berwarna, dan berbentuk padat kristal. Contohnya adalah glukosa (dextrosa), fruktosa (levulosa), galaktosa dan ribosa. Monosakarida merupakan senyawa pembentuk disakarida (seperti sukrosa) dan polisakarida (seperti selulosa dan amilum).

2.3.2Disakarida (sukrosa)

Sukrosa merupakan jenis disakarida yang paling banyak dikonsumsi orang padahal bersifat lebih kariogenik daripada karbohidrat jenis lainnya. Sukrosa merupakan gula pasir biasa, komposisi kimia dari gula adalah sama satu satuan fruktosa yang digabung dengan satuan glukosa. Ikatan glikosida menghubungkan karbon ketal dan asetal. Pada sukrosa, kedua atom karbon anomerik digunakan untuk ikatan glikosida. Dalam sukrosa, baik fruktosa maupun glukosa tidak memiliki gugus hemiasetal oleh karena itu sukrosa didalam air tidak berada dalam kesetimbangan


(22)

dengan suatu bentuk aldehid atau keto. Konsumsi sukrosa dalam jumlah besar dapat menurunkan kapasitas bufer saliva sehingga mampu meningkatkan insiden terjadinya karies.8

Manifestasi sukrosa dalam kehidupan sehari-hari adalah dalam bentuk gula putih. Sukrosa banyak dikonsumsi orang karena rasa manisnya enak, bahan dasarnya mudah diperoleh dan biaya produksinya cukup murah. Walaupun demikian, hasil menunjukkan sebagai indikasi karies paling besar. Hal ini disebabkan karena sintesa ekstra sel sukrosa lebih cepat daripada gula lainnya seperti gluokosa, fruktosa dan laktosa sehingga cepat diubah oleh mikroorganisme dalam rongga mulut menjadi asam. Oleh karena itu, dicari suatu cara untuk mengurangi jumlah konsumsi sukrosa yaitu menggantikannya dengan gula alkohol. Gula alkohol adalah gula yang komposisi kimianya terdiri dari tiga atau lebih kelompok hidroksil. Bentuk gula alkohol antara lain sorbitol, xilitol dan manitol.8,16

2.3.3 Polisakarida (xilitol)

Xilitol merupakan jenis polisakarida, xilitol adalah lima karbon polyalkohol, xilitol dimetabolisme di hati dan dikonversikan menjadi D-xylulose dan glukosa oleh polyol dehydrogenase Xilitol pertama kali ditemukan oleh Herman Emil Fischer, seorang kimiawan berkebangsaan Jerman pada tahun 1891. Xilitol telah digunakan sebagai pemanis pada makanan sejak tahun 1960-an. Namun demikian, pemanfaatanya untuk perawatan gigi baru digunakan pada era tahun 1970-an di Finlandia. Pada waktu itu para peneliti dari Universitas Turku menunjukkan hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa xilitol dapat mencegah terjadinya karies gigi. Setelah melalui kontemplasi yang cukup panjang pada tahun 1983 JECFA (Joint Expert Committe of Food Additives) milih FAO/WHO merestui penggunaan xilitol sebagai pemanis dalam produk pangan. Tiga tahun kemudian, FDA (Fod Drug Administration) mengizinkan penggunaannya.7,8

Xilitol mempunyai atom karbon yang lebih pendek daripada pemanis lainnya, antara lain sorbitol fruktosa dan glukosa. Atom karbon pada xilitol membuat bakteri pathogen seperti Streptococcus mutans tidak dapat mengonsumsinya yang


(23)

menyebabkan bakteri ini gagal berproliferasi. Satu sendok teh xilitol mengandung 9,6 kalori sedangkan satu sendok gula pasir mengandung 15 kalori. Xilitol tidak mengandung karbohidrat efektif (zero net carbohidrate) sedangkan gula pasir mengandung 4 gram per sendok teh. Xilitol juga tidak mempunyai efek after taste

(rasa tidak enak yang bertahan setelah mengkonsumsi sesuatu). Nama lain xilitol adalah pentitol, pentose, polyalkohol dan polyol.7,9

Secara kimia struktur xilitol terdiri atas lima atom karbon dan lima gugus hidroksil (C5H12O5), tidak seperti gula lainya yang terdiri dari atas atom karbon. Struktur seperti ini sangat sulit untuk dimetabolisme oleh bakteri sehingga xilitol secara komersi dilakukan melalui proses hidrogenasi xylosa (C5H10O5) dengan bantuan katalisator nikel, pada suhu 80º-14º celcius dan 50 tekanan atmosfer.16

Xilitol murni berupa kristal putih, dengan wujud dan rasa seperti gula. Pada label produk pangan, xilitol sering dimasukkan sebagai karbohidrat dan sebagian kecil sebagai poliol, meskipun dalam pustaka xilitol termasuk dalam kelompok poliol atau alkohol polihidrat atau gula alkohol. Xilitol mengandung kurang dari 40% kalori dan energi yang lebih sedikit jika dibandingkan karbohidrat lainnya. Satu gram xilitol menghasilkan 2,4 kalori. Dalam kemasan permen karet kandungan xilitol sebesar 1236 mg per saji dan manitol 1206 mg per saji. Menurut Yusuf xilitol yang diaplikasikan dalam permen karet mengandung furonan dan kalsium fosfat yang memberikan efek positif apabila dikonsumsi dua butir dalam lima kali sehari sehabis makan, sikat gigi dan sebelum tidur.19

Adapun fungsi xilitol yang terbukti secara klinis adalah menghambat pertumbuhan plak gigi, menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans,

menghambat demineralisasi email gigi, meningkatkan pH plak, menyebabkan remineralisasi enamel gigi, produksi air liur meningkat sehingga dapat meredakan xerostomia sebagai bahan pemanis yang aman untuk penderita diabetes, mengurangi infeksi di mulut dan nasofaring dan pencegah atau penahan laju osteoporosis tulang.

Permen karet dipasaran banyak menggunakan bahan pemanis sukrosa. Bahan pemanis sukrosa dipecah menjadi monosakarida oleh enzim glukosiltransferase yang


(24)

dihasilkan Streptococus mutans. Hasil pemecahan ini berupa glukugan dan fruktan, yang digunakan pada proses metabolisme glikolisis hingga menghasilkan energi dan asam yang dapat menyebabkan gigi karies. Selain permen karet yang menggunakan sukrosa sebagai pemanis, terdapat juga permen karet yang menggunakan xilitol sebagai pengganti sukrosa yang sifat karioogeniknya lebih ringan dibandingkan dengan sukrosa. Xilitol memiliki derajat kemanisan yang sama dengan sukrosa, yaitu gula biasa, namun dibandingkan dengan sukrosa, xilitol lebih sedikit kalorinya, yaitu sekitar 40%. Xilitol tidak dimetabolisme oleh bakteri oral termasuk Streptococcus mutans akan terbentuk xilitol 5 fosfat yang menyebabkan kerja substansi yang berperan dalam proses glikolisis terhambat. Hal ini akan mengakibatkan menurunnya energi yang dihasilkan saat proses metabolisme, dengan demikian permen karet ini dapat mengurangi pembentukan plak dan bersifat antikaries karena mampu menekan jumlah koloni Streptococus mutans, menghambat pertumbuhan plak, menekan keasaman saliva.

2.4 Indeks Plak

Indeks plak dipopulerkan oleh Löe dan Silness pada tahun 1964. Indeks ini diindikasikan untuk mengukur skor plak berdasarkan lokasi dan kuantitas plak yang berada dekat margin gingiva. Disarankan untuk menggunakan indeks ini sehingga dapat membantu melihat adanya hubungan plak gigi dengan inflamasi gingiva. Menurut Debnath, indeks ini digunakan dengan bantuan larutan pewarna yang dioeleskan ke seluruh permukaan gigi dan kemudian diperiksa. Setiap gigi diperiksa empat permukaan yaitu permukaan mesial, distal, lingual dan fasial dan kemudian skornya dihitung.4


(25)

Gambar 1. Indeks plak Löe dan Sillness Tabel 1. Skor plak yang dipopulerkan oleh Löe dan Silness.

SKOR KRITERIA

0 Tidak ada plak pada gingiva

1 Dijumpai lapisan tipis plak yang melekat pada margin gingiva didaerah yang berbatasan dengan gigi tetangga

2 Dijumpai tumpukan sedang deposit lunak pada poket gingiva dan pada margin gingiva dan atau pada permukaan gigi tetangga yang dapat dilihat langsung

3 Terdapat deposit lunak yang banyak pada poket gingiva dan atau pada margin dan permukaan gigi tetangga

Cara perhitungan skor :

- Untuk satu gigi : jumlah seluruh skor dari empat permukaan 4

- Untuk keseluruhan gigi : jumlah skor plak jumlah gigi yang ada


(26)

2.5 Kerangka Teori

Pembersihan mekanis: Mengunyah Permen Karet

Sukrosa

- Menyebabkan

demineralisasi gigi

- Menyebabkan

karies gigi

Xilitol

- Menghambat

pembentukan plak gigi

- Menghambat


(27)

2.7 Kerangka Konsep

Mengunyah permen karet :

- sukrosa - xilitol

Skor plak - Peningkatan plak - Penurunan plak

- Banyaknya permen karet 2 butir = 3 gram - Dosis 3x2/hari selama 14 hari


(28)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan pre-post test control group design yaitu dengan melakukan pengukuran atau observasi sebelum dan sesudah perlakuan diberikan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang terletak di Jalan Alumni No.2 Padang Bulan, Medan. Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini dimulai dari bulan Januari sampai dengan Februari tahun 2014.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa FKG USU stambuk 2009 yang berjumlah 165 orang. Pengambilan sampel dilakukan menurut teori Roscoe pada tahun 1975 bahwa untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol besar sampel minimum antara 10 sampai 20, tetapi secara umum untuk memperoleh hasil penelitian yang baik besar sampel adalah 30 orang. Pada penelitian ini diambil sebanyak 60 orang mahasiswa secara purposive menurut kriteria inklusi yang dikelompokkan menjadi kelompok perlakuan secara random mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa masing-masing kelompok sebanyak 30 orang.

Kriteria Inklusi

- Bersedia ikut dalam penelitian

Kriteria Eksklusi

- Gigi crowded

- Memakai ortodonti lepasan - Sakit gigi


(29)

3.4Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

1. Variabel perlakuan:

a. Mengunyah permen karet xilitol (neo LOTTE xilitol): mengunyah permen karet xilitol sebanyak 2 butir (3gr) 3 kali sehari selama 5 menit.

b. Mengunyah permen karet sukrosa (LOTTE Sweet Berry): mengunyah permen karet sukrosa sebanyak 2 butir (3 gr) 3 kali sehari selama 5 menit.

c. Waktu dan frekuensi mengunyah permen karet sukrosa dan xilitol adalah pagi jam 10.00, siang 12.00 dan sore jam 15.30 wib, di lakukan selama 14 hari. 2. Variabel tergantung: skor plak

3.5 Prosedur Penelitian

Tahapan penelitiannya adalah:

1. Seluruh mahasiswa yang dijadikan sampel dikumpulkan pada jam 10.00 WIB.

2. Peneliti menjelaskan prosedur penelitian:

a. Waktu : mengunyah permen karet 3xsehari pada pukul 10.00-12.00-15.30 WIB dilakukan selama 14 hari.

b. Cara : 2 butir dikunyah selama 5 menit 3 kali sehari dan dikunyah selama 14 hari (84 butir).

3. Mahasiswa dibagi atas 2 kelompok, yaitu : a) Kelompok 1 : mengunyah permen karet xilitol. b)Kelompok 2 : mengunyah permen karet sukrosa.

4. Dilakukan pemeriksaan skor plak awal pada pukul 10.00 wib setelah sampel sarapan atau makan.

5. Diinstruksikan mahasiswa mengunyah permen karet sukrosa dan xilitol selama 5 menit dan kemudian dilakukan pengukuran skor plak pertama, hasilnya dicatat pada lembar penelitian. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan kaca mulut dan sonde berbentuk sabit. Selanjutnya diberikan larutan pewarna disclosing solution pada seluruh permukaan gigi. Kemudian dilakukan pemeriksaan setiap gigi


(30)

pada empat permukaan yaitu mesial, distal, lingual dan fasial, setelah itu diberi skor sesuai dengan kriteria indeks plak oleh Löe dan Silness.

6. Kemudian peneliti mengumpulkan mahasiswa dan mengontrol kembali cara yang dilakukan selama 14 hari.

7. Dilakukan pemeriksaan skor plak kembali pagi hari pukul 10.00 wib, pada hari ke-7 dan hari ke-14 untuk melihat adakah perbedaan skor plak setelah mengkonsumsi permen xilitol dan sukrosa dengan menggunakan metode Löe & Silness.

3.6 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer. Analisis statistik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis Uji T berpasangan untuk mengetahui perbedaan skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet yang mengandung xilitol dan sukrosa hari ke-1, hari ke-7 dan hari ke-14.

2. Analisis Uji Repeated Measures anova untuk melihat perbedaan rerata skor plak kelompok mengunyah xilitol dan sukrosa hari ke-1, ke-7 dan hari ke -14 .


(31)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah responden perempuan sebanyak 66,7%, lebih banyak daripada laki-laki yaitu 33,3%. Berdasarkan umur lebih banyak umur 22 tahun yaitu 50% daripada umur 23 tahun 33,3% dan umur 21 tahun 16,7% (Tabel 2).

Tabel 2. Gambaran responden berdasarkan umur dan jenis kelamin pada mahasiswa FKG USU (n=60)

Karakteristik n %

Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 20 40 33,3 66,7 Umur (tahun) 21 22 23 10 30 20 16,7 50 33,3

4.2 Rerata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa

Pada kelompok mengunyah permen karet xilitol rata-rata skor plak hari ke-1 sebelum mengunyah 0,88 ± 0,14 dan sesudah mengunyah terjadi sedikit penurunan menjadi 0,84 ± 0,13 dengan selisih skor plak 0,04. Pada kelompok sukrosa sebelum dan sesudah mengunyah hari ke-1 diperoleh nilai yang hampir sama. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada kelompok mengunyah xilitol (p>0,05). Sedangkan pada kelompok mengunyah sukrosa tidak ada perbedaan yang signifikan yaitu (p<0,09) (Tabel 3).


(32)

Tabel 3. Rata-rata skor plak sebelum dan sesudah mengunyah permen karet hari ke-1 pada kelompok xilitol dan sukrosa

Kelompok perlakuan n

Sebelum Sesudah

Selisih t p

X

� + SD X� + SD

Xilitol 30 0,88 ± 0,14 0,84 ± 0,13 0,04 9,88 0,0001 Sukrosa 30 0,72 ± 0,07 0,73 ± 0,07 0,01 -2,80 0,09

4.3 Rerataskor plak kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1 dan sesudah hari ke-7

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor plak mengunyah permen karet xilitol hari ke-1 adalah 0,84 ± 0,13 dan sesudah hari ke-7 menjadi 0,74 ± 0,11 terjadi penurunan dengan selisih 0,09. Sedangkan skor plak mengunyah permen karet sukrosa hari ke-1 adalah 0,73 ± 0,07 dan sesudah hari ke-7 meningkat menjadi 0,81 ± 0,07 dengan selisih 0,08. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada kelompok mengunyah xilitol dan sukrosa (p>0,05) (Tabel 4).

Tabel 4. Perbedaan skor plak pada kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1 dan ke-7 Kelompo k perlakuan n Sesudah mengunyah hari ke- 1 Sesudah mengunyah hari

ke- 7 Selisih t p X� + SD X� + SD

Xilitol 30 0,84 ± 0,13 0,74 ± 0,11 0,09 11,2 0,000 1 Sukrosa 30 0,73 ± 0,07 0,81 ± 0,07 0,08

-13,06

0,000 1


(33)

4.4 Rerata skor plak kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1 dan sesudah hari ke-14

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor plak mengunyah permen karet xilitol hari ke-1 yaitu 0,84 ± 0,13 dan sesudah hari ke-14 terjadi penurunan yaitu 0,65 ± 0,11 dengan selisih 0,24. Sedangkan skor plak mengunyah permen karet sukrosa hari ke-1 yaitu 0,73 ± 0,07 dan sesudah hari ke-14 terjadi peningkatan skor plak 0,95 ± 0,07 dengan selisih 0,22. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada kelompok xilitol dan sukrosa (p<0,05) (Tabel 5).

Tabel 5. Perbedaan skor plak pada kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1 dan ke-14

Kelompo k perlakuan

n

Sesudah hari ke- 1

Sesudah hari

ke- 14 Selisih t p X� + SD X� + SD

Xilitol 30 0,84 ± 0,13 0,65 ± 0,11 0,24 21,8 0,000 1 Sukrosa 30 0,73 ± 0,07 0,95 ± 0,07 0,22 -19,5 0,000

1

4.5 Perbedaan skor plak pada kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-7 dan ke-14

Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor plak mengunyah permen karet xilitol hari ke-7 0,74 ± 0,11 dan sesudah hari ke-14 terjadi penurunan yaitu 0,65 ± 0,11 dengan selisih 0,14. Sedangkan skor plak mengunyah permen karet sukrosa hari ke-7 yaitu 0,81 ± 0,07 dan sesudah hari ke-14 terjadi peningkatan sedikit menjadi 0,95 ± 0,07 dengan selisih 0,13. Hasil analisis menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada kelompok xilitol dan sukrosa (p<0,05) (Tabel 6).


(34)

Tabel 6. Perbedaan skor plak pada kelompok xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-7 dan ke-14 Kelompo k perlakuan n Sesudah hari ke- 7 Sesudah hari

ke- 14 Selisih t p X� + SD X� + SD

Xilitol 30 0,74 ± 0,11 0,65 ± 0,11 0,14 26,6 0,0001 Sukrosa 30 0,81 ± 0,07 0,95 ± 0,07 0,13 -14,9 0,0001

4.6 Perbedaan rerata skor plak kedua kelompok mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa

Berdasarkan perbedaan rerata skor indeks plak pada hari pertama sebelum mengunyah permen karet xilitol adalah 0,88 ± 0,14, sesudah mengunyah terdapat penurunan secara berurutan hari ke-1, ke-7 dan ke-14 yaitu 0,84 ± 0,13, 0,74 ± 0,11 dan 0,65 ± 0,11. Sedangkan pada kelompok sukrosa sebelum dan sesudah mengunyah hari ke-1 diperoleh nilai yang hampir sama, sedangkan hari ke-7 terjadi peningkatan 0,81 ± 0,07 dan hari ke-14 menjadi 0,95 ± 0,07 (Gambar 1).

Gambar 2. Grafik perbedaan skor indeks plak kedua kelompok mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa

0,000 0,200 0,400 0,600 0,800 1,000 1,200 Hari pertama sebelum Hari pertama sesudah

Hari ketujuh Hari keempat belas

Xylitol Sukrosa


(35)

4.7 Perbedaan hasil skor plak mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1, ke-7 dan ke-14

Hasil uji Repeated Measures Anova menunjukkan nilai p=0,0001 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok mengunyah permen karet xilitol dan kelompok sukrosa sesudah hari ke-1, hari ke-7 dan hari ke-14 (Tabel 7).

Tabel 7. Perbedaan rerata skor plak pada kelompok mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa sesudah hari ke-1, hari ke-7 dan ke-14 (n=30)

Kelompok

perlakuan Hari ke-1 Hari ke-7 Hari ke-14

Hasil Analisis Statistik Xilitol 0,84 0,74 0,65

p=0,0001 Sukrosa 0,73 0,81 0,95


(36)

BAB 5

PEMBAHASAN

Pada kelompok mengunyah permen karet xilitol terlihat rata-rata jumlah skor plak sebelum mengunyah, hari ke-1, hari ke-7 dan hari ke-14 menunjukkan adanya penurunan. Rata-rata skor plak sebelum mengunyah 0,88 ± 0,14, sesudah mengunyah 0,84 ± 0,13. Pada hari ke-7 rata-rata skor plak menurun 0,74 ± 0,11 dan hari ke-14 menjadi 0,65 ± 0,11. Hasil ini sesuai dengan penelitian Astoeti, Astuti, Roeslan dan Sudhana pada tahun 2007 yang dilakukan pada pekerja kantor usia 25-45 tahun menunjukkan bahwa mengunyah permen karet xilitol sebanyak 2 biji/hari dengan berat 3 gram secara signifikan mempunyai skor plak lebih rendah dibandingkan kelompok mengunyah permen karet sukrosa selama 14 dan 28 hari.8

Pada kelompok mengunyah permen karet sukrosa rata-rata jumlah skor plak sebelum mengunyah dan sesudah mengunyah hari ke-1 tidak mengalami perubahan, sedangkan hari ke-7 dan hari ke-14 menunjukkan adanya peningkatan skor plak. Sebelum mengunyah dan sesudah hari ke-1 rata-rata skor plak 0,73 ± 0,07. Sedangkan hari ke -7 rata-rata skor plak adalah 0,81 ± 0,07 dan hari ke -14 menjadi meningkat 0,95 ± 0,07. Hal ini mungkin disebabkan karena sukrosa sebagai karbohidrat yang paling kariogenik dan sifatnya yang lebih cepat diubah menjadi asam oleh mikroorganisme yang menyebabkan mudahnya terjadi pertumbuhan bakteri seperti Streptococcus mutans.8 Hal ini dikarenakan mengonsumsi sukrosa dalam jumlah besar dapat menurunkan buffer saliva dan menyebabkan pH asam di dalam rongga mulut menurun sehingga bakteri gram positif melekat ke permukaan gigi dan kemudian skor plak lebih meningkat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah hari ke-1, hari ke-7 dan hari ke-14 mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa dengan p<0,05. Hal ini sesuai dengan penelitian Dewi pada tahun 2008 menunjukkan adanya perbedaan akumulasi plak sebelum dan sesudah


(37)

mengunyah permen karet xilitol pada kedua perlakuan dengan nilai p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa permen karet xilitol berpengaruh terhadap penurunan skor plak.9

Hasil uji Repeated Measures Anova menunjukkan terdapat perbedaan selisih skor plak yang signifikan sesudah mengunyah xilitol hari 1 hari 7 dan hari ke-14 (nilai p<0,05). Hasil uji analisis menunjukkan mengunyah permen karet xilitol lebih efektif menurunkan skor plak dibandingkan mengunyah permen karet sukrosa.


(38)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Ada perbedaan yang signifikan antara kelompok mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa sebelum dan sesudah mengunyah hari 1, hari 7 dan hari ke-14 (p<0,05).

2. Ada perbedaan yang signifikan pada kelompok mengunyah permen karet xilitol sebelum dan sesudah mengunyah artinya terjadi penurunan skor plak hari ke-1, 0,84 ± 0,13, hari ke-7 0,74 ± 0,11 dan hari ke-14 0,65 ± 0,11 (p<0,05).

3. Ada perbedaan yang signifikan pada kelompok mengunyah permen karet sukrosa sebelum dan sesudah mengunyah artinya terjadi peningkatan skor plak hari ke-1, 0,73 ± 0,07, hari ke-7 0,81 ± 0,07 dan hari ke-14 0,95 ±0,07 (p<0,05).

4. Ada perbedaan yang signifikan antara mengunyah permen karet xilitol dan sukrosa dimana xilitol lebih efektif dalam menurunkan skor plak dibandingkan mengunyah permen karet sukrosa selama 14 hari.

6.2 Saran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai:

1. Informasi tambahan terhadap masyarakat mengenai memilih permen karet yang mengandung xilitol untuk mengurangi plak gigi.

2. Sebagai bahan masukan bagi masyarakat bahwa mengkonsumsi permen karet xilitol setiap hari setelah memakan makanan ringan dapat menjaga kesehatan gigi dan mulut.

3. Panduan untuk penelitian lanjutan mengenai pengaruh mengunyah permen karet terhadap karies gigi.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dharmawan G.A. Makanan Alami buat kesehatan gigi dan gusi. 2013.

2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar Nasional. 2007: 131-148.

3. Rachima S. Pengaruh permen karet dengan pemanis xylitol terhadap pH plak. Karya Tulis Ilmiah, FKG UNDIP. Semarang: 2008: 1-14.

4. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi & mulut sehat, pencegahan dan pemeliharaan. Medan: USU Press, 2012: 100-01.

5. Taufik F, Riyanti E, Hadidja D. Indeks plaque differences between before and after chewing apples. Proceeding Asian Oral Health Care and 2nd ASEAN Meeting on Dental Public Health, 2008: 13-8.

6. Makinen KK. Sugar alcohols, caries incidence, and remineralization of caries lesions: A literature review. International J Dentistry 2010; 1-23.

7. Hanson J, Campbell L. Xylitol and caries prevention. J Mass Dent Soc. 2011; 60(2): 18 -1.

8. Astoeti TE, Astuti L, Roeslan MO. Comparing xylitol and sugar sweetened chewing gum on interdental plaque accumulation. MI Kedokteran Gigi FKG Trisakti 2007.

9. Dewi PF. Pengaruh konsumsi permen karet yang mengandung xilitol terhadap pembentukan plak gigi. Artikel Karya Tulis Ilmiah. FKG UNDIP, Semarang. 2008: 1-23.

10.Wang YB, Chuang CY, Liao JF, Effects of Xylitol in chewing gum on dental plaque and Streptococcus mutans. J Food and Drug Analysus, 2006; 14(1); 84-8. 11.Walters L. The effect of xylitol on the growth of three normal oral commensal or

probiotic bacteria. Coastal Carolina University 2011: 1-17.


(40)

kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. Maj Ked Gigi. 2005;38(1): 25-8.

13.Carranza FA, Newman MG, Takkei HH. Clinical periodontology. Philadelphia: Elsevier Inc Saunders. 2012: 221-25.

14.Soderling E, Hirvonen A, Karjalainch S, Fontana M, Catt D, Seppa L. The effect of xylitol on the composition of the oral flora: A pilot study. 2011: 24-31.

15.Bader JD, Vollmer MW, Daniel A . Results from the xylitol for adult caries trial (X-ACT). http://www.jada. ada.org/Accessed May. (Mei 14, 2013).

16.Rodian M, Satari MH, Rolleta E. Efek mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa, xylitol, probiotik terhadap karakteristik saliva. dentika Dent J 2011;16(1): 44 – 8.

17.Thaweboon S, Nakornchai S, Miyake Y, Yanagisawa T, Thaweboon B, Soo-ampon S, et al. Remineralization of enamel subsurface lesions by xylitol chewing gum containing funoran and calcium hydrogenphosphate. Southeast Asian J Trop Med Public Health. 2009;40(2): 345-53.

18.Dalimunthe SH. Periodonsia: USU Press, 2008:109-11.

19.Yusuf M. Hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan status karies

dan OHIS pada anak SMP


(41)

Lampiran 1

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/ KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERBEDAAN MENGUNYAH PERMEN KARET YANG MENGANDUNG SUKROSA DAN XILITOL TERHADAP SKOR PLAK

PADA MAHASISWA FKG USU STAMBUK 2009

No. Kartu : Pemeriksa : Karakteristik responden

Nama :

1. Jenis kelamin : 1. Laki-laki 1 2. Perempuan

2. Kelompok perlakuan :1. Mengunyah permen karet sukrosa (Kelompok A)

2. Mengunyah permen karet xilitol (Kelompok B) 2

PEMERIKSAAN SKOR PLAK

A. Sebelum/baseline Indeks Plak (Loe and Sillness) F

L

D -

-M

Gigi 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 M

D L F


(42)

Rahang Atas Rahang Bawah

Elemen Nilai Elemen Nilai Elemen Nilai Elemen Nilai

11 21 31 41

12 22 32 42

13 23 33 43

14 24 34 44

15 25 35 45

16 26 36 46

17 27 37 47

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

Untuk satu gigi = Jumlah seluruh skor dari empat permukaan 4

Untuk keseluruhan gigi = Jumlah skor plak setiap gigi Jumlah gigi yang ada

Untuk keseluruhan gigi = =……... Skor =

A. Sesudah/baseline F

L D

-

-M

Gigi 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 M

D L F


(43)

Rahang Atas Rahang Bawah

Elemen Nilai Elemen Nilai Elemen Nilai Elemen Nilai

11 21 31 41

12 22 32 42

13 23 33 43

14 24 34 44

15 25 35 45

16 26 36 46

17 27 37 47

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

Untuk satu gigi = Jumlah seluruh skor dari empat permukaan 4

Untuk keseluruhan gigi = Jumlah skor plak setiap gigi Jumlah gigi yang ada

Untuk keseluruhan gigi = =……... Skor =

B. Sesudah hari ke-7 F

L D

-

-M

Gigi 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 M

D L F


(44)

Rahang Atas Rahang Bawah

Elemen Nilai Elemen Nilai Elemen Nilai Elemen Nilai

11 21 31 41

12 22 32 42

13 23 33 43

14 24 34 44

15 25 35 45

16 26 36 46

17 27 37 47

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

Untuk satu gigi = Jumlah seluruh skor dari empat permukaan 4

Untuk keseluruhan gigi = Jumlah skor plak setiap gigi Jumlah gigi yang ada Untuk keseluruhan gigi = =……...

Skor =

C. Sesudah hari ke-14 F

L D

-

-M

Gigi 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 M

D L F


(45)

Rahang Atas Rahang Bawah

Elemen Nilai Elemen Nilai Elemen Nilai Elemen Nilai

11 21 31 41

12 22 32 42

13 23 33 43

14 24 34 44

15 25 35 45

16 26 36 46

17 27 37 47

Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah

Untuk satu gigi = Jumlah seluruh skor dari empat permukaan 4

Untuk keseluruhan gigi = Jumlah skor plak setiap gigi Jumlah gigi yang ada

Untuk keseluruhan gigi = =……... Skor =

Kategori :

1. Skor baik = 0-1 2. Skor sedang = 1,1–2 3. Skor buruk = 2,1-3


(46)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi saudara semuanya. Perkenalkan nama saya Nora Devita Ritonga, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara. Saya akan mengadakan penelitian dengan judul

Perbedaan mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol

terhadap akumulasi plak pada mahasiswa FKG USU” yang bertujuan untuk

mengetahui perbedaan mengunyah permen karet yang mengandung sukrosa dan xilitol terhadap penurunan akumulasi plak (kebersihan rongga mulut). Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan memberi informasi kepada masyarakat luas khususnya mahasiswa/i FKG USU sehingga dapat memilih permen karet yang baik untuk dikonsumsi sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya karies gigi.

Dalam penelitian ini, akan dilakukan pemeriksaan keadaan rongga mulut dan gigi-geligi oleh peneliti terhadap subjek penelitian. Penelitian ini menggunakan 2 kelompok yaitu kelompok pertama diinstruksiakan mengunyah permen karet sukrosa dan kelompok dua mengunyah permen karet xilitol. Pada hari pertama dilakukan pemeriksaan indeks plak (indeks kebersihan rongga mulut). Setelah itu, setiap subjek akan diberi 2 butir permen dan diberi instruksi untuk mengunyah selama 5 menit. Lalu dilakukan pemeriksaan indeks plak awal oleh peneliti dengan menggunakan probe. Subjek diinstruksikan untuk mengunyah permen karet 3 kali sehari selama 5 menit sesudah penyikatan gigi pada pagi sesudah sarapan dan malam sebelum tidur dan dilakukan selama 14 hari di rumah. Pada hari ke-7 dan ke-14, subjek kembali dilakukan pemeriksaan indeks plak. Pada hari ke 14, dilakukan evaluasi respon terhadap penggunaan pengunyahan permen karet. Pemeriksaan yang akan dilakukan di atas pada lazimnya tidak berbahaya dan tidak menimbulkan efek samping bagi saudara sekalian.


(47)

Saya sangat mengharapkan keikut sertaan saudara dalam penelitian ini, karena selain bermanfaat untuk diri sendiri, juga bermanfaat untuk orang lain di dalam memberikan informasi mengenai perbedaan yang mengunyah permen karet sukrosa dan xilitol terhadap akumulasi plak.

Selama penelitian ini, saudara tidak dibebankan biaya apapun (gratis). Semua data/keterangan dari saudara bersifat rahasia, tidak diketahui orang lain. Apabila keberatan, saudara bebas untuk menolak mengikuti penelitian ini.

Jika sudah mengerti dan bersedia mengikuti penelitian ini maka saudara dapat mengisi lembar persetujuan. Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh penelitian ini, maka saudara dapat menghubungi saya.

Nama : Nora Devita Ritonga

Alamat rumah : Komplek Perumahan Setia Budi Indah Blok LL.27 Telepon : 082166700820

Demikian penjelasan ini saya sampaikan, kiranya hasil dari penelitian ini bermanfat bagi kita semua.

Medan,……… Peneliti,


(48)

Lampiran 3

LEMBARAN PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : ……… Alamat : ……… No. Telp/HP : ………

Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian secara sadar dan tanpa paksaan dan paham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:

“Perbedaan Mengunyah Permen Karet yang Mengandung Sukrosa dan Xilitol terhadap Akumulasi Plak pada Mahasiswa FKG USU”

Maka dengan surat ini menyatakan setuju menjadi subjek pada penelitian ini.

Medan, ……… Yang menyetujui, Subjek Penelitian

(………)


(49)

(50)

Lampiran 5

T-Test XYLITOL

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 sebelum .8750 30 .14166 .02586

sesudah_1 .8393 30 .13786 .02517

Pair 2 sesudah_1 .8393 30 .13786 .02517

sesudah_7 .7397 30 .11458 .02092

Pair 3 sesudah_1 .8393 30 .13786 .02517

sesudah_14 .5953 30 .11082 .02023

Pair 4 sesudah_7 .7397 30 .11458 .02092

sesudah_14 .5953 30 .11082 .02023

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 sebelum& sesudah_1 30 .990 .000

Pair 2 sesudah_1 & sesudah_7 30 .943 .000

Pair 3 sesudah_1 & sesudah_14 30 .901 .000


(51)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) 95% Confidence

Interval of the Difference

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

Pair 1 sebelum - sesudah_1 .03567 .01977 .00361 .02828 .04305 9.881 29 .000 Pair 2 sesudah_1 - sesudah_7 .09967 .04853 .00886 .08155 .11779 11.249 29 .000 Pair 3 sesudah_1 -

sesudah_14

.24400 .06117 .01117 .22116 .26684 21.847 29 .000

Pair 4 sesudah_7 - sesudah_14

.14433 .02967 .00542 .13325 .15541 26.641 29 .000

T-Test SUKROSA

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 sebelum .7293 30 .07100 .01296

sesudah_1 .7320 30 .07223 .01319

Pair 2 sesudah_1 .7320 30 .07223 .01319

sesudah_7 .8140 30 .07118 .01300

Pair 3 sesudah_1 .7320 30 .07223 .01319

sesudah_14 .9530 30 .07630 .01393

Pair 4 sesudah_7 .8140 30 .07118 .01300


(52)

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 sebelum& sesudah_1 30 .998 .000

Pair 2 sesudah_1 & sesudah_7 30 .885 .000

Pair 3 sesudah_1 & sesudah_14 30 .652 .000

Pair 4 sesudah_7 & sesudah_14 30 .763 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) 95% Confidence

Interval of the Difference

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

Pair 1 sebelum - sesudah_1 -.00267 .00521 .00095 -.00461 -.00072 -2.804 29 .009 Pair 2 sesudah_1 - sesudah_7 -.08200 .03438 .00628 -.09484 -.06916 -13.063 29 .000 Pair 3 sesudah_1 - sesudah_14 -.22100 .06205 .01133 -.24417 -.19783 -19.507 29 .000 Pair 4 sesudah_7 - sesudah_14 -.13900 .05101 .00931 -.15805 -.11995 -14.924 29 .000


(53)

Lampiran 5

General Linear Model XYLITOL

Within-Subjects Factors

Measure:MEASURE_1

waktu

Dependent Variable

1 sebelum

2 sesudah_1

3 sesudah_7

4 sesudah_14

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Sebelum .8750 .14166 30

sesudah_1 .8393 .13786 30

sesudah_7 .7397 .11458 30

sesudah_14 .5953 .11082 30

Multivariate Testsb

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

waktu Pillai's Trace .963 234.347a 3.000 27.000 .000

Wilks' Lambda .037 234.347a 3.000 27.000 .000

Hotelling's Trace 26.039 234.347a 3.000 27.000 .000


(54)

a. Exact statistic b. Design: Intercept

Within Subjects Design: waktu

Pairwise Comparisons

Measure:MEASURE_1

(I) waktu (J) waktu

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.a

95% Confidence Interval for Differencea

Lower Bound Upper Bound

1 2 .036* .004 .000 .028 .043

3 .135* .010 .000 .115 .155

4 .280* .012 .000 .254 .305

2 1 -.036* .004 .000 -.043 -.028

3 .100* .009 .000 .082 .118

4 .244* .011 .000 .221 .267

3 1 -.135* .010 .000 -.155 -.115

2 -.100* .009 .000 -.118 -.082

4 .144* .005 .000 .133 .155

4 1 -.280* .012 .000 -.305 -.254

2 -.244* .011 .000 -.267 -.221

3 -.144* .005 .000 -.155 -.133

Based on estimated marginal means

*. The mean difference is significant at the .05 level.


(55)

General Linear Model SUKROSA

Within-Subjects Factors

Measure:MEASURE_1

waktu

Dependent Variable

1 sebelum

2 sesudah_1

3 sesudah_7

4 sesudah_14

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

sebelum .7293 .07100 30

sesudah_1 .7320 .07223 30

sesudah_7 .8140 .07118 30

sesudah_14 .9530 .07630 30

Multivariate Testsb

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

waktu Pillai's Trace .930 120.390a 3.000 27.000 .000

Wilks' Lambda .070 120.390a 3.000 27.000 .000

Hotelling's Trace 13.377 120.390a 3.000 27.000 .000

Roy's Largest Root 13.377 120.390a 3.000 27.000 .000

a. Exact statistic b. Design: Intercept


(56)

Pairwise Comparisons

Measure:MEASURE_1

(I) waktu (J) waktu

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.a

95% Confidence Interval for Differencea

Lower Bound Upper Bound

1 2 -.003* .001 .009 -.005 .000

3 -.085* .006 .000 -.098 -.071

4 -.224* .011 .000 -.247 -.200

2 1 .003* .001 .009 .001 .005

3 -.082* .006 .000 -.095 -.069

4 -.221* .011 .000 -.244 -.198

3 1 .085* .006 .000 .071 .098

2 .082* .006 .000 .069 .095

4 -.139* .009 .000 -.158 -.120

4 1 .224* .011 .000 .200 .247

2 .221* .011 .000 .198 .244

3 .139* .009 .000 .120 .158

Based on estimated marginal means

*. The mean difference is significant at the .05 level.


(1)

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) 95% Confidence

Interval of the Difference Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

Pair 1 sebelum - sesudah_1 .03567 .01977 .00361 .02828 .04305 9.881 29 .000 Pair 2 sesudah_1 - sesudah_7 .09967 .04853 .00886 .08155 .11779 11.249 29 .000 Pair 3 sesudah_1 -

sesudah_14

.24400 .06117 .01117 .22116 .26684 21.847 29 .000 Pair 4 sesudah_7 -

sesudah_14

.14433 .02967 .00542 .13325 .15541 26.641 29 .000

T-Test

SUKROSA

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 sebelum .7293 30 .07100 .01296

sesudah_1 .7320 30 .07223 .01319

Pair 2 sesudah_1 .7320 30 .07223 .01319

sesudah_7 .8140 30 .07118 .01300

Pair 3 sesudah_1 .7320 30 .07223 .01319

sesudah_14 .9530 30 .07630 .01393

Pair 4 sesudah_7 .8140 30 .07118 .01300


(2)

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 sebelum& sesudah_1 30 .998 .000

Pair 2 sesudah_1 & sesudah_7 30 .885 .000

Pair 3 sesudah_1 & sesudah_14 30 .652 .000

Pair 4 sesudah_7 & sesudah_14 30 .763 .000

Paired Samples Test

Paired Differences

t df

Sig. (2-tailed) 95% Confidence

Interval of the Difference Mean

Std. Deviation

Std. Error

Mean Lower Upper

Pair 1 sebelum - sesudah_1 -.00267 .00521 .00095 -.00461 -.00072 -2.804 29 .009 Pair 2 sesudah_1 - sesudah_7 -.08200 .03438 .00628 -.09484 -.06916 -13.063 29 .000 Pair 3 sesudah_1 - sesudah_14 -.22100 .06205 .01133 -.24417 -.19783 -19.507 29 .000 Pair 4 sesudah_7 - sesudah_14 -.13900 .05101 .00931 -.15805 -.11995 -14.924 29 .000


(3)

Lampiran 5

General Linear Model

XYLITOL

Within-Subjects Factors

Measure:MEASURE_1 waktu

Dependent Variable

1 sebelum

2 sesudah_1

3 sesudah_7

4 sesudah_14

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Sebelum .8750 .14166 30

sesudah_1 .8393 .13786 30

sesudah_7 .7397 .11458 30

sesudah_14 .5953 .11082 30

Multivariate Testsb

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

waktu Pillai's Trace .963 234.347a 3.000 27.000 .000

Wilks' Lambda .037 234.347a 3.000 27.000 .000

Hotelling's Trace 26.039 234.347a 3.000 27.000 .000


(4)

a. Exact statistic b. Design: Intercept

Within Subjects Design: waktu

Pairwise Comparisons Measure:MEASURE_1

(I) waktu (J) waktu

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.a

95% Confidence Interval for Differencea

Lower Bound Upper Bound

1 2 .036* .004 .000 .028 .043

3 .135* .010 .000 .115 .155

4 .280* .012 .000 .254 .305

2 1 -.036* .004 .000 -.043 -.028

3 .100* .009 .000 .082 .118

4 .244* .011 .000 .221 .267

3 1 -.135* .010 .000 -.155 -.115

2 -.100* .009 .000 -.118 -.082

4 .144* .005 .000 .133 .155

4 1 -.280* .012 .000 -.305 -.254

2 -.244* .011 .000 -.267 -.221

3 -.144* .005 .000 -.155 -.133

Based on estimated marginal means

*. The mean difference is significant at the .05 level.


(5)

General Linear Model

SUKROSA

Within-Subjects Factors

Measure:MEASURE_1 waktu

Dependent Variable

1 sebelum

2 sesudah_1

3 sesudah_7

4 sesudah_14

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

sebelum .7293 .07100 30

sesudah_1 .7320 .07223 30

sesudah_7 .8140 .07118 30

sesudah_14 .9530 .07630 30

Multivariate Testsb

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

waktu Pillai's Trace .930 120.390a 3.000 27.000 .000

Wilks' Lambda .070 120.390a 3.000 27.000 .000

Hotelling's Trace 13.377 120.390a 3.000 27.000 .000

Roy's Largest Root 13.377 120.390a 3.000 27.000 .000

a. Exact statistic b. Design: Intercept


(6)

Pairwise Comparisons

Measure:MEASURE_1

(I) waktu (J) waktu

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.a

95% Confidence Interval for Differencea

Lower Bound Upper Bound

1 2 -.003* .001 .009 -.005 .000

3 -.085* .006 .000 -.098 -.071

4 -.224* .011 .000 -.247 -.200

2 1 .003* .001 .009 .001 .005

3 -.082* .006 .000 -.095 -.069

4 -.221* .011 .000 -.244 -.198

3 1 .085* .006 .000 .071 .098

2 .082* .006 .000 .069 .095

4 -.139* .009 .000 -.158 -.120

4 1 .224* .011 .000 .200 .247

2 .221* .011 .000 .198 .244

3 .139* .009 .000 .120 .158

Based on estimated marginal means

*. The mean difference is significant at the .05 level.