Tugas Hukum Pemda dan Pemdes

Tugas Hukum Pemda dan Pemdes
ASAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAH DAERAH

JIHADUN : D1A 011 367

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MATARAM
2013

KATA PENGANTAR

Alhamdu lillahi robbil ‘alamin, puja-puji syukur kehadirat Tuhan yang maha
Esa. Setelah beberapa waktu berlalu akhirnya dengan sedikit keterlambatan tulisan ini
terselesikan.
Tulisan ini ialah hanya satu tulisan biasa yang pada intinya bertujuan untuk
memenuhi tuntutan dosen pengampu kami sebagai suatu tugas oleh pak SARKAWI,
SH.,MH. dalam salah satu mata kuliah wajib kami Hukum Pemda dan Pemdes di
fakultas Hukum program studi ilmu hukum Universitas Mataram.
Terima kasih saya ucapkan kepada kalian kawan-kawan dengan dukungan
penuh yang kalian berikan yang pada akhirnya berbuah keberhasilan terselesaikannya
tulisan ini. Terkhusus kepada pak SARKAWI, SH.,MH untuk tetep selalu semangat

mengajar terimakasih yang sebesar-besarnya dan dengan segala hormat.
Tulisan sederhana ini adalah hanya kutipan dari beberapa buku dan sumber
lainnya yang murni tanpa goresan ide dari penulis sendiri. Yang artinya keseluruhan
hanya berupa saduran dari beberapa sumber saja. Dengan segala keterbatasan saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Mudah-mudahan tulisan ini bisa bermanfaat bagi
kita semua.
Mataram, 10 Oktober 2013

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................
BAB 1. PENDAHULUAN.............................................................................................
Desentralisasi dan Koordinasi..........................................................................
BAB 2. PEMBAHASAN................................................................................................
HUBUNGAN KERJA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH.....................
A. Jenis Hubungan Kerja..................................................................
B. Hubungan Pemerintah Pusat Dan Daerah....................................
C. Hubungan Kerja Pemerintah Pusat Dan Daerah..........................
D. Kerjasama Aparatur Pemerintah Pusat Dan Daerah....................
ASAS ASAS OTONOMI DAERAH..................................................................

BAB 3. KESIMPULAN.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................

BAB 1. PENDAHULUAN
Desentralisasi dan Koordinasi1
Tugas administrasi pembangunan ialah mengatur sumber-sumber daya agar
menghasilkan perubahan substansial dalam suatu limgkungan yang tak pasti dan
mudah goyah. Karena pemerintahan di kebayakan Negara yang sedang berkembang
memiliki kemampuan terbatas, wajar mereka menyimpulkan bahwa pemusatan
kekuasaan merupakan satu-satunya jalan pengaman.
Dengan sedikit perkecualian, kebanyakan kekuasaan formal di Negara-negara
atau bangsa-bangsa itu berada di tingkat nasioanl. Dalam beberapa kasus
kolonialisme mendorong gejala ini, teristimewa bila pemerintahan induknya
tersentralisasi, seperti pada kasus penguasa Prancis dan Spayol.
Kontrasnya, pemerintah local relative memikul sedikit tanggung jawab saja,
atau menguasai sedikit sumberdaya. Di Mexiko misalnya, banyak hal yang bersifat
local di putuskan di pusat. Kita ambil misalnya kasus kota Japala di Mexico itu.
“Bahkan soal-soal ‘local’ seperti pelistrikan atau wilalayah baru atau pemasangan
pipa drainasi dapat bergantung pada administrator yang tidak bersangkut paut dengan
– kalau bukannya melecehkan – situsi dan kondisi local.”


CORALIE BRYANT, LOUISE G.WHITE, Manajemen pembangunan, jakarta,
1987, LP3 ES, hal. 203-234.
1

Dalam kenyataan ada dua bentuk desentralisasi, yaitu yang bersifat
administrative dan yang bersifat politik. Desentralisasi yang bersifat administrative
biasanya di sebut dekonstrasi dan berarti delegasi wewenag pelaksanaan kepada
tingkat-tingkat local. Para pejabat tingkat lokal bekerja dalam batas rencana dan
sumber-sumber anggaran, namun mereka memiliki elemen kebijaksanaan dan
kekuasaan (diskresi) serta tanggung jawab tertentu dalam hal sifat-hakekat jasa dan
pelayanan pada tingkat lokal. Diskresi merekadapat berpariasi mulai dari perturanperaturan pro forma sampai keputusan-keputusan yang lebih substansial.
Desentralisasi politik atau devolusi berarti bahwa wewenang pembuatan keputusan
dan kontrol tertentu terhadap sumber-sumber daya diberikan pada pejabat regional
dan lokal. Satu contohnya, sistem fedtoritasi yang memberikan kekuasaan-kekuasaan
dan otoritas pemajakan tertenetu kepada pelbagai tingkat pemerintahan. Hanya itulah
perwujudan devolusi yang lazim; dan yang sering muncul dalam pembicaraan atau
percobaan desentralisasi ialah desentralisasi sebagai suatu bentuk pendelegasian
tanggung jawab administratif tertentu yang melibatkan pemilihan dan pembagian
kekuasaan di antara berbagai tingkat pemerintahan.

Desentralisasi juga merupakan salah satu cara untuk menembangkan kapasitas
lokal. Kekuasaan dan pengaruh cenderung bertumpu pada sumber daya. Jika suatu
badan lokal diserahi tanggng jawab dan sumber daya, kemampuannya untuk
mengembangkan otoritasnya akan meningkat. Jika pemerintah lokal semata-mata

ditugaskan untuk menngikuti kebijakan nasioanl, para pemuka dan warga masyarakat
akan mempunyai investasi kecil saja di dalamnya.

BAB 2. PEMBAHASAN
HUBUNGAN KERJA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH2

E. Jenis Hubungan Kerja
Sebagai satu kesatuan organisasi, pemerintah mengenal adanya berbagai
hubungan kerja kedinasan (formal) antara unit yang satu dengan unit yang lain.
Hubungan-hubungan kerja dapat digolongkan menjadi dua jenis hubungan pokok:
1. Hubungan kerja hierarkis (vertical)
2. Hubungan kerja fungsional (horizontal)

1. Hubungan kerja hierarkis
hubungan kerja hierarkis yang bersifat vertical adalah hubungan kerja timbal

balik antara aataasan dengan bawahannya dari tingkat pejabat atertinggi secara
berjenjang sampai ke tingkat pejabat paling bawah. Dalam jenis hubungan vertical ini
terdapat hubungan perintah dan tanggung jawab sesuai dengan tugas dan batas
wewenang masing-masing.
2. Hubungan kerja fungsional
2

Prof. Drs.C.S.T. Kansil, S.H.,Christine S.T. Kansil, S.H,M.H, HUKUM
TATANEGARA Republik Indonesia, Ibukota Republik Indonesia, 1998,
penerbit RINEKA CIPTA, hal. 138-148.

hubungan kerja fungsional pada pokoknya bersifat horizontal dan merupakan
hubungan kerja sama antara dua atau lebih unit organisasi/pejabat yang mempunyai
kedudukan pada eselon yang setingkat. Dalam kenyataannya hubungan ini dapat pula
bersifat diagonal, misalnya hubungan secara fungsional antara satu unit dengan unit
yang lain tidak setingkat dalam hubungan fungsi yang sama, seperti antara bagian
kepegawaian dari Secretariat Jenderal dan/atau dengan Badan Adminitrasi
Kepegawaian Negara.
Hubungan fungsional merupakan keharusan dalam tiap organisasi besar dan
modern, demi terwujudnya kerja sama yang harmonis sebagai satu kesatuan yang

menyeluruh.

F. Hubungan Pemerintah Pusat Dan Daerah
a. Yang dimaksud dengan hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah adalah
hubungan antar Pemerintah tingkat pusat sebagai keseluruhan dengan Aparat
Pemerintah Daerah, termasuk hubungan suatu unit Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah.
b. Yang dimaksud unit Pemerintah Pusat adalah seluruh aparat dari unit
Pemerintah Pusat baik yang berada di pusat Pemerintah Negara maupun di
Daerah (instansi vertical)
G. Hubungan Kerja Pemerintah Pusat Dan Daerah

a. Di tingkat Pusat
1) Gubernur/Kepala Daerah bertanggung jawab kepada Presiden melalui
Mentri dalam negeri selaku pembantu Presiden dalam masalahmasalah Pemerintah Daerah.
2) Menteri Dalam Negeri memberikan pedoman/ bimbingan, kordinasi
dan pengawasan terhadap Pemerintah Daerah.
b. Di Tingkat Daerah
1) Semua instansi vertical secara teknis, organisatoris dan adaministratif
bertanggung jawab kepada Menteri yang bersangkutan, tetapi teknis

operasional tunduk kepada koordinasi Gubernur/Kepala Dearah
(Inpres No. 48/U/IN/1967).
2) Instansi otonomi mempunyai hubungan hierarkis dengan Kepala
Daerah, tetapi secara teknis fungsional berhubungan pula dengan
departemen yang bertugas dalam bidang sama (Inpers No.
48/U/IN/8/1967).
3) Dalam memimpin Pemerintahan Daerah Gubernur/Kepala Daerah
mendapat bantuan nasihat dari Muspida (Inpers No. 05/1967).
c. Dalam Pelaksanaan Proyek-proyek Pembangunan (pelita)
1) Instansi vertical:
a) Mengindahkan pedoman-pedoman dan instruksi Pemerintah dan
departemen atasannya.

b) Pelaporan kepada Gubernur/Kepala Daerah mengenai penerimaan
biaya dan mengindahkan petunjuk-petunjuk Gubernur/Kepala
Daerah dalam rangka memperlancar pelaksaan proyek.
c) Menerima saran dan pertimbangan Gubernur/Kepala Daerah guna
diteruskan kepada departemen yang bersangkutan untuk mendapat
perhatian.
d) Mengadakan koordinasi dan kerja sama yang erat dengan instansi

vertical atau badan pelaksana pembangunan lainnya serta instansiinsstansi otonom.
e) Memberikan laporan tentang pelaksanaan proyek kepada:
(1) Menteri atasannya.
(2) Menteri Keuangan.
(3) Ketua Bappenas.
(4) Gubernur/Kepala Daerah.
2) Gubernur/Kepala Daerah:
a) Turut bertanggung jawab atas proyek-proyek pusat di daerahnya,
antara lain denngan menerima tembusan laporan tantang
penyelenggaraan dan pengendalian proyek yang terdapat dalam
wilayah kekuasaannya
b) Mendakan pengawasan yerhadap proyek-proyek
c) Memberikan laporan proyek-proyek di daerahnya kepada:
(1) Pesiden.

(2) Menteri Dalam Negeri.
(3) Tembusanya disampaikan kepada Mentei Penanggung
jawabProyyek yang bersangkutan, Menteri Negara
Penngawasan/Sekretariat Operasional Pembangunan dan
Bappenas.

Untuk mensukseskan pelaksanaan proyek pembangunan di daerah,
Gubernur/Kepala Daerah dalam bidang pengawasan dan bidang pengamanan dibantu
oleh:
a) Musyawarah pimpinan daerah (Musspida)
b) Badan pengamanan penguasa daerah (BPPD)
c) Pelaksana khusus komando operasi keamanan dan ketertiban daerah (Laksus
Kopkamtibda).

H. Kerjasama Aparatur Pemerintah Pusat Dan Daerah
Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan
undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah.
Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam dan sumber
daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah diatur dan
dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat
khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang. Negara mengakui
dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak
tradisonalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat

dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang.3

Lembaga-lembaga Negara tingkat pusat
Dalam pemerintahan pusat terdapat lembaga-lembaga negara yang sesuai
dengan UUD 1945, yaitu Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Pressiden, Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR), Mahkamah Agunng (MA), Dewan Pertimbangan Agung
(DPA), dan Badan Pengawas Keuangan (BPK).
MPR disebut lembaga tertinggi negara, Presiden, DPR, MA, DPA, BPK
disebut lembaga tertinggi negaara.

Lembaga Negara Tingkat Daerah
Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah
Provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan daerah Kota.
Setiap daerah provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan
daerah yang diatur dengan undang-undang. Pemerintahan Daerah adalah
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_Daerah (diakses, 10 Oktober 2013 pukul
14:00)
3

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut

asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam UUD 1945.
Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum.Gubernur,
Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah Provinsi,
Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis.

ASAS ASAS OTONOMI DAERAH4
4

http://www.scribd.com/doc/44674416/Asas-Asas-Otonomi-Daerah (diakses, 10

Oktober 2013, pukul 14:00)

1. Asas Desentralisasi : Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
pusat kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem kesatuan Negara RI.
2. Asas Dekonsentrasi : Pelimpahan wewenang pemerintah oleh pemerintah
pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dan/atau kepada
instansi vertikal di wilayah tertentu.
3. Asas Tugas Pembantuan : Penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah
dan/atau desa,dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan atau desa
serta dari pemerintah kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas
tertentu.
Menurut prinsip penyelenggaraan Negara yang tercantum dalam pasal 2
UU No.28 tahun 1999,tentang penyelenggaraan Negara yang bersih bebas dari
korupsi,kolusi dan nepotisme,maka ada beberapa asas umum penyelenggaraan
Negara,yang meliputi:

1. Asas Kepastian Hukum : Asas dalam Negara hukum yang mengutamakan
landasan peraturan perundangan,kepatutan dan keadilan dalam setiap
kebijakan penyelenggara Negara.

2. Asas Tertib : Asas yang menjadi landasan keteraturan,keserasian dan
keseimbangan dalam pengendalian penyelenggara Negara.
3. Asas Kepentingan Umum : Asas yang mendahulukan kesejahteraan umum
dengan cara yang aspiratif,akomodatif dan selektif
4. Asas Keterbukaan : Asas yang membuka diri terhadap hak masyarakat
untuk memperoleh informasi yang benar,jujur dan tidak diskriminatif
tentang penyelenggaraan Negara dengan tetap memperhatikan
perlindungan atas hak asasi pribadi,golongan,dan rahasia negara
5. Asas Proporsionalitas : Asas yang mengutamakan keseimbangan antara
hak dan kewajiban penyelenggara Negara
6. Asas Profesionalitas : Asas yang mengutamakan keahlian yang
berlandaskan kode etik dan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku
7. Asas Akuntabilitas : Asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari kegiatan penyelenggaraan Negara harus dapat di
pertanggung jawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang
kedaulatan tertinggi Negara sesuai dengan ketentuan perundangan yang
berlaku.

BAB 3. KESIMPULAN

Penarikan kesimpulan uraian tersebut di atas:

1.

Hubungaan-hubungan kerja pemerintah atau kedinasan dapat digolongkan
dalam dua macam golongan pokok
a. Hubungan kerja hierarkis (vertical)
b. Hubungan kerja fungsional (horizontal)

2.

hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah adalah hubungan antar Pemerintah
tingkat pusat sebagai keseluruhan dengan Aparat Pemerintah Daerah, termasuk
hubungan suatu unit Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah.

3.

Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi,
kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur
dengan undang-undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman
daerah. Hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam
dan sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan undang-undang.

4.

MPR disebut lembaga tertinggi negara, Presiden, DPR, MA, DPA, BPK
disebut lembaga tertinggi negaara.

5.

Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan

umum.Gubernur, Bupati, dan Walikota masing-masing sebagai Kepala
Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota dipilih secara demokratis
6.

Tiga asas otonomi daerah
a. Asas desentralisasi
b. Asas dekonsentrasi
c. Asas pembantuan

DAFTAR PUSTAKA

1.

CORALIE BRYANT, LOUISE G.WHITE, Manajemen pembangunan,
jakarta, 1987, LP3 ES

2.

Prof. Drs.C.S.T. Kansil, S.H.,Christine S.T. Kansil, S.H,M.H, HUKUM
TATANEGARA Republik Indonesia, Ibukota Republik Indonesia, 1998,
penerbit RINEKA CIPTA

3.

http://id.wikipedia.org/wiki/Pemerintahan_Daerah

4.

http://www.scribd.com/doc/44674416/Asas-Asas-Otonomi-Daerah