BAB I PENDAHULUAN Apa itu Peradaban Isal

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sains merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu untuk menghadapi zaman yang
sarat dengan persaingan ini, tak terkecuali kaum muslimin. Karena dengan sains, seseorang bisa
dihormati dan diakui keberadaannya oleh masyarakat. Selain itu, sains juga menjadi salah satu
indikator kemajuan suatu bangsa, karena pada dasarnya semua bidang kehidupan memerlukan
sains.
Dari sinilah, untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, kita kaum muslimin
harus berusaha mempelajari dan menguasai sains. Tapi, disisi lain, kita juga tidak diperbolehkan
untuk melanggar ajaran Islam yang telah disempurnakan oleh Allah SWT. Karena pada
hakikatnya, semua yang ada di alam semesta ini akan kembali kepadaNya, bahkan sebenarnya
sains dan berbagai ilmu lainnya telah terkandung di dalam kalamNya, al-Qur’an.
Hal-hal itu kita lakukan dengan tujuan agar Islam bisa menjaga persaingan dengan
negara-negara Barat, yang notabennya adalah penguasa sains masa kini. Disamping itu, dengan
mentaati ajaran Allah, maka kita akan selalu mendapatkan perlindungan dan ridhaNya.
B. Rumusan Masalah
A.

Apa itu Peradaban Isalam Sebelum ?


B.

Bagaimana islam Pada Masa Rasulullah SAW.?

C.

Bagaimana Islam Dan Dunia Islam?

C. Tujuan
A.

Untuk mengetahui bagaimana Perdaban Islam Sebelum.

B.

Untuk mengetahui bagaimana Islam Pada Masa Rasulullah.

C.

Agar mengetahui bagaimana Islam Dan Dunia Islam.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Peradaban Isalam sebelum
Secara Kronologis, Islam merupakan agama yang datang terakhir dari semua agama
besar lainnya; kira-kira enam abad setelah agama Kristen, dimana ide-ide Kristen dapat
ditemukan di dalamnya. Dalam pandangan Islam, agama Semitik hadir untuk merangkul umat
manusia dan menyempurnakan ajaran dari takdir agama Yahudi yang gagal didasari hingga
akhirnya bertransformasi menjadi agama Kristen. Agama semitik tidaklah bertransformasi
melainkan memasuki karakternya yangkaku dan tak kenal kompromi ke dalam agama universal.
Islam muncul dan mengawali penaklukannya secara tiba-tiba dan bahkan, menurut
beberapa ilmuan, orang-orang Arab menyebut periode sebelum Islam ini sebagai “Zaman
Jahiliyah”; pada periode ini mereka menganggap behwa ras mereka tidak memiliki sejarah.
Setelah Islam muncul, agama ini membersihkan semua yang telah terjadi dan dimulailah dunia
baru.
1. Arabia Sebelum Muhammad SAW.
Sebelum Muhammad Saw datang, bangsa Arab yang tinggal di tengah semenanjung
bukanlah sebuah bangsa melainkan sekumpulan suku yang sebagian besar nomaden dan sisanya
tinggal di kota-kota serta disatukan oleh bahasa, kebiasaan, dan tradisi serta tidak memiliki
pemerintah pusat. Ikatan terkuat antar mereka adalah ikatan darah, jika ada salah satu anggota

terbunuh, maka anggota suku yang lain akan melakukan balas dendam dan berlangsung begitu
seterusnya tanpa henti tanah tersebut di isi dangan serangkaian pertumpahan darah.
Sejarah awal kota Mekkah masih gelap, sebelum kebangunan islam kota Mekkah dihuni
oleh suku Quraish dari Arab utara, saudagar-saudagar Quraish mempunyai perjanjian
pedagangan dengan penguasa-penguasa di Byzantium. Negeri-negeri perbatasan persi dan
memimpin perdagangan yang semakin maju, dua kali dalam setahun mereka mengirimkan
kafilah-kafilah dagang ke utara dan selatan para kafilah-kafilah dagang kecil juga dikirimpada
kesempatan-kesempatan yang lain dalam tahun itu, penduduk kota mekkah memiliki bebagai
suku bangsa elemen sentral dan yang berkuasa terkenal dengan sebutan Quraish dalam, terdiri
dari sekelompok saudagar bisnis yang aristokratis, banker-bankir dan pedagang-pedagang, dan
took-tokoh yang sebenarnya berkuasa terhadap pedagang transito. Mereka adalah Quraish dalam

yaitu sejumlah penduduk yang lebih kecil, terdiri dari pedagang-pedagang, pemukimanpemukiman yang lebih muda dan statusnya lebih rendah. Dan diluar kota Mekkah ada Qusaish
Arab yaitu suku Badui yang hidup tergantung pada situasi dan kondisi.
2. Agama Lama Sebelum Islam
Secara umum telah dikatakan bahwa sebelum Islam datang, bangsa Arab tidaklah
beragama. Masyarakatnya bertahan dengan tempo dulu yang cenderung hura-hura dan jauh
berbeda dengan periode baru, Agama yang ada di negeri itu sebelum masa Islam berada dalam
kondisi merosot. Agama bangsa Arab didasari pad aide-ide dan praktik terutama dari arab yang
memiliki karakter Agama Semitik seperti yang kita kenal. Setiap suku memiliki Tuhan yang

dianggap sebagai yang Maha Besar, Maha Menguasai, dan menjadi tujuan dari upacara komuni
yang mereka lakukan, terkadang Tuhan direpresentasikan oleh pohon; sebidang tanah yang subur
menjadi milik-Nya, dimana tanaman dan binatang yang ada didalamnya dianggap suci dan
pertemuan Religius dapat diselenggarakan dimanapun. Tuhan orang Arab yang tertua dan
terbesar adalah Allat atau Alilat seperti Tuhan perempuan yang ditemukan di semua Agam
Semitik Primitif, ia adalah sososk yang agung dan berwibawa.
Selain apa yang sudah disampaikan di atas, orang Arab pada saat itu juga mempercayai
adanya jin, sosok mahluk halus tetapi bukan Tuhan, karena tuhan bersemayam di atas Langit
sedangkan jin tersebar di beberapa tempat di muka bumi. Mereka menghuni gurun dan keluar
pada malam hari, namun belum ada kepastian tentang apa yang sebenarnya mereka lakukan,
dalam hal ilmu Ghaib Arab, kabar baik dibawa oleh burung, mimpi atau penampakan lainyang
sulit di ungkapkan. Kepercayaan orang Arab terhadap kehidupan setelah kematian bersifat
samar. Mereka menghidangkan makanan untuk orang yang sudah meninggal dunia yang mereka
anggap masih ada, namun anehnya mereka menyadari bahwa kebiasaan itu tidak memiliki
manfaat apa pun.
B. Pada Masa Rasulullah SAW.
1. Awal Kehidupan Muhammad Saw.
Muhammad Saw. Lahir sekitar tahun 570 M dari keluarga yang merupakan bagian dari
suku Quraish di Mekkah, sebuah suku yang sangat kuat, memiliki kabilah dagang besar hingga
syiria dan menjadi penjaga tempat suci yang merupakan titik pusat Agama Jazirah Arab, ia

mendiami Mekkah sejak lahir hingga Islam bangkit di negeri tersebut. Muhammad telah menjadi
anak yatim sejak lahir, yang kemudian ia diasuh oleh kerabatnya yang baik namun miskin

dengan usia yang sangat belia Muhammad sudah mengembala domba. Ketika dewasa,
Muhammad mulai bekerja kepada seorang janda kaya bernama Khadijah. Pekerjaannya adalah
melakukan perjalanan hingga Syria dan palestina, pada usia 25 tahun ia menikahi Khadijah yang
15 tahun lebih tua darinya dan dikaruniai anak. Beberapa tahun setelah pernikahannya, ia mulai
berfikir secara mendalam tentang Agama. Ia melakukan kontak terang-terangan dengan kaum
Hanif, agama kaum Hanif dianggap mewakili mereka adalah agama monoteisme yakni
penyembahan kepada satu Tuhan seperti yang dibawa oleh Ibrahim, penyembahan kepada satu
Tuhan merupakan esensi Agama ini.
2. Impresi Religius Muhammad Saw.
Muhammad salah satu bagian dari kehidupannya juga mengasingkan diri atau memilih
menjaauhkan diri dari masyarakat untuk melakukan meditasi. Muhammad adalah seorang yang
hanif , ia adalah sosok yang telah menyerahkan diri sepenuh jiwa kepaada yang Maha
berkehendak dan yang Memberi petunjuk. Selain itu ia memiliki tabiat yang aneh, yakni kondisi
gejolak jiwa yang menyerangnya dari dalam sehingga membuatnya bisa mendengar kata-kata
(Wahyu) yang dirujukan kepadanya melalui sososk dari langit.
3. Pewahyuan
Setelah Muhammad berusia 40 tahun saat pemikirannya yang sebelumnya terpendam

meledak keluar, hal ini terjadi seiring kedatangan wahyu kepadanya. Tatkala ia tidur di Gua Hira
pada suatu malam di pertapaanya, dimintanya memegang sebuah gulungan dan membaca isinya.
Sedangkan saat itu Muhammad tidak terlatih dalam hal membaca, kemudian malaikat
mendesaknya sehingga ia mampu membacanya. Yang ia baca bagian dari Al Quran yang
diwahyukan untuk pertama kalinya.
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakab, di telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Maha Mulia, yang
mengajarkan (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa tidak diketahuinya”. (QS.
Al-‘Alaq [1-5]
Inilah yang disebut wahyu, Allah menurunkan wahyu yang tertulis di dalam Kitab Langit
untuk di ajarkan kepada seluruh umat manusia. Dari situlah risalah Nubuat Muhammad pun
dimulai, lal, wahyu keduapun turun :
Arinya: “Bangunlah lalu beri peringatan! Dan Tuhanmu, agungkanlah. Dan pakaianmu
bersihkanlah. Dan perbuatan dosa tinggalkanlah. Dan jangan kamu memberi (dengan maksud)

memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi) perintah Tuhanmu,
bersabarlah”. (QS. Al-Muddatsir [1-7]
Selanjutnya wahyu turun secara beruntun, Muhammad semakin yakin tentang turunnya
wahyu kepadanya, pendiriannya menjadi kokoh tanpa adanya keraguan, sedangkan saudara
sebangsanya menganggap Muhammad gila dan kerasukan makhluk halus.

4. Dakwah Muhammad Saw.
Pertama-tama, Muhammad mendakwahkan kepercayaan barunya kepada kerabat
dekatnya, kepercayaan yang ia sampaikan sebenarnya bukan sesuatu yang baru karena
kepercayaan itu juga pernah didakwahkan oleh Ibrahim. Dalam hal ini, Muhammad tidak merasa
telah mendirikan sebuah agama baru. Selang beberapa lama, turunlah wahyu yang
memerintahkan Muhammad untuk berdakwah secara terang-terangan dan ia pun melakukannya
namun di tolak oleh orang-orang Mekkah. Dakwah sang Nabi mendapat perlawanan sangat keras
dan ia pun melakukan perlawanan kepada para penganut kepercayaan popular sebagai balasan
dari perlakuan buruk yang mereka lakukan kepada Nabi dan pengikutnya.
5. Hijrah ke Madinah
Keputusan Muhammad untuk meninggalkakn Mekkah terjadi pad saat situasi saat sedang
genting dan penuh cobaan, Khadijah istri yang amat dipercaya dan sekaligus pelindung
terkuatnya meninggal dunia. Perlakuan tidak terpuji di Mekkah mebuat Muahammad berpikir
untuk melakukan dakwah ditempat yang baru, pertama kalinya ke Ta’if tidak berhasil.
Di Mekkah ia adalah pendakwah yang teraniaya penuh perjuangan dan mengalami
kegagalan, perpindahan lokasi dakwah ke Madinah dengan pertimbangan yang matang.
Muhammad kemudian melakukan dakwahnya selama satu tahun di Madinah dan menuai
kesuksesan, di Madinah ia menjadi sosok yang kuat didalam sebuah negeri persemakmuran,
mengatur layanan keagamaan dan memberi sentuhan baru pada masyarakat. Muhammad sebagai
nabi merupakn satu-satunya organ dan administrator, ia mempunyai kemampuan sempurna.

6. Penaklukan kota Mekkah
Selain memberi kaumnya kiblat yang baru dan mengajak mereka untuk menghadap
wajah kearah Mekkah ketika sholat, Muhammad juga mendeklarasikan Mekkah sebagai ibu kota
agama di Jazirah Arab. Sekian tahun terjadi perang antara orang Madinah; dalam perang Badar
(623 M), pasukan muslim yang dipimpin oleh Nabi Muhammad berhasil mengalahkan suku
Quraish, selanjutnya Muhammad memanfaatkan bulan suci untuk melakukan haji ke Mekkah

setelah menundanya selama 6 tahun (628 M). Manakala kekuatan Muhammad semakin besar di
wilayah Jazirah Arab sehingga orang Mekkah merasa tidak mampu lagi untuk menghalangi
Muhammad, pada tahun 630 M, ia memasuki Mekkah dengan membawa pasukan yang besar
yang membuat gentar lawannya dan akhirnya Mekkah pun behasil ditaklukkan. Dari
penaklukkan tersebut, Mekkah memegang peran baru dimana Muhammad sang pemimpin agama
yang lurus memegang tampuk kekuasaan setelah pasca penaklukkan kota Mekkah.
7. Nabi Muhammad dan Kebangunan Islam
Dalam sebuah risalah tentang Nabi Muhammad SAW. Dan asal-usul agama Islam, bahwa
tidak sebagaimana agama-agama lain yang dibuai dalam misteri, agama Islam telah lahir dalam
sejarah yang terang benderang. Kehidupan Nabi sebagai seorang muslim, ketika timbul masalah
tentang cara memerintah secara memerintah kerajaan yang amat luas, setiap orang Arab
dihadapkan berbagai jenis kesulitan yang tidak pernah muncul disepanjang masa hidup Nabi,
hal-hal penting telah tersurat tidak hanya dalam Al Qur’an kalimat Allah sendiri, tetapi juga

dalam tingkah laku dan ucapan Nabi sepanjang hidupnya, pemeliharaan didalam hadits yang
diuji kebenarannya oleh serangkaian ahli-ahli dalm bentuk kalimat ‘saya denagar melalui…..
Yang telah mendengar dari…..yang telah mendengar pula dari…..yang telah mendengar Nabi
berkata :’Dalam beberapa generasi setelah Nabi wafat, banyak sekali hadits-hadits telah terbit
mencakup setiap kehidupan dan pandangan beliau.
C. Islam dan Dunia Islam
Kebanyakan umat Islam mempercayai bahawa Nabi Muhammad mempunyai berbagai
mukjizat yang dianugerahkan oleh Allah Azza Wa Jalla. Hakikatnya, satu-satunya mukjizat yang
nyata dihadapan umat manusia ialah Al Quran. Jika para Nabi sebelum Nabi Muhammad, Allah
Jalla telah mengkurniakan berbagai mukjizat, sebaliknya Allah Jalla mengkurniakan Nabi
Muhammad sebuah kitab agung yakni Al Quran. Hal ini kerana Al Quran itu terpelihara dan
dilindungi kalamnya oleh Allah Azza Wa Jalla sendiri sehinggalah dunia mengalami kehancuran.
“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Qur'an yang mulia, yang terpelihara dalam
Lauh Mahfuzh” (85: 21-22).
Maka tidak hairanlah jika sarjana Islam, Muhammad Iqbal mengakui bahawa era Nabi
Muhammad sebagai bermulanya zaman saintifik. Hal ini berbeda dengan kebanyakan sarjana
yang mengiktiraf bahawa era saintifik dimulakan oleh tamadun Eropa khususnya tamadun

Yunani. Walhal, fakta sejarah menjelaskan bahawa kaedah penyelidikan saintifik, penyiasatan,
pemerhatian dan pengumpulan data yang terperinci itu dipinjam daripada tamadun Islam sendiri.

Sebaliknya, sebelum kedatangan tamadun Islam, tamadun Yunani hanyalah memahami sistem,
kesimpulan umum, dan kebanyakkannya adalah teori semata-mata. Hal ini dijelaskan sendiri
oleh Robert Briffault dalam karyanya The Making Of Humanity (1919) menyatakan
keberhutangan tamadun Eropah terhadap tamadun Islam-Arab. Oleh itu, mukjizat yakni Al
Quran ini sama sekali menolak perkara-perkara tahyul dan khurafat yang berlaku pada tamadun
Arab. Sebaliknya dalam ayat-ayat Al Quran sendiri mengajar umat Islam supaya berfikir secara
kritis dan kritikal dalam memahami kehendak-kehendak zaman.
Perkara ini direkodkan dalam dua bukti; pertama, dalam perjalanan sejarah; kedua, dalam ayatayat Quran. Dalam ayat-ayat Quran mengajar umat Islam supaya melakukan kaedah
penyelidikan sama ada dalam bentuk umum atau khusus. Sepertimana dalam Surah Al Isra:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu

akan diminta

pertanggungan jawabnya”. (17: 36)
Ayat ini jelas menunjukkan bahawa pengajaran umat Islam supaya tidak bertindak secara melulu
tanpa asas pengetahuan yang kukuh. Jika tidak mengetahui sesuatu perkara maka lakukan
penyiasatan. Bahkan, Al Quran juga telah mengajar umat Islam supaya melakukan penyiasatan
yang kritikal sama ada dengan menggunakan panca indera yang dianugerahkan oleh Allah Jalla.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk kebanyakan dari jin dan manusia, mereka

mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami dan mereka mempunyai
mata tidak dipergunakannya untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga tidak
dipergunakannya untuk mendengar (7: 179).
Maka, dengan dua ayat ini (ulangan: terdapat banyak lagi ayat-ayat lain) jelas
menunjukkan bahawa Al Quran ini merupakan kalam pengetahuan manusia. Hal ini kerana
hanya melalui mukjizat Muhammad ini sahajalah yang mampu merangkai pemikiran manusia
supaya menjadi lebih saintifik dan tidak terburu-buru dengan teori yang mengharu birukan umat
manusia. Bahkan ia juga mengajar supaya manusia menjadi cermat dan berhati-hati dalam
menyampaikan sesuatu pengetahun kepada manusia yang lain. Secara tidak langsung, mukjizat
ini menyeru umat manusia supaya mempunyai leluhur dalam pengetahuan dan menjadi sebuah
generasi yang saintifik sama ada dari sudut nilai ekstrinsik dan nilai intristik.

A. Islam Dan Isu Gender
Sekarang muncul perdebatan yang sengit berkaitan dengan keinginan
sekolompok masyarakat muslim yang ingin menegakkan syariat Islam.
Bukan hanya antara muslim dan non muslim, perdebatan tersebut ternyata
juga terjadi antara sesama kaum muslim, yaitu antara kelompok liberal dan
fundamental. Salah satu isu yang muncul adalah masalah posisi wanita,
disamping berbagai perdebatan dalam aspek yang lain. Tidak ada penolakan
bahwa dunia Internasional sepakat telah terjadi pelanggaran terhadap hakhak wanita. Hanya saja, ada sesuatu yang lebih rumit terkait pandangan
agama dalam memposisikan wanita, terutama antara kelompok liberal dan
fundamental.
Wanita di thaliban digambarkan dirampas hak-hak sosialnya, mereka
tidak boleh bekerja di sektor umum, dihilangkan hak pendidikan di sekolah,
dll. Apalagi ketika wanita diminta untuk menutup seluruh anggota tubuhnya
(dengan burka) sehingga wajah dan seluruh anggota tubuh yang lain
menjadi aurat. Saudi arabiah, dinilai tidak kalah besarnya melanggar hakhak wanita karena wanita dibatasi dalam pendidikan, bekerja dan beberapa
tempat publik lainnya. Wanita bahkan juga tidak diijinkan mengendarai mobil
sendiri. Masalah pakaian juga dengan ketat diatur. Masalah parlemen di
Saudi yang beranggotakan 120 orang diputuskan tanpa melalui pemilu, dan
tidak ada satu pun dari mereka yang berasal dari kaum wanita. Juga tidak
ada satu organisasi pun tentang wanita yang ada di Saudi. Singkat cerita,
Islam dalam pandangan dunia barat dan kelompok liberal (moderat) adalah
agama yang tidak memberikan kesempatan dalam menghargai wanita, atau
dipahami secara parsial. Beberapa pendapat yang muncul misalnya dari
Courtney W howland yang mengatakan bahwa, ”Fundamentalisme agama
menjadi sumber masalah serius dalam persamaan wanita!”. Pertanyaanya
adalah benarkah Islam tidak menghargai hak-hak wanita?
Pandangan Islam Tentang Wanita
Islam datang di tengah kaum Qurais dengan kondisi wanita yang
tidak dihargai. Satu wanita bisa diperbudak oleh banyak laki-laki. Orang

tua juga malu jika mempunyai anak perempuan, sampai tega mengubur
mereka hidup-hidup. Anak perempuan dinilai tidak menjadi kebanggaan
dalam keluarga. Dan islam membawa semangat persamaan antara lakilaki dan perempuan dalam hal ketaqwaan dihadapan Allah, tidak untuk
semua peran yang mereka miliki. Laki-laki dan wanita secara kodrat
memang diciptakan dalam keadaan yang berbeda.
Bukti ayat alquran yang menyamakan wanita dan laki-laki misalnya,
’wahai manusia, kami telah menciptakan kamu dari satu jiwa menjadi
laki-laki dan wanita, dan menjadikan kamu bersuku-suku bangsa, agar
kamu saling mengenal satu sama lain”.(QS;49 ayat 13). Atau dalam ayat,
”tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya”. (QS. Al
Mudatsir: 38). Dan banyak ayat-ayat lain, terutama dengan sebutan
wahai orang-orang yang beriman, yang berarti seruan baik kepada lakilaki maupun wanita.
Hanya saja dalam implementasinya, ada beberapa kelompok dalam
Islam yang berbeda pendapat tentang human right wanita, yaitu:
1. Pendekatan sekuler
Kelompok ini ingin menegakkan penilaian tentang human right
wanita sesuai dengan yang berlangsung di negara-negara modern,
dengan pendekatan logis. Hanya saja mereka mempunyai masalah,
yaitu;pertama, negara islam sangat peka untuk menolak sesuatu yang
digunakan dengan pendekatan di luar Islam, kedua, akan berbenturan
dengan pemahaman kelompok konservatif dalam memahami Al-quran,
dan ketiga, mayoritas muslim ingin hidup dengan standar agama Islam,
bukan hukum logis.
2. HAM tidak sesuai Islam
Kelompok ini berkeyakinan bahwa hukum Internasional sekarang ini
sebagaimana yang diinginkan oleh kelompok sekuler sudah didominasi
oleh cara berfkir barat, baik isi maupun sistem. Oleh karena itu
diperlukan sistem dan pendekatan yang berbeda dengan apa yang
dilakukan oleh barat. Dua kritik yang disampaikan barat terhadap

kelompok ini antaralain berkenaan dengan hukum yang dinilai sangat God
persfektif dan tidak aplicable untuk manusia, dan kedua adalah masalah
pola hukum yang statis, yang menurut mereka tidak sesuai dengan
kehidupan manusia yang dinamis.
3. Merekonsiliasi
Mereka menilai bahwa Islam secara hukum banyak mempunyai
persamaan dengan hukum barat, pada beberapa hal yang berbeda
hendaknya dilakukan rekonsiliasi pemaknaan. Oleh karena itu diperlukan
adanya dialog antarperadaban dan pengukuran terhadap pilihan hukum
berdasarkan

kemanfaatan

bersama.

Pendekatan

ini

lagi-lagi

sulit

diterapkan karena mayoritas muslim hanya mau menerima barat dari segi
kemajuan teknologinya saja, tidak dalam hal budaya.
4. Pendekatan interpretasi
Kelompok

ini

pada

awalnya

mengesankan

diri

tidak

memperdebatkan antara Alquran dan hukum internasional, hanya saja
mereka bergerak dari keyakinan bahwa Islam pasti sesuai dengan
perkembangan zaman. Oleh karena itu, ketika muncul persoalan, ukuran
yang digunakan adalah upaya melakukan interpretasi terhadap teks-teks
quran yang literal.
Dalam kelompok ini, salah satu pemikir yang muncul adalah Aminah
Wadud yang membagi pendekatan dengan tiga kelompok, yaitu; tradisional,
reaktif, dan holistik. Kelompok pertama sangat tekstual dan memahami
Alquran secara linear, yang reaktif hanya menilai wanita dari segi persoalan
baru dikembalikan kepada teks. Itulah yang menyebabkannya menawarkan
konsep holistik yang menurutnya harus didasarkan pada konteks, konteks
ayat-ayat yang sama, masalah persamaan bahasa, melihat prinsip-prinsip Al
Quran dan menyesuaikan dengan pandangan dunia (world view). Atau
sederhananya

dilihat

dari

segi

waktu

(abad

ketujuh),

dari

budaya

masyarakat arab dan konteks ayat. Apalagi realita sekarang menunjukkan
bahwa banyak wanita yang lebih berprestasi dibandingkan laki-laki, atau

mungkin

karena

persoalan

lain

misalnya

keluarga

yang

mempunyai

persoalan ekonomi, misalnya karena gaji suami yang terlalu kecil dan
kebutuhan yang semakin banyak. Atau bahkan suami tidak lagi mampu
bekerja. Pada kondisi seperti ini, tentu saja konsekuensinya secara logika
juga harus berkaitan dengan masalah pembagian harta warisan.
B. Persoalan Islam dan Demokrasi
HAM adalah hak dasar manusia yang diberikan oleh Allah sebelum
manusia ada sekalipun. Dalam Islam, karena manusia merupakan khalifah
Allah, maka hak mereka diatur oleh Allah melalui wahyu. Sementara dalam
bahasa arab, hak berasal dari kata haqq yang jamaknya huquk, yang berarti
terciptanya fakta, kebenaran, keadilan, dan persamaan. Beberapa ulama
seperti imam shalabi mengatakan bahwa haq artinya sesuatu yang sesuai
dengan kebenaran. Dalam islam, hak asazi didasarkan atas karamah,
kebebasan (hurruriyah), humanisme (insaniah), persamaan (musawah),
kemanfaatan

(insaniah),

pertanggungjawaban

(mas’uliah),

kerjasama

(ta’awun), dan keadilan (justice). HAM dalam islam juga berkaitan dengan
masalah hukum. Dalam hal ini, hukum Islam meliputi syariah yang berasal
wahyu (alquran dan hadist) dan fkh (yang bermakna pemahaman dan
interprestasi terhadap wahyu). Tentu saja berarti dalam fkih akan sangat
erat kaitannya dengan penggunaan akal manusia.
Pembenaran tentang kebenaran penggunaan akal ini sebagaimana
dalam hadits ketika muadz bin jabal akan dikirim ke Yaman, beliau ditanya
oleh rasul tentang cara memutuskan persoalan yang tidak ditemukan dari
Alquran dan sunnah, kemudian beliau menjawab dengan ijtihad, maka rasul
membenarkan. Ijtihad dalam hal ini meliputi ijma’ dan qiyas. Persoalannya
seberapa besar pengaruh akal. Disinilah pentingnya pembagian agama
dalam kajian ibadah dan mua’amalah. Ibadah adalah hubungan antara
makhluk dengan Allah, dan tidak ada perubahan dalam hukumnya. Otak
harus total menerima. Sementara dalam kaitan hubungan antarsesama

manusia (mu’amalah), diberikan kebebasan menggunakan otak selama tidak
bertentangan dengan persoalan syariah.
Para pemikir islam seperti Al-Ghozali mengatakan bahwa islam sangat
dekat dengan konsep hak asazi manusia. Bahkan lebih detil dari pemikiran
orang barat, dalam islam diatur hubungan seseorang dengan keluarga,
orang tua, anak, dengan tetangganya, dan beberapa hak sosial dan politik
lainnya, seperti hubungan dengan pemimpin. Setiap orang hidupnya
dilindungi, punya hak untuk mempunyai rumah dan fasilitas lainnya, serta
bebas dalam berekspresi dan berpendapat. Hanya saja dalam Islam, karena
hukum tertinggi adalah Al-quran dan sunnah, apapun yang berkenaan
dengan hak dibatasi oleh dua pedoman tersebut. Islam lahir di tengah
masyarakat yang sangat bebas.Dalam perkembangannya, banyak orangorang badui yang hidup dalam peperangan juga memeluk Islam. Mereka juga
tidak punya tempat menetap yang pasti. Satu hal lagi yang perlu dicatat,
bahwa dimasa rasulullah, ashobiyah (sikap fanatik/berlebih-lebihan terhadap
kelompok) sangat kuat.
Ketika datang, Islam menawarkan satu konsep baru yang bernama
persamaan ketika seseorang sudah menjadi muslim. Tidak ada satu kaum
yang lebih muliah dibandingkan dengan lainnya, kecuali karena ukuran
ketakwaan. Dengan konsep ini, orang-orang badui kemudian merasa
dihargai hak-haknya oleh Islam. Hak manusia pada dasarnya dibedakan
menjadi dua, yaitu hak pribadi dan hak yang menyangkut publik. Perbedaan
keduanya terletak pada penekanan untuk apa hak tersebut ada, dominan
pada kepentingan pribadi atau publik.
Beberapa hal yang lebih dominan berkenaan dengan individu disebut
sebagai hak pribadi, antaralain meliputi:
1. hak hidup – dalam islam dijelaskan bahwa janganlah kamu membunuh
satu

orang

satu

manusia

tanpa

alasan

yang

benar,

karena

sesungguhnya hal itu sama dengan membunuh semua manusia. Tapi
jika kamu melindungi kehidupan seorang manusia saja, itu sama
artinya dengan melindungi kehidupan semua manusia. Atau dalam

Alquran ayat yang lain dikatakan jangan kamu membunuh orang-orang
yang

tidak

dibolehkan

kamu

membunuhnya,

kecuali

kamu

diperintahkan.
2. hak keamanan – jaminan keamanan baik muslim maupun kafr dzimmi
3. hak untuk dihargai – perintah saling menghargai
4. hak persamaan – tidak ada yang lebih mulia dari orang arab atau
bukan arab kecuali karena ukuran ketaqwaan. Semua manusia pada
hakikatnya adalah khalifah Allah di muka bumi ini.
5. hak persaudaraan – sesama orang beriman adalah bersaudara
6. hak keadilan – seorang pemimpin haruslah seorang yang adil. Dalam
cerita pengumpulan hadits, seorang yang membohongi ayam juga
tidak

bisa

diterima

haditsnya.

Dalam

alquran

disebutkan,

sesungguhnya penglihatanmu, pendengaranmu dan otakmu akan
dimintai pertanggungjawaban. Oleh karena itu, jika diminta untuk
menghakimi persoalan manusia, engkau harus bertindak adil.
Secara jelas, Abu A’la Al Maududi juga mengatakan, keadilan tidak hanya
untuk masyarakat satu bangsa, satu suku, bangsa atau ras, melainkan
keadilan untuk seluruh masyarakat islam seluruhnya, bahkan untuk semua
manusia di muka bumi. hak memilih – islam memberikan kebebasan kepada
manusia untuk memilih pekerjaannya, rekreasi, menikah, bahkan dalam
menentukan agama. Misalnya frman Allah, silakan pergi ke penjuru bumi
dan lihat bagaimana penciptaan Allah.
Sementara hak publik adalah, penghormatan terhadap urusan individu
untuk kepentingan publik, antaralain meliputi:
1. ibadah – makna dalam rukun Islam
2. hak Negara untuk menghukum orang bersalah, misalnya, qishos
(memberikan balasan serupa misalnya dengan membunuh) orang
membunuh, potong tangan orang mencuri, dan cambuk untuk yang
minum-minuman keras – bagaimana dengan hukuman mati untuk para
pencandu dan pengedar narkoba, atau koruptor?

3. Hak untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan urusan public seperti
berjihad, membayar zakat, menuntaskan kemiskinan, dst.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.

MD.

Hasri,

“ISLAM

DAN

DUNIA

SAINTIFIK”.

www.academia.edu/30132556/ISLAM_DAN_DUNIA_SAINTIFIK DI UNDUH 24 NOVEMBER 2017
4.

Ivan

Faozi,

2013”PERKEMBANGAN_POLA_PIKIR_MANUSIA_DIBARAT_DAN_DUNIA_ISLAM”.

www.academia.edu/5333790/PERKEMBANGAN_POLA_PIKIR_MANUSIA_DIBARAT_DAN_DUNI
A_ISLAM Di unduh 24 november 2017