BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory) - Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik dan Jenis Opini Audit Terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

  Teori kepatuhan ini telah diteliti pada ilmu-ilmu sosial khususnya di bidang psikologi dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Terdapat dua perspektif dasar dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan pada hukum, yaitu instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu, secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan-tanggapan terhadap perubahan insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka.

  Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative commitment through morality) berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut dianggap sebagai suatu keharusan, sedangkan komitmen normatif melalui legitimasi (normative commitment through memiliki hak untuk mendikte perilaku.

  Berdasarkan perspektif normatif maka seharusnya teori ini dapat diterapkan di bidang akuntansi. Dalam UU No. 8 Tahun 1995, secara eksplisit telah menyebutkan bahwa setiap perusahaan publik wajib memenuhi ketentuan dalam undang-undang tersebut khususnya dalam penyampaian laporan keuangan berkala secara tepat waktu kepada BAPEPAM. Sehubungan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan-perusahaan yang listed di BEI, maka kepatuhan emiten dalam melaporkan pelaporan keuangan merupakan hal yang mutlak dalam memenuhi kepatuhan terhadap prinsip pengungkapan informasi yang tepat waktu.

2.1.2 Ukuran Perusahaan

  Ukuran perusahaan dapat menujukkan seberapa besar informasi yang terdapat di dalamnya, sekaligus mencerminkan kesadaran dari pihak manajemen mengenai pentingnya informasi, baik bagi pihak internal maupun maupun eksternal perusahaan (Almilia dan Setiady, 2006). Menurut Courtis (1976) dalam Ahmad, Alim, dan Subekti (2005), ukuran perusahaan dengan indikator total aktiva lebih dari 500 milyar rupiah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap audit delay, yaitu: pertama, perusahaan besar diduga akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Hal ini disebabkan karena manajemen perusahaan yang berskala besar cenderung diberikan insentif untuk mengurangi keterlambatan pengawas permodalan, dan pemerintah. Kedua, perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal.

  Givoli dan Palmon (1982) dalam Prabandi dan Rustiana (2007:29), dalam penelitiannya menemukan adanya hubungan antara ukuran perusahaan, kompleksitas perusahaan dan kualitas pengendalian internal dengan audit report lag. Ukuran perusahaan merupakan fungsi dari kecepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka perusahaan akan melaporkan hasil laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat karena perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem pengendalian internal perusahaan yang baik, sehingga dapat mengurangi tingkat kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam melakukan audit laporan keuangan. Dapat disimpulkan bahwa kemungkinan ukuran perusahaan dapat mempengaruhi waktu penyelesaian audit.

2.1.3 Ukuran Kantor Akuntan Publik

  Ukuran Kantor Akuntan Publik di antaranya dapat diukur berdasarkan jumlah karyawan, jumlah klien, serta reputasi. Kantor Akuntan Publik besar memiliki jumlah karyawan yang banyak, dapat mengaudit dengan lebih efisien dan efektif, memiliki jadwal yang fleksibel sehingga memungkinkan untuk menyelesaikan audit lebih cepat guna menjaga reputasinya. DeAngelo (1981) dalam Riyatno (2007) menyatakan kualitas audit yang dilakukan akuntan publik dapat dilihat dari ukuran KAP yang melakukan audit. KAP besar (Big four accounting firm) dipersepsikan akan melakukan audit dengan lebih berkualitas dibandingkan KAP kecil (non Big

  

four accounting firm). Hal tersebut karena didasarkan pada alasan bahwa KAP besar

  memiliki lebih sumber daya dan jumlah klien sehingga mereka tidak tergantung pada satu atau beberapa klien saja, selain itu karena reputasi mereka telah dianggap baik oleh masyarakat sehingga cenderung akan melakukan audit dengan lebih berhati hati. Hal ini diperkuat oleh Hussainey (2009) yang menyatakan bahwa kantor akuntan besar menyediakan kualitas laporan keuangan yang lebih tinggi daripada akuntan publik biasa, sehingga investor secara umum cenderung lebih bereaksi positif apabila laporan keuangan yang dipublikasikan diaudit oleh KAP besar, sehingga tingkat keyakinan investor terhadap laporan keuangan yang diaudit oleh KAP big four lebih tinggi daripada laporan keuangan yang diaudit KAP lainnya. Hal tersebut tidak mengherankan mengingat bahwa secara umum KAP Big four memiliki karyawan yang lebih terampil dan profesionalitas yang lebih tinggi, karena selain ukuran KAP yang lebih besar juga didukung oleh dana operasional yang lebih memadai sehingga dapat melakukan kegiatan audit secara profesional.

  Menurut Arens dkk (2008:33) Kantor Akuntan Publik di Indonesia dibagi menjadi KAP the big four dan KAP non the big four. Kantor Akuntan Publik yang masuk kategori KAP the big four di Indonesia adalah:

  2. Ernst & Young (EY), dengan partnernya di Indonesia Prasetyo, Sarwoko, dan Sandjaja.

  3. Price Waterhouse Coopers (PWC), dengan partnernya di Indonesia Haryanto Sahari, Tanuredja dan Wibisana.

  4. Klynveld Peat Marwick Goerdeler (KPMG) International, dengan partnernya di Indonesia Siddharta, dan Harsono.

2.1.4 Opini Audit

  Opini audit adalah pendapat akuntan publik atau auditor independen atas laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah diauditnya (Sembiring, 2011).

  Auditor sebagai pihak yang independen di dalam mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan. Tujuan utama audit atas laporan keuangan adalah menyatakan pendapat bahwa laporan keuangan klien disajikan secara wajar, sesuai dengan prinsip berterima umum di Indonesia.

  Dalam Ikatan Akuntan Indonesia, 2001:SA seksi 110, Paragraf 01 dijelaskan bahwa dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU). Opini audit harus didasarkan pada standar auditing dan temuan temuannya, (IAI,2001:SA Seksi 508, sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini yang akan diberikan berdasarkan laporan keuangan yang diauditnya. Arens (2008) mengemukakan bahwa laporan audit adalah langkah terakhir dari seluruh proses audit, sehingga opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit.

  Laporan auditor merupakan sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk menyatakan tidak memberikan pendapat, sebagai pihak yang independen, auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepentingan siapapun dan untuk tidak mudah dipengaruhi, serta harus bebas dari setiap kewajiban terhadap kliennya dan tidak memiliki suatu kepentingan dengan kliennya.

  Terdapat 5 jenis opini audit yang dapat diberikan oleh auditor atas laporan keuangan yang diauditnya: 1) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)

  Auditor memberikan opini unqualified opinion (wajar tanpa pengecualian) jika menyimpulkan bahwa laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan standar akuntansi keuangan dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan standar akuntansi keuangan, serta pengungkapan memadai keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akutansi keuangan, jika memenuhi syarat berikut : 1) Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan, 2) Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan, 3) Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan. 2) Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan

  Auditor memberikan opini wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan (unqualified opinion with explanatory paragraph) karena audit yang dilakukannya telah memenuhi kriteria suatu proses audit yang lengkap dengan hasil– hasil yang memuaskan dan laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Tetapi auditor merasa perlu untuk memberikan sejumlah informasi tambahan dalam laporan auditnya. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambahkan suatu paragraf penjelas adalah :

  1) Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum, 2) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas, yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan, 4) Penekanan atas suatu hal.

  3) Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Auditor memberikan kesimpulan bahwa laporan keuangan disajikan wajar dengan pengecualian (qualified opinion) untuk pos–pos tertentu yang memuat salah saji yang material. Pada saat auditor menerbitkan laporan wajar dengan pengecualian, auditor harus menggunakan istilah “kecuali untuk” dalam paragraf pendapat. Jika auditor menemukan kondisi-kondisi berikut pada laporan audit :

  1) Lingkup audit dibatasi oleh klien, 2) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada diluar kekuasaan klien maupun auditor

  3) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan standar akuntansi keuangan 4) Standar Akuntansi Keuangan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten. Pendapat tidak wajar (adverse opinion) hanya diberikan jika auditor merasa yakin bahwa secara keseluruhan laporan keuangan yang disajikan memuat salah saji yang sangat material atau menyesatkan dan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum.

  Auditor memberikan pendapat tidak wajar jika ia dibatasi ruang lingkupnya, sehingga tidak dapat mengumpulkan bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya. Jika laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga ia tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.

  5) Tidak Memberikan Pendapat (TMP)

  Disclaimer opinion atau tidak memberikan pendapat diberikan jika auditor

  tidak dapat menyimpulkan apakah laporan keuangan yang memuat salah saji sangat material telah disajikan secara wajar atau tidak. Pernyataan diberikan jika auditor tidak berhasil meyakinkan dirinya bahwa keseluruhan laporan keuangan telah disajikan secara wajar dan timbul karena banyak pembatasan lingkungan audit atau hubungan yang tidak independen antara auditor dengan klien menurut kode etik profesional.

  Lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku atau akhir tahun fiskal hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan auditan disebut dengan audit report lag (Michael, 1993 dalam Sembiring, 2011). Menurut Rachmawati (2008), Audit report lag adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yang diukur berdasarkan lamanya hari yang dibutuhkan untuk memperoleh laporan auditor independen atas audit laporan keuangan tahunan perusahaan, sejak tanggal tutup tahun buku perusahaan yaitu per 31 Desember sampai tanggal yang tertera pada laporan auditor independen.

  Keterlambatan penyelesaian audit laporan keuangan dapat disebabkan karena perusahaan berusaha untuk mengumpulkan informasi yang banyak untuk menjamin keandalan dari laporan keuangan. Berdasarkan teori tersebut dapat dikatakan ketepatan waktu pelaporan keuangan mempengaruhi audit report lag yang telah diaudit, semakin rendah ketepatan waktu pelaporan keuangan, pelaporan keuangan cenderung semakin tepat waktu, dan sebaliknya. Lamanya waktu penyelesaian audit dapat mempengaruhi ketepatan waktu informasi tersebut untuk dipublikasikan sehingga berdampak pada reaksi pasar terhadap keterlambatan informasi dan mempengaruhi tingkat ketidakpastian keputusan yang didasarkan pada informasi yang dipublikasikan. keterlambatan. Menurut Dyer dan McHugh (1975) dalam penelitian Bandi dan Santoso (2000), ada 3 (tiga) kriteria keterlambatan, yaitu :

  1. Keterlambatan audit (Auditor’s Report Lag) yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani.

  2. Keterlambatan Pelaporan (Reporting Lag) yaitu interval jumlah hari antara tanggal laporan auditor ditandatangani sampai tanggal pelaporan oleh BEJ.

  3. Keterlambatan Total (Total Lag) yaitu interval jumlah hari antara tanggal periode laporan keuangan sampai tanggal laporan dipublikasikan oleh bursa.

  Dalam peraturan BAPEPAM No.Kep 36/PM/2003 ini dinyatakan bahwa dalam hal penyampaian laporan tahunan melewati batas waktu lebih dari 90 hari penyampaian laporan keuangan tahunan maka hal tersebut diperhitungkan sebagai keterlambatan penyampaian laporan keuangan.

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu

  Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan audit report lag yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini:

  Tinjauan Peneliti Terdahulu

  Dependen : Audit Report Lag

  audit delay

  Ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, opini auditor mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

  Dependen : Audit Delay

  Ukuran perusahaan, profitabilitas, opini auditor, ukuran KAP

  Time Independen :

  dan Firm Cycle

  Client Cycle Time

  Menggunakan

  Audit Delay

  (2005) Pengujian Empiris

  Naisrul Alim, dan Imam Subekti

  3 Hamzah Ahmad, M.

  dan Timeliness Ukuran perusahaan dan ukuran KAP berpengaruh secara signifikan terhadap audit delay.

  Profitabilitas, solvabilitas, auditor internal perusahaan dan ukuran KAP

  No Peneliti Judul Variabel Hasil Penelitian

  Independen :

  Report Lag dan Timeliness.

  (2008) Pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan terhadap Audit

  Rachmawati

  2 Sistya

  Total aset, jenis industri, pendapatan, dan opini audit mempunyai pengaruh terhadap keterlambatan penyampaian laporan keuangan

  Dependen : Audit Delay

  Total aset, jenis industri, pendapatan, opini audit

  Independen :

  Malaysian Evidence

  The Timeliness of Corporate Reporting :

  (2003) ”Audit Delay and

  K.A Kamarudin

  1 Ahmad dan

  sedangkan ukuran KAP tidak berpengaruh terhadap audit delay

  4 Widya Sani

  pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

  Delay )

  Jangka Waktu Pelaporan Keuangan (Audit

  Dependen :

  Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Perusahaan Multinasional, Kualitas Kantor Audit

  Independen :

  (2010) Analisis Faktor- Faktor yang Berpengaruh terhadap Jangka Waktu Penyelesaian Audit (kajian empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI)

  Chandra Sari

  6 Hesti

  berpengaruh secara bersama-sama terhadap ARL. Tetapi secara parsial, DTAR berpengaruh positif terhadap ARL, sedangkan kualitas audit dan opini going concern tidak berpengaruh terhadap ARL.

  going concern tidak

  DTAR, kualitas audit, dan opini

  concern Dependen : Audit Report Lag

  kualitas audit, dan opini going

  Independen : Debt to total assets ratio,

  Concern terhadap Audit Report Lag

  Stephani

  Kualitas Audit, dan Opini Going

  Total Assets Ratio ,

  (2010) Pengaruh Debt To

  Cecile

  5 Yovanca

  Afiliasi KAP berpengaruh positif terhadap audit delay. TATO, DER, dan opini audit tidak berpengaruh terhadap audit delay dan secara simultan berpengaruh positif

  Dependen : Audit Delay

  opini audit

  assets turnover ratio (TATO), debt to equity ratio (DOR), dan

  Afiliasi kap, total

  Independen :

  Perusahaan Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI

  Delay pada

  (2010) Pengaruh Faktor Eksternal dan Internal Perusahaan terhadap Audit

  Opini audit dan perusahaan multinasional berpengaruh signifikan terhadap jangka waktu pelaporan. Umur dan ukuran perusahaan, profitabilitas dan kualitas KAP tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jangka waktu penyelesaian audit. Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

  Ukuran Perusahaan (X1)

  Audit

  Ukuran KAP (X2)

  Report Lag (Y)

  Jenis Opini Audit (X3) Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset yang dimiliki perusahaan. Hal yang mendasari hubungan antara ukuran perusahaan dengan audit report lag adalah perusahaan besar akan menyelesaikan proses auditnya lebih cepat dibandingkan perusahaan kecil. Perusahaan-perusahaan berskala besar cenderung menghadapi tekanan eksternal yang lebih tinggi untuk mengumumkan audit lebih awal.

  Ukuran kantor akuntan publik diantaranya dapat diukur berdasarkan jumlah karyawan, jumlah klien, serta reputasi. Kantor akuntan publik besar memiliki jumlah yang karyawan yang banyak, dapat mengaudit dengan lebih efektif dan efisien, tepat waktu, serta memiliki dorongan yang lebih kuat untuk menyelesaikan auditnya lebih cepat guna menjaga reputasinya. Ukuran kantor akuntan publik dilihat dari apakah KAP tersebut adalah the big four atau non the big four.

  Opini audit dilihat dari pendapat yang diberikan auditor. Audit report lag yang lebih panjang dialami oleh perusahaan yang menerima pendapat selain unqualified

  

opinion . Hal ini dikarenakan, proses pemberian pendapat tersebut melibatkan

  negosiasi dengan klien, konsultasi dengan partner audit yang lebih senior atau staf teknis, dan perluasan lingkup audit. Lain halnya dengan perusahaan yang menerima pendapat unqualified opinion, perusahaan tersebut akan melaporkan pendapat tepat waktu karena merupakan berita baik. Dalam hal ini, opini audit yang baik (unqualified opinion) harus mengemukakan bahwa laporan keuangan telah diaudit sesuai dengan ketentuan Standar Akuntansi Keuangan dan tidak ada penyimpangan material yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan.

2.4 Hipotesis

  Menurut Sugiyono (2006 : 51) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah, oleh karena itu rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta- fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat jawaban yang empirik.

  Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan teoritis, tinjauan penelitian terdahulu, dan kerangka konseptual sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Terdapat pengaruh ukuran perusahaan, ukuran kantor akuntan publik dan jenis opini audit secara parsial terhadap audit report lag.

  2. Terdapat pengaruh ukuran perusahaan, ukuran kantor akuntan publik dan jenis opini audit secara simultan terhadap audit report lag.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP dan Jenis Opini Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – 2012

3 56 79

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Kantor Akuntan Publik dan Jenis Opini Audit Terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 43 85

Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran Kap Dan Jenis Opini Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 79 94

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Agensi - Analisis Pengaruh Audit Tenure, Ukuran Kap, Ukuran Perusahaan Klien Dan Rotasi Audit Terhadap Kualitas Audit Pada Perusahaan Manufaktur Yang Tercatat Pada Bursa Efek Indonesia

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori Kepatuhan (Compliance Theory) - Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusah

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Laporan Keuangan - Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Jenis Opini Audit dan Kualitas Audit terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2009 – 2012

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory) - Pengaruh Karakteristik Komite Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2012

0 1 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) - Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1. Audit Report Lag - Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP dan Jenis Opini Audit Terhadap Audit Report Lag Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 – 2012

0 2 11

ABSTRAK Analisis Pengaruh Ukuran Perusahaan, Ukuran KAP, dan Jenis Opini Audit terhadap Audit Report Lag pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2010 - 2012

0 0 10