Perkembangan Lnsia Menurut Perspektif Is
MAKALAH
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
MASA PERKEMBANGAN LANSIA MENURUT PERSPEKTIF ISLAM
DISUSUN OLEH :
Emha Nelwan Lawani Daeng Liwang (201510230311177)
Calvin Zannua Prihambodo (201510230311180)
Fajar Putra Prawira (201510230311002)
Kevin Haryobasti Ramadhan (201510230311127)
Muhammad Ibnu Drianudi Prayitno (201510230311180)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015/2016
PEMBAHASAN
Masa Dewasa Akhir (Lansia)
Masa dewasa akhir atau bisa juga disebut dengan lansia (lanjut usia) adalah masa
dimana manusia mulai beranjak tua, sekitar berumur 60 tahun hingga menjelang kematian.
Fase ini adalah fase yang memiliki rentang terpanjang dalam seuruh periode perkembangan
manusia sehingga manusia akan memperoleh beberapa pikiran dan kesadaran tentang
sesuatu, termasuk tentang agama, terlebih agama Islam.
Dalam agama Islam sendiri telah dijelaskan secara terperinci di dalam Al-Quran
tentang manusia dewasa yang diharuskan untuk menjadi pemimpin dan mempersiapkan diri
dalam menghadapi kehidupan selanjutnya untuk menghadapi hukuman Allah SWT.
Pembagian Umur Masa Dewasa Akhir
Ibnul Jauzi telah membagi umur masa dewasa akhir menjadi 2 masa, yaitu :
1. Masa tua ; dari umur 50 tahun hingga umur 70 tahun.
2. Masa usia-lanjut ; dari umur 70 tahun hingga akhir umur yang dikaruniakan Allah.
Sebagian ulama lainnya juga telah membagi umur manusia tersebut hampir sama
dengan pembagian menurut Ibnul Jauzi.
Apabila seorang manusia telah mencapai masa dewasa terlebih telah mencapai masa
tua dan masa usia-lanjut, diharapkan ia memperoleh karunia hikmah dan kebijaksanaan
dengan kemurahan Allah SWT., sehingga kelihatan padanya sifat lebih taat, menujukan
hatinya kepada Allah SWT. Dan selalu bertobat kepada-Nya. Sesuai dengan firman-Nya yang
berbunyi :
“Dan setelah menjadi dewasa dan cukup umurnya, Kami anugerahkan kepadanya
hikmah dan ilmu pengetahuan. Demikianlah Kami memberi balasan bagi orang-orang yang
suka melakukan kebajikan.” (Q.S. 28:14)
Adapun sebuah ayat yang ditujukan untuk manusia dewasa yang berumur 60 tahun
namun ada pula yang mengatakan bahwa ayat ini ditujukan bagi orang yang berumur 40
tahun :
“. . . Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk
berpikir bagi setiap orang yang mau berpikir, dan bukankah sudah tiba kepadamu pemberi
peringatan?. . .” (Q.S. 35:37)
Yang dimaksud dengan “pembawa peringatan” (an-nadhir) adalah Al-Quran atau
Rasul Allah, atau mungkin rambut putih (uban).
Di dalam sebuah hadist, dikatakan :
“. . . Allah tidak akan menerima dalih seseorang, sesudah Dia memanjangkan usianya
hingga mencapai enam puluh tahun . . .(H.R. Bukhari)
Hal ini berarti bahwa tak ada alasan baginya untuk mengadukan umurnya pendek,
sesudah Tuhan membiarkannya mencapai umur enam puluh tahun.
Sebenarnya umat kini tergolong antara umat-umat yang paling pendek usianya. Umatumat terdahulu ada yang mencapai seribu tahun, bahkan ada yang lebih dari itu. Sebagian
ulama mengatakan bahwa umat-umat yang terdahulu ada yang belum baligh (cukup umur)
hingga mencapai umur delapan puluh tahun. Di riwayatkan bahwa ketika sebagian dari bani
Adam meninggal dunia pada umur kurang lebih dua ratus tahun, maka banyaklah makhluk
yang merasa simpati terhadapnya karena telah meninggal dalam umur yang muda. Juga
diriwayatkan, bahwa Nabi Ibrahim a.s. berkhitan setelah usianya mencapai delapan puluh
tahun ketika mendapatkan perintah berkhitan dari Allah SWT.
Di dalam tahapan umur tua inilah biasanya seseorang lebih cenderung untuk kembali
kepada Allah SWT., senatiasa memperhatikan diri dengan memperbanyak ibadah, zuhud
terhadap segala kenikmatan dunia, bersungguh-sungguh dalam amal ketaatan dan
melipatgandakan usaha untuk beramal kebajikan. Hal ini tentunya bagi orang yang mendapat
taufiq dan hidayah dari Allah SWT. inilah saat untuk menjaga kehormatan diri, khusyu’
kepada Allah SWT., menjauhi segala permainan hidup dan perbuatan sia-sia. Oleh karena itu,
siapa yang telah mencapai umur ini, sedang tabiat dan kelakuannya masih belum berubah
menjadi baik, maka ia dianggap sebagai orang yang buruk nasibnya, buruk tingkah lakunya
dan patut beroleh kecaman.
Dalam sebuah hadis shahih dikatakan : ada tiga orang yang Allah takkan memandang
kepadanya, tidak mensucikannya dan baginya azab yang pedih ( di antaranya disebutkan
“seorang tuanya yang berzina”) (H.R. Muslim dan Nasa-i). Jelaslah bahwa dosa yang buruk
ini akan menjadi lebih buruk dan lebih berat lagi apabila dilakukan oleh orang yang sudah tua
yang justru diharapkan kebih merasa takut kepada Allah SWT., lebih menjaga diri dan lebih
malu kepada-Nya untuk berbuat yang keji itu.
Pendeknya Umur Umat Islam
Umat-umat saat ini dianggap lebih pendek usianya. Umat terdahulu ada yang
mencapai umur seribu tahun. Umat terdahulu dikatakan belum mencapai baligh hingga
mencapai umur 80 tahun. Sebagian dari bani Adam yang meninggal pada umur 200 tahun
dianggap meninggal pada umur muda.
Namun sejak tahun 1900, kemajuan di bidang pengobatan, nutrisi, olahraga,, dan gaya
hidup, telah meningkatkan harapan hidup kita rata-rata sebesar 30 tahun lebih lama.
Seseorang yang tinggal di Amerika Serikat dan saat ini berusia 60 tahun memiliki harapan
hidup rata-rata sebesar 18 tahun lebih (20 tahun untuk wanita dan 16 tahun untuk pria) (Pusat
Nasional untuk Statistik Kesehatan, 2006). Rata-rata harapan hidup dari individu yang
dilahirkan saat ini di Amerika Serikat adalah 78 tahun (Pusat Nasional untuk Statistik
Kesehatan, 2010).
Di negara-negara industri, jumlah orang yang berusia lebih dari seratus tahun
meningkat sekitar 7 persen tiap tahunnya (Perls, 2007). Pada tahun 1980 di Amerika Serikat
hanya terdapat 15.000 orang yang berusia 100 tahun lebih. Pada tahun 2008, jumlah mereka
mencapai 55.000 dan pada tahun 2050 diperkirakan jumlahnya akan mencapai 800.000
orang. Amerika Serikat adalah negara yang paling banyak memiliki orang-orang berusia 100
tahun lebih diikuti Jepang, China, Inggris/Wales (Hall, 2008). Diperkirakan ada 75 hingga
100 supercentenarians individu yang berusia lebih dari 110 tahun di Amerika Serikat dan
300 hingga 450 orang di seluruh dunia (Perls, 2007).
Rasulullah SAW. Ketika Masa Dewasa Akhir
Dalam tahapan umur tua akan tampak tanda-tanda kelemahan seseorang.
Kekuatannya mulai menurun sedikit demi sedikit dari puncaknya, lalu menjadi semakin
lemah sesudah masa kuatnya dahulu. Tahapan umur ini oleh Rasulullah saw. Dinamakan
masa “pergulatan dengan maut”, yaitu masa-masa umur 40 tahun hingga 70 tahun. Dalam hal
ini beliau telah bersabda :
“Masa penuaian umur umatku dari enampuluh hingga tujuhpuluh tahun.” (H.R.
Muslim dan Nasa-i)
Dalam umur inilah Rasulullah saw. telah diwafatkan oleh Allah SWT., yaitu dalam
usia 63 tahun menurut riwayat yang shahih. Demikian pula para sahabat –Abu Bakar, Umar
dan Ali radhiallahu anhum. Adapun Usman r.a., beliau telah dipanjangkan usianya hingga
mencapai 80 tahun.
Tumbuhnya Rambut Putih dalam Usia Ini
Apabila seseorang mulai memasuki umur ini, maka rambut putih pun mulai tumbuh di
kepalanya, dan itu adalah nur (cahaya) bagi orang Islam, sebagaimana tersebut di dalam
sebuah hadis :
“Berubannya rambut seorang Muslim merupakan nur baginya” (H.R. Tirmidzi dan
Nasa-i)
Telah diriwayatkan, bahwa orang pertama yang beruban ialah Nabi Ibrahim al-Khalil
a.s. Ketika beliau melihat rambut putih itu, beliau bertanya : “Wahai Tuhanku, apa ini?”
Allah menjawab : “Ini (tanda) kewibaan.”. maka berkata Ibrahim lagi : “Tuhanku,
tambahkanlah itu bagiku!”
Rambut putih itu mengingatkan kita akan dekatnya ajal. Ia juga menandakan bahwa
masa untuk “berangkat” sudah dekat, dan tidak lama lagi kita akan “berpindah”. Ada pula
yang mengatakan bahwa rambut putih itu merupakan pertanda tibanya ajal dan penghapus
segala cita-cita. Sebuah pepatah berbunyi : “Alangkah buruknya perbuatan dosa betapapun
kecilnya, bila rambut telah mulai beruban.”
Adalah mustahab (disukai) mengubah warna uban itu dengan warna kuning atau
merah, tetapi haram mewarnainya dengan warna hitam, kecuali bagi orang-orang mujahid
(berperang) fi-sabilillah untuk mempertakuti orang-orang kafir.
Peralihan Dari Masa Tua Ke Tua Renta (Lansia)
Dari sudut pandang psikologi perkembangan, motivasi kehidupan beragama pada
mulanya berasal dari dorongan biologis seperti rasa lapar, rasa haus, dan kebutuhan
jasmaniah lainnya. Dapat pula berasal dari kebutuhan psikologis seperti kebutuhan kasih
sayang, pengembangan diri, kekuasaan, rasa ingin tahu, harga diri, dan bermacam-macam
ambisi pribadi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut jika mendapat pemuasan dalam kehidupan
beragama dapat menimbulkan dan memperkuat motivasi keagamaan yang lama-kelamaan
akan menjadi otonom.
Derajat kekuatan motif beragama itu sedikit banyak dipengaruhi oleh pemuasan yang
diberikan oleh kehidupan beragama. Makin besar derajat kepuasan yang diberikan oleh
agama, makin kokoh dan makin otonom motif tersebut. Akhirnya merupakan motif yang
berdiri sendiri dan secara konsisten serta dinamis mendorong manusia untuk bertingkah laku
keagamaan.
Salah satu perbedaan penting antara orang yang belum matang terletak pada derajat
otonomi motivasi kegamaannya. Makin matang kesadaran beragama seseorang akan semakin
kuat energi motivasi keagamaan yang otonom itu. Orang yang memiliki kesadaran beragama
yang belum matang, motivasi kegamaannya masih berhubungan erat dengan dorongandorongan jasmaniah atau kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan ambisi pribadinya.
Misalnya, adanya pemikiran dan perbuatan magis yang digunakan untuk mencapai
kenikmatan atau pemuasan kebutuhan biologis antara lain guna-guna, tenung, santet, pelet,
ngepet, nyupang, dan ilmu kebatinan lainnya. Mereka memperalat agama untuk memenuhi
kebutuhan biologis dan ambisi pribadinya. Tingkah laku keagamaannya seolah-olah
dikendalikan oleh dorongan biologis, hawa nafsu, dan kebutuhan ekonomi. Sedangkan orang
yang memiliki kesadaran beragama yang matang justru mampu mngendalikan dan
mengarahkan hawa nafsu, dorongan materi, ambisi pribadi, dan motif-motif rendah lainnya,
ke arah tujuanyang sesuai dengan motivasi keagamaan yang tinggi.
Setelah itu orang akan beralih pula dari masa tua menjadi tua-renta dan lanjut-usia ;
yaitu dari usia 70 tahun hingga akhir umur yang ditetapkan oleh Allah SWT., menurut
pembagian Ibnul Jauzi. Seorang manusia akan tetap dinamakan orang tua juga betatapun ia
mencapai umur lebih jauh dari itu, hingga menemui ajalnya.
Dalam tahapan umur ini, biasanya manusia akan ditimpa kelemahan pada semua
panca inderanya dan anggota badannya, sehingga ada kalanya ia sama sekali tidak berdaya
atau berkekuatan lagi. Allah telah berfirman :
“Allah yang menciptakan kamu dalam keadaan lemah, kemudian dijadikan-Nya kamu
kuat sesudah lemah, kemudian dijadikan-Nya kamu lemah dan tua renta sesudah kuat. Allah
menjadikan apa yang dikehendaki-Nya, sedang Dia Maha Mengetahui lagi Berkuasa.” (Q.S.
30:54)
Kemudian, manusia beralih kepada “usia yang paling hina”, yaitu menjadi tua renta.
Allah SWT. berfirman :
“. . . Di antara kamu ada orang yang dikembalikan kepada ‘umur yang paling hina’
(tua renta), sehingga dia tidak lagi mengetahui sesuatu yang dahulu pernah diketahuinya. . .”
(Q.S. 16:70)
Yang dimaksud dengan tua renta di sini adalah pikun dan tidak menentunya pikiran.
Jonathan Swift mengatakan bahwa tidak ada manusia arif yang bisa berharap menjadi lebih
muda. Kita tidak dapat meragukan lagi bahwa kerja tubuh dari orang yang berusia 70 tahun
tidak lagi sebaik ketika masih muda.
Kondisi fisik orang yang telah berusia tua, tidak lagi memiliki kondisi fisik dan
mental yang setara dengan orang yang lebih muda, namun orang juga bisa berlatih agar tidak
terpaku pada kondisi ini. Orang yang telah berusia tua bisa memilih untuk berlatih agar
mampu bekerja lebih banyak.
Teori Jam Seluler (Cellular Clock Theory) adalah teori dari Leonard Hayflick (1977).
Hayflick menyatakan bahwa sel-sel dapat membelah maksimum sebanyak 75 hingga 80 kali,
bahwa seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan sel untuk membelah menjadi
berkurang. Hayflick menemukan bahwa pembelahan sel-sel yang diambil dari orang-orang
yang berusia 50-an hingga 70-an tahun, adalah kurang dari 75 hingga 80 kali. Bertolak dari
cara sel-sel membelah, Hayflick menyatakan bahwa batas atas dari potensi masa hidup
manusia adalah sekitar 120 hingga 125 tahun.
Penurunan yang terjadi pada manusia yaitu :
1. Penampilan Fisik dan Pergerakan
Ketika bertambah tua, kita juga akan bertambah pendek karena tulang belakang
mengalami penyusutan (Hoyer & Rodin, 2003). Berat tubuh kita juga ikut
menurunsetelah mencapai usia 60 tahun, hal ini disebabkan oleh menyusutnya otot
(Evans, 2010). Kita juga akan mengalami perlambatan pada pergerakan dibandingkan
dewasa awal disertai dengan tingkat kesulitan yang bervariasi. Bahkan ketika
melakukan tugas sehari-hari, orang lanjut usia makin lama makin lambat
dibandingkan ketika mereka masih muda (Mollenkopf, 2007).
2. Perkembangan Sensoris
Penglihatan
Seiring bertambahnya usia, ketajaman visual, warna penglihatan, dan persepsi
kedalaman akan menurun. Beberapa penyakit mata juga muncul pada orang dewasa
yang telah menua.
Pendengaran
Pada usia individu yang berusia 75 tahun ke atas, penurunan penglihatan dan
pendengaran jauh lebih besar, dibandingkan pada individu yang berusia antara 65
tahun hingga 74 tahun (Charness & Bosman, 1992)
Penciuman dan Perasa
Mayoritas individu berusia 80 tahun ke atas mengalami penurunan yang signifikan
pada aroma (Lafreniere & Mann, 2009). Para peneliti menemukan bahwa lansia
menunjukkan penurunan indera penciuman yang lebih besar daripada indera perasa
mereka (Schiffman, 2007).
Sentuhan dan Rasa Sakit
Sebuah studi menemukan bahwa seiring dengan bertambahnya usia, individu dapat
mendeteksi berkurangnya kepekaan terhadap sentuhan pada tubuh bagian bawah
(siku, lutut, dan sebagainya) dibandingkan tubuh bagian atas (pergelangan tangan,
pundak, dan sebagainya) (Corso,1977)
Otak menyusut secara perlahan. Rata-rata antara usia 20 hingga 90 tahun, otak
kehilangan beratnya sebesar 5 hingga 10 persen. Volume otak juga berkurang. Para ahli
menduga hal itu disebabkan karena berkurangnya dendrit, kerusakan membran myelin yang
menyelubungi akson, atau kematian sel-sel otak. Seiring bertambahnya usia tua, otak
menyusut sekitar 15% dari otak orang dewasa.Ketika usia kita bertambah, kemungkinan
bahwa kita akan terkena penyakit cenderung meningkat. (Ferruci & Koh, 2007). Kebanyakan
orang dewasa yang masih hidup hingga usia 80 tahun atau lebih, cenderung menderita
semacam gangguan. Penyakit kronis yang dialami di masa dewasa awal, meningkat di masa
dewasa menengah, dan menjadi lebih umum di masa dewasa akhir (Kane, 2007).
Penyakit
Hampir 60 persen orang dewasa di Amerika serikat yang berusia 65 tahun sampai
74tahun meninggal karena kanker atau penyakit kardiovaskular (Pusat Nasional untuk
Statistik Kesehatan, 2008) dan penyakit lain yang banyak di derita orang orang lanjut usia
adalah Osteoporosis, yaitu proses penuaan yang normal menyebabkan kehilangan jaringan
tulang. Lalu penyebab lain kematian pada orang lanjut usia adalah :
Kecelakaan
Kecelakaan adalah penyebab kematian terbesar nomer 6 pada orang lanjut usia (Pusat
Nasional untuk Statistik Kesehata, 2010).Kasus umum yang sering terjadi yaitu cedera akibat
jatuh dari lantai rumah dan kecelakaan lalu lintas.Terjatuh adalah penyebab utama kematian
akibat cedera pada orang lanjut usia (Pusat Nasional untuk Statistik Kesehatan,2010). Setiap
tahunnya, hampir 200.000 orang dewasa yang berusia di atas 65 tahun mengalami patah
tulang di pangkal paha karena jatuh.
Meskipun masa dewasa akhir merupakan masa senja dalam kehidupan tetapi bukan
berarti kita harus melalui masa ini dengan pasif. Orang dewasa akhir juga dapat aktif
beraktifitas, mereka akan semakin sehat dan bahagia jika mereka lebih aktif. Salah satu hal
yang dapat dilakukan adalah olahraga. Olahraga adalah salah satu cara yang baik sekali untuk
membina kesehatan. Tingkat aktivitas aerobik saat ini direkomendasikan untuk orang dewasa
berusia 60 tahun ke atas adalah 30 menit aktivitas dengan intesitas sedang. Olahraga dapat
membantu seseorang untuk menjalani hidup secara lebih mandiri dengan lebih bermartabat
pada usia lanjut (Desai, Grossberg, & Chibnall, 2010). Sehat secara fisik berarti mempu
mengerjakan sendiri hal hal yang ingin dikerjakan dan tidak terpengaruh apakah tua atau
muda.
Kita senantiasa harus selalu bersyukur kepada Allah SWT. untuk lebih mendekatkan
diri kepada-Nya dan menyadari apa saja yang sudah kita peroleh selama ini adalah dari Allah
SWT. Bersyukur dapat membuat perasaan menjadi tenang dan ikhlas dalam menghadapi
masalah-masalah dan keadaan-keadaan yang dialami saat lansia. Al-Qur’an mengungkap
bahwa Syetan-Iblis selalau dapat menggoda setiap manusia untuk tidak boleh bersyukur
kepada Allah dari sisi kanan-kiri, depan dan belakang. Di sisi lain, bersyukur membuat
Syetan-Iblis menjadi tidak senang, karena Syetan-Iblis adalah musuh Allah.
Syukur bukanlah kata benda mati. Syukur juga bukan kata sifat saja. Tapi, syukur
merupakan kata kerja yang perlu bukti tindakan nyata hingga akhir hayat kita. Secara lisan,
praktik syukur bisa dibuktikan dengan mengucapkan kata-kata yang baik sekaligus pujian
hanya untuk Allah. Dalam tindakan, syukur ditandai dengan upaya sungguh-sungguh untuk
memanfaatkan apa saja yang bisa kita lakukan untuk kemanfaatan dan kemaslahatan semua.
Lebih lanjut, syukur secara bahasa dimaknai sebagai upaya membuka dan mengakui
diri. Mengakui apa yang kini diperoleh dan dirasakan semua dari Allah, oleh Allah dan pada
akhirnya untuk Allah. Ungkapan alhamdulillah yang berarti segala puji untuk Allah
merupakan ekspresi kejujuran. Semakin sering kita mengucap alhamdulillah, sebetulnya kita
melatih diri dalam bersikap jujur dalam hubungannya dengan Allah.
Syukur membuat kita bahagia. Semakin kita sering berekspresi syukur, maka semakin
kita bahagia. Dalam konteks inilah, Syukur bisa membuat kita senyum. Senyum tersebut
membuat kita menjadi lebih bahagia. Kisah kasih syukur terungkap dalam Al-Qur’an surat
Luqman ayat 12, yaitu :
“Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
Menanti Kematian
Pada masa ini, biasanya seseorang akan sakit dan sakit itu akan berujung pada
kematian. Ada pula yang meninggal tanpa mengidap penyakit, tetapi ini sangat terjadi.
Berkata Hujjatul-Islam Imam Ghazali dalam uraiannya, mengingatkan orang supaya
jangan “memanjangkan harapan” dan melupakan dekatnya ajal karena kematian datang
dengan tiba-tiba. Dan apabila kematian datang tiba-tiba, anda tidak akan sempat dan tidak
akan mampu lagi mengerjakan amal-amal saleh, sedangkan itu adalah bekal untuk akhirat.
Yang dimaksud dengan “memanjangkan harapan” di sini adalah menunda-nunda tobat arena
merasa umurnya masih panjang, dan ia terus saja terbuai dalam angan-angan mencapai
kemewahan dunia.
Rasulullah saw. bersabda :
“Maut adalah masalah ‘gaib’ terdekat yang sedang ditunggu kedatangannya.”
Apabila maut itu merupakan masalah gaib, maka sewajarnyalah apabila kita selalu
waspada dan menyiapkan diri terhadap kedatangan maut karena kita tidak tahu kapan maut
akan terjadi, maut bisa terjadi pada setiap keadaan dan setiap saat.
Berkata Hujjatul-Islam Imam Ghazali rahimahullah dalam bukunya al-Bidayah:
“Ketahuilah, bahwasannya maut itu tidak menjemput anda pada waktu atau keadaan yang
tertentu, akan etapi maut pasti akan menjemput anda pada waktu yang tidak diketahui. Oleh
karena itu, menyediakan diri untuk maut adalah lebih utama daripada menyediakan diri untuk
dunia”
Selain kematian, Allah juga menjadikan manusia hidup. Dengan adanya kehidupan
dan kematian (di dunia) itu Allah hendak menguji, siapa di antara manusia itu yang paling
baik melakukan amalnya di dunia.
“Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (Q.S. al-Mulk
(67):2).
Yang Patut Dikerjakan Ketika Sakit Menjelang Maut
Apabila seseorang menderita sakit, hendaklah ia selalu bertobat, mengingat Allah,
memperbanyak istighfar dan mohon diampuni segala kesalahannya serta dimaafkan segala
kelalaiannya di masa lalu. Sebab ia tidak akan dapat memastikan diri, kapan ajal akan
menimpa dirinya. Segeralah menutup amalan dan mengakhiri umur dengan berbuat kebaikan,
karena amalan manusia itu tergantung dari perbuatannya yang paling akhir.
Penyakit yang diderita manusia mengingatkan akan akhirat dan akan mendorongnya
kepada persangkaan baik kepada Allah. Dan sebaiknya kita lebih mendekatkan diri kepada
Allah SWT. untuk mempermudah kita dalam menghadapi keadaan menjelang maut. Agama
sangat penting bagi manusia, karena pentingnya agama bagi kehidupan manusia, maka
manusia dengan agama tidak bisa dipisahkan. Hal demikian kalau kita ingin jadi manusia,
ingin sehat batinnya, ingin tenram hidupnya, ingin bahagia hidupnya di dunia dan di akhirat
serta ingin memperoleh kebenaran, maka ia harus beragama. Tanpa agama semua itu
mustahil terwujud dalam kenyataan kehidupan (Zaini, 2006).
Mengingatkan Penderita Sakit Yang Akan Mati
Apabila seseorang mendekati ajal dan tampak kecemasan dan ketakutan yang sangat,
maka hendaknya diingatkan akan kebaikan dan kebajikan serta amal yang dilakukan di masa
lalu.
Ada kalanya ketika sedang menghadapi maut, muncul pula berbagai godaan dan
kesulitan. Oleh karenanya, orang-orang yang hadir ketika itu sebaiknya lebih banyak
membaca Al-Qur’an dan hadis-hadis yang mencela dunia.
Yang Seharusnya Dilakukan Bagi Orang Dalam Sakaratul Maut.
Disunahkan memiringkan orang yang dalam sakaratul maut ke sebelah kanannya dan
menghadap kiblat. Dan apabila telah meninggal, hendaklah kedua belah matanya dikatupkan.
Tidak Disukai (Makruh) Mengharapkan Mati
Adalah makruh seseorang mengharap-harapkan mati atau berdoa memohon kematian
disebabkan derita yang menimpa dirinya, seperti penyakit, kemiskinan atau bencana-bencana
lainnya. Namun, jika merasa ada hal yang di takutkan menjadi fitnah yang akan
membahayakan agamanya, hal itu bisa dibenarkan, bahkan mungkin dianjurkan. Seperti
dalam sabda Rasulullah saw. :
“Jangan sekali-kali seseorang di antara kamu berangan-angan untuk mati karena suatu
bencana yang menimpa dirinya. Tetapi jika terpaksa dan tidak boleh tidak, maka hendalah ia
berkata : Ya Allah, ya tuhanku! Biarkanlah aku hidup, sekiranya hidup itu dalah lebih baik
bagi diriku. Dan wafatkanlah aku sekiranya kematian itu aalah lebih baik bagi diriku.”
Maut (kematian) adalah sesuatu yang telah ditetapkan atas diri manusia. Allah SWT.
telah menyamaratakan seluruh manusia, tidak peduli manusia itu adalah orang yang kuat atau
lemah.
Telah berfirman Allah Yang Maha Agung :
“Semua yang hidup di atas (bumi) akan binasa. Dan kekallah wajah Tuhanmu Yang
Maha Agung lagi Maha Pemurah.” (Q.S. 55: 26-27)
Secara umum, lansia adalah singkatan dari lanjut usia sehingga dalam ilmu yang
mempelajari psikologi, lansia dipahami sebagai tahap akhir dalam perkembangan. Dalam
pergaulan sehari-hari nampaknya tidak terdapat kesepakatan mengenai batasan umur untuk
lansia. Ada orang berpendapat lansia identik dengan pikun, orang tua yang telah memerlukan
bantuan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti berjalan, mandi, makan, dan
sebagainya. Hal-hal tersebut merupakan ciri-ciri lansia yang umum dilihat oleh masyarakat
awam. Ada orang yang menganggap lansia adalah orang yang purna tugas atau pensiun.
Sementara itu, bila dilihat dari umur seseorang, nampaknya: ada orang yang berumur 65
tahun sudah tidak mampu untuk berjalan tegak, dan perlu banyak bantuan. Namun, ada juga
orang yang berumur 75 tahun tapi masih ingin dan mampu mengendarai sepeda.
Ada beberapa fenomena yang menjadi sorotan dan dapat diamati, antara lain:
A. Postpower Syndrome
Gejala kejiwaan yang terjadi setelah seseorang kehilangan kekuasaan, kekuatan dan
segala sesuatu yang dulu dipunyai. Symptom yang biasanya muncul dari sindrom ini,
biasanya mudah marah, tersinggung, membicarakan masa lalu tanpa berhenti, mengingat
kembali periode dimana dia memiliki kekuatan.
B. Pandangan ke Belakang
Para lansia akan menganggap masa-masa saat mereka muda adalah saat yang paling baik,
jauh lebih baik dari sekarang. Hal tersebut dikarenakan karena lansia menganggap bahwa
pada masa sekarang mereka sudah tidak secakap dulu dalam beraktivitas.
C. Wawasan terhadap generasi sekarang
Orang lansia akan cenderung menilai masa lalu lebih baik, dan generasi sekarang mereka
anggap lebih lemah, kurang teguh dan mampu.
Tetapi, ini tidak berarti seluruh lansia mengalami problema-problema diatas. Disposisi
seorang lansia akan mempengaruhi kondisi lansia tersebut dan problema yang akan dialami.
Disposisi dibangun oleh:
a. Posisi terakhir (kekuasaan, kekuataan dan kekayaan) yang terakhir dimiliki oleh
individu tersebut.
b. Pembawaan yang dimiliki dan watak yang telah dilatihkan.
c. Pendidikan dan keterampilan.
d. Tantangan yang dihadapi.
e. Perubahan atas nilai-nilai.
f. Perubahan kebiasaan dan perilaku.
g. Perbedaan situasi ekonomi.
Jadi, baik atau buruknya kondisi seorang lansia dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan
kebanyakan berasal dari masa lalu serta lingkungan sosial di mana watak ataupun perilaku
individu tersebut terbentuk.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjabaran di atas, Islam telah menunjukkan bagaimana dalam agama
telah ada penjelasan yang sangat jelas mengenai fase dewasa akhir (lansia). Telah sangat jelas
disebutkan dalam berbagai dalil, baik itu Al-Qur’an dan Al-Hadits bahwa fase dewasa akhir
adalah usia kematangan secara mental, tetapi penurunan dari segi fisik. Islam tidak hanya
menjelaskan fase dewasa akhir ini dari perspektif religiusitas, bahkan juga menjelaskan
perkembangan manusia pada fase terakhir hidup ini berdasarkan fakta-fakta ilmiah yang
relevan dengan kehidupan manusia yang bersifat dinamis.
Kecenderungan bahwa lansia memiliki kematangan secara mental (bijaksana) yang
lebih daripada usia lain disebabkan oleh pengalaman hidup yang dimiliki oleh seorang lansia.
Mengingat bahwa seiring bertambahnya usia, mereka telah melakukan berbagai evaluasi
hidup tentang apa saja yang mereka lalui dalam siklus kehidupannya.
Kendati demikian, tidak semua lansia memiliki kematangan mental yang semakin
baik. Hal tersebut disebabkan karena setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda
berdasarkan pada lingkungan seperti apa orang tersebut menjalani hidup. Kepribadian
dipengaruhi berbagai faktor, seperti lingkungan sosial, keluarga, pendidikan, dan lain
sebagainya. Begitupun dengan kematangan mental pada usia senja, banyak faktor yang
mempengaruhi kematangan mental seorang lansia sehingga tidak semua orang yang
memasuki fase dewasa akhir memiliki peningkatan dalam pengendalian emosi dan mental.
Berdasarkan teori-teori perkembangan yang telah dikembangkan dan dalil-dalil dalam
Islam, baik itu Al-Qur’an dan Al-Hadits, peneliti melihat tidak adanya pertentangan antara
teori perkembangan modern dengan perkembangan menurut perspektif Islam. Bahkan, dapat
dikatakan bahwa ilmu psikologi sesungguhnya telah terlebih dahulu dijelaskan dalam Islam
sehingga antara ilmu psikologi perkembangan modern dan fase perkembangan dewasa akhir
menurut perspektif Islam dapat saling melengkapi dan menyempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA
Asyafah, H. Abas, 2009, Proses Kehidupan Manusia dan Nilai Eksistensialnya, Bandung,
Alfabeta.
Episteme, Vol.9, No. 2, Jalan Menuju Tuhan Dalam Pemikiran Kiai Jawa, Desember 2014.
Episteme, Vol.9, No. 2, The Power of Syukur, Desember 2014.
Haddad, Allamah Sayyid Abdullah, 1996, Renungan Tentang Umur Manusia, Bandung:
Mizan.
http://m.kompasiana.com/astokodatu/psikologi-lansia_54ff808ba33311184b51035e
http:/m.kompasiana.com/nezfine/komunikasi-efektif-padalansia_55004df0a333115263511313
Psikologi Agama : Kepribadian Muslim Pancasila, Bandung, Sinar Baru.
Santrock, John W., 2012, Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi
Ketigabelas, Jilid 1, Jakarta, Erlangga.
Ta’allum, Volume 01, Nomor 02, Hakikat Manusia dan Potensi Ruhaninya Dalam
Pendidikan Islam : Sebuah Kajian Ontology, November 2013: 217-233.
PSIKOLOGI PERKEMBANGAN
MASA PERKEMBANGAN LANSIA MENURUT PERSPEKTIF ISLAM
DISUSUN OLEH :
Emha Nelwan Lawani Daeng Liwang (201510230311177)
Calvin Zannua Prihambodo (201510230311180)
Fajar Putra Prawira (201510230311002)
Kevin Haryobasti Ramadhan (201510230311127)
Muhammad Ibnu Drianudi Prayitno (201510230311180)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015/2016
PEMBAHASAN
Masa Dewasa Akhir (Lansia)
Masa dewasa akhir atau bisa juga disebut dengan lansia (lanjut usia) adalah masa
dimana manusia mulai beranjak tua, sekitar berumur 60 tahun hingga menjelang kematian.
Fase ini adalah fase yang memiliki rentang terpanjang dalam seuruh periode perkembangan
manusia sehingga manusia akan memperoleh beberapa pikiran dan kesadaran tentang
sesuatu, termasuk tentang agama, terlebih agama Islam.
Dalam agama Islam sendiri telah dijelaskan secara terperinci di dalam Al-Quran
tentang manusia dewasa yang diharuskan untuk menjadi pemimpin dan mempersiapkan diri
dalam menghadapi kehidupan selanjutnya untuk menghadapi hukuman Allah SWT.
Pembagian Umur Masa Dewasa Akhir
Ibnul Jauzi telah membagi umur masa dewasa akhir menjadi 2 masa, yaitu :
1. Masa tua ; dari umur 50 tahun hingga umur 70 tahun.
2. Masa usia-lanjut ; dari umur 70 tahun hingga akhir umur yang dikaruniakan Allah.
Sebagian ulama lainnya juga telah membagi umur manusia tersebut hampir sama
dengan pembagian menurut Ibnul Jauzi.
Apabila seorang manusia telah mencapai masa dewasa terlebih telah mencapai masa
tua dan masa usia-lanjut, diharapkan ia memperoleh karunia hikmah dan kebijaksanaan
dengan kemurahan Allah SWT., sehingga kelihatan padanya sifat lebih taat, menujukan
hatinya kepada Allah SWT. Dan selalu bertobat kepada-Nya. Sesuai dengan firman-Nya yang
berbunyi :
“Dan setelah menjadi dewasa dan cukup umurnya, Kami anugerahkan kepadanya
hikmah dan ilmu pengetahuan. Demikianlah Kami memberi balasan bagi orang-orang yang
suka melakukan kebajikan.” (Q.S. 28:14)
Adapun sebuah ayat yang ditujukan untuk manusia dewasa yang berumur 60 tahun
namun ada pula yang mengatakan bahwa ayat ini ditujukan bagi orang yang berumur 40
tahun :
“. . . Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk
berpikir bagi setiap orang yang mau berpikir, dan bukankah sudah tiba kepadamu pemberi
peringatan?. . .” (Q.S. 35:37)
Yang dimaksud dengan “pembawa peringatan” (an-nadhir) adalah Al-Quran atau
Rasul Allah, atau mungkin rambut putih (uban).
Di dalam sebuah hadist, dikatakan :
“. . . Allah tidak akan menerima dalih seseorang, sesudah Dia memanjangkan usianya
hingga mencapai enam puluh tahun . . .(H.R. Bukhari)
Hal ini berarti bahwa tak ada alasan baginya untuk mengadukan umurnya pendek,
sesudah Tuhan membiarkannya mencapai umur enam puluh tahun.
Sebenarnya umat kini tergolong antara umat-umat yang paling pendek usianya. Umatumat terdahulu ada yang mencapai seribu tahun, bahkan ada yang lebih dari itu. Sebagian
ulama mengatakan bahwa umat-umat yang terdahulu ada yang belum baligh (cukup umur)
hingga mencapai umur delapan puluh tahun. Di riwayatkan bahwa ketika sebagian dari bani
Adam meninggal dunia pada umur kurang lebih dua ratus tahun, maka banyaklah makhluk
yang merasa simpati terhadapnya karena telah meninggal dalam umur yang muda. Juga
diriwayatkan, bahwa Nabi Ibrahim a.s. berkhitan setelah usianya mencapai delapan puluh
tahun ketika mendapatkan perintah berkhitan dari Allah SWT.
Di dalam tahapan umur tua inilah biasanya seseorang lebih cenderung untuk kembali
kepada Allah SWT., senatiasa memperhatikan diri dengan memperbanyak ibadah, zuhud
terhadap segala kenikmatan dunia, bersungguh-sungguh dalam amal ketaatan dan
melipatgandakan usaha untuk beramal kebajikan. Hal ini tentunya bagi orang yang mendapat
taufiq dan hidayah dari Allah SWT. inilah saat untuk menjaga kehormatan diri, khusyu’
kepada Allah SWT., menjauhi segala permainan hidup dan perbuatan sia-sia. Oleh karena itu,
siapa yang telah mencapai umur ini, sedang tabiat dan kelakuannya masih belum berubah
menjadi baik, maka ia dianggap sebagai orang yang buruk nasibnya, buruk tingkah lakunya
dan patut beroleh kecaman.
Dalam sebuah hadis shahih dikatakan : ada tiga orang yang Allah takkan memandang
kepadanya, tidak mensucikannya dan baginya azab yang pedih ( di antaranya disebutkan
“seorang tuanya yang berzina”) (H.R. Muslim dan Nasa-i). Jelaslah bahwa dosa yang buruk
ini akan menjadi lebih buruk dan lebih berat lagi apabila dilakukan oleh orang yang sudah tua
yang justru diharapkan kebih merasa takut kepada Allah SWT., lebih menjaga diri dan lebih
malu kepada-Nya untuk berbuat yang keji itu.
Pendeknya Umur Umat Islam
Umat-umat saat ini dianggap lebih pendek usianya. Umat terdahulu ada yang
mencapai umur seribu tahun. Umat terdahulu dikatakan belum mencapai baligh hingga
mencapai umur 80 tahun. Sebagian dari bani Adam yang meninggal pada umur 200 tahun
dianggap meninggal pada umur muda.
Namun sejak tahun 1900, kemajuan di bidang pengobatan, nutrisi, olahraga,, dan gaya
hidup, telah meningkatkan harapan hidup kita rata-rata sebesar 30 tahun lebih lama.
Seseorang yang tinggal di Amerika Serikat dan saat ini berusia 60 tahun memiliki harapan
hidup rata-rata sebesar 18 tahun lebih (20 tahun untuk wanita dan 16 tahun untuk pria) (Pusat
Nasional untuk Statistik Kesehatan, 2006). Rata-rata harapan hidup dari individu yang
dilahirkan saat ini di Amerika Serikat adalah 78 tahun (Pusat Nasional untuk Statistik
Kesehatan, 2010).
Di negara-negara industri, jumlah orang yang berusia lebih dari seratus tahun
meningkat sekitar 7 persen tiap tahunnya (Perls, 2007). Pada tahun 1980 di Amerika Serikat
hanya terdapat 15.000 orang yang berusia 100 tahun lebih. Pada tahun 2008, jumlah mereka
mencapai 55.000 dan pada tahun 2050 diperkirakan jumlahnya akan mencapai 800.000
orang. Amerika Serikat adalah negara yang paling banyak memiliki orang-orang berusia 100
tahun lebih diikuti Jepang, China, Inggris/Wales (Hall, 2008). Diperkirakan ada 75 hingga
100 supercentenarians individu yang berusia lebih dari 110 tahun di Amerika Serikat dan
300 hingga 450 orang di seluruh dunia (Perls, 2007).
Rasulullah SAW. Ketika Masa Dewasa Akhir
Dalam tahapan umur tua akan tampak tanda-tanda kelemahan seseorang.
Kekuatannya mulai menurun sedikit demi sedikit dari puncaknya, lalu menjadi semakin
lemah sesudah masa kuatnya dahulu. Tahapan umur ini oleh Rasulullah saw. Dinamakan
masa “pergulatan dengan maut”, yaitu masa-masa umur 40 tahun hingga 70 tahun. Dalam hal
ini beliau telah bersabda :
“Masa penuaian umur umatku dari enampuluh hingga tujuhpuluh tahun.” (H.R.
Muslim dan Nasa-i)
Dalam umur inilah Rasulullah saw. telah diwafatkan oleh Allah SWT., yaitu dalam
usia 63 tahun menurut riwayat yang shahih. Demikian pula para sahabat –Abu Bakar, Umar
dan Ali radhiallahu anhum. Adapun Usman r.a., beliau telah dipanjangkan usianya hingga
mencapai 80 tahun.
Tumbuhnya Rambut Putih dalam Usia Ini
Apabila seseorang mulai memasuki umur ini, maka rambut putih pun mulai tumbuh di
kepalanya, dan itu adalah nur (cahaya) bagi orang Islam, sebagaimana tersebut di dalam
sebuah hadis :
“Berubannya rambut seorang Muslim merupakan nur baginya” (H.R. Tirmidzi dan
Nasa-i)
Telah diriwayatkan, bahwa orang pertama yang beruban ialah Nabi Ibrahim al-Khalil
a.s. Ketika beliau melihat rambut putih itu, beliau bertanya : “Wahai Tuhanku, apa ini?”
Allah menjawab : “Ini (tanda) kewibaan.”. maka berkata Ibrahim lagi : “Tuhanku,
tambahkanlah itu bagiku!”
Rambut putih itu mengingatkan kita akan dekatnya ajal. Ia juga menandakan bahwa
masa untuk “berangkat” sudah dekat, dan tidak lama lagi kita akan “berpindah”. Ada pula
yang mengatakan bahwa rambut putih itu merupakan pertanda tibanya ajal dan penghapus
segala cita-cita. Sebuah pepatah berbunyi : “Alangkah buruknya perbuatan dosa betapapun
kecilnya, bila rambut telah mulai beruban.”
Adalah mustahab (disukai) mengubah warna uban itu dengan warna kuning atau
merah, tetapi haram mewarnainya dengan warna hitam, kecuali bagi orang-orang mujahid
(berperang) fi-sabilillah untuk mempertakuti orang-orang kafir.
Peralihan Dari Masa Tua Ke Tua Renta (Lansia)
Dari sudut pandang psikologi perkembangan, motivasi kehidupan beragama pada
mulanya berasal dari dorongan biologis seperti rasa lapar, rasa haus, dan kebutuhan
jasmaniah lainnya. Dapat pula berasal dari kebutuhan psikologis seperti kebutuhan kasih
sayang, pengembangan diri, kekuasaan, rasa ingin tahu, harga diri, dan bermacam-macam
ambisi pribadi. Kebutuhan-kebutuhan tersebut jika mendapat pemuasan dalam kehidupan
beragama dapat menimbulkan dan memperkuat motivasi keagamaan yang lama-kelamaan
akan menjadi otonom.
Derajat kekuatan motif beragama itu sedikit banyak dipengaruhi oleh pemuasan yang
diberikan oleh kehidupan beragama. Makin besar derajat kepuasan yang diberikan oleh
agama, makin kokoh dan makin otonom motif tersebut. Akhirnya merupakan motif yang
berdiri sendiri dan secara konsisten serta dinamis mendorong manusia untuk bertingkah laku
keagamaan.
Salah satu perbedaan penting antara orang yang belum matang terletak pada derajat
otonomi motivasi kegamaannya. Makin matang kesadaran beragama seseorang akan semakin
kuat energi motivasi keagamaan yang otonom itu. Orang yang memiliki kesadaran beragama
yang belum matang, motivasi kegamaannya masih berhubungan erat dengan dorongandorongan jasmaniah atau kebutuhan-kebutuhan yang berhubungan dengan ambisi pribadinya.
Misalnya, adanya pemikiran dan perbuatan magis yang digunakan untuk mencapai
kenikmatan atau pemuasan kebutuhan biologis antara lain guna-guna, tenung, santet, pelet,
ngepet, nyupang, dan ilmu kebatinan lainnya. Mereka memperalat agama untuk memenuhi
kebutuhan biologis dan ambisi pribadinya. Tingkah laku keagamaannya seolah-olah
dikendalikan oleh dorongan biologis, hawa nafsu, dan kebutuhan ekonomi. Sedangkan orang
yang memiliki kesadaran beragama yang matang justru mampu mngendalikan dan
mengarahkan hawa nafsu, dorongan materi, ambisi pribadi, dan motif-motif rendah lainnya,
ke arah tujuanyang sesuai dengan motivasi keagamaan yang tinggi.
Setelah itu orang akan beralih pula dari masa tua menjadi tua-renta dan lanjut-usia ;
yaitu dari usia 70 tahun hingga akhir umur yang ditetapkan oleh Allah SWT., menurut
pembagian Ibnul Jauzi. Seorang manusia akan tetap dinamakan orang tua juga betatapun ia
mencapai umur lebih jauh dari itu, hingga menemui ajalnya.
Dalam tahapan umur ini, biasanya manusia akan ditimpa kelemahan pada semua
panca inderanya dan anggota badannya, sehingga ada kalanya ia sama sekali tidak berdaya
atau berkekuatan lagi. Allah telah berfirman :
“Allah yang menciptakan kamu dalam keadaan lemah, kemudian dijadikan-Nya kamu
kuat sesudah lemah, kemudian dijadikan-Nya kamu lemah dan tua renta sesudah kuat. Allah
menjadikan apa yang dikehendaki-Nya, sedang Dia Maha Mengetahui lagi Berkuasa.” (Q.S.
30:54)
Kemudian, manusia beralih kepada “usia yang paling hina”, yaitu menjadi tua renta.
Allah SWT. berfirman :
“. . . Di antara kamu ada orang yang dikembalikan kepada ‘umur yang paling hina’
(tua renta), sehingga dia tidak lagi mengetahui sesuatu yang dahulu pernah diketahuinya. . .”
(Q.S. 16:70)
Yang dimaksud dengan tua renta di sini adalah pikun dan tidak menentunya pikiran.
Jonathan Swift mengatakan bahwa tidak ada manusia arif yang bisa berharap menjadi lebih
muda. Kita tidak dapat meragukan lagi bahwa kerja tubuh dari orang yang berusia 70 tahun
tidak lagi sebaik ketika masih muda.
Kondisi fisik orang yang telah berusia tua, tidak lagi memiliki kondisi fisik dan
mental yang setara dengan orang yang lebih muda, namun orang juga bisa berlatih agar tidak
terpaku pada kondisi ini. Orang yang telah berusia tua bisa memilih untuk berlatih agar
mampu bekerja lebih banyak.
Teori Jam Seluler (Cellular Clock Theory) adalah teori dari Leonard Hayflick (1977).
Hayflick menyatakan bahwa sel-sel dapat membelah maksimum sebanyak 75 hingga 80 kali,
bahwa seiring dengan bertambahnya usia, kemampuan sel untuk membelah menjadi
berkurang. Hayflick menemukan bahwa pembelahan sel-sel yang diambil dari orang-orang
yang berusia 50-an hingga 70-an tahun, adalah kurang dari 75 hingga 80 kali. Bertolak dari
cara sel-sel membelah, Hayflick menyatakan bahwa batas atas dari potensi masa hidup
manusia adalah sekitar 120 hingga 125 tahun.
Penurunan yang terjadi pada manusia yaitu :
1. Penampilan Fisik dan Pergerakan
Ketika bertambah tua, kita juga akan bertambah pendek karena tulang belakang
mengalami penyusutan (Hoyer & Rodin, 2003). Berat tubuh kita juga ikut
menurunsetelah mencapai usia 60 tahun, hal ini disebabkan oleh menyusutnya otot
(Evans, 2010). Kita juga akan mengalami perlambatan pada pergerakan dibandingkan
dewasa awal disertai dengan tingkat kesulitan yang bervariasi. Bahkan ketika
melakukan tugas sehari-hari, orang lanjut usia makin lama makin lambat
dibandingkan ketika mereka masih muda (Mollenkopf, 2007).
2. Perkembangan Sensoris
Penglihatan
Seiring bertambahnya usia, ketajaman visual, warna penglihatan, dan persepsi
kedalaman akan menurun. Beberapa penyakit mata juga muncul pada orang dewasa
yang telah menua.
Pendengaran
Pada usia individu yang berusia 75 tahun ke atas, penurunan penglihatan dan
pendengaran jauh lebih besar, dibandingkan pada individu yang berusia antara 65
tahun hingga 74 tahun (Charness & Bosman, 1992)
Penciuman dan Perasa
Mayoritas individu berusia 80 tahun ke atas mengalami penurunan yang signifikan
pada aroma (Lafreniere & Mann, 2009). Para peneliti menemukan bahwa lansia
menunjukkan penurunan indera penciuman yang lebih besar daripada indera perasa
mereka (Schiffman, 2007).
Sentuhan dan Rasa Sakit
Sebuah studi menemukan bahwa seiring dengan bertambahnya usia, individu dapat
mendeteksi berkurangnya kepekaan terhadap sentuhan pada tubuh bagian bawah
(siku, lutut, dan sebagainya) dibandingkan tubuh bagian atas (pergelangan tangan,
pundak, dan sebagainya) (Corso,1977)
Otak menyusut secara perlahan. Rata-rata antara usia 20 hingga 90 tahun, otak
kehilangan beratnya sebesar 5 hingga 10 persen. Volume otak juga berkurang. Para ahli
menduga hal itu disebabkan karena berkurangnya dendrit, kerusakan membran myelin yang
menyelubungi akson, atau kematian sel-sel otak. Seiring bertambahnya usia tua, otak
menyusut sekitar 15% dari otak orang dewasa.Ketika usia kita bertambah, kemungkinan
bahwa kita akan terkena penyakit cenderung meningkat. (Ferruci & Koh, 2007). Kebanyakan
orang dewasa yang masih hidup hingga usia 80 tahun atau lebih, cenderung menderita
semacam gangguan. Penyakit kronis yang dialami di masa dewasa awal, meningkat di masa
dewasa menengah, dan menjadi lebih umum di masa dewasa akhir (Kane, 2007).
Penyakit
Hampir 60 persen orang dewasa di Amerika serikat yang berusia 65 tahun sampai
74tahun meninggal karena kanker atau penyakit kardiovaskular (Pusat Nasional untuk
Statistik Kesehatan, 2008) dan penyakit lain yang banyak di derita orang orang lanjut usia
adalah Osteoporosis, yaitu proses penuaan yang normal menyebabkan kehilangan jaringan
tulang. Lalu penyebab lain kematian pada orang lanjut usia adalah :
Kecelakaan
Kecelakaan adalah penyebab kematian terbesar nomer 6 pada orang lanjut usia (Pusat
Nasional untuk Statistik Kesehata, 2010).Kasus umum yang sering terjadi yaitu cedera akibat
jatuh dari lantai rumah dan kecelakaan lalu lintas.Terjatuh adalah penyebab utama kematian
akibat cedera pada orang lanjut usia (Pusat Nasional untuk Statistik Kesehatan,2010). Setiap
tahunnya, hampir 200.000 orang dewasa yang berusia di atas 65 tahun mengalami patah
tulang di pangkal paha karena jatuh.
Meskipun masa dewasa akhir merupakan masa senja dalam kehidupan tetapi bukan
berarti kita harus melalui masa ini dengan pasif. Orang dewasa akhir juga dapat aktif
beraktifitas, mereka akan semakin sehat dan bahagia jika mereka lebih aktif. Salah satu hal
yang dapat dilakukan adalah olahraga. Olahraga adalah salah satu cara yang baik sekali untuk
membina kesehatan. Tingkat aktivitas aerobik saat ini direkomendasikan untuk orang dewasa
berusia 60 tahun ke atas adalah 30 menit aktivitas dengan intesitas sedang. Olahraga dapat
membantu seseorang untuk menjalani hidup secara lebih mandiri dengan lebih bermartabat
pada usia lanjut (Desai, Grossberg, & Chibnall, 2010). Sehat secara fisik berarti mempu
mengerjakan sendiri hal hal yang ingin dikerjakan dan tidak terpengaruh apakah tua atau
muda.
Kita senantiasa harus selalu bersyukur kepada Allah SWT. untuk lebih mendekatkan
diri kepada-Nya dan menyadari apa saja yang sudah kita peroleh selama ini adalah dari Allah
SWT. Bersyukur dapat membuat perasaan menjadi tenang dan ikhlas dalam menghadapi
masalah-masalah dan keadaan-keadaan yang dialami saat lansia. Al-Qur’an mengungkap
bahwa Syetan-Iblis selalau dapat menggoda setiap manusia untuk tidak boleh bersyukur
kepada Allah dari sisi kanan-kiri, depan dan belakang. Di sisi lain, bersyukur membuat
Syetan-Iblis menjadi tidak senang, karena Syetan-Iblis adalah musuh Allah.
Syukur bukanlah kata benda mati. Syukur juga bukan kata sifat saja. Tapi, syukur
merupakan kata kerja yang perlu bukti tindakan nyata hingga akhir hayat kita. Secara lisan,
praktik syukur bisa dibuktikan dengan mengucapkan kata-kata yang baik sekaligus pujian
hanya untuk Allah. Dalam tindakan, syukur ditandai dengan upaya sungguh-sungguh untuk
memanfaatkan apa saja yang bisa kita lakukan untuk kemanfaatan dan kemaslahatan semua.
Lebih lanjut, syukur secara bahasa dimaknai sebagai upaya membuka dan mengakui
diri. Mengakui apa yang kini diperoleh dan dirasakan semua dari Allah, oleh Allah dan pada
akhirnya untuk Allah. Ungkapan alhamdulillah yang berarti segala puji untuk Allah
merupakan ekspresi kejujuran. Semakin sering kita mengucap alhamdulillah, sebetulnya kita
melatih diri dalam bersikap jujur dalam hubungannya dengan Allah.
Syukur membuat kita bahagia. Semakin kita sering berekspresi syukur, maka semakin
kita bahagia. Dalam konteks inilah, Syukur bisa membuat kita senyum. Senyum tersebut
membuat kita menjadi lebih bahagia. Kisah kasih syukur terungkap dalam Al-Qur’an surat
Luqman ayat 12, yaitu :
“Bersyukurlah kepada Allah. Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka
sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur,
maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”
Menanti Kematian
Pada masa ini, biasanya seseorang akan sakit dan sakit itu akan berujung pada
kematian. Ada pula yang meninggal tanpa mengidap penyakit, tetapi ini sangat terjadi.
Berkata Hujjatul-Islam Imam Ghazali dalam uraiannya, mengingatkan orang supaya
jangan “memanjangkan harapan” dan melupakan dekatnya ajal karena kematian datang
dengan tiba-tiba. Dan apabila kematian datang tiba-tiba, anda tidak akan sempat dan tidak
akan mampu lagi mengerjakan amal-amal saleh, sedangkan itu adalah bekal untuk akhirat.
Yang dimaksud dengan “memanjangkan harapan” di sini adalah menunda-nunda tobat arena
merasa umurnya masih panjang, dan ia terus saja terbuai dalam angan-angan mencapai
kemewahan dunia.
Rasulullah saw. bersabda :
“Maut adalah masalah ‘gaib’ terdekat yang sedang ditunggu kedatangannya.”
Apabila maut itu merupakan masalah gaib, maka sewajarnyalah apabila kita selalu
waspada dan menyiapkan diri terhadap kedatangan maut karena kita tidak tahu kapan maut
akan terjadi, maut bisa terjadi pada setiap keadaan dan setiap saat.
Berkata Hujjatul-Islam Imam Ghazali rahimahullah dalam bukunya al-Bidayah:
“Ketahuilah, bahwasannya maut itu tidak menjemput anda pada waktu atau keadaan yang
tertentu, akan etapi maut pasti akan menjemput anda pada waktu yang tidak diketahui. Oleh
karena itu, menyediakan diri untuk maut adalah lebih utama daripada menyediakan diri untuk
dunia”
Selain kematian, Allah juga menjadikan manusia hidup. Dengan adanya kehidupan
dan kematian (di dunia) itu Allah hendak menguji, siapa di antara manusia itu yang paling
baik melakukan amalnya di dunia.
“Maha Suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan dia Maha Kuasa atas
segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (Q.S. al-Mulk
(67):2).
Yang Patut Dikerjakan Ketika Sakit Menjelang Maut
Apabila seseorang menderita sakit, hendaklah ia selalu bertobat, mengingat Allah,
memperbanyak istighfar dan mohon diampuni segala kesalahannya serta dimaafkan segala
kelalaiannya di masa lalu. Sebab ia tidak akan dapat memastikan diri, kapan ajal akan
menimpa dirinya. Segeralah menutup amalan dan mengakhiri umur dengan berbuat kebaikan,
karena amalan manusia itu tergantung dari perbuatannya yang paling akhir.
Penyakit yang diderita manusia mengingatkan akan akhirat dan akan mendorongnya
kepada persangkaan baik kepada Allah. Dan sebaiknya kita lebih mendekatkan diri kepada
Allah SWT. untuk mempermudah kita dalam menghadapi keadaan menjelang maut. Agama
sangat penting bagi manusia, karena pentingnya agama bagi kehidupan manusia, maka
manusia dengan agama tidak bisa dipisahkan. Hal demikian kalau kita ingin jadi manusia,
ingin sehat batinnya, ingin tenram hidupnya, ingin bahagia hidupnya di dunia dan di akhirat
serta ingin memperoleh kebenaran, maka ia harus beragama. Tanpa agama semua itu
mustahil terwujud dalam kenyataan kehidupan (Zaini, 2006).
Mengingatkan Penderita Sakit Yang Akan Mati
Apabila seseorang mendekati ajal dan tampak kecemasan dan ketakutan yang sangat,
maka hendaknya diingatkan akan kebaikan dan kebajikan serta amal yang dilakukan di masa
lalu.
Ada kalanya ketika sedang menghadapi maut, muncul pula berbagai godaan dan
kesulitan. Oleh karenanya, orang-orang yang hadir ketika itu sebaiknya lebih banyak
membaca Al-Qur’an dan hadis-hadis yang mencela dunia.
Yang Seharusnya Dilakukan Bagi Orang Dalam Sakaratul Maut.
Disunahkan memiringkan orang yang dalam sakaratul maut ke sebelah kanannya dan
menghadap kiblat. Dan apabila telah meninggal, hendaklah kedua belah matanya dikatupkan.
Tidak Disukai (Makruh) Mengharapkan Mati
Adalah makruh seseorang mengharap-harapkan mati atau berdoa memohon kematian
disebabkan derita yang menimpa dirinya, seperti penyakit, kemiskinan atau bencana-bencana
lainnya. Namun, jika merasa ada hal yang di takutkan menjadi fitnah yang akan
membahayakan agamanya, hal itu bisa dibenarkan, bahkan mungkin dianjurkan. Seperti
dalam sabda Rasulullah saw. :
“Jangan sekali-kali seseorang di antara kamu berangan-angan untuk mati karena suatu
bencana yang menimpa dirinya. Tetapi jika terpaksa dan tidak boleh tidak, maka hendalah ia
berkata : Ya Allah, ya tuhanku! Biarkanlah aku hidup, sekiranya hidup itu dalah lebih baik
bagi diriku. Dan wafatkanlah aku sekiranya kematian itu aalah lebih baik bagi diriku.”
Maut (kematian) adalah sesuatu yang telah ditetapkan atas diri manusia. Allah SWT.
telah menyamaratakan seluruh manusia, tidak peduli manusia itu adalah orang yang kuat atau
lemah.
Telah berfirman Allah Yang Maha Agung :
“Semua yang hidup di atas (bumi) akan binasa. Dan kekallah wajah Tuhanmu Yang
Maha Agung lagi Maha Pemurah.” (Q.S. 55: 26-27)
Secara umum, lansia adalah singkatan dari lanjut usia sehingga dalam ilmu yang
mempelajari psikologi, lansia dipahami sebagai tahap akhir dalam perkembangan. Dalam
pergaulan sehari-hari nampaknya tidak terdapat kesepakatan mengenai batasan umur untuk
lansia. Ada orang berpendapat lansia identik dengan pikun, orang tua yang telah memerlukan
bantuan untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti berjalan, mandi, makan, dan
sebagainya. Hal-hal tersebut merupakan ciri-ciri lansia yang umum dilihat oleh masyarakat
awam. Ada orang yang menganggap lansia adalah orang yang purna tugas atau pensiun.
Sementara itu, bila dilihat dari umur seseorang, nampaknya: ada orang yang berumur 65
tahun sudah tidak mampu untuk berjalan tegak, dan perlu banyak bantuan. Namun, ada juga
orang yang berumur 75 tahun tapi masih ingin dan mampu mengendarai sepeda.
Ada beberapa fenomena yang menjadi sorotan dan dapat diamati, antara lain:
A. Postpower Syndrome
Gejala kejiwaan yang terjadi setelah seseorang kehilangan kekuasaan, kekuatan dan
segala sesuatu yang dulu dipunyai. Symptom yang biasanya muncul dari sindrom ini,
biasanya mudah marah, tersinggung, membicarakan masa lalu tanpa berhenti, mengingat
kembali periode dimana dia memiliki kekuatan.
B. Pandangan ke Belakang
Para lansia akan menganggap masa-masa saat mereka muda adalah saat yang paling baik,
jauh lebih baik dari sekarang. Hal tersebut dikarenakan karena lansia menganggap bahwa
pada masa sekarang mereka sudah tidak secakap dulu dalam beraktivitas.
C. Wawasan terhadap generasi sekarang
Orang lansia akan cenderung menilai masa lalu lebih baik, dan generasi sekarang mereka
anggap lebih lemah, kurang teguh dan mampu.
Tetapi, ini tidak berarti seluruh lansia mengalami problema-problema diatas. Disposisi
seorang lansia akan mempengaruhi kondisi lansia tersebut dan problema yang akan dialami.
Disposisi dibangun oleh:
a. Posisi terakhir (kekuasaan, kekuataan dan kekayaan) yang terakhir dimiliki oleh
individu tersebut.
b. Pembawaan yang dimiliki dan watak yang telah dilatihkan.
c. Pendidikan dan keterampilan.
d. Tantangan yang dihadapi.
e. Perubahan atas nilai-nilai.
f. Perubahan kebiasaan dan perilaku.
g. Perbedaan situasi ekonomi.
Jadi, baik atau buruknya kondisi seorang lansia dipengaruhi oleh berbagai faktor, dan
kebanyakan berasal dari masa lalu serta lingkungan sosial di mana watak ataupun perilaku
individu tersebut terbentuk.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjabaran di atas, Islam telah menunjukkan bagaimana dalam agama
telah ada penjelasan yang sangat jelas mengenai fase dewasa akhir (lansia). Telah sangat jelas
disebutkan dalam berbagai dalil, baik itu Al-Qur’an dan Al-Hadits bahwa fase dewasa akhir
adalah usia kematangan secara mental, tetapi penurunan dari segi fisik. Islam tidak hanya
menjelaskan fase dewasa akhir ini dari perspektif religiusitas, bahkan juga menjelaskan
perkembangan manusia pada fase terakhir hidup ini berdasarkan fakta-fakta ilmiah yang
relevan dengan kehidupan manusia yang bersifat dinamis.
Kecenderungan bahwa lansia memiliki kematangan secara mental (bijaksana) yang
lebih daripada usia lain disebabkan oleh pengalaman hidup yang dimiliki oleh seorang lansia.
Mengingat bahwa seiring bertambahnya usia, mereka telah melakukan berbagai evaluasi
hidup tentang apa saja yang mereka lalui dalam siklus kehidupannya.
Kendati demikian, tidak semua lansia memiliki kematangan mental yang semakin
baik. Hal tersebut disebabkan karena setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda
berdasarkan pada lingkungan seperti apa orang tersebut menjalani hidup. Kepribadian
dipengaruhi berbagai faktor, seperti lingkungan sosial, keluarga, pendidikan, dan lain
sebagainya. Begitupun dengan kematangan mental pada usia senja, banyak faktor yang
mempengaruhi kematangan mental seorang lansia sehingga tidak semua orang yang
memasuki fase dewasa akhir memiliki peningkatan dalam pengendalian emosi dan mental.
Berdasarkan teori-teori perkembangan yang telah dikembangkan dan dalil-dalil dalam
Islam, baik itu Al-Qur’an dan Al-Hadits, peneliti melihat tidak adanya pertentangan antara
teori perkembangan modern dengan perkembangan menurut perspektif Islam. Bahkan, dapat
dikatakan bahwa ilmu psikologi sesungguhnya telah terlebih dahulu dijelaskan dalam Islam
sehingga antara ilmu psikologi perkembangan modern dan fase perkembangan dewasa akhir
menurut perspektif Islam dapat saling melengkapi dan menyempurnakan.
DAFTAR PUSTAKA
Asyafah, H. Abas, 2009, Proses Kehidupan Manusia dan Nilai Eksistensialnya, Bandung,
Alfabeta.
Episteme, Vol.9, No. 2, Jalan Menuju Tuhan Dalam Pemikiran Kiai Jawa, Desember 2014.
Episteme, Vol.9, No. 2, The Power of Syukur, Desember 2014.
Haddad, Allamah Sayyid Abdullah, 1996, Renungan Tentang Umur Manusia, Bandung:
Mizan.
http://m.kompasiana.com/astokodatu/psikologi-lansia_54ff808ba33311184b51035e
http:/m.kompasiana.com/nezfine/komunikasi-efektif-padalansia_55004df0a333115263511313
Psikologi Agama : Kepribadian Muslim Pancasila, Bandung, Sinar Baru.
Santrock, John W., 2012, Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup, Edisi
Ketigabelas, Jilid 1, Jakarta, Erlangga.
Ta’allum, Volume 01, Nomor 02, Hakikat Manusia dan Potensi Ruhaninya Dalam
Pendidikan Islam : Sebuah Kajian Ontology, November 2013: 217-233.