laporan praktikum batuan beku non fragme

COVER

LAPORAN PRAKTIKUM PETROLOGI
ACARA : BATUAN BEKU
NON FRAGMENTAL

Disusun Oleh :
Wahyu Prasetyo
21100113120011

LABORATORIUM MINERALOGI DAN PETROLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG
APRIL 2014

i

LEMBAR PENGESAHAN


Laporan Praktikum Petrologi, acara Batuan Beku Non Fragmental yang
disusun oleh praktikan bernama Wahyu Prasetyo ini telah disahkan pada:
hari

:

tanggal :
pukul

:

Sebagai tugas laporan praktikum Petrologi mata kuliah Petrologi.

Semarang, 09 April 2014
Asisten Acara,

Praktikan,

Tri Omega Pahlawan


Wahyu Prasetyo

NIM. 21100110120037

NIM. 21100113120011

ii

DAFTAR ISI

COVER..................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR................................................................................... v
DAFTAR TABEL...................................................................................... vi
BAB I

PENDAHULUAN..........................................................................1


I.1

Maksud...................................................................................... 1

I.2

Tujuan....................................................................................... 1

I.3

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum..............................1

BAB II

DASAR TEORI.............................................................................2

BAB III HASIL DESKRIPSI........................................................................3
III.1

Deskripsi Peraga Batuan Nomor 34...........................................3


III.2

Deskripsi Peraga Batuan Nomor 17...........................................5

III.3

Deskripsi Peraga Batuan Nomor 24...........................................7

III.4

Deskripsi Peraga Batuan Nomor 1.............................................9

III.5

Deskripsi Peraga Batuan Nomor EF 3......................................11

III.6

Deskripsi Peraga Batuan Nomor 13.........................................13


BAB IV PEMBAHASAN..........................................................................15
IV.1

Pembahasan Peraga Batuan Nomor 34...................................15

IV.2

Pembahasan Peraga Batuan Nomor 17...................................18

IV.3

Pembahasan Peraga Batuan Nomor 24...................................20

IV.4

Pembahasan Peraga Batuan Nomor 1.....................................23

IV.5


Pembahasan Peraga Batuan Nomor EF 3................................25

IV.6

Pembahasan Peraga Batuan Nomor 13...................................28

BAB V PENUTUP..................................................................................31
V.1

Kesimpulan..............................................................................31

V.2

Saran....................................................................................... 32

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................33

iii

iv


DAFTAR GAMBAR

v

DAFTAR TABEL

vi

BAB I
PENDAHULUAN
I.1

Maksud
Mengetahui tekstur dan struktur pada batuan beku non fragmental
Mengetahui mineral – mineral yang terdapat pada batuan beku non
fragmental
Mengetahui penamaan batuan beku non fragmental berdasarkan
klasifikasi yang tersedia (Russell B. Travis, 1988)


I.2

Tujuan
Dapat mengetahui tekstur dan struktur pada batuan beku non fragmental
Dapat mengetahui mineral mineral yang terdapat pada batuan beku non
fragmental
Dapat menamakan batuan beku non fragmental berdasarkan klasifikasi
yang tersedia (Russell B. Travis, 1988)

I.3

Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum
Praktikum pertama:
Hari

: Jumat

Tanggal

: 21 Maret 2014


Waktu

: 16. 30 – selesai

Tempat

: Lab. Mineralogi dan Petrologi, Gd Pertamina Sukowati
Lt. 3 Teknik Geologi, Universitas Diponegoro, Semarang

Praktikum kedua:
Hari

: Selasa

Tanggal

: 25 Maret 2014

Waktu


: 16. 00 – selesai

Tempat

: Lab. Mineralogi dan Petrologi, Gd Pertamina Sukowati
Lt. 3 Teknik Geologi, Universitas Diponegoro, Semarang

1

BAB II
DASAR TEORI

2

BAB III
HASIL DESKRIPSI
III.1 Deskripsi Peraga Batuan Nomor 34
No. Urut


:1

No. Peraga Batuan

: 34

Hari / Tanggal

: Jumat 21 Maret 2014

Jenis Batuan

: Batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis
Warna

: Hitam

Struktur

: Masif

Tekstur

:

Kristalinitas

:Holokristalin

Ukuran Kristal

: Halus, 5mm (WTG, 1954)

c. Granularitas

: Inequigranular Fanero porfiritik



Bentuk Kristal : Subhedral

Deskripsi Komposisi
Kuarsa

: Warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal

Plagioklas

: Warna putih susu, Kekerasan 6 skala mohs, Cerat putih,
Kilap kaca,Transparansi opaque. (Massa Dasar)

Piroksen

: Warna hitam. Kekerasan 6 skala mohs, Cerat putih, Kilap
non logam, Transparansi opaque.

Kelimpahan Mineral:
Mineral
Plagioklas
Piroksen
Kuarsa

Kelimpahan (%)
60 %
35%
5%

Petrogenesa

5

Batuan ini memiliki tekstur holokristalin, Granularitas pada batuan ini
adalah inequigranular, fanero porfiritik. Pada Batuan ini terbentuk dari
pembekuan magma yang bersifat basa yaitu bisa pada daerah MOR, Islands
arc, back arc basin dan oceanic Islands, sehingga warnanya gelap. Membeku
secara lambat sehingga terbentuk mineral-mineral piroksen, plagioklas
sebagai massa dasar, kuarsa. Mempunyai struktur massif dan merupakan
batuan beku plutonik sehingga bentuk kristal sempurna (Derajat kristalisainya
termasuk holokristalin).
Foto Batuan

Gambar 3.2 Porfiri Gabro

Nama Batuan

: Porfiri Gabro (Russel B. Travis, 1988)

6

III.3 Deskripsi Peraga Batuan Nomor 24
No. Urut

:3

No. Peraga Batuan

: 24

Hari / Tanggal

: Jumat 21 Maret 2014

Jenis Batuan

: Batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis
Warna

: kuning keputihan hingga putih kecoklatan

Struktur

: Masif

Tekstur

:

a. Kristalinitas

:Holokristalin

b. Ukuran

: Sedang, 1mm – 5mm (WTG, 1954)

c. Granularitas

: Inequigranular Fanero porfiritik,

 Bentuk Kristal : Subhedral
Deskripsi Komposisi
Kuarsa

: Warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,
bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal

Plagioklas

: Warna putih susu, Kekerasan 6 skala mohs, Cerat putih,
Kilap kaca,Transparansi opaque. (Masa Dasar)

Biotit

: Warna abu – abu, kliap tanah, anhedral, ukuran halus
(1mm), kekerasan 2-3, cerat putih.

Orthoklas

:Warna merah daging, Kekerasan 6 skala mohs, Cerat
putih, Kilap non logam. Transparansi opaque

Kelimpahan Mineral:
Mineral
Plagioklas
Orthoklas
Kuarsa
Biotit

Kelimpahan (%)
45 %
20%
20%
15 %

7

Petrogenesa
Batuan ini memiliki tekstur holokristalin, Granularitas pada batuan ini
adalah inequigranular. Berdasarkan warna batuan yang

berwarna kuning

keputihan hingga putih kecoklatan. Batuan ini terbentuk dari pembekuan
magma yang bersifat asam yaitu bisa pada daerah subduksi, continental rift
zone, sehingga warnanya terang. Membeku secara lambat sehingga terbentuk
mineral-mineral orthoklas, biotit, plagioklas, kuarsa. Mempunyai struktur
massif dan merupakan batuan beku plutonik sehingga bentuk kristal
sempurna (Derajat kristalisainya termasuk holokristalin).
Foto Batuan

Gambar 3.3 Porfiri Granit

Nama Batuan

: Porfiri Granit (Russel B. Travis, 1988)

8

III.4 Deskripsi Peraga Batuan Nomor 1
No. Urut

:4

No. Peraga Batuan

:1

Hari / Tanggal

: Jumat 21 Maret 2014

Jenis Batuan

: Batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis
 Warna

: Abu – abu gelap

 Struktur

: Masif

 Tekstur

:

a. Kristalinitas

:Holokristalin

b. Ukuran

: Sedang, 1mm – 5mm (WTG, 1954)

c. Granularitas

: Inequigranular porfiroafanitik

 Bentuk Kristal

: Subhedral

Deskripsi Komposisi
Kuarsa

: Warna putih bening, kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular,
kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.

Plagioklas: Warna putih susu, Kekerasan 6 skala mohs, Cerat putih, Kilap
kaca,Transparansi opaque.
Massa dasar berupa afanit (mineral yang bersifat intermediet)
Kelimpahan Mineral:
Mineral
Plagioklas
Kuarsa
Masa dasar

Kelimpahan (%)
60%
20%
20%

Petrogenesa
Batuan ini memiliki tekstur holokristalin, Granularitas pada batuan ini
adalah Inequigranular porfiroafanitik, subhedral. Pada Batuan ini terbentuk

9

dari pembekuan magma yang bersifat intermediet yaitu bisa pada daerah
subduksi sehingga warnanya terang agak gelap. Membeku secara lambat
sehingga terbentuk mineral-mineral kuarsa dan palgioklas. Mempunyai
struktur massif dan merupakan batuan beku plutonik sehingga bentuk kristal
sempurna (Derajat kristalisainya termasuk holokristalin).
Foto Batuan

Gambar 3.4 Porfiri Dasit

Nama Batuan

: Porfiri Dasit (Russel B. Travis, 1988)

10

III.5 Deskripsi Peraga Batuan Nomor EF 3
No. Urut

:5

No. Peraga Batuan

: EF 3

Hari / Tanggal

: Selasa, 25 Maret 2014

Jenis Batuan

: Batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis
 Warna

: kuning keputihan hingga putih kecoklatan

 Struktur

: Masif

 Tekstur

:

 Kristalinitas

:Holokristalin

 Ukuran

: Sedang, 1mm- 5mm (WTG, 1954)

 Granularitas

: Inequigranular Faneroporfiritik

Bentuk Kristal : Subhedral
Deskripsi Komposisi
Kuarsa

: Warna putih bening, kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk
tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal.

Plagioklas : Warna putih susu, Kekerasan 6 skala mohs, Cerat putih, Kilap
kaca, Transparansi opaque. (Massa Dasar)
Biotit

: Warna hitam, Kekerasan 3 skala mohs, Cerat putih, Kilap non
logam, Transparansi opaque.

Kelimpahan Mineral:
Mineral

Kelimpahan (%)

Plagioklas
Kuarsa
Biotit

40%
30%
30%

Petrogenesa

11

Batuan ini memiliki tekstur holokristalin, Granularitas pada batuan ini
adalah equigranular, fanerik, euhedral. Batuan ini terbentuk dari pembekuan
magma yang bersifat asam yaitu pada daerah subduksi, continental rift.
sehingga warnanya terang. Membeku secara lambat sehingga terbentuk
mineral-mineral biotit, plagioklas dan kuarsa. Mempunyai struktur massif dan
merupakan batuan beku plutonik sehingga bentuk kristal sempurna (Derajat
kristalisainya termasuk holokristalin).
Foto Batuan

Gambar 3.5 Porfiri Diorit

Nama Batuan

Kwarsa

: Porfiri Diorit Kwarsa (Russel B. Travis, 1988)

12

III.6 Deskripsi Peraga Batuan Nomor 13
No. Urut

:6

No. Peraga Batuan

: 13

Hari / Tanggal

: Selasa, 25 Maret 2014

Jenis Batuan

: Batuan beku non fragmental

Deskripsi Megaskopis
 Warna

: Coklat Kehitaman

 Struktur

: Masif

 Tekstur

:

Kristalinitas

:Holokristalin

Ukuran

: Kecil, 2/3 dari seluruh feldspar.
Proses pembentukan batuan ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat dan lama memungkinkan magma untuk membentuk
kristalin yang biasanya terjadi di dalam kerak bumi atau plutonik, dimana
proses pembekuan berlangsung di zona plutonik yang jauh dari permukaan
bumi sehingga kristalinitasnya holokristalin. Strukturnya yang bersifat masif
dapat diinpretasikan bahwa batuan ini sewaktu membeku tidak ada bekas –
bekas lubang atau aliran bekas keluarnya gas ketika pembekuan. Dari
hubungan antar kristalnya yang inequigranular afanitik, dapat diinpretasikan
bahwa mineral penyusunnya berukuran kecil – kecil dan massa dasarnya yang
afanit. Berdasarkan komposisi mineralnya maka sifat batuan ini adalah basa
dimana magma yang membentuk juga bersifat basa (mafik), dan
kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting antara lempeng
samudra yang bersifat basa di daerah MOR, batuan ini bisa juga terbentuk di
daerah Islands arc, ataupun back arc basin. Hal ini dikarenakan dari ketiga
zona tersebut memungkinkan terbentuknya batuan yang bersifat basa
dikarenakan magma penyusunnya yang bersifat basa. Magma basa tersebut
membeku di sekitar daerah plutonik di bawah permukaan bumi dan akhirnya
batuan ini naik ke permukaan akibat gaya endogen yang berlangsung pada
daerah tersebut (uplift) atau karena erupsi dari gunung api.

(a)

(b)

16

(c)
Gambar 4.1 a. MOR, b. Back arc Basin, c. Island Arc
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan
mineral kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklase lebih
dari 2/3 dari jumlah semua mineral feldspar. Jadi berdasarkan ciri-ciri yang
telah tertera di atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B.
Travis batuan peraga No. 34 merupakan Porfiri Basalt (Travis, 1988).

IV.2 Pembahasan Peraga Batuan Nomor 17
Kenampakan secara megaskopis, batuan beku nomor 17 ini berwarna
hitam kehijauan. Dilihat dari warna batuannya, batuan ini bersifat mafik
karena warnanya cenderung gelap. Struktur batuan ini bersifat keras dan tidak
terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan pada permukaan batuan
tesebut sehingga struktur batuan ini adalah massif. Tekstur batuan ini adalah
holokristalin karena batuan ini tersusun seluruhnya oleh massa kristal.
Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat terbentuk karena proses

17

pembekuan magma yang lambat dan lama pada batuan ini sehingga mineral
pada batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan antar kristal
pada batu peraga ini adalah inequigranular, yaitu besar mineral yang tak
sama, yang berjenis fanero porfiritik, karena batu ini memiliki struktur
porfiritik yaitu tersusun atas fenokris dan massa dasar, pada batu ini massa
dasrnya diketahui. Ukuran kristalnya berukuran sedang dan dapat terlihat oleh
mata. Dan bentuk butirnya berupa subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak
begitu sempurna karena batas-batas antar mineral yang tidak begitu jelas.
Tekstur fanero porfiritik ini menjelaskan terjadinya dua waktu pembekuan
yang berlangsung. Pada fenokris yang terlihat mineral mineralnya itu
terbentuk terlebih dahulu secara lambat sehingga membentuk kristal yang
sempurna, kemudian di ikuti oleh masa dasar yang terbentuk setelahnya
Komposisi mineral pada batuan peraga ini adalah piroksen 35% warna
hitam, kekerasan 6, belahan 2 arah, cerat putih, bentuk tabular, kilap kaca,
cerat putih, pecahan concoidal. Kuarsa 5% warna hitam bening, kekerassan 7,
tanpa belahan,bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan choncoidal.
Plagioklas 60% dengan Warna putih agak kehijauan, Kekerasan 6 skala
mohs, Cerat putih, Kilap kaca, Transparansi opaque. Plagioklas dalam hal ini
menjadi massa dasarnya. Pada batuan ini mineral plagioklas merupakan
massa dasarnya. Pembentukannya dapat diinpretasikan bahwa mineral
plagioklas terbentuk setelah mineral piroksen terbentuk yang mana pada
batuan ini terlihat warna plagioklasnya agak sedikit kehijauan. Dan pada
batuan ini juga plagioklasnya mempunyai kandungan Ca lebih tinggi daripada
Na
Proses pembentukan batuan ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat dan lama memungkinkan magma untuk membentuk
kristalin yang biasanya terjadi di dalam kerak bumi atau plutonik, dimana
proses pembekuan berlangsung di zona plutonik yang jauh dari permukaan
bumi sehingga kristalinitasnya holokristalin. Strukturnya yang bersifat masif
dapat diinpretasikan bahwa batuan ini sewaktu membeku tidak ada bekas –
bekas lubang atau aliran bekas keluarnya gas ketika pembekuan. Dari

18

hubungan antar kristalnya yang inequigranular faneroporfiritik, dapat
diinpretasikan bahwa mineral penyusunnya berukuran besar dan massa
dasarnya dari mineral plagioklas. Berdasarkan komposisi mineralnya maka
sifat batuan ini adalah basa dimana magma yang membentuk juga bersifat
basa (mafik), dan kemungkinan magma tersebut terbentuk dari proses melting
antara lempeng samudra yang bersifat basa di daerah MOR, batuan ini bisa
juga terbentuk di daerah Islands arc, ataupun back arc basin. Hal ini
dikarenakan dari ketiga zona tersebut memungkinkan terbentuknya batuan
yang bersifat basa dikarenakan magma penyusunnya yang bersifat basa.

Gambar 4.2 a. MOR, b. Back arc Basin, c. Island Arc

Magma basa tersebut membeku di sekitar daerah plutonik di bawah
permukaan bumi dan akhirnya batuan ini naik ke permukaan akibat gaya
endogen yang berlangsung pada daerah tersebut (uplift) atau karena erupsi
dari gunung api. Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan
mineral yang diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini
kelimpahan mineral kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah feldspar
plagioklase lebih dari 2/3

dari jumlah semua mineral feldspar. Jadi

berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah dimasukkan ke
dalam klasifikasi Russell B. Travis batuan peraga No. 34 merupakan batuan
Porfiri Gabro (Travis, 1988).

19

IV.3 Pembahasan Peraga Batuan Nomor 24
Kenampakan secara megaskopis, batuan beku nomor 24 ini berwarna
putih kecoklatan. Dilihat dari warna batuannya, batuan ini bersifat felsik
karena warnanya cenderung terang. Struktur batuan ini bersifat keras dan
tidak terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan pada permukaan batuan
tesebut sehingga struktur batuan ini adalah massif. Tekstur batuan ini adalah
holokristalin karena batuan ini tersusun seluruhnya oleh massa kristal.
Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat terbentuk karena proses
pembekuan magma yang lambat dan lama pada batuan ini sehingga mineral
pada batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan antar kristal
pada batu peraga ini adalah inequigranular, yaitu besar mineral yang tak
sama, yang berjenis fanero porfiritik, karena batu ini memiliki struktur
porfiritik yaitu tersusun atas fenokris dan massa dasar, pada batu ini massa
dasrnya diketahui. Ukuran kristalnya berukuran sedang dan dapat terlihat oleh
mata. Dan bentuk butirnya berupa subhedral yaitu bentuk kristal yang tidak
begitu sempurna karena batas-batas antar mineral yang tidak begitu jelas.

20

Tekstur fanero porfiritik ini menjelaskan terjadinya dua waktu pembekuan
yang berlangsung. Pada fenokris yang terlihat mineral mineralnya itu
terbentuk terlebih dahulu secara lambat sehingga membentuk kristal yang
sempurna, kemudian di ikuti oleh masa dasar yang terbentuk setelahnya
Komposisi mineral pada batuan peraga ini adalah biotite dengan
warna hitam, kilap kaca, subhedral, ukuran sedang 1- 5mm, penyebaran 15%.
Kuarsa warna putih kebeningan, kekerassan 7, tanpa belahan,
tabular, kilap

bentuk

kaca, cerat putih, pecahan concoidal, kelimpahan 20 %.

orthoklas warna hitam, kilap kaca, bentuk prismatik, belahan dua arah,
pecahan uneven 15%. Dengan masa dasar berupa plagioklas warna abu – abu,
kliap tanah, anhedral, ukuran halus (1mm), penyebaran merata 45 %. Pada
batuan ini komposisi K.Feldspar > 2/3 Seluruh Feldspar. Diman pada batuan
ini yang menjadi massa dasar adalah plagioklas dengan komposisi Na lebih
banyak daripada Ca.
Proses pembentukan batuan ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona
plutonik, sehingga mineral mengkristal dengan sempurna dan termasuk
holokristalin kristalinitasnya. Dalam pembentukan batuan fenokris terbentuk
lebih dahulu yang kemudian fenokris tersebut terselimuti oleh suatu massa
dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya dapat diketahui mineralnya
dikarenakan proses pembekuannya yang tidak terlalu dalam, letaknya dari
permukaan bumi dan waktunya pun tidak lama, yaitu massa dasarnya mineral
plagioklas. Dan sifat kimia batu ini adalah asam dimana magma yang
membentuk juga bersifat asam, dan kemungkinan magma tersebut terbentuk
dari proses melting antara dua lempeng benua yang bersifat asam (daerah
continental rift). sehingga terbentuk sifat asam. Hal ini dikarenakan lempeng
benua mengandung mineral Al dan SiO2 yang sifatnya asam. Namun dapat
memungkinkan juga terbentuk di daerah subduksi dimana keluanya magma
tersebut lebih dominan batuan felsik sehingga terjadi asimilasi magma yang
awalnya intermediet kemudian menjadi asam karena proses tersebut.

21

Gambar 4.3 Continental Rift Zone dan Zona Subduksi

Magma asam tersebut membeku di sekitar daerah plutonik di bawah
permukaan bumi dan akhirnya batuan ini naik ke permukaan akibat gaya
endogen yang berlangsung pada daerah tersebut (uplift) atau karena erupsi
dari gunung api. Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan
mineral yang diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini
kelimpahan jumlah K. feldspar orthoklas >2/3% dari jumlah semua mineral
feldspar dan terdapatnya kuarsa dalam jumlah lebih dari 10% serta terdapat
kandungan biotite, kuarsa, plagioklas. Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah
tertera di atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis
batuan peraga 24 merupakan batuan Porfiri Granit (Travis, 1988).

22

IV.4 Pembahasan Peraga Batuan Nomor 1
Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna abu-abu gelap. Dilihat dari
warnanya, batuan ini bersifat intermediet karena warnanya tidak begitu gelap
maupun terang. Struktur batuan ini bersifat keras dan tidak terlihat adanya
lubang-lubang maupun retakan pada permukaan batuan tesebut sehingga
struktur batuan ini adalah massif. Tekstur batuan ini adalah holokristalin
karena batuan ini tersusun seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur
holokristalin pada batuan ini dapat terbentuk karena proses pembekuan
magma yang lambat dan lama pada batuan ini sehingga mineral pada batuan
ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan antar kristal pada batuan
peraga

ini adalah inequigranular porfiroafanitik, dikarenakan mineral

fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang bersifat afanit. Ukuran kristalnya
sedang, dimana ukurannya 1mm – 5 mm. Dan bentuk butirnya berupa
subhedral yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna karena batas-batas antar
mineral yang kurang jelas.

23

Komposisi mineral pada batuan peraga ini adalah Plagioklas 60% dengan
Warna putih susu, Kekerasan 6 skala mohs, Cerat putih, Kilap
kaca,Transparansi opaque. Kuarsa 20% warna putih keruh, kekerassan 7,
tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca, cerat putih, pecahan choncoidal.
Dan massa dasar yang afanit dengan kelimpahan 20%. Pada batuan pergan ini
kelimpahan feldspar plagioklasnya >2/3 dari seluruh feldspar. Dan terdapat
mineral kwarsa yang intensitasnya lebih dari 10%.
Proses pembentukan batuan ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat dan lama memungkinkan magma untuk membentuk
kristalin yang biasanya terjadi di dalam kerak bumi atau plutonik, dimana
proses pembekuan berlangsung di zona plutonik yang jauh dari permukaan
bumi sehingga kristalinitasnya holokristalin. Strukturnya yang bersifat masif
dapat diinpretasikan bahwa batuan ini sewaktu membeku tidak ada bekas –
bekas lubang atau aliran bekas keluarnya gas ketika pembekuan. Dari
hubungan antar kristalnya yang inequigranular afanitik, dapat diinpretasikan
bahwa mineral penyusunnya berukuran kecil – kecil dan massa dasarnya yang
afanit. Berdasarkan komposisi mineralnya maka sifat batuan ini adalah
intermediet dimana magma yang membentuk juga bersifat intermediet dan
kemungkinan magma tersebut terbentuk di daerah zona subduksi. Terbentuk
dari pertemuan lempeng benua dengan lempeng samudra dimana lempeng
samudra

menyusup

ke

bawah menuju astenosfer.
Gejala

ini

perlihatkan

biasanya
oleh

di

jajaran

gunung api di atas lempeng
benua sebagai akibat dari
dorongan
dari
magma

arus

selubung.
yang

konveksi
Produk
dihasilkan

adalah magma intermediet.

Gambar 4.4 Zona Subduksi

24

Magma tersebut membeku di sekitar daerah plutonik di bawah permukaan
bumi dan akhirnya batuan ini naik ke permukaan akibat gaya endogen yang
berlangsung pada daerah tersebut (uplift) atau karena erupsi dari gunung api.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan
mineral kuarsa lebih dari 10%, sedangkan jumlah plagioklase lebih dari 2/3
dari jumlah semua mineral feldspar. Jadi berdasarkan ciri-ciri yang telah
tertera di atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B. Travis
batuan peraga No. 1 merupakan batuan Porfiri Dasit (Travis, 1988).

IV.5 Pembahasan Peraga Batuan Nomor EF 3
Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna coklat cerah. Dilihat dari
warnanya, batuan ini bersifat Felsik, karena warnanya yang cerah. Struktur
batuan ini adalah massif, karena batuan tersebut bersifat keras dan tidak
terlihat adanya lubang-lubang maupun retakan pada permukaan batuan
tesebut. Tekstur dari batuan ini adalah holokristalin karena batuan ini tersusun
seluruhnya oleh massa kristal. Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat

25

terbentuk karena proses pembekuan magma yang lambat pada batuan ini
sehingga pada tubuh batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan
antar kristal pada batuan peraga ini adalah inequigranular, yaitu besar mineral
yang tak sama, yang berjenis fanero porfiritik, karena batuan ini memiliki
struktur porfiritik yaitu tersusun atas fenokris dan massa dasar, pada batuan
ini massa dasrnya diketahui. Ukuran kristalnya berukuran sedang dan dapat
terlihat oleh mata. Dan bentuk butirnya berupa subhedral yaitu bentuk kristal
yang tidak begitu sempurna karena batas-batas antar mineral yang tidak
begitu jelas. Tekstur fanero porfiritik ini menjelaskan terjadinya dua waktu
pembekuan yang berlangsung. Pada fenokris yang terlihat mineral mineralnya
itu terbentuk terlebih dahulu secara lambat sehingga membentuk kristal yang
sempurna, kemudian di ikuti oleh masa dasar yang terbentuk setelahnya
Komposisi mineral pada batuan peraga ini adalah biotite dengan warna
hitam, kilap kaca, subhedral, ukuran sedang 1- 5mm, penyebaran 30%.
Kuarsa warna coklat bening, kekerassan 7, tanpa belahan,

bentuk tabular,

kilap kaca, cerat putih, pecahan concoidal, kelimpahan 30%. Plagioklas 60%
dengan Warna putih agak kecoklatan, Kekerasan 6 skala mohs, Cerat putih,
Kilap kaca, Transparansi opaque. Dalam hal ini plagioklas sebagai massa
dasarnya. Pada batuan ini Feldspar plagioklasnya >2/3 dari seluruh
feldsparnya dan terdapat kuarsa dengan intensitas >10%. Plagioklas terbentuk
sebagai massa dasar dapat diinpretasikan bahwa mineral ini terbentuknya
sesudah mineral biotit atau mineral kuarsa terbentuk.
Proses pembentukan batuan ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat memungkinkan magma untuk membentuk kristalin yang
biasanya terjadi di dalam kerak bumi, proses pembekuan berlangsung di zona
plutonik, sehingga mineral mengkristal dengan sempurna dan termasuk
holokristalin kristalinitasnya. Dalam pembentukan batuan fenokris terbentuk
lebih dahulu yang kemudian fenokris tersebut terselimuti oleh suatu massa
dasar. Pada batu peraga ini massa dasarnya dapat diketahui mineralnya
dikarenakan proses pembekuannya yang tidak terlalu dalam, letaknya dari
permukaan bumi dan waktunya pun tidak lama, yaitu massa dasarnya mineral

26

plagioklas. Dan sifat kimia batu ini adalah asam dimana magma yang
membentuk juga bersifat asam, dan kemungkinan magma tersebut terbentuk
dari proses melting antara dua lempeng benua yang bersifat asam (daerah
continental rift). sehingga terbentuk sifat asam. Hal ini dikarenakan lempeng
benua mengandung mineral Al dan SiO2 yang sifatnya asam. Namun dapat
memungkinkan juga terbentuk di daerah subduksi dimana keluanya magma
tersebut lebih dominan batuan felsik sehingga terjadi asimilasi magma yang
awalnya intermediet kemudian menjadi asam karena proses tersebut.

Gambar 4.5 Continental Rift Zone dan Zona Subduksi

Magma asam tersebut membeku di sekitar daerah plutonik di bawah
permukaan bumi dan akhirnya batuan ini naik ke permukaan akibat gaya
endogen yang berlangsung pada daerah tersebut (uplift) atau karena erupsi
dari gunung api. Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan
mineral yang diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini
kelimpahan jumlah K. feldspar orthoklas 1/3% - 2/3% dari jumlah semua
mineral feldspar dan terdapatnya kuarsa dalam jumlah lebih dari 10% serta
terdapat kandungan biotite, kuarsa, plagioklas sebagai massa dasarnya. Jadi
berdasarkan ciri-ciri yang telah tertera di atas dan setelah dimasukkan ke
dalam klasifikasi Russell B. Travis batuan peraga EF 3 merupakan batuan
Porfiri Diorit Kuarsa (Travis, 1988).

27

IV.6 Pembahasan Peraga Batuan Nomor 13
Secara megaskopis, batuan beku ini berwarna coklat kehitaman. Dilihat
dari warnanya, batuan ini bersifat intermediet karena warnanya tidak begitu
gelap maupun terang. Struktur batuan ini bersifat keras dan tidak terlihat
adanya lubang-lubang maupun retakan pada permukaan batuan tesebut
sehingga struktur batuan ini adalah massif. Tekstur batuan ini adalah
holokristalin karena batuan ini tersusun seluruhnya oleh massa kristal.
Tekstur holokristalin pada batuan ini dapat terbentuk karena proses
pembekuan magma yang lambat dan lama pada batuan ini sehingga mineral
pada batuan ini terbentuk kristal secara sempurna. Hubungan antar kristal
pada batuan peraga ini adalah inequigranular porfiroafanitik, dikarenakan
mineral fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang bersifat afanit. Ukuran
kristalnya berukuran halus, dimana ukurannya kurang dari 1mm. Dan bentuk
butirnya berupa subhedral yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna karena
batas-batas antar mineral yang kurang jelas.

28

Komposisi mineral pada batu peraga ini adalah kuarsa 5 % dengan
warna putih bening, kekerassan 7, tanpa belahan, bentuk tabular, kilap kaca,
cerat putih, pecahan concoidal. Hornblende 20% dengan warna hitam,
kekerasan 5,5 – 6 skala mohs, cerat hitam, kilap kaca, transparansi opaque.
Biotit 15% dengan warna hitam, kekerasan 3 skala mohs, cerat putih, kilap
non logam, transparansi opaque. Piroksen 30% warna hitam kekerasan 6
skala mohs, cerat putih, kilap non logam, transparansi opaque. Serta massa
dasar yang afanit dengan kelimpahan 30%.
Proses pembentukan batuan ini adalah melalaui proses pembekuan
magma yang lambat dan lama memungkinkan magma untuk membentuk
kristalin yang biasanya terjadi di dalam kerak bumi atau plutonik, dimana
proses pembekuan berlangsung di zona plutonik yang jauh dari permukaan
bumi sehingga kristalinitasnya holokristalin. Strukturnya yang bersifat masif
dapat diinpretasikan bahwa batuan ini sewaktu membeku tidak ada bekas –
bekas lubang atau aliran bekas keluarnya gas ketika pembekuan. Dari
hubungan antar kristalnya yang inequigranular afanitik, dapat diinpretasikan
bahwa mineral penyusunnya berukuran kecil – kecil dan massa dasarnya yang
afanit. Berdasarkan komposisi mineralnya maka sifat batuan ini adalah
intermediet dimana magma yang membentuk juga bersifat intermediet dan
kemungkinan magma tersebut terbentuk di daerah zona subduksi. Terbentuk
dari pertemuan lempeng benua dengan lempeng samudra dimana lempeng
samudra

menyusup

ke

bawah menuju astenosfer.
Gejala

ini

perlihatkan

biasanya
oleh

di

jajaran

gunung api di atas lempeng
benua sebagai akibat dari
dorongan arus konveksi dari
selubung. Produk magma
yang

dihasilkan

magma intermediet.

adalah
Gambar 4.6 Zona Subduksi

29

Magma tersebut membeku di sekitar daerah plutonik di bawah permukaan
bumi dan akhirnya batuan ini naik ke permukaan akibat gaya endogen yang
berlangsung pada daerah tersebut (uplift) atau karena erupsi dari gunung api.
Untuk melakukan pemberian nama batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan
mineral kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah feldspar plagioklase lebih
dari 2/3 dari jumlah semua mineral feldspar. Jadi berdasarkan ciri-ciri yang
telah tertera di atas dan setelah dimasukkan ke dalam klasifikasi Russell B.
Travis batuan peraga No. 13 merupakan

batu Porfiri Andesit (Travis,

1988).

30

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
 Pada batuan no peraga 34, menurut tabel Russell B. Travis merupakan
batuan beku Porfiri Basalt dengan struktur massif, tekstur holokristalin,
Inequigranular poriroafanitikbentu kristal subhedral dan kandungan
mineral piroksen (50%), massa dasar afanit (25%), biotit (20%) serta
kuarsa (5%).
 Pada batuan no peraga 17, menurut tabel Russell B. Travis merupakan
batuan beku Porfiri Gabroin dengan struktur massif, tekstur
holokristalin inequigranular, fanero porfiritik, subhedral dan kandungan
mineral kuarsa (5%), piroksen (35%) serta plagioklas sebagai massa
dasar (40%).
 Pada batuan no peraga 24, menurut tabel Russell B. Travis merupakan
batuan beku Porfiri Granit dengan struktur massif, tekstur holokristalin
inequigranular, faneroporfiritk dan kandungan mineral plagioklas
sebagai massa dasar (45%), orthoklas 20%, kuarsa 20%, dan biotit
15%.
 Pada batuan no peraga 1, menurut tabel Russell B. Travis merupakan
batuan beku Porfiri Dasit dengan struktur massif, tekstur holokristalin
inequigranular, porfiroafanitik dan kandungan mineral plagioklas
(60%), kuarsa (20%) serta massa dasar yang afanit 20%.
 Pada batuan no peraga EF 3, menurut tabel Russell B. Travis
merupakan batuan beku Porfiri Diorit Kwarsa dengan struktur massif,
tekstur holokristalin inequigranular, fanerik, dan kandungan biotite
(30%), plagioklas sebagai massa dasar (40%), dan kuarsa (30%).
 Pada batuan no peraga 13, menurut tabel Russell B. Travis merupakan
batuan

beku Porfiri Andesit

dengan struktur massif,

tekstur

holokristalin inequigranular, porfiroafanitik, subhedral, dan kandungan

31

mineral biotite (15%), kuarsa (5%), hornblende (20%), piroksen (30%)
serta massa dasar yang afanit sebesar 30%.
V.2 Saran
 Jika bisa praktikum diberi animasi animasi yang berhubungan dengan
acara batuan beku non fragmental atau busur busur magmatisme agar
praktikan lebih mengerti.
 Praktikan harus lebih jeli lagi dalam mendeskripsi mineral.
 Praktikan harus bisa membedakan antara massa dasar dan fenokris agar
penamaan batuannya tidak salah.

32

DAFTAR PUSTAKA
Tim Asisten Petrologi 2012. Buku Panduan Petrologi 2012. Semarang : Jurusan
Teknik Geologi, Universitas Diponegoro.
http://elangnaga.wordpress.com/2014/01/22/petrografi-batuan-beku/
(Diakses pada hari Senin 7 April 2014 pukul 22.34 WIB)
http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/13/petrologi-batuan-beku/
(Diakses pada hari Senin 7 April 2014 pukul 22.34 WIB)
http://zullogist.blogspot.com/2013/05/7-busur-magmatisme.html
(Diakses pada hari Senin 7 April 2014 pukul 22.34 WIB)

33