BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Teori Kepatuhan (Compliance Theory) - Pengaruh Audit Tenure, Audit Switching, Audit Capacity Stress, Ukuran Perusahaan, dan Independensi Komite Audit Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Perusah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Teori Kepatuhan (Compliance Theory)

  Kepatuhan berasal dari kata patuh yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada perintah atau aturan dan berdisiplin. Kepatuhan berarti bersifat patuh, ketaatan, tunduk, patuh pada peraturan.

  Tuntutan akan kepatuhan dalam mematuhi peraturan dalam rangka peningkatan kualitas audit sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 17/PMK.01/2008 tentan g “Jasa Akuntan Publik” pasal 3 yang merupakan penyempurnaan atas Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002 dan No.

  359/KMK.06/2003. Peraturan ini mewajibkan rotasi auditor partner setiap 3 (tiga) tahun dan rotasi KAP setiap 6 (enam) tahun. Peraturan ini dimaksudkan untuk meminimalkan terjadinya skandal keuangan yang melibatkan auditor.

  Regulasi tersebut secara hukum mengisyaratkan adanya kepatuhan setiap auditor maupun klien untuk mematuhi peraturan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan teori kepatuhan (compliance theory). Teori kepatuhan telah diteliti dalam ilmu

  • – ilmu sosial khususnya di bidang psikologi dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu.

  Menurut Tyler (1990) terdapat dua perspektif dasar dalam literatur sosiologi mengenai kepatuhan pada hukum yang disebut instrumental dan normatif. Perspektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan

  • – perubahan dalam tangibel, insentif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. Perspektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan dan berlawan dengan kepentingan pribadi mereka.

  Seorang individu cenderung mematuhi hukum yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma

  • – norma internal mereka. Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative commitment

  through morality ) berarti mematuhi hukum karena hukum tersebut

  dianggap sebagai keharusan, sedangkan normatif melalui legitimasi

  19

  (normative commitment through legitimacy) berarti mematuhi peraturan karena karena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk menjelaskan perilaku.

  20

2.1.2. Teori Sinyal (Signalling Theory)

  Teori signalling menyatakan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan sengaja akan memberikan sinyal pada pasar, dengan demikian pasar diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan buruk (Hartono, 2005). menjelaskan bahwa laporan keuangan pada

  Signalling Theory

  dasarnya dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memberi sinyal (baik positif maupun negatif) kepada para penggunanya. Signalling Theory juga dapat membantu mengurangi asimetri informasi antara perusahaan (agent), pemilik (principal), dan pihak luar perusahaan melalui laporan keuangan yang berkualitas. Laporan keuangan yang telah diperiksa oleh pihak (auditor) independen dapat digunakan sebagai dasar informasi yang independen dalam menggambarkan kondisi keuangan perusahaan yang sebenarnya. Menurut Scott (2001), manajer yang rasional tidak akan memilih auditor berkualitas tinggi dan membayar fee yang tinggi apabila karakteristik perusahaan tidak bagus. Argumen ini didasarkan dengan anggapan bahwa auditor berkualitas tinggi akan mampu mendeteksi karakteristik perusahaan yang tidak bagus dan menyampaikannya kepada publik.

2.1.3. Audit

  Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataaan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan dengan kriteria yang ditetapkan serta penyampaian hasil kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2010). Pengertian auditing menurut Arens dan Loebbecke (2009) adalah: suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria- kriteria yang telah ditetapkan. seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten.

  Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Standar auditing yang telah ditetapkan dan disajikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut:

  i a. Standar umum Audit dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis sebagai auditor. Dalam semua hal yang berhubungan dengan independensi dan perikatan dalam sikap mental harus dipertahankan. Dalam penyusunan laporan dan pelaksanaan audit, auditor wajib menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama.

  b. Standar pekerjaan lapangan Pekerjaan direncanakan sebaik – baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

  Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.

  c. Standar pelaporan Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan jika ada ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus memadai kecuali dinyatakan dalam laporan auditor. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.

  Jenis

  • – jenis audit umumnya digolongkan menjadi tiga (Mulyadi, 2002:30) yaitu:

  a. Audit laporan keuangan Audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.

  Dalam audit laporan keuangan, auditor independen menilai kewajaran laporan keuangan atas dasar kesesuainnya dengan prinsip akuntansi berterima umum.

  b. Audit kepatuhan Audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan. Hasil audit kepatuhan umumnya dilaporkan kepada pihak yang berwenang dengan membuat kriteria dan dijumpai dalam pemerintahan.

  c. Audit operasional Audit operasional merupakan review secara sistematik kegiatan perusahaan dan bagian dari perusahaan atau organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk mengevaluasi kinerja, mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, dan membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut. Pihak yang memerlukan audit operasional adalah manajemen atau pihak ketiga. Hasil audit diserahkan kepada pihak yang meminta dilaksanakannya audit tersebut.

2.1.4. Kualitas Audit

   Kualitas merupakan komponen profesionalisme yang benar

  • – benar harus dipertahankan oleh Akuntan Publik profesional. Independen disini berarti akuntan publik lebih mengutamakan kepentingan publik di atas kepentingan manajemen atau kepentingan auditor itu sendiri dalam membuat laporan auditan. Oleh sebab itu, keberpihakan auditor dalam hal ini seharusnya lebih diutamakan pada kepentingan publik (IAI, 2001).

   De Angelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai

  sebuah kemungkinan bahwa auditor akan mendeteksi dan melaporkan salah saji material. Proses pelaporan yang dilakukan oleh auditor tergantung kepada independensi auditor untuk mengungkapkan pelanggaran tersebut.

  Kualitas audit memiliki arti yang berbeda

  • – beda. Dari sisi auditor, kualitas audit merupakan hasil kerja para auditor yang telah sesuai dengan standar
  • – standar serta kode etik profesi yang telah ditetapkan. Kualitas audit diharapkan dapat mengurangi ketidakpuasan para pemakai informasi dan menjaga reputasi auditor. Sedangkan kualitas audit menurut para pengguna laporan keuangan adalah jika auditor dapat
memberikan opini yang sesuai dan bertanggung jawab serta memberikan jaminan bahwa tidak terdapat kecurangan atau salah saji material. Baik tidaknya kualitas suatu hasil audit bergantung kepada kemampuan penyedia jasa audit dalam memenuhi harapan klien secara konsisten.

  Menurut Jackson et.al., 2008, kualitas audit terdiri atas Actual (kualitas sebenarnya) dan Perceived Quality (kualitas yang

  Quality

  dirasakan). Actual Quality merupakan tingkat dimana risiko dari pelaporan salah saji material dalam rekening keuangan berkurang.

  

Perceived Quality adalah seberapa efektif pengguna laporan keuangan

percaya bahwa auditor telah mengurangi salah saji material.

  Meningkatkan kualitas dari pelaporan keuangan menambah nilai bagi laporan - laporan yang dijadikan alat bagi investor untuk memperkirakan nilai dari perdagangan saham. Peningkatan kualitas adalah sebuah fungsi tidak hanya deteksi auditor atas salah saji material, tetapi juga perilaku auditor terhadap deteksi ini. Maka dari itu, jika auditor memperbaiki salah saji material yang ditemukan, kualitas audit yang lebih tinggi dihasilkan, sementara itu kegagalan untuk memperbaiki salah saji material dan belum mampu mengeluarkan laporan audit yang bersih, menghalangi peningkatan kualitas audit (Al-Thuneibat et.al., 2011). Dalam penelitian ini, ukuran KAP digunakan sebagai proksi kualitas audit.

2.1.5. Ukuran Kantor Akuntan Publik

  Kantor Akuntan Publik adalah suatu bentuk organisasi akuntan

  • – publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang udangan yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik (Rachmawati, 2008).

  Suatu laporan keuangan atau informasi akan kinerja perusahaan harus dapat disajikan dengan akurat dan terpercaya yaitu perusahaan menggunakan jasa kantor akuntan publik (KAP) untuk melaksanakan pekerjaan audit terhadap laporan keuangan perusahaan. Tidak jarang banyak dari perusahaan untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan yang nantinya akan berdampak terhadap penyampaian pelaporan keuangan, perusahaan menggunakan jasa kantor akuntan publik yang mempunyai reputasi atau nama baik.

  DeAngelo (1981) mendefinisikan kualitas audit sebagai gabungan probabilitas pendeteksian dan pelaporan kesalahan laporan keuangan yang material. Beliau menyimpulkan bahwa Kantor Akuntan Publik yang lebih besar, kualitas audit yang dihasilkan juga lebih baik.

  Ukuran Kantor Akuntan Publik biasanya ditunjukkan dengan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan kantor akuntan publik yang berlaku universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide

  Accounting Firm (Big 4). Kategori KAP the big four di Indonesia:

  1. KAP Price Waterhouse Coopers, yang bekerjasama dengan KAP Haryanto Sahari dan rekan.

  2. KAP KPMG (Klynveld Peat Marwick Goerdeler), yang bekerjasama dengan KAP Siddharta-Siddharta dan Widjaja.

  3. KAP Ernst and Young, yang bekerjasama dengan KAP Purwantono, Sarwoko dan Sandjaja.

  4. KAP Deloitte Touche Thomatsu, yang bekerjasama dengan KAP Osman Bing Satrio dan rekan.

  DeAngelo (1981) menyatakan bahwa variabel ukuran KAP dapat mengukur kualitas audit karena KAP yang mempunyai klien yang lebih banyak akan berusaha menjaga nama baiknya dengan tetap mempertahankan kualitas audit yang dihasilkannya.

2.1.6. Audit tenure

   Audit tenure adalah lamanya masa perikatan Kantor Akuntan

  Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Di Indonesia, ketentuan mengenai audit tenure telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 yaitu masa jabatan untuk KAP paling lama 5 tahun berturut – turut.

  Keputusan Menteri tersebut juga membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun berturut

  • – turut untuk klien yang sama. Pada tahun 2008, dikeluarkan peraturan terbaru yaitu Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 yaitu tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP paling lama 6 tahun berturut
  • – turut dan untuk
auditor paling lama 3 tahun berturut

  • – turut. Keputusan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kecurangan karena kedekatan antara auditor dengan klien. Hal ini juga memungkinkan auditor kehilangan independensinya. Masa penugasan/tenur auditor didefiniskan sebagai jumlah tahun auditor dipertahankan oleh perusahaan (Myers et.al., 2003).

  biasanya dikaitkan dengan pengaruhnya

  Audit Tenure

  terhadap independensi auditor. Al-Thuneibat et.al. (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit. Namun, Jackson et.al. (2008) memiliki pandangan yang berbeda dari hasil penelitian yang dilakukan Al- Thuneibat et.al. (2011). Mereka menyimpulkan bahwa kualitas audit akan meningkat dengan adanya hubungan antara auditor dan klien.

  Dalam investigasi yang dilakukan oleh American Institute

  

of Certified Accountants (AICPA) dalam Al-Thuneibat et al., 2011,

  ditemukan bahwa kegagalan audit tiga kali lebih mungkin pada dua tahun pertama dari ikatan yang dibuat dibandingkan dengan tahun-tahun berikutnya. Penelitian tersebut melakukan survei terhadap 406 kasus kegagalan audit.

2.1.7. Audit Switching

  Adanya regulasi yang mengatur mengenai auditor switching

menyebabkan terdapat batasan lamanya masa perikatan audit sehingga akan

terjadi auditor switching secara mandatory. Pergantian auditor dapat dibagi

menjadi 2 yaitu pergantian auditor yang terjadi karena regulasi pemerintah

yang mengikat (mandatory) dan pergantian auditor yang terjadi dikarenakan

alasan lain diluar regulasi (voluntary). Perusahaan melakukan audit

switching secara mandatory umumnya dikarenakan kewajiban ataupun

peraturan yang membatasi masa jabatan auditor. Sedangkan Perusahaan

melakukan audit switching secara voluntary pada saat industri sedang

berlomba

  • – lomba dalam mempekerjakan auditor yang mempunyai reputasi

  

tinggi dengan tujuan untuk menaikkan nilai perusahaan di mata pengguna

laporan keuangan.

  Kebijakan rotasi Kantor Akuntan Publik dan rotasi Akuntan Publik

(Partner Auditor) tercantum dalam KMK Nomor 423/KMK.06/2002 tentang

Jasa Akuntan Publik tanggal 30 September 2002 yang mengatur bahwa

rotasi Akuntan Publik harus dilakukan setiap 3 tahun dan rotasi Kantor

Akuntan Publik setiap 5 tahun. Peraturan ini kemudian direvisi dengan

dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008

tanggal 5 Februari 2008 dimana rotasi Akuntan Publik tetap 3 tahun dan

rotasi Kantor Akuntan Publik menjadi setiap 6 tahun. Bapepam-LK melalui

peraturan VIII.A.2 tanggal 12 November 2002 juga mulai memberlakukan

rotasi KAP dengan cooling-off 3 tahun. Siregar et.al (2011) menyatakan

bahwa peraturan rotasi auditor dibuat dengan tujuan meningkatkan kualitas

audit. Hal tersebut didukung dengan asumsi bahwa semakin lama hubungan

antara auditor (baik Akuntan Publik maupun Kantor Akuntan Publik)

dengan kliennya akan mengurangi independensi auditor. Namun demikian,

dari segi kompetensi adanya rotasi dapat menyebabkan penurunan kualitas

audit. Ketika auditor harus menghadapi perusahaan baru sebagai kliennya

maka akan diperlukan lebih banyak waktu baginya untuk mempelajari klien

barunya daripada Auditor melanjutkan penugasan dari klien terdahulu

(Chen et.al, 2004). Penelitian ini fokus pada kajian tentang pergantian

Kantor Akuntan Publik (KAP).

2.1.8. Audit Capacity Stress

  Audit Capacity Stress adalah tekanan terhadap auditor (AP)

  sehubungan dengan banyaknya klien audit umum yang harus ditanganinya. Awal tahun merupakan masa – masa sibuk auditor karena banyaknya penugasan audit yang harus diselesaikan auditor. Pada beberapa penelitian, audit capacity stress juga diistilahkan sebagai beban kerja (workload).

  Menurut Hansen et.al (2007), audit capacity stress yang tinggi pada suatu KAP dapat menurunkan kualitas audit. Bertambahnya klien baru bagi suatu KAP dapat meningkatkan audit capacity stress bagi auditor seperti dalam kasus Andersen.

  Menurut Fitriany (2011), KAP dengan audit capacity stress yang tinggi dapat menurunkan kualitas audit dan memperbesar manajemen laba di perusahaan.

  Menurut Setiawan (2011), beban kerja memiliki dampak negatif terhadap kualitas audit dan komite audit mengurangi dampak negatif dari

  workload terhadap kualitas audit. Tingginya workload dapat

  menyebabkan kelelahan sehingga dapat menurunkan kemampuan auditor untuk menemukan kesalahan dan melaporkan penyimpangan.

  Pada penelitian ini peneliti mengikuti Hansen et.al (2007) untuk mengukur audit capacity stress.

  Audit Capacity Stress = Jumlah klien KAP pada tahun tersebut

  Jumlah Akuntan Publik pada KAP

2.1.9. Ukuran Perusahaan

  Salah satu indikator yang terkait dengan kualitas audit adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi yaitu besar kecilnya perusahaan dapat dinilai dari total aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya. Semakin besar nilainya maka mencerminkan semakin besar ukuran perusahaan.

  Menurut Nasser et.al (2006), ukuran perusahaan terus mengalami peningkatan dan kemungkinan jumlah konflik agensi juga meningkat sehingga dapat meningkatkan permintaan adanya perbedaan kualitas auditor. Menurut Keputusan BAPEPAM No.9 Tahun 1995 menyatakan definisi perusahaan adalah: perusahaan menengah/kecil adalah badan hukum yang didirikan di Indonesia yang memiliki jumlah kekayaan tidak lebih dari 20 milyar, bukan merupakan afiliasi oleh suatu perusahaan yang bukan perusahaan menengah/kecil, dan bukan merupakan reksa dana. Perusahaan menengah/besar adalah kegiatan ekonomi yang melampaui kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan bukan usaha kecil. Perusahaan menengah/besar meliputi perusahaan nasional (milik negara atau swasta) dan perusahaan asing yang melakukan kegiatan di Indonesia.

  Fernando et.al (2010) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi perusahaan kecil, jika laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan saji material, maka dapat memberikan kepercayaan pengguna laporan serta dapat meningkatkan investasi mereka dan menjadi lebih disorot publik.

  Penelitian ini menggunkan ukuran perusahaan yang diukur berdasarkan pada total asset perusahaan dengan menggunakan perhitungan logaritma natural Total Aset untuk menghindari tidak normalnya data karena angka yang terlalu besar. Pengukuran ukuran perusahaan menggunakan total aset dikarenakan total aset tidak terpengaruh oleh pasar sehingga dapat menghasilkan data yang valid. Selain itu, total aset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai kapitalisasi pasar dan penjualan dalam mengukur ukuran perusahaan (Purwanto,2011).

2.1.10. Independensi Komite Audit

  Menurut keputusan Bapepam-LK Nomor IX.1.5 No. Kep- 643/BL/2012 pengertian Komite Audit yaitu: Komite Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris dalam membantu melaksanakan tugas dan fungsi Dewan Komisaris. Komite audit bertindak secara independen dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Komite audit paling kurang terdiri dari tiga orang anggota yang berasal dari Komisaris Independen dan Pihak dari luar Emiten atau Perusahaan Publik.

  Komisaris Independen adalah anggota Dewan Komisaris yang berasal dari luar perusahaan yang memenuhi syarat yaitu bukan merupakan orang yang bekerja dan bertanggung jawab untuk memimpin dan mengawasi kegiatan perusahaan, tidak memiliki saham baik langsung maupun tidak langsung pada perusahaan, tidak memiliki hubungan afiliasi dengan perusahaan (anggota Dewan Komisaris, anggota Direksi, dan Pemegang Saham Utama Perusahaan), dan tidak memiliki hubungan usaha dengan perusahaan.

  Komite audit merupakan salah satu komponen good corporate

  

governance yang berperan penting dalam sistem pelaporan keuangan

  yaitu dengan mengawasi manajemen perusahaan dan auditor independen dalam proses penyampaian laporan keuangan yaitu menjaga kualitas audit dan kualitas pelaporan keuangan (Pamudji dan Trihartati, 2010). Komite audit membutuhkan independensi dan efektivitasnya dalam mengawasi pelaporan keuangan, maka kinerja komite audit menjadi efektif jika para anggotanya memiliki kemandirian yang tepat.

  Menurut Mulyadi (2002) ada beberapa hal yang sering mengganggu sikap mental independen auditor yaitu auditor dibayar klien atas jasa tersebut, auditor mempunyai kecenderungan untuk memuaskan klien, dan mempertahankan sikap mental independen seringkali menyebabkan lepasnya klien. Oleh karena itu, untuk memastikan reliabilitas dan kualitas yang tinggi dari laporan keuangan suatu perusahaan Bapepam-LK mengeluarkan aturan tentang pembentukan dan pelaksanaan kerja Komite Audit dalam Nomor

  IX.1.5 No. Kep.643/BL/2012.

  Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (dalam Purwati, 2006) menyatakan bahwa independensi Dewan Komisaris di Indonesia sangat diragukan mengingat posisi anggota Dewan Komisaris diberikan sebagai rasa penghargaan semata maupun berdasarkan hubungan keluarga atau kenalan dekat. Komite audit diukur dengan proporsi jumlah anggota yang berasal dari luar Emiten yaitu Komisaris Independen dengan jumlah anggota Komite Audit.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Adapun penelitian

  • – penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kualitas audit, antara lain:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

  

Peneliti Judul Variabel Analisis Hasil

Arum Pengaruh Independen: Analisis Komite audit,

Ardianingsih Komite Audit, Komite Audit, Regresi lama perikatan

(2013) Lama Perikatan Lama Perikatan Logistik audit, dan audit

Audit, dan Audit Audit, dan Audit capacity stress

  Capacity Stress Capacity Stress tidak berpengaruh terhadap Dependen: signifikan Kualitas Audit Kualitas Audit terhadap kualitas audit.

  Al -Thuneibat, Do Audit Tenure Independen: Analisis Audit tenure

Ibrahim Al Isa dan Regresi mempengaruhi

and Firm Size Audit tenure dan Ata Baker Contribute to ukuran perusahaan Linear kualitas audit

(2011) Audit Quality ? audit Berganda secara negatif dan

  Dependen: dan Regresi ukuran Kualitas audit Logistik perusahaan audit tidak memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas audit.

  Andrew B. Mandatory Independen: Analisis Kualitas audit

Jackson, Audit Firm Rotasi Kantor audit Regresi akan meningkat

Michael Rotation and Dependen: Logistik seiring adanya

Moldrich, dan Audit Quality Kualitas audit hubungan antar

Peter Roebuck auditor

  • –klien jika (2008)

  menggunakan proksi kemungkinan penerbitan opini going concern, namun tidak berdampak jika menggunakan proksi tingkat diskresioner akrual. Abu Thahir Auditor Independen: Analisis Kemungkinan

  • – Client

  

Abdul Nasser, Relationship : Regresi untuk melakukan

Ukuran klien, jenis

Emelin Abdul The Case of Logistik praktek switching

kantor auditor, dan

Wahid, Audit Tenure akan lebih besar

financial distress

  bagi perusahaan

Nazatul F.S.M Switching in perusahaan besar

Dependen :

  • – Sharifah and Audit

  Nasri, dan Malaysia yang sedang Mohammad mengalami

  

Auditor Switching

Hudaib (2006) tekanan dan praktek switching lebih dipengaruhi oleh jenis kantor audit.

  Knechel, W. The Independen: Analisis Tenure yang Robert, Relationship Audit tenure Regresi panjang tidak Vanstraelen, between Auditor Dependen: Logistik mengurangi Ann Tenure and Audit Quality independensi

(2007) Audit Quality Implied by Going auditor dan tidak

  Implied by Concern Opinion mempengaruhi kualitas audit

  Going Concern Opinion yang menggunakan indikator opini going concern pada perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan.

  Michael Dong The effect of Big Analisis Ukuran Kantor Independen:

  Yu Four office size Ukuran Kantor Regresi Audit yang

(2007) on audit quality Akuntan Publik Logistik berkualifikasi Big

(KAP) Four memiliki pengaruh yang Dependen: signifikan dan Kualitas Audit positif terhadap kualitas audit.

  

Ni Made Dewi Pengaruh Masa Independen: Analisis Masa perikatan

Febrianti, I Perikatan Audit, Masa Perikatan Regresi audit, rotasi KAP,

Made Mertha Rotasi KAP, Audit, Rotasi KAP, Logistik dan ukuran KAP

(2014) Ukuran Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh

  Perusahaan Klien, dan Ukuran signifikan pada Klien, dan KAP kualitas audit, Ukuran KAP sedangkan ukuran pada Kualitas Dependen: perusahaan klien Audit Kualitas Audit berpengaruh positif dan signifikan pada kualitas audit.

  Sumber : Data diolah Ardianingsih (2013) melakukan penelitian pengaruh komite audit, lama perikatan audit, dan audit capacity stress terhadap kualitas audit. Objek

  • – penelitiannya adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI periode 2008 2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komite audit, lama perikatan audit, dan audit capacity stress tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

  Al - Thuneibat et.al (2011) melakukan penelitian tentang kualitas audit dengan mengambil objek perusahaan

  • – perusahaan yang listing di Amman Stock

  Exchange pada periode 2002 - 2006. Audit tenure diukur dengan menghitung

  jumlah tahun sebuah KAP memberi jasa audit pada laporan keuangan perusahaan tertentu. Kualitas audit diukur dengan menggunakan pendekatan kebijaksanaan akrual (Discretionary Accrual). Ukuran perusahaan audit diukur dengan menghitung nilai pasar saham. Hasil penelitian menunjukkan bahwa audit tenure berpengaruh secara negatif terhadap kualitas audit dan ukuran kantor audit tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit .

  Jackson et.al (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh dari kewajiban yang dibuat untuk melakukan rotasi KAP terhadap kualitas audit. Variabel audit tenure ditambahkan karena kecenderungan bahwa rotasi KAP dilakukan untuk menghindari terciptanya hubungan yang dekat antara auditor dan klien. Mereka mengukur kualitas audit dengan dua pendekatan, kecenderungan untuk menerbitkan opini going concern dan tingkat kebijaksanaan akrual. Objek

  • – penelitian adalah praktek audit switching yang dilakukan perusahaan perusahaan di Australia pada periode 1995
  • – 2003. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas audit akan meningkat dengan adanya hubungan yang dekat antara auditor – klien ketika diproksikan dengan kecenderungan menerbitkan opini going dan tidak berpengaruh ketika diproksikan dengan tingkat kebijaksanaan

  concern akrual.

  Nasser et.al (2006) melakukan penelitian hubungan auditor

  • – klien dan kegiatan switching serta faktor
  • – faktor yang mempengaruhinya. Dengan metode kemungkinan maksimal (maximum
  • – likelihood method) dan menggunakan

  regresi logistik. Objek penelitian adalah perusahaan

  • – perusahaan yang terdaftar di

  

Kuala Lumpur Stock Exchange (KLSE) pada periode 1990 – 2000. Hasil

  penelitian menunjukkan bahwa kemungkinan untuk melakukan praktek switching akan lebih besar bagi perusahaan

  • – perusahaan besar yang sedang mengalami tekanan dan praktek switching lebih dipengaruhi oleh jenis kantor audit.

  Knechel et.al (2007) melakukan penelitian hubungan antara audit tenure dan kualitas audit yang diimplikasikan dengan menggunakan opini going concern. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenure yang panjang tidak mengurangi independensi auditor dan tidak mempengaruhi kualitas audit yang diproksikan dengan opini going concern. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan perusahaan yang tidak mengalami kebangkrutan.

  Dong Yu (2007) melakukan penelitian pengaruh ukuran kantor audit Big

  Four terhadap kualitas audit. Objek penelitiannya adalah perusahaan

  • – perusahaan di Amerika yang diaudit oleh KAP Big Four periode 2003
  • – 2005. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara ukuran perusahaan audit (KAP) dengan kualitas audit.

  Febrianti dkk (2014) melakukan penelitian pengaruh masa perikatan audit, rotasi KAP, ukuran perusahaan klien, dan ukuran KAP pada kualitas audit.

  • – Objek penelitiannya adalah perusahaan manufaktur yang listing di BEI 2009 2012 dengan menggunakan analisis regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masa perikatan audit, rotasi KAP, dan ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Sedangkan, ukuran perusahaan klien berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.

2.3. Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual merupakan suatu kesatuan kerangka pemikiran yang utuh dalam rangka mencari jawaban

  • – jawaban ilmiah terhadap masalah – masalah penelitian yang menjelaskan tentang variabel
  • – variabel, hubungan antara vari
  • – variabel secara teoritis yang berhubungan dengan hasil penelitian terdahulu yang kebenarannya dapat diuji secara empiris (Sekaran, 2006) . Untuk memperoleh jawaban
  • – jawaban ilmiah mengenai pengaruh audit tenure, audit

  

switching, audit capacity stress , ukuran perusahaan,dan komite audit terhadap

  kualitas audit, peneliti menyusun kerangka konseptual penelitian sebagai berikut:

  

Gambar 2.1.

Kerangka Konseptual

  Audit Tenure

  (X1)

  Audit Switching

  (X2) Variabel Dependen

  Audit Capacity Stress

  Kualitas Audit (Y) (X3)

  Ukuran Perusahaan

  (X4)

  Komite Audit

  (X5) Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Febrianti

  (2012) dan Ardianingsih (2013), sehingga faktor

  • – faktor yang dianggap mempengaruhi dalam penelitian ini disesuaikan dengan yang digunakan dalam Febrianti (2012) dan Ardianingsih (2013). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah audit tenure, audit switching, audit capacity stress, ukuran perusahaan, dan independensi komite audit. Sedangkan variabel terikat adalah kualitas audit.

  Hubungan antara variabel-variabel tersebut, penelitian ini menggunakan teori kepatuhan (compliance theory) teori sinyal (signalling theory). Tuntutan akan kepatuhan dalam mematuhi peraturan dalam rangka peningkatan kualitas audit sesuai dengan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Keuangan RI Nomor 17/PMK.01/2008 tentang “Jasa Akuntan Publik” pasal 3 yang merupakan penyempurnaan atas Keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK.06/2002 dan No. 359/KMK.06/2003. Peraturan ini mewajibkan rotasi auditor partner setiap 3 (tiga) tahun dan rotasi KAP setiap 6 (enam) tahun. Peraturan ini dimaksudkan untuk meminimalkan terjadinya skandal keuangan yang melibatkan auditor.

  

Signalling Theory menjelaskan bahwa laporan keuangan pada dasarnya

  dimanfaatkan oleh perusahaan untuk memberi sinyal (baik positif maupun negatif) kepada para penggunanya. Signalling Theory juga dapat membantu mengurangi asimetri informasi antara perusahaan (agent), pemilik (principal), dan pihak luar perusahaan melalui laporan keuangan yang berkualitas.

  Audit tenure, audit switching, audit capacity stress, ukuran perusahaan, dan komite audit merupakan faktor

  • – faktor yang berpengaruh terhadap kualitas audit.

  Audit tenure adalah lamanya masa perikatan Kantor Akuntan Publik

  (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Masa penugasan/tenur auditor didefiniskan sebagai jumlah tahun auditor dipertahankan oleh perusahaan (Myers et.al., 2003).

  Pergantian auditor dapat Auditor switching adalah pergantian auditor. dibagi menjadi 2 yaitu pergantian auditor yang terjadi karena regulasi pemerintah yang mengikat (mandatory) dan pergantian auditor yang terjadi dikarenakan alasan

lain diluar regulasi (voluntary), auditor switching secara sukarela dilakukan apabila

klien mengganti auditornya ketika tidak ada peraturan yang mewajibkannya melakukan auditor switching (Susan dan Trisnawati, 2011).

  Audit Capacity Stress berarti masa-masa sibuk pada auditor di masa awal tahun karena banyaknya penugasan audit yang harus diselesaikan auditor di masa tersebut. Audit Capacity Stress adalah tekanan terhadap auditor (AP) sehubungan dengan banyaknya klien audit umum yang harus ditanganinya. Hansen et.al (2007) menyatakan bahwa audit capacity stress juga berkaitan dengan bertambahnya klien baru yang berasal dari dibubarkannya Anderson.

  Ukuran perusahaan menyangkut tentang operasi ketersediaan informasi yang terpublikasi. Jumlah informasi yang terpublikasi untuk perusahaan meningkat sesuai dengan peningkatan ukuran perusahaan. Fernando et.al (2010) menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki sistem pengendalian internal yang lebih baik dibandingkan dengan perusahaan kecil. Bagi perusahaan kecil, jika laporan keuangan tersebut bebas dari kesalahan saji material, maka dapat memberikan kepercayaan pengguna laporan serta dapat meningkatkan investasi mereka dan menjadi lebih disorot publik.

  Komite audit membutuhkan independensi dan efektivitasnya dalam mengawasi pelaporan keuangan. Komite audit minimal terdiri dari tiga orang yang terdiri dari Komisaris Independen dan pihak luar perusahaan yang ahli dalam bidang akuntansi. Perusahaan yang memiliki jumlah anggota yang berasal dari luar emiten yang lebih besar akan mampu bekerja lebih efektif dan mandiri dalam mengawasi jalannya pelaporan keuangan oleh manajemen perusahaan sehingga komite audit menjadikan pertimbangan bagi kantor akuntan publik (KAP) untuk memberikan jasa atestasi/audit secara lebih berkualitas (Ardianingsih, 2013).

2.4. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang diturunkan melalui teori, serta suatu pernyataan yang masih diuji kebenarannya secara empiris (Sekaran, 2006).

  2.4.1. Hubungan antara audit tenure dengan kualitas audit

  Lama perikatan audit diartikan sebagai periode keterikatan antara auditor dengan klien, yaitu lamanya waktu seorang auditor mengaudit pada perusahaan klien. Lama perikatan audit antara auditor dengan klien terkadang menyebabkan auditor terlalu percaya diri dengan pendekatan audit yang digunakan. Dampaknya auditor tidak melakukan inovasi pada strategi audit yang digunakan. Sehingga menjadikan kualitas audit yang diberikan menjadi turun.

  Al

  • – Thuneibat et.al., 2011 berpendapat bahwa hubungan yang lama antara auditor dengan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit.

  Pengetahuan auditor akan kinerja perusahaan akan semakin baik ketika masa perikatan terjadi dalam jangka waktu yang cukup panjang. Pengetahuan akan kinerja perusahaan yang lebih baik tentu saja dapat membantu auditor untuk memberikan jasa audit yang berkualitas. Oleh karena itu, semakin lama masa perikatan antara auditor dan klien, maka kualitas audit akan semakin meningkat (Jackson et.al., 2008).

  Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:

  H1 : Audit tenure berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

  

2.4.2. Hubungan antara Audit switching dengan kualitas audit

  Perlu tidaknya aturan kewajiban rotasi auditor masih diperdebatkan sampai saat ini. Di satu sisi, banyak bukti empiris yang menolak aturan tersebut, sementara di sisi lain banyak juga yang mendukung aturan rotasi tersebut. Knechel (2007) menemukan bukti bahwa tidak ditemukan perbedaan reaksi pasar atas audit tenure dan

  

audit switching . Selain itu kualitas audit tidak terpengaruh oleh berapa

lama hubungan yang terjalin antara auditor dengan klien.

  Jackson et.al (2008) menguji pengaruh rotasi wajib KAP pada kualitas audit. Kualitas audit diproksikan dengan kecenderungan pemberian opini going concern dan akrual diskresioner. Mereka menemukan bahwa dengan menggunakan dua proksi kualitas audit, yaitu dengan kecenderungan pemberian opini going concern dan akrual diskresioner, kualitas audit tidak dipengaruhi secara negatif oleh tenure KAP. Panjangnya tenure secara nyata meningkatkan kualitas audit ketika diproksikan dengan kecenderungan pemberian opini going concern. Akan tetapi dengan menggunakan tingkat akrual diskresioner tenure tidak menaikkan atau menurunkan kualitas audit.

  Chi et.al (2009) tidak menemukan dukungan bahwa kewajiban rotasi KAP meningkatkan kualitas audit. Mereka meneliti dengan data audit di Taiwan, dengan rotasi lima tahunan secara de facto menjadi wajib pada tahun 2004. Selain itu, mereka juga tidak menemukan bukti yang konsisten yang mendukung keyakinan bahwa kewajiban rotasi KAP berdasarkan persepsi investor meningkatkan kualitas audit.

  Catanach dan Walker (1999) berpendapat bahwa peraturan rotasi KAP akan mencegah terbentuknya hubungan jangka panjang antara klien dan auditor yang dapat menurunkan independensi. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:

  H2 : Audit Switching berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit

2.4.3. Hubungan antara audit capacity stress dengan kualitas audit

  Awal tahun merupakan masa

  • – masa sibuk para auditor karena banyaknya penugasan audit yang harus diselesaikan auditor di masa tersebut sehingga menimbulkan tekanan terhadap auditor untuk menangani banyaknya klien. Hansen et.al (2007) berpendapat bahwa

  

audit capacity stress berkaitan dengan bertambahnya klien baru yang

  berasal dari dibubarkannya KAP Andersen setelah terjadinya kasus Enron. Audit Capacity Stress yang tinggi berdampak pada menurunnya kualitas audit dan juga berdampak pada menurunnya kualitas laba.

  Fitriany (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh

  

audit tenure dan spesialisasi audit terhadap kualitas audit. Dari hasil

  penelitian tersebut ditemukan bahwa ada hubungan kuadratik antara

  

audit tenure dengan kualitas audit. Sedangkan KAP dengan audit

capacity stress yang tinggi dapat menurunkan kualitas audit dan

  memperbesar manajemen laba di perusahaan.

  Setiawan (2011) melakukan penelitian tentang pengaruh

  

workload dan spesialisasi auditor terhadap kualitas audit dengan kualitas

  komite audit sebagai variabel moderasi. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa beban kerja memiliki dampak negatif terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:

  

H3 : Audit Capacity Stress berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit

  2.4.4. Hubungan antara ukuran perusahaan dengan kualitas audit Ukuran perusahaan dapat dinilai dari beberapa segi yaitu besar kecilnya perusahaan dapat dinilai dari total aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja, dan sebagainya. Semakin besar nilainya maka mencerminkan semakin besar ukuran perusahaan. Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasi mereka dan peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost (Nasser et.al., 2006). Semakin besar perusahaan, semakin meningkat pula agency cost yang terjadi. Sehingga perusahaan berukuran besar akan cenderung memilih jasa auditor besar yang profesional, independen, dan bereputasi baik untuk menghasilkan kualitas audit yang lebih baik (Watts dan Zimmerman, 1986). Bedasarkan uraian di atas maka diajukan hipotesis:

  

H4 : Ukuran Perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit

  

2.4.5. Hubungan antara independensi komite audit dengan kualitas

audit