POLA PERTUMBUHAN PENDUDUK INDONESIA 1971

POLA PERTUMBUHAN PENDUDUK INDONESIA
(BERDASARKAN SENSUS PENDUDUK DARI 1971-2010 DAN PROYEKSI 2010-2035)

MK. ILMU KEPENDUDUKAN (KPM 521)

Disusun Oleh:
Ahmad Makky Arrozi (NRP: I353150211)
Galuh Adriana (I353150061)
Husaini (I353150191)
Nana Kristiawan (I353150171)

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI PEDESAAN
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
0

Pendahuluan
Pertumbuhan penduduk mulai menjadi masalah sentral pada tahun 1970 atau
setelah dilakukannya sensus penduduk yang pertama kali pasca kemerdekaan Indonesia.

Pertumbuhan penduduk saat itu dipengaruhi oleh adanya berbagai penemuan pengobatan
preventif modern dan kesadaran baru yang meluas diseluruh dunia mengenai pentingnya
pangan yang bergizi, sehingga menekan jumlah kematian penduduk. Selain itu, pandangan
masyarakat yang masih memegang pendapat bahwa “banyak anak-banyak rejeki”
merupakan faktor pendoorong tingginya angka fertilitas. Pada saat itu, tidak banyak yang
dapat dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk menekan angka pertumbuhan penduduk.
Perubahan persepsi mengenai pentingnya menanggulangi permasalahan pertumbuhan
penduduk mulai dirasakan pada tahun 1968. Beberapa unsur-unsur perubahan yang
mempengaruhi pandangan terhadap permasalahan kependudukan antara lain: Pertama,
Kesadaran yang meluas mengenai adanya masalah kependudukan pada pejabat
pemerintah, pemimpin agama dan warga negara perseorangan. Kedua, kesadaran
penduduk baik laki-laki maupun perempuan dalam membatasi jumlah anak-anak mereka.
Ketiga, Perkembangan teknologi terutama teknologi kontrasepsi yang mampu menjadi alat
dalam mengendalikan jumlah penduduk. Dan Keempat, diberbagai negara di laksanakan
program pengendalian jumlah penduduk, seperti program keluarga berencana di Indonesia
(Tjondronegoro, 1992).
Sensus atau registrasi penduduk merupakan salah satu metode yang digunakan
untuk menghitung jumlah penduduk dengan tujuan utama adalah sebagai catatan resmi dari
suatu peristiwa tertentu dan sebagai sumber yang berharga dari penyusunan statistic yang
langsung dapat digunakan dalam proses perencanaan masyarakat (Daldjoeni dalam

Tjondronegoro, 1992). Demikian sensus memiliki fungsi strategis dalam merencanakan dan
menentukan arah kebijakan pembangunan Nasional. Sejak tahun 1970, pemerintahan
Indonesia telah melaksanakan sensus penduduk sebanyak lima kali yaitu tahun 1971, 1980,
1990, 2000 dan 2010. Adapun pola pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu perdasawarsa dijelaskan pada sub bab berikut.
Pola Pertumbuhan Penduduk 1971-1980
Reit pertumbuhan penduduk Indonesia pada periode 1971-1980 merupakan
pencapaian tertinggi mencapai 2,34% (BPS 2010). Tingginya pertumbuhan penduduk ini
terutama disebabkan masih tetap tingginya tingkat kelahiran dan menurunnya tingkat
kematian berkat kemajuan-kemajuan di bidang pembangunan kesehatan. Menurunnya
dengan lebih cepat tingkat kematian antara lain disebabkan oleh keberhasilan
pembangunan sektor kesehatan khususnya dan berhasilnya pembangunan di sektorsektor lain pada umumnya yang telah dapat meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat.
Sejalan dengan itu maka struktur umur penduduk cenderung kurang seimbang, yaitu
sebagian besar penduduk Indonesia merupakan penduduk berumur muda.
Dari Gambar 1, dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan penduduk menurut daerah
sangat beragam. Laju pertumbuhan tertinggi yaitu pada provinsi Lampung sebesar
5,77%, diikuti oleh Kalimantan Timur 5,73%, Bengkulu 4,39% Jambi 4,07%, DKI
Jakarta 3,93%, Sulawesi Tengah 3,86%, Kalimantan Tengah 3,43%, dan Riau 3,11%
(lihat pada lampiran 1). Tingginya laju pertumbuhan penduduk ini disebabkan oleh
perpindahan penduduk dari pulau lainnya terutama dari Jawa ke pulau Sumatera,
disamping pertumbuhan alami yang masih tinggi. Dimana pada masa ini, pemerintah

mengadakan transmigrasi besar-besaran ke wilayah-wilayah yang berada di pulau
1

Sumatera.

Sumber: BPS 2010

Perilaku mobilitas penduduk menurut Ravenstein atau disebut dengan hukum-hukum
migrasi penduduk adalah sebagai berikut (Mantra, 2003 dalam Pasaribu, 20016).
1. Para migran cenderung memilih tempat terdekat sebagai daerah tujuan.
2. Faktor paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi adalah
sulitnya memperoleh pekerjaan dan pendapatan di daerah asal dan kemungkinan
untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik di daerah tujuan.
Daerah tujuan harus memiliki kefaedahan wilayah (place utility) lebih tinggi
dibandingkan dengan daerah asal.
3. Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah berpindah ke daerah lain
merupakan informasi yang sangat penting bagi orang-orang yang ingin bermigrasi.
4. Informasi negative dari daerah tujuan mengurangi niat penduduk (migrasi potensial)
untuk bermigrasi.
5. Semakin tinggi pengaruh kekotaan terhadap seseorang, semakin besar

mobilitasnya.
6. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensi mobilitanya.
7. Para migran cenderung memilih daerah tempat teman atau sanak saudara
bertempat tinggal di daerah tujuan. Jadi, arah dan arus mobilitas penduduk menuju
ke arah asal datangnya informasi.
Pola migrasi bagi seseorang maupun sekelompok penduduk sulit diperkirakan. Hal
ini karena banyak dipengaruhi oleh kejadian yang mendadak seperti bencana alam,
peperangan, atau epidemi. Penduduk yang masih muda dan belum kawin lebih banyak
melakukan mobilitas dari pada mereka yang berstatus kawin. Dari data migrasi pada tahun
1971 dan 1980, diketahui bahwa tingkat migrasi masuk penduduk Lampung selalu pada
jumlah yang lebih tinggi daripada migrasi keluarnya (Lampiran 2). Hal ini mengakibatkan
jumlah penduduk provinsi Lampung selalu mengalami peningkatan. Jumlah penduduk yang
masuk pada awal sensus sangat tinggi. Hal ini diperkirakan karena adanya program
transmigrasi yang dibuat pemerintah.
2

Pasaribu (2016) menyatakan bahwa mobilitas penduduk akan terjadi apabila ada
kebutuhan masyarakat yang tidak didapat di daerah asalnya. Hal ini jelas membuat
penduduk berusaha mendapatkan hal tersebut sehingga memutuskan untuk pergi ke daerah
yang bisa memenuhi kebutuhannya.

Pola Pertumbuhan Penduduk 1980-1990
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia secara umum mengalami penurunan dari
angka reit 2.31% pada periode 1970-1980 menjadi 1.98% pada periode 1980-1990.
Penurunan pertumbuhan secara nasional ini terutama disebabkan oleh kesadaran berbagai
pihak untuk mengurangi pertumbuhan penduduk, dengan cara mengurangi jumlah angka
kelahiran. Serta berbagai program pemerintah yang sangat gencar dan terkontrol seperti
penggunaan alat kontrasepsi dan juga program transmigrasi penduduk dari khususnya dari
Jawa ke luar Jawa. Maka tak heran pada tahun 1989 Indonesia memperoleh penghargaan
United Nation (UN) Population Award yang diberikan oleh UNFPA (Badan PBB yang
bergerak di bidang kependudukan) atas keberhasilan program KB.

Sumber: BPS 2010

Pertumbuhan penduduk ditentukan dengan menghitung angka kelahiran, angka
kematian dan juga migrasi penduduk disuatu daerah (Rusli, 1981). Dapat diperhatikan pada
Gambar 2, reit pertumbuhan penduduk pada setiap Provinsi di Indonesia pada periode
1980-1990 mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya (1971-1980).
Beberapa Provinsi yang mengalami peningkatan antara lain: Riau (4.30), Kalimantan Barat
(2.65), Kalimantan Tengah (3.88), Kalimantan Selatan (2.32), Sulawesi Tenggara (3.66), dan
Papua (3.46). Peningkatan jumlah penduduk yang cukup tinggi (1.19) dari periode

sebelumnya di Provinsi Riau disebabkan oleh rendahnya Contraceptive Prevalence Rate
(CPR) atau persentase peserta KB aktif dibandingkan dengan jumlah pasangan usia subur
cenderung rendah (Bunyamin, 2013).
Penurunan yang sangat siknifikan terjadi pada Provinsi Lampung, yaitu dari reit
5.77% pada periode 1971-1980 menjadi reit 2.67% pada periode 1980-1990. Kondisi ini
terjadi karena pada periode 1971-1980, Provinsi Lampung merupakan daerah tujuan utama
Program transmigrasi Nasional dari Pulau Jawa. Sedangkan penurunan pertumbuhan
penduduk pada periode 1980-1990 merupakan hasil dari kebijaksanaan Pemerintah Daerah
Lampung berupa penutupan daerah Lampung sebagai daerah tujuan transmigrasi dan juga
3

adanya gerakan KB, berupa pembatasan jumlah anak per keluarga dan
penggunaan alat kontrasepsi.

peningkatan

Pola Pertumbuhan Penduduk 1990-2000

Sumber: BPS 2010


Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014 seperti yang ditunjukkan
oleh Gambar 3 di atas, reit penduduk Indonesia pada tahun 1990 dan 2000 masing-masing
sebesar 179.378.946 dan 206.264.595 jiwa. Rata-rata penduduk Indonesia dalam kurun
waktu 1 dekade 1990-2000 sebesar 6.250.442 jiwa dari total 33 propinsi yang tersebar di
seluruh Indonesia. Selama satu periode tersebut penduduk Indonesia terjadi peningkatan
sebesar 26.885.649 jiwa. Jumlah penduduk tertinggi pada 1 dekade tersebut berada di
propinsi Jawa Barat yakni sejumlah 35.384.352 pada tahun 1990 dan 35.729.537 di tahun
2000. Jika melihat populasi penduduk tertinggi lainnya di Indonesia maka Jawa Timur
berada pada urutan kedua yakni sebesar 32.503.991 jiwa pada 1990 dan 34.783.640 untuk
tahun 2000. Kemudian disusul Jawa Tengah dengan angka 28.520.643 di periode 1990 dan
31.228.940 pada tahun 2000.
Laju pertumbuhan penduduk Indonesia pada dekade 1990-2000 adalah 1,61 %. Laju
pertumbuhan tertinggi berada di Propinsi Riau dengan angka 4,35% dan turun menjadi 2,64
pada tahun 2014. Sedangkan laju terendah adalah Maluku yakni 0,08%. Tingginya laju
pertumbuhan penduduk di Riau pada 10 tahun tersebut disebabkan oleh berbagai faktor,
salah satunya adalah faktor migrasi dari pulau jawa yang sangat tinggi untuk bekerja di
perkebunan sawit. Data BPS menunjukkan migrasi di Riau berada pada peringkat lima
tertinggi di Indonesia dengan angka 245.465 jiwa. Namun kondisi ini terus meningkat
menjadi 358.815 jiwa dan termasuk imgrasi keempat tertinggi. Sedangkan rendahnya laju
pertumbuhan di Maluku karena selain wilayah yang kecil dan dinamika kehidupan sosial

masyarakat yang kurang kondusif termasuk minimnya migrasi yang masuk. Hal ini sesuai
data BPS, maluku berada pada peringkat enam dari migrasi terendah dengan angka 68.701
jiwa dan terus melorot tajam menjadi hanya 18.657 jiwa.
4

Gambar 4. Perbandingan Jumlah Penduduk Indonesia, Tahun1990 dan 2000 (000.000).

Sumber: BPS

Sementara Jawa Barat, laju pertumbuhan penduduknya tidak selaras dengan jumlah
penduduknya. Laju di Jawa Barat pada periode tersebut hanya 2,03%, angka tersebut terus
menurun hingga tahun 2014 yaitu hanya tinggal 1,58%. Artinya Selama dua dekade (1990 –
2010), laju pertumbuhan penduduk di Jawa Barat terjadi penurunan sebesar 0,45%.
Peningkatan jumlah penduduk di Jawa Barat sangat dipengaruhi oleh tingginya angka
migrasi ke kota (mobilitas – urbanisasi) karena faktor mencari pekerjaan yang layak di kota
besar. Angka migrasi di Jawa Barat pada tahun 1990 tercatat sebesar 1.350.596 jiwa
sedangkan pada 2000 adalah 1.097.021 orang. Dalam kurun waktu sepuluh tahun tersebut
ada penurunan angka imigrasi sebanyak 253.575 jiwa.
Tingginya angka rata-rata migrasi ke Jawa Barat sebagian besar dikarenakan
lajunya pembangunan di bidang industri. Menurut Pusat Data dari Departemen

Perdagangan dan Industri, pada tahun 2000 Jawa Barat memiliki 4.900 unit industri.
Pembangunan industri ini membuat para imigran mencari kesempatan kerja di wilayah Jawa
Barat. Angka kepadatan penduduk yang tinggi di Jawa Barat juga disebabkan oleh faktor
kelahiran. Menurut sensus nasional, angka kelahiran di propinsi tersebut pada tahun 1990
adalah 3,47% dengan rata-rata 2,9 % pada periode 1990-2000. Namun angka tersebut
mengalami penurunan menjadi 2,28% pada akhir tahun 2000. Ada selisih penurunan
sebesar 1,19% dalam satu dekade tersebut.
Jumlah populasi penduduk yang besar dan distribusi yang tidak seimbang di setiap
wilayah akan menjadi masalah baru yakni akan meningkatnya terhadap kebutuhan lahan
untuk pemukiman, ketersediaan lahan pertanian, lapangan kerja (pengangguran). Tatkala
tingginya pengangguran maka tingkat kriminalitas cenderung bertambah. Dampak lainnya
adalah bertambah pemukiman kumuh dikota-kota besar jika pemerintah tidak mampu
mengelolanya.
Permukiman kumuh (ditepi sungai) akan menimbulkan masalah besar pola
kehidupan masyarakat seperti kemiskinan, lingkungan permukiman yang kotor, dan
prasarana yang terbatas, kesehatan termasuk didalamnya ketersediaan air bersih,
5

pembuangan air, listrik dan kebutuhan sarana lainnya. Karena keterbatasan tersebut,
banyak masyarakat yang memanfaatkan sungai untuk mandi, mencuci, mengambil air dan

juga membuang sampah.
Sedangkan jumlah penduduk terendah di Indonesia pada periode 1990 terletak di
propinsi Bengkulu dengan angka 1.179.122 jiwa, namun pada tahun 2000 meningkat
menjadi 1.567.432, ada peningkatan sebesar 388.310 jiwa selama 10 tahun. Namun karena
banyak terjadi pemekaran di beberapa propinsi maka kabupaten dengan status jumlah
populasi terendah dipegang oleh propinsi Maluku Utara dengan angka sebesar 785.059
orang. Untuk kasus di Maluku Utara, rendahnya populasi penduduk dikarenakan propinsi
tersebut statusnya masih sebagai propinsi baru yang dimekarkan dari propinsi induk Maluku.
Seperti terlihat dari grafik diatas, dalam kurun waktu 1990-2000 sejumlah propinsi
berhasil memisahkan diri dari propinsi induknya, diantaranya adalah Propinsi Maluku Utara
pada tahun 1999 dari Maluku, Bangka Belitung tahun 2000 dari Sumatera Selatan, Banten
tahun 2000 dari Jawa Barat dan terakhir Gorontalo pada tahun 2000 dari Sulawesi Utara.
Kemudian pada dekade 2000-2010 juga ikut memekarkan diri Propinsi Papua Barat pada
tahun 2001 dari propinsi Papua, Kepulauan Riau tahun 2002 dari Propinsi Riau dan
Sulawesi Barat tahun 2004 dari propinsi induk Selawesi Selatan. Sedangkan propinsi yang
berhasil memisahkan diri dari Indonesia adalah Timor Timur pada tahun 1999 dan berada di
bawah PBB hingga merdeka penuh pada tahun 2002. Oleh karena itu jika melihat data
grafik diatas, pada 1990-2000 ada tiga propinsi yang belum memiliki data karena baru terjadi
pemekaran yaitu Propinsi Papua Barat, Kepulauan Riau dan Sulawesi Barat.
Pola Pertumbuhan Penduduk 2000-2010

Pertumbuhan penduduk di Indonesia dapat dilihat dari tiga penilaian. Pertama, Angka
pertumbuhan penduduk tahunan, kedua, tambahan jumlah penduduk tahun 1990-2000.
Ketiga, perkembangan urbanisasi atau mobilisasi (migrasi) penduduk di Indonesia. Dilihat
dari angka pertumbuhan penduduk menunjukkan peningkatan dari 1,44% pada periode
1990-2000 menjadi 1,48% periode 2000-2010. Sedangkan dilihat dari tambahan jumlah
penduduk periode 2000-2010 mencapai 32,5 juta, lebih besar daripada periode 1990-2000
yang hanya 27,5 juta (Timor-Timur diperhitungkan). Selanjutnya dilihat dari urbanisasi
penduduk dapat dilihat dari perkembangan urbanisasi di Indonesia. Pada tahun 1990
presentase penduduk perkotaan hanya 31% dari seluruh penduduk Indonesia. Pada tahun
2000 presentase penduduk bertambah 11% sehinga menjadi 42% penduduk di perkotaan.
Diperkirakan kondisi ini akan semakin meningkat pertumbuhannya pada tahun 2025. Pada
tahun tersebut, penduduk Indonesia kurang lebih 57% adalah penduduk perkotaan,
sementara 43% adalah penduduk perdesaan. Meskipun diterapkan sistem desentralisasi,
pertumbuhan penduduk tetap terkonsentrasi di perkotaan. Sementara itu, menurut Badan
Pusat Statistik, pertumbuhan penduduk di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor;
1.kelahiran (natalitas), 2.kematian (mortalitas), 3.Migrasi (Perpindahan). Dari beberapa
faktor ini terlihat dalam data laju pertumbuhan penduduk menurut provinsi tahun 2000-2010.

6

Sumber: BPS 2010

Berdasarkan data laju pertumbuhan tahun 200-2010 menunjukkan bahwa laju
pertumbuhan provinsi di Indonesia yang menunjukkan laju pertumbuhan tinggi terdapat di
provinsi Papua (5,39%). Sementara laju pertumbuhan penduduk di provinsi yang mengalami
laju pertumbuhan rendah ada di provinsi jawa tengah (0,37%). Adapun laju pertumbuhan
penduduk di provinsi lain menunjukkan presentase yang berbeda-beda. Misalnya saja,
Provinsi Riau dengan laju (3,58%), Bangka Belitung (3,14%), Kepulauan Riau (4,95%) dan
Papua Barat (3,71%). Sedangkan provinsi yang termasuk kategori laju pertumbuhan rendah
antara lain; Sumatera Utara (1,10%), lampung (1,24%), DKI (1,41%), DIY (1,04%), Sulawesi
Utara (1,28%), Jawa Timur (0,76%) dan Gorontalo(0,77%). Perbedaan laju pertumbuhan di
tiap provinsi dipengaruhi beberapa faktor antara lain; kelahiran, kematian, migrasi, emigrasi
dan bencana alam. Keragaman laju pertumbuhan penduduk ini juga dipengaruhi peristiwa
dan kebijakan yang berlaku pada tahun 2000-2010.
Sedangkan kenaikan laju pertumbuhan penduduk dapat dilihat dari perbandingan laju
pertumbuhan penduduk tahun (1999-2000) dan laju pertumbuhan penduduk tahun (20002010). Beberapa provinsi yang mengalami kenaikan laju pertumbuhan penduduk pada tahun
sensus (2000-2010) antara lain; Bangka Belitung (2,17%), Maluku (2,72) dan Kalimantan
Barat (1,38%). Sedangkan provinsi yang mengalami penurunan laju pertumbuhan penduduk
tahun (2000-2010) yaitu provinsi Riau (0,87), NTB (0,65%), Sumatera Selatan (0,54%),
Bengkulu (2,38%) dan Banten (0,43%). Sementara Provinsi hasil pemekaran wilayah
menunjukkan laju pertumbuhan penduduk cukup tinggi yaitu provinsi Papua Barat sebesar
3,71%, Sulawesi Barat sebesar 2,68% dan Kepulauan Riau (4,95%). Adapun rincian
kenaikan laju pertumbuhan penduduk berdasarkan provinsi dapat dilihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kenaikan Laju Pertumbuhan Penduduk, Tahun 1999-2000 Dan 2000-2010.
7

Provinsi

1999-2000

2000-2010

Kenaikan (%)

Aceh

1,46

2,36

0,90

Sumatera Barat

0,63

1,30

0,73

Jambi

1,80

2,56

0,76

Lampung

1,17

1,24

0,07

Bangka Belitung

0,97

3,14

2,17

Jakarta

0,17

1,41

1,24

DIY

0,72

1,04

0,32

Jawa Timur

0,70

0,76

0,06

Bali

1,31

2,15

0,84

NTT

1,64

2,07

0,43

Kalimantan Timur

2,81

3,81

1,00

Gorontalo

1,59

2,26

0,77

Maluku

0,08

2,80

2,72

Maluku Utara

0,48

2,47

0,99

Papua

3,22

5,39

2,17

Papua barat

-

3,71

3,71

Sulawesi Barat

-

2,68

2,68

Kepulauan Riau

-

4,95

4,95

Jumlah

26,51

Sumber: BPS 2010

Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa penurunan laju pertumbuhan
penduduk tahun sensus (1999-2000) ke tahun (2000-2010) paling tinggi berada di provinsi
Bengkulu. Kenaikan laju pertumbuhan ini dipengaruhi oleh faktor mobilisasi penduduk ke
kota yang tinggi dan tingkat kelahiran yang rendah. Sementara penurunan laju pertumbuhan
penduduk paling rendah berada di provinsi Sulawesi tengah. Kondisi penurunan laju
pertumbuhan penduduk yang rendah disebabkan karena adanya pemekaran wilayah dari
provinsi sulawesi tenggara.
Adapun penurunan laju pertumbuhan penduduk Indonesia menurut provinsi dapat
dilihat dalam Tabel 2. Pada tabel tersebut akan dijelaskan tentang penurunan laju
pertumbuhan penduduk di beberapa provinsi dilihat dari sensus penduduk tahun (19992000) ke sensus penduduk tahun (2000-2010). Selain itu dalam tabel ini akan terlihat
penurunan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di beberapa provinsi. Untuk lebih
jelasnya penulis sajikan tabel analisa penurunan laju pertumbuhan penduduk menurut
provinsi di Indonesia tahun 2014. Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa penurunan
laju pertumbuhan penduduk tahun sensus (1999-2000) ke tahun (2000-2010) paling tinggi
berada di provinsi Bengkulu. Kenaikan laju pertumbuhan ini dipengaruhi oleh faktor
mobilisasi penduduk ke kota yang tinggi dan tingkat kelahiran yang rendah. Sementara
penurunan laju pertumbuhan penduduk paling rendah berada di provinsi Sulawesi tengah.
Kondisi penurunan laju pertumbuhan penduduk yang rendah disebabkan karena adanya
pemekaran wilayah dari provinsi sulawesi tenggara.

Tabel 2. Penurunan laju pertumbuhan penduduk, Tahun 1999-2000 dan 2000-2010.
Provinsi

1999-2000

2000-2010

Penurunan (%)

8

Sumatera Utara

1,32

1,10

0,22

Riau

4,35

3,58

0,77

Sumatera Selatan

2,39

1,85

0,54

Bengkulu

2,97

1,67

1,30

Jawa Barat

2,03

1,90

0,13

Jawa Tengah

0,44

0,37

0,07

Banten

3,21

2,78

0,43

Nusa Tenggara Barat

1,31

2,15

0,65

Kalimantan Barat

2,29

0,91

1,38

Kalimantan Tengah

2,99

1,79

1,20

Sulawesi Utara

1,33

1,28

0,30

Sulawesi Selatan

1,49

1,17

0,32

Sulawesi tengah

3,15

2,08

0,02

Jumlah

6,9

Sumber: BPS 2010

Berdasarkan data laju pertumbuhan dari Badan Pusat Statistik Tahun 2014,
menunjukkan bahwa hasil sensus di tahun 2000-2010 menunjukkan laju pertumbuhan
penduduk yang fluktuatif. Hal ini dapat dari kenaikan dan penurunan laju pertumbuhan
penduduk di tahun 2000-2010 menunjukkan beberapa provinsi yang mengalami kenaikan
laju pertumbuhan penduduk dan ada provinsi yang mengalami penurunan laju pertumbuhan
penduduk (lihat Tabel 1 dan 2).
Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Periode 2010-2035
Proyeksi pertumbuhan penduduk merupakan salah satu cara untuk mengambarkan
jumlah penduduk pada kurun waktu tertentu dengan mempertimbangkan asumsi yang
mempengaruhinya seperti kelahiran, kematian dan migrasi. Seperti halnya dengan sensus
penduduk, proyeksi perubahan penduduk memegang peranan penting dalam tujuannya
sebagai sebuah system perencanaan di masa yang akan datang. Laju pertumbuhan
penduduk Indonesia mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat pada tahun
1971-1980 dimana laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebanyak 2,31% pada tahun
1980-1990 turun menjadi 1,98%. Kemudian pada tahun 1990-2000 laju pertumbuhan
penduduk Indonesia menurun 1,49%, lalu pada tahun 2000-2010 tetap 1,49%. BPS
memperoyeksi bahwa laju pertumbuhan peduduk Indonesia pada tahun 2014 menurun
yaitu 1,40%. Penurunan ini diprediksi oleh keberhasilan program yang semakin
digencarkan oleh BKKBN, migrasi keluar yang semakin meningkat, dan kesadaran dari
masyarakat Indonesia untuk mengatur jarak kelahiran.

9

Sumber: BPS 2010

Dari grafik 4 di atas menunjukkan proyeksi pertumbuhan penduduk dari tujuh
pulau di Indonesia sangat beragam. Misalnya di Pulau Sumatera proyeksi pada tahun
2015 adalah 55.27 juta jiwa. Sementara di pulau Jawa menunjukkan proyeksi penduduk
tahun 2015 menunjukkan proyeksi penduduk sebanyak 145.14 juta jiwa. Sedangkan di
Pulau Sulawesi besarnya proyeksi penduduk sebanyak 18.72 juta jiwa. Selain itu di
pulau-pulau lain menunjukkan proyeksi yang berbeda antara lain; Pulau Kalimantan
(15.34 juta jiwa), Bali dan NTB/NTT (14.10 juta jiwa), Maluku (1.84 juta jiwa) dan
terakhir Papua (4.02 juta jiwa).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Studi Kebijakan dan Kependudukan
(PSKK) menunjukkan pertumbuhan rata-rata per tahun penduduk Indonesia selama periode
2010-20135, tampak cenderung menurun. Dalam periode 2010-2015 dan 2030-2035 laju
pertumbuhan penduduk turun dari 1,3 persen menjadi 0,7 persen per tahun. Hal tersebut
tidak berbeda jauh dengan penurunan pertumbuhan penduduk yang diproyeksikan oleh
Bappenas-BPS-UNFPA turun dari 1,3 persen menjadi 0,6 persen dalam periode yang
sama. Sementara itu, pertumbuhan pendudk rata-rata menurut proyeksi dari UN turun 1,2
persen menjadi 0,7 persen (PSKK UGM, 2010). Adapun menurut Data BPS tentang
proyeksi penduduk dari tujuh pulau di Indonesia tahun 2010-2035 dapat dilihat pada
Lampiran 3.

Daftar Pustaka:
BPS (Badan Pusat Statistik). 2010. Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia per Provinsi
(Internet). http://bps.go.id/Subjek/view/id/12#subjekViewTab3|accordion-daftar10

subjek1 Diakses tanggal 10 Maret 2016.
Bunyamin B. LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK RIAU PERLU PERHATIAN INTENSIF
(Internet). Diakses tanggal 14 Maret 2016. http://riau.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?
ArtikelID=1111.
Pasaribu, Maria. 2016. Mobilitas Penduduk Lampung. Diakses tanggal 10 Maret 2016.
http://www.academia.edu/9291947/mobilitas_penduduk_lampung
PSKK UGM. 2010. Ringkasan Eksekutif: Proyeksi Penduduk dan Kebutuhan Pangan
Indonesia. Diunduh tangaal 14 Maret 2016. cpps.ugm.ac.id/content/ringkasaneksekutif-proyeksi-penduduk-indonesia-2010-2035-oleh-pskk-ugm
Rusli, Said. 2014. Pengantar Ilmu Kependudukan (edisi revisi). Jakarta: LP3ES.
Tjondronegoro,SMP.1992. Ilmu Kependudukan: Suatu Kumpulan Bacaan. Jakarta:
Lembaga Studi Pembangunan bekerjasama dengan Erlangga.

Lampiran 1. Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Provinsi
Provinsi

1971-1980

Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun
1980-1990
1990-2000
2000-2010

2010-2014 2

Aceh

2.93

2.72

1.46

2.36 1

2.06

Sumatera Utara

2.60

2.06

1.32

1.10

1.39

Sumatera Barat

2.21

1.62

0.63

1.34

1.34

Riau

3.11

4.30

4.35

3.58

2.64

11

Jambi

4.07

3.40

1.84

2.56

1.85

Sumatera Selatan

3.32

3.15

2.39

1.85

1.50

Bengkulu

4.39

4.38

2.97

1.67

1.74

Lampung

5.77

2.67

1.17

1.24

1.26

Kepulauan Bangka Belitung

-

-

0.97

3.14

2.23

Kepulauan Riau

-

-

-

4.95

3.16

DKI Jakarta

3.93

2.42

0.17

1.41

1.11

Jawa Barat

2.66

2.57

2.03

1.90

1.58

Jawa Tengah

1.64

1.18

0.94

0.37

0.82

DI Yogyakarta

1.10

0.57

0.72

1.04

1.20

Jawa Timur

1.49

1.08

0.70

0.76

0.69

Banten

-

-

3.21

2.78

2.30

Bali

1.69

1.18

1.31

2.15

1.24

Nusa Tenggara Barat

2.36

2.15

1.82

1.17

1.40

Nusa Tenggara Timur

1.95

1.79

1.64

2.07

1.71

Kalimantan Barat

2.31

2.65

2.29

0.91

1.68

Kalimantan Tengah

3.43

3.88

2.99

1.79

2.38

Kalimantan Selatan

2.16

2.32

1.45

1.99

1.87

Kalimantan Timur

5.73

4.42

2.81

3.81

2.64 3

Sulawesi Utara

2.31

1.60

1.33

1.28

1.17

Sulawesi Tengah

3.86

2.87

2.57

1.95

1.71

Sulawesi Selatan

1.74

1.42

1.49

1.17

1.13

Sulawesi Tenggara

3.09

3.66

3.15

2.08

2.20

-

-

1.59

2.26

1.65

Gorontalo
Sulawesi Barat

-

-

-

2.68

1.95

2.88

2.79

0.08

2.80

1.82

Maluku Utara

-

-

0.48

2.47

2.21

Papua Barat

-

-

-

3.71

2.65

Papua

2.67

3.46

3.22

5.39

1.99

INDONESIA

2.31

1.98

1.49

1.49

1.40

Maluku

Catatan:
Tidak Termasuk Timor Timur
1
Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per tahun 2000–2010 untuk Aceh dihitung dengan menggunakan data Sensus
Penduduk Aceh Nias (SPAN) 2005 dan SP2010
2

Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (Pertengahan tahun/Juni)

3

Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk per tahun 2010–2014 untuk Kalimantan Timur merupakan gabungan antara
Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara

12

Lampiran 2. Migrasi Masuk Per Provinsi, Tahun 1971-2010.
No.

Provinsi

1.
ACEH
2.
SUMATERA UTARA
3.
SUMATERA BARAT
4.
RIAU
5.
JAMBI
6.
SUMATERA SELATAN
7.
BENGKULU
8.
LAMPUNG
9.
KEP. BANGKA BELITUNG
10.
KEP. RIAU
11.
DKI JAKARTA
12.
JAWA BARAT
13.
JAWA TENGAH
14.
DI YOGYAKARTA
15.
JAWA TIMUR
16.
BANTEN
17.
BALI
18.
NUSA TENGGARA BARAT
19.
NUSA TENGGARA TIMUR
20.
KALIMANTAN BARAT
21.
KALIMANTAN TENGAH
22.
KALIMANTAN SELATAN
23.
KALIMANTAN TIMUR
24.
KALIMANTAN UTARA
25.
SULAWESI UTARA
26.
SULAWESI TENGAH
27.
SULAWESI SELATAN
28.
SULAWESI TENGGARA
29.
GORONTALO
30.
SULAWESI BARAT
31.
MALUKU
32.
MALUKU UTARA
33.
PAPUA BARAT
34.
PAPUA
Sumber: BPS 2010

1971
-3929
359079
-236065
175498
132554
134815
11627
973822
1689618
-809427
-1537693
-165729
-451900
-34314
21353
-13183
-10767
38721
-16972
17134
-10481
17046
-170315
-4747
6917
27474

1980
30297
153204
-424092
269732
251215
284721
83766
1735389
2198600
-484177
-2877168
-73080
-1131902
-52557
11594
-4920
39886
117171
-24144
262904
-29771
153112
-392741
16070
65384
80520

1985
40317
-77730
-421342
221654
294767
207860
80442
1749109
2485757
-293140
-2774977
-427065
-1255618
-105114
19376
-15991
12518
102381
-13283
336303
-75323
138810
-409386
91407
35731
131261

Migrasi Masuk (Orang)
1990
1995
69146
47067
-310441
-473001
-425112
-576648
561364
714828
396135
370591
493433
458821
204901
265318
1563338
1650867
2117981
1782099
656747
1723484
-4008673
-4341844
-241715
-514434
-1903946
-2070394
-96680
-72247
-27308
-32034
-51283
-60710
83094
123783
193492
267580
72809
76360
541016
652463
-64370
-142156
239087
303816
-416682
-488046
129929
134738
91374
24750
232087
226920

2000
-144148
-888875
-692799
995182
416777
461203
281658
1099470
-25693
375309
1705308
1225603
-4646151
-399037
-2281707
1282968
-29002
-37941
-50549
115102
369723
104729
765616
-4235
295171
-631561
271628
-86162
31098
-81526
17122
102004
183187

2005
-866785
-620858
1127824
416676
328179
228623
1149069
-4094
533199
1291531
1780269
-4797364
-347348
-2559495
1286578
1944
-42624
-71662
106449
306116
102796
893238
-468
282825
-706688
218464
-61204
80318
-97271
16345
137417
245868

2010
-50641
-1776293
-807179
1597457
557772
238751
236758
750120
92326
716322
1077434
2710927
-5926926
-339155
-2938708
2213763
137676
-81411
-83915
66247
433802
174855
1159900
-11635
330597
-1045326
270409
-52473
82506
-88815
44868
201241
348228

13

Lampiran 3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Indonesia per Pulau pada tahun 2014-2035
(Sumber. BPS, 2010)

14