Negara Islam Menurut Al Maududi dan Jama

Negara Islam Menurut Al-Maududi
dan Jamaah Islamiyah di Indonesia
Disusun oleh:

Innesyifa Haqien
1113113000071

Diajukan sebagai tugas UAS Pemikiran Politik Islam Semester 3

Dosen Pengampu:

Ahmad Fuad Fanani, M.A.

Hubungan Internasional / Semester 3

HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015
1


KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah Pemikiran Politik
Islam tepat waktu. Tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pemikiran
Politik Islam yaitu Bapak Ahmad Fuad Fanani, M.A. atas bimbingan beliau selama satu
semester terakhir. Makalah ini diajukan sebagai tugas UAS Pemikiran Politik Islam semester
3, yang akan membahas mengenai tema Gerakan Jamaah Islamiyah Al-Maududi dengan judul
Negara Islam Menurut Al-Maududi dan Jamaah Islamiyah di Indonesia.
Dalam isi makalah ini Penulis merasa masih banyak kekurangan baik dari segi
pembahasan maupun bahasa, karena itu dimohon kritik dan sarannya yang sifatnya
membangun.

Tangerang, 3 Januari 2015
Penulis

2

DAFTAR ISI


COVER ......................................................................................................................................1
KATA PENGANTAR ...............................................................................................................2
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................4
1.2 Perumusan Masalah .............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................................4
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................................................................5
1.5 Referensi Penulisan ..............................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................................6
2.1 Abul A‟la Al-Maududi .........................................................................................................6
2.2 Negara menurut Al-Maududi ...............................................................................................7
2.3 Gerakan Jamaah Islamiyah ..................................................................................................8
2.4 Gerakan Jamaah Islamiyah di Indonesia ..............................................................................9

BAB III PENUTUP .................................................................................................................12
Kesimpulan ..............................................................................................................................12


DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................14

3

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Dalam setiap kelompok masyarakat, baik yang berbentuk organisasi keagamaan,

pemikiran lainnya maupun kebudayaan, pasti diantaranya terdapat kecenderungan yang
mendominasi kelompok masyarakat tertentu. Tidak sedikit diantara mereka yang melakukan
pencarian anggota kelompok baru dengan menggunakan paksaan hingga tindak kekerasan.
Persaingan seperti itu sudah marak terjadi disekeliling kita secara disadari maupun tidak.
Di sisi lain, kelompok-kelompok muslim yang melakukan tindak keganasan sering
disebut sebagai kelompok Islam fundamentalis, Islamis, radikal, ekstremis, militan dan
sebagainya. Sehingga apabila istilah-istilah ini disebut maka yang terbayang dalam fikiran

pendengarnya adalah sama dengan teroris. Padahal istilah-istilah tersebut mempunyai
pengertiannya sendiri. Seseorang mungkin saja seorang fundamentalis, tetapi belum tentu ia
teroris. Walaupun kelompok-kelompok tersebut sering dikaitkan dengan kekerasan, namun
tidak berarti semuanya mengamalkan terorisme. Karena itu menyamakan mereka secara
keseluruhan dengan teroris adalah sesuatu yang keliru.1
Makalah ini akan membahas mengenai pemikiran politik islam menurut Al-Maududi
yang membuat suatu gerakan islam yang berkembang di Asia Tenggara dengan sebutan
Jamaah Islamiyah. Pembahasan meliputi sekilas mengenai biografi Abul A‟la Al-Maududi,
pengertian negara menurut Al-Maududi, Gerakan Jamaah Islamiyah, dan pengaruh Jamaah
Islamiyah (JI) di Indonesia.

1.2

Perumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang, perumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai

berikut:
1. Bagaimana bentuk Negara Islam menurut Al-Maududi?
2. Bagaimana Pergerakan Gerakan Jamaah Islamiyah di Indonesia?


1.3

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu syarat menuntaskan perkuliahan Pemikiran Politik Islam yang
dibuat untuk tugas Ujian Akhir Semester 3.
2. Memahami dasar pemikiran politik islam menurut Al-Maududi.

1

http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id17.html diupload oleh: Zulkifli Haji Mohd Yusoff & Fikri Mahmud,
diakses pada 2 Januari 2015, pukul 19:50 WIB.

4

3. Mengetahui pergerakan jamaah islamiyah yang di Indonesia.

1.4

Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan makalah ini antara lain:
1. Memperluas wawasan Mahasiswa/i mengenai gerakan Jamaah Islamiyah yang
diilhami oleh pemikiran politik islam Al-Maududi.
2. Menambah pengetahuan mengenai organisasi yang mengatasnamakan ajaran dan
agama islam.

1.5

Referensi Penulisan
Makalah ini dibuat dengan menggunakan metode tinjauan pustaka dari lima buah buku

bacaan dan satu buah skripsi sebagai referensi primer. Lima buku dan satu skripsi tersebut,
adalah sebagai berikut:
1. Al-Maududi, Abul A‟la. Hukum dan Konstitusi: Pemikiran Politik Islam. Bandung:
Penerbit Mizan, 1993.
2. Iqbal, M.Ag., Dr. Muhammad dan Nasution, M.A., Drs. H. Amin Husein. Pemikiran
Politik Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana,
2010.
3. Mufid, Ahmad Syafi‟i (Ed.). Kasus-kasus Aliran / Paham Keagamaan Aktual di
Indonesia. Jakarta: CV. Prasasti, 2009.

4. Sjadzali, M.A, H. Munawir. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran.
Jakarta: UI-Press, 2011.
5. Syam, M.A., Dr. Firdaus. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, ideologi, dan
Pengaruhnya Terhadap Dunia Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
6. Skripsi: Penafsiran Jihad Menurut Jamaah Islamiyah. Oleh: M. Moraganti Aritonang.
Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2014.

Sedangkan referensi dari berita elektronik dan website resmi lainnya digunakan untuk
menunjang informasi sebagai referensi sekunder.

5

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Abul A’la Al-Maududi
Sayyid Abul A‟la Maududi, lahir di Heuderanad (Aurangabad), Daccan pada 25


September 1903. Berasal dari keluarga yang tidak berkelebihan secara ekonomi. Ia
mendapatkan pendidikan di Madrasah Fawqaniyah serta madrasah Darul Ulum di
Heyderabad.2
Ayahnya bernama Ahmad Hasan, seorang pengacar yang pernah belajar di Universitas
Aligarh. Pada 1919 ayahnya meninggal dunia, dan oleh karenanya ia terpaksa meninggalkan
bangku kuliahnya. Keadaan ini mendorong Maududi menempuh jalan Autodidak. Ditopang
oleh kemampuannya berbahasa Arab, Inggris dan Persia, Ia mampu memperdalam
pengetahuannya.3
Terpanggil oleh keprihatinan politiknya sebagai masyarakat yang menghendaki negara
Islam yang terpisah dari anak Benua India, maka Maududi mulai mengonsentrasikan
pemikiran dalam bidang politik. Untuk menopang perjuangannya, pada 1941 ia membentuk
sebuah organisasi sosial-politik yang ketat disiplinnya, yaitu Jama’at-e Islami. Kriteria
penerimaan anggotanya hanya mereka yang sepenuhnya menerima ideologi islam sebagai
pandangan hidupnya dan berakhlak mulia. Maududi juga bergerak dibidang dakwah. Setiap
aktivitas dalam karir kepemimpinannya diorientasikan untuk kepentingan dakwah dalam
mewujudkan cita-cita islam sebagai pandangan hidup. Selain itu, ia terkenal sebagai penulis
bidang tafsir, hadits, hukum, dan sejarah. Karyanya yang terkenal adalah Al-Jihad fi Al-islam
(1930), Risalah Al-Diniyah (1932), dan The Islamic Law and Constitution (1955).4
Al-Maududi adalah sosok manusia yang kreatif, ketika usianya 26 tahun, ia telah
sanggup mengarang buku-buku yang mengemukakan mengenai tata cara dalam kehidupan

sebagai seorang muslim, seperti dalam bukunya Al-Jihad Fil Islam. Risalah yang ditulis ini
menjadikan titik balik dari tokoh ini ke arah fundamentalisme. Lahirnya tulisan ini
dilatarbelakangi oleh kerusuhan besar-besaran yang menyebabkan ribuan kaum muslimin
terbunuh oleh ekstrem Hindu. 5

2

Syam, M.A., Dr. Firdaus. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, ideologi, dan Pengaruhnya Terhadap Dunia
Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Hlm. 322, dikutip dari Yusril Ihza Mahendra, Jurnal Ulumul Qur’an.
3
Iqbal, M.Ag., Dr. Muhammad dan Nasution, M.A., Drs. H. Amin Husein. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa
Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2010. Hlm. 172
4
Ibid,. Hlm. 173.
5
Syam, M.A., Dr. Firdaus. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, ideologi, dan Pengaruhnya Terhadap Dunia
Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Hlm. 323, dikutip dari Al-Jihad fil Islam, Lahore, Islamic Publication Reprint,
1979.

6


2.2

Negara Menurut Al-Maududi
Untuk membangun sebuah negara yang berdasarkan ajaran islam, yang menjadi ciri-

ciri negara islam, Maududi menjelaskan sebagai berikut:


Pertama, suatu bangsa yang merdeka, negara itu rela memposisikan sebagai Khalifah
(wakil) yang berada dibawah kekuasaan Allah SWT.



Kedua, sistem yang dianut bukanlah sistem theocracy. Kekuasaan dan kedaulatan
sepenuhnya berada ditangan Allah SWT, tetapi Khalifah dari Allah dalam negara
Islam merupakan bagian kaum mukminin yang telah membuat perjanjian dengan
Allah, serta kesadaran akan hukum-hukumNya melalui al-hal wal aqd secara kolektif.




Ketiga, memiliki sitem yang prinsipnya sesuai dengan cara demokrasi. Kehendak
rakyat dalam mengatur segala urusan pemerintahan dibimbing dengan aturan Allah
dan sunnah Rasul-Nya.



Keempat, prinsip negara berdasarkan konsep tertentu serta dikelola oleh mereka yang
benar-benar memahami dan menerima gagasan, prinsip maupun teori dasarnya.



Kelima, negara islam tegak atas dasar ideologi.



Keenam, akhlak yang menjiwainya atas taqwa kepada Allah merupakan dasar negara.



Ketujuh, negara wajib melaksanakan keadilan sosial, menebarkan kebajikan,
mencegah segala kemungkaran, serta memberantas kejahatan maupun kerusakan.



Kedelapan, hak asasi yang harus ditegakan negara adalah persamaan hak, kedudukan,
kesempatan, dan pelaksanaan aturan, serta saling menolong kebaikan dan ketaqwaan.



Kesembilan, negara bukan pemilik kekuasaan yang memberikan hak dan kewajiban
kepada setiap individu di dalamnya.6

Selain itu, Maududi memberikan tiga keyakinan atau anggapan yang melandasi
pikirannya tentang negara menurut islam, yaitu, pertama, tujuan negara adalah menegakan
keadilan dengan sistem yang serba seimbang, membasmi segala bentuk kemaksiatan,
menganjurkan segala kebaikan.7 Kedua, Sistem politik islam adalah suatu sistem universal
dan tidak mengenal batas-batas dan ikatan geografis, bahasa maupun kebangsaan. Ketiga,
negara islam adalah negara ideologis. Negara merupakan instrumen reformasi yang memiliki
ketentuan atas dasar ideologinya adalah Hukum Illahi yang sangat dijunjung tinggi.8

6

Syam, M.A., Dr. Firdaus. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, ideologi, dan Pengaruhnya Terhadap Dunia
Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Hlm. 334-336, Dikutip dari Abul A’la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan,
Bandung, Mizan, 1990, hlm. 21-22.
7
Ibid,. Hlm. 336
8
Al-Maududi, Abul A’la. Hukum dan Konstitusi: Pemikiran Politik Islam. Bandung: Penerbit Mizan, 1993. Hlm.
166-168.

7

Negara islam adalah negara yang mempunyai sistem tersendiri yang pada hakikatnya
berbeda dengan negara sekuler, baik menyangkut sifat atau karakteristik maupun tujuannya.
Menurut Al-Maududi, islam merupakan antitesis dari demokrasi barat, karena filosofi
demokrasi Barat adalah kedaulatan rakyat sehingga dalam penentuan nilai-nilai dan norma
perilaku sepenuhnya berada di tangan rakyat.9 Al-Maududi mengkritik demokrasi Barat, yang
menurutnya mempunyai beberapa kelemahan mendasar. Pertama, kelompok penguasa bisa
saja bertindak atas nama rakyat meskipun sebagian pikiran tersebut semata hanya untuk
mempertahankan kekuasaannya. Kedua, kekuasaan membuat legislasi berada di tangan
pembuat hukum sehingga tidak menutup kemungkinan akan timbul tindakan yang tidak
manusiawi menjadi legal. Dengan demikian, Al-Maududi mengecam demokrasi sehingga ia
mengatakannya sebagai sistem musyrik bahkan cenderung ke arah ilhad (ateisme).10

2.3

Gerakan Jamaah Islamiyah
Walaupun telah terdapat persatuan orang islam yang diwakili oleh Liga Muslim,

namun menurut Mududi, Liga Muslim cenderung untuk mendirikan sebuah negara sekuler.
Oleh karena itu, Maududi berusaha mendirikan sebuah jamaah yang benar-benar dapat
memperjuangkan kedaulatan Islam. Akhisnya ia mendirikan Jamaah Islamiyah pada 21
Agustus 1941 di Lahore. Organisasi ini dibuat dengan tujuan agar mampu menyaingi Liga
Muslim dalam memimpin gerakan Pakistan, khususnya setelah Resolusi Lahore 1940 yang
memberikan kepada Liga Muslim untuk mendirikan negara muslin tersendiri.11
Pada 1941 Maududi, bersama-sama dengan tujuh puluh lima pengikutnya,
mendirikan satu organisasi yang diberi nama Jamiah Islamiyah. Sebuah organisasi yang pada
permulaannya merupakan gerakan ideologi daripada gerakan politik. Keanggotaan organisasi
itu terbatas pada orang-orang islam “yang saleh”, yang pemahaman islamnya dan integritas
agamanya tidak disangsikan, sedangkan program perjuangan organisasi itu adalah
pembentukan pribadi dan indoktrinasi para anggota, agar nanti siap memimpin negara islam
yang diharapkan akan lahir setelah India bebas dari penjajahan Inggris.12
Asas utamanya adalah mengaktifkan kesadaran umat. Maududi menerapkan kaedah
bahwa setiap pemimpin dan ahli suatu gerakan harus mengkaji dan mengenal latar belakang
masyarakat yang akan dihadapi dan menyediakan program yang sesuai untuk menarik mereka

9

Ibid., hlm. 158.
Iqbal, M.Ag., Dr. Muhammad dan Nasution, M.A., Drs. H. Amin Husein. Pemikiran Politik Islam: Dari Masa
Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2010. Hlm. 180.
11
Sayid Wali Reza Nashr. The Vanguard of Islamic Resolution: The Jama’ati Islami of Pakistan. Barkeley:
University of California Press, 1994. Hlm. 84.
12
Sjadzali, M.A, H. Munawir. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran. Jakarta: UI-Press, 2011.
Hlm. 163.

10

8

untuk masuk ke ajaran islam.13 Oleh karena itu, sebagai Jamaah Islamiyah menggunakan
metode kesadaran dan mengingatkan orang-orang islam bahwa tugas mereka yang terpenting
adalah memberikan kesaksian di antara umat islam apa yang dituntut dari dirinya dan apa
maknanya menjadi muslim dan bagaimana sikap sebagai orang islam yang benar dan
bertanggung jawab.14
Asas kedua adalah mementingkan kerja secara berorganisasi. Perjuangan menegakan
islam memerlukan keikhlasan, kesungguhan, dan perencanaan yang tersusun dan teliti. Usaha
ini sangat mustahil bila tidak adanya jamaah. Apalagi umat islam berhadapan dengan musuh
dari depan dan belakang yang menguasai dan menaungi kepentingan dunia melalui penjajahan
wilayah, isme-isme, teknologi maupun kekuatan material lainnya. Daripada dalil-dalil alqur‟an, hadits, sunnah Nabi serta logika jamaah islam dan organisasi yang tersusun rapi
adalah suatu yang asasi bagi mengembalikan kegemilangan peradaban islam.15
Menurut Sidney Jones, ada empat sumber yang mewarnai gerakan Jemaah Islamiyah.
Pertama, ideologi Salafiyah yang telah berakar sebelumnya pada gerakan Darul Islam (DI),
yaitu berjuang untuk mewujudkan negara Islam untuk menegakkan syari„ah Islam semurnimurninya sebagaimana yang telah dilaksanakan oleh Nabi, para sahabat, dan generasi
terdahulu (salaf). Kedua, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) yang didirikan tahun
1967 oleh Mohammad Natsir dan rakan-rakannya yang merupakan bekas anggota Masyumi.
DDII semakin berorientasikan Salafiyah setelah Rabitah al-„Alam al-Islami (Islamic World
League) yang didirikan tahun 1962 dan berpusat di Arab Saudi, memberikan dana bantuan
pendidikan, dakwah, dan pembangunan masjid melaluinya. Ketiga, Ikhwan al-Muslimin (IM)
di Mesir dan kumpulan pecahannya yang lebih keras, yaitu Jama„ah Islamiyyah yang telah
dihuraikan sebelum ini. Keempat, ideologi Mujahidin Afghanistan dan al-Qaedah, khususnya
Abdullah Azzam. Sukarelawan yang dihantar oleh Sungkar ke Afghanistan mendapat latihan
di kem pejuang yang dipimpin oleh Abdul Rasul Sayyaf yang berfahamkan Wahabi.16

2.4

Gerakan Jamaah Islamiyah di Indonesia
Penyebaran gerakan yang dibentuk oleh Al-Maududi ini sudah tersebar di Asia

Tenggara. Dimana Jamaah Islamiyah memiliki misi yang dibawa sesuai dengan apa yang
dicita-citakan Maududi. JI ingin mewujudkan sebuah negara yang berdaulat atas dasar agama
islam sesuai dengan yang terdapat dalam al-qur‟an dan hadits. Penyebarannya di Asia

13

Al-Maududi. Tanggung jawab Umat Islam di Hadangan Umat Dunia. Jakarta: Gema Insani, 1991. Hlm. 16
Ibid., hlm. 50.
15
Ibid., hlm. 50.
16
http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id17.html, oleh: Zulkifli Haji Mohd Yusoff & Fikri Mahmud. Diakses
pada 2 Januari 2015, pukul 23:55 WIB.
14

9

Tenggara tentu memberikan banyak respon dari masyarakat di negara yang sedang dijelajahi
melalui dakwah dan syiar islam sebagai upayanya menarik simpati masyarakat.
Salah satu usaha anggota Jamaah Islamiyah untuk melakukan perekrutan anggota
baru yaitu dengan cara berdakwah dan mendekati orang-orang yang sehat namun memiliki
sifat yang cendung pendiam, sehingga dapat dengan mudah diajak untuk bergabung.17
Jemaah Islamiyah adalah nama untuk kumpulan Muslim yang beroperasi di Asia
Tenggara. Kumpulan ini menjadi popular selepas peristiwa pengeboman sebuah pusat hiburan
di Bali pada 12 Oktober 2002, yang mengorbankan 202 nyawa, dan pengeboman di hotel J.W.
Marriot, Jakarta, pada 5 Agustus 2003, yang membunuh 12 orang. Kemudian JI juga
dipercayai bertanggungjawab ke atas pengeboman di depan pejabat Kedutaan Australia di
Jakarta pada 9 September 2004, dan beberapa pengeboman gereja di Indonesia pada tahuntahun sebelumnya. Oleh karena itu, JI secara resmi dimasukkan ke dalam senarai organisasi
teroris di PBB pada 23 Oktober 2002.18
Jamaah Islamiyah terdaftar sebagai salah satu organisasi kemasyarakatan bertaraf
nasional. Data pada Direktorat Jendral Sosial Politik Departemen Dalam Negeri menunjukan
bahwa sampai dengan bulan Juli 1994 tercatat 738 organisasi kemasyarakatan bertaraf
nasional yang keberadaannya telah memenuhi ketentuan UU No. 8 Tahun 1985, Peraturan
Pemerintah No. 18 tahun 1986, dan peraturan Menteri Dalam Negeri No. 5 Tahun 1986.
Jamaah Islamiyah merupakan organisasi kemasyarakatan nomor urut ke 20 dari 298 ormas
berdasarkan agama.19
Dalam membina warganya, Jamaah Islamiyah tidak mendokumentasikan ajaranajarannya melalui sebuah buku atau dokumen lainnya, melainkan lebih mengandalkan ajaran
lisan yang disampaikan para pengurus, para penceramah atau tokoh-tokoh lainnya.20 Sesuai
namanya yaitu Organisasi Pengajian Jamaah Islamiyah, maka kegiatan organisasi ini bergerak
pada bidang pengajian, bersifat non-politis dan terbuka. Dengan demikian Jamaah Islamiyah
menempatkan diri sebagai organisasi yang berfungsi sebagai wadah pembinaan dan
pengembangan usaha dakwah islamiyah.21
Setidaknya ada dua tujuan pembentukan organisasi ini, yaitu: (1) meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan umat islam kepada Allah; (2) membangun manusia Indonesia
seutuhnya yang adil dan makmur, lahir maupun batin. Untuk mencapai tujuan tersebut,
17

http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id17.html, oleh: Zulkifli Haji Mohd Yusoff & Fikri Mahmud, diakses
pada 2 Januari 2015 pukul 22:38 WIB.
18
http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id17.html, oleh: Zulkifli Haji Mohd Yusoff & Fikri Mahmud, diakses
pada 2 Januari 2015 pukul 22:41 WIB.
19
Mufid, Ahmad Syafi’i (Ed.). Kasus-kasus Aliran / Paham Keagamaan Aktual di Indonesia. Jakarta: CV. Prasasti,
2009. Hlm. 101.
20
Ibid., hlm. 104. Dalam memorandum Jamaah Islamiyah dan Penggagalan Peresmian Penggunaan Majid Baitul
Izza Baiti Jamak Islamiyah (2006:22)
21
Ibid., hlm. 109. Lihat Pasal 3 dan 4 Anggaran Dasar Organisasi Pengajian Jamaah Islamiyah.

10

Jamaah Islamiyah melaksanakan beberapa usaha, yaitu dakwah dan pendidikan, kegiatan
sosial, serta mendirikan masjid, mushola dan balai pengajian.22
Munculnya Jamaah Islamiyah di Indonesia tentu tidak terlepas adanya pro dan kontra
dari masyarakat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Dra. Hj. Kustini, M.Si dengan judul
penelitian “Jam’iyatul Islamiyah di Kota Padang”, Sumatera Barat, Jamaah Islamiyah
banyak menerima kritik, baik yang ditujukan kepada pribadi K.H.A. Karim Djamak maupun
terhadap ajaran-ajarannya. Larangan-larangan tersebut sedikitnya tercantum dalam dokumen
berikut:
1. SK Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Barat Nomor: KEP-B.92/J.3.3/11/1981 tentang
Larangan Ajaran Jamaah Islamiyah yang dikarang K.H.A. Karim Djamak
Diperbanyak/Dikembangkan oleh Darussamin Datuk Pangka Sinarno.
2. Sikap Majelis Ulama Indonesia Propinsi Sumatera Barat terhadap Organisasi Jamaah
Islamiyah antara lain menyatakan: Organisasi Jamaah Islamiyah yang ada di Propinsi
Sumatera Barat sebagian ajarannya sesat dan menyesatkan. Karenanya kami tidak
dapat mengakui keberadaannya serta mendukung SK Kejati Sumbar yang melarang
kegiatan organisasi ini semenjak tahun1981.
3. Surat Majelis Ulama Indonesia Dati I Jambi Nomor A-114/MUI/JBI/VII/1994 tanggal
19 Juli 1994 ditujukan kepada Dewan Pimpinan MUI di Jakarta. Dalam surat itu
disebutkan bahwa MUI Dati I Jambi memeriksa atau menginterogasi K.H.A Karim
Djamak. Hasilnya antara lain K.H.A. Karim Djamak mengaku sebagai guru pengajian
Urwatul Watsqo yang pernah dilarang oleh pihak berwajib. Ketika dilakukan
interogasi beliau disodori Al-Qur‟an, tetapi ternyata beliau tidak mampu membaca AlQur‟an dengan baik.23
Dengan munculnya larangan-larangan tersebut, gerakan Jamaah Islamiyah semakin
tidak memiliki ruang untuk bergerak bebas di Indonesia. namun tetap saja secara tidak
disadari oleh masyarakat, ajaran-ajaran Jamaah Islamiyah dapat dengan mudah diterima
karena para pendakwah Jamaah Islamiyah melakukannya dengan sangat rapi dan apik.
Sehingga tindakannya tersebut tidak dapat dideteksi dengan mudah oleh masyarakat pada
umunya.

22
23

Ibid., hlm. 109-110. Lihat Pasal 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 Anggaran Dasar Organisasi Pengajian Jamaah Islamiyah.
Ibid., hlm. 110-111

11

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Sayyid Abul A‟la Maududi, adalah seorang ahli pemikir islam yang lahir di salah satu
kota kecil di India yang dibesarkan dari keluarga yang tidak memiliki kecukupan materi,
sehingga Al-Maududi tidak dapat meneruskan pendidikan tingginya ke perguruan tinggi. Ia
mempelajari agama islam dan ajaran-ajaran dari bidang keagamaan, sosial, politik, sejarah,
ekonomi, dan kenegaraan secara autodidak dengan mengandalkan keahliannya dalam
berbahasa Arab, Inggris, dan Persia. Selain itu ia juga mengilhami pengetahuannya dari gurugurunya terdahulu sejak duduk di sekolah dasar.
Al-Maududi merupakan seseorang yang aktif dalam dunia penulisan sehingga
membawanya untuk bekerja sebagai jurnalistik, yang kemudian memberikan naluri pemikiran
politiknya secara agamis. Ia menganggap bahwa neegara yang mengedepankan nasionalis
seperti yang dipakai oleh pemikir Barat, merupakan sesuatu yang musyrik karena identik
dengan ateisme. Maududi menganggap bahwa pemikiran politik kenegaraan di Barat,
menjadikan para penguasa cenderung akan mempertahankan posisinya sebagai penguasa.
Untuk mencapai hal tersebut, bisa saja para penguasa dapat melegalkan segala cara dengan
mengatasnamakan rakyat yang ada didalamnya, padahal hal tersebut terkesan tidak
mempedulikan kepentingan masyarakatnya.
Negara yang ideal menurut Al-Maududi adalah negara yang berdaulat kepada agama
dan ajaran-ajaran islam, yaitu Hukum Illahi yang dianggapnya dapat menciptakan
kesejahteraan sosial karena hal tersebut datangnya langsung dari Tuhan. dan pemimpin negara
yang disebutnya sebagai Khalifah atau wakil Allah, merupakan seseorang yang dapat
memimpin atas izin Allah dan menjadi wakil Allah di dunia. Ia juga meyakini bahwa sistem
politik islam adalah suatu sistem yang bersifat universal dan tidak mengenal batas-batas dan
ikatan geografis, bahasa dan kebangsaan. Hal tersebut karena Allah menganggap bahwa
manusia di muka bumi ini adalah sama, yang membedakannya adalah keimanan dari manusia
itu sendiri di hadapan Allah. Untuk mewujudkan keinginannya tersebut, Al-Maududi
membentuk sebuah organisasi islam bersama dengan tujuh puluh lima pengikutnya, yang
diberi nama Jamaah Islamiyah.
Jamaah Islamiyah merupakan Sebuah organisasi yang pada permulaannya merupakan
gerakan ideologi daripada gerakan politik. Keanggotaan organisasi itu terbatas pada orangorang islam “yang saleh”, yang pemahaman islamnya dan integritas agamanya tidak
disangsikan, sedangkan program perjuangan organisasi itu adalah pembentukan pribadi dan
12

indoktrinasi para anggota, agar nanti siap memimpin negara islam yang diharapkan. Dengan
ideologi yang dipakai oleh Jamaah Islamiyah, dan niat untuk membuat sebuah negara islam,
orang-orang yang tergabung dalam kelompok ini menunjukan diri ke permukaan bumi dengan
tujuan untuk berjihad memerangi kekafiran dan kemusyrikan di dunia ini agar semua orang
tunduk oleh Hukum-Hukum Illahi.
Pergerakan Jamaah Islamiyah di Indonesia sendiri pun sudah semakin terlihat dengan
adanya peristiwa pengeboman sebuah pusat hiburan di Bali pada 12 Oktober 2002, yang
mengorbankan 202 nyawa, dan pengeboman di hotel J.W. Marriot, Jakarta, pada 5 Agustus
2003, yang membunuh 12 orang. Kemudian Jamaah Islamiyah juga dipercayai
bertanggungjawab ke atas pengeboman di depan pejabat Kedutaan Australia di Jakarta pada 9
September 2004, dan beberapa pengeboman gereja di Indonesia pada tahun-tahun
sebelumnya.
Di Padang, Sumatera Barat, organisasi ini banyak mendapatkan kritik dari pemerintah
daerah. Hal ini diduga karena adanya penyimpangan ajaran yang diberikan oleh pengemuka
Jamaah Islamiyah kepada jamaahnya. Dalam membina warganya, Jamaah Islamiyah tidak
mendokumentasikan ajaran-ajarannya melalui sebuah buku atau dokumen lainnya, melainkan
lebih mengandalkan ajaran lisan yang disampaikan para pengurus, para penceramah atau
tokoh-tokoh lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, Jamaah Islamiyah melaksanakan
beberapa usaha, yaitu dakwah dan pendidikan, kegiatan sosial, serta mendirikan masjid,
mushola dan balai pengajian.
Dengan munculnya larangan-larangan tersebut, gerakan Jamaah Islamiyah semakin
tidak memiliki ruang untuk bergerak bebas di Indonesia. namun tetap saja secara tidak
disadari oleh masyarakat, ajaran-ajaran Jamaah Islamiyah dapat dengan mudah diterima
karena para pendakwah Jamaah Islamiyah melakukannya dengan sangat rapi dan apik.
Sehingga tindakannya tersebut tidak dapat dideteksi dengan mudah oleh masyarakat pada
umunya.

13

DAFTAR PUSTAKA






























Al-Maududi, Abul A‟la. Hukum dan Konstitusi: Pemikiran Politik Islam. Bandung: Penerbit
Mizan, 1993.
Iqbal, M.Ag., Dr. Muhammad dan Nasution, M.A., Drs. H. Amin Husein. Pemikiran Politik
Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2010.
Mufid, Ahmad Syafi‟i (Ed.). Kasus-kasus Aliran / Paham Keagamaan Aktual di Indonesia.
Jakarta: CV. Prasasti, 2009.
Sjadzali, M.A, H. Munawir. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran. Jakarta:
UI-Press, 2011.
Syam, M.A., Dr. Firdaus. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, ideologi, dan Pengaruhnya
Terhadap Dunia Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara, 2010.
Skripsi: Penafsiran Jihad Menurut Jamaah Islamiyah. Oleh: M. Moraganti Aritonang. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah, 2014.
http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id17.html, diupload oleh: Zulkifli Haji Mohd Yusoff &
Fikri Mahmud, diakses pada 2 Januari 2015, pukul 19:50 WIB.
Syam, M.A., Dr. Firdaus. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, ideologi, dan Pengaruhnya
Terhadap Dunia Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Hlm. 322, dikutip dari Yusril Ihza Mahendra,
Jurnal Ulumul Qur‟an.
Iqbal, M.Ag., Dr. Muhammad dan Nasution, M.A., Drs. H. Amin Husein. Pemikiran Politik
Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2010. Hlm. 172
Ibid,. Hlm. 173.
Syam, M.A., Dr. Firdaus. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, ideologi, dan Pengaruhnya
Terhadap Dunia Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Hlm. 323, dikutip dari Al-Jihad fil Islam,
Lahore, Islamic Publication Reprint, 1979.
Syam, M.A., Dr. Firdaus. Pemikiran Politik Barat: Sejarah, Filsafat, ideologi, dan Pengaruhnya
Terhadap Dunia Ke-3. Jakarta: Bumi Aksara, 2010. Hlm. 334-336, Dikutip dari Abul A‟la AlMaududi, Khilafah dan Kerajaan, Bandung, Mizan, 1990, hlm. 21-22.
Ibid,. Hlm. 336
Al-Maududi, Abul A‟la. Hukum dan Konstitusi: Pemikiran Politik Islam. Bandung: Penerbit
Mizan, 1993. Hlm. 166-168.
Ibid., hlm. 158.
Iqbal, M.Ag., Dr. Muhammad dan Nasution, M.A., Drs. H. Amin Husein. Pemikiran Politik
Islam: Dari Masa Klasik Hingga Indonesia Kontemporer. Jakarta: Kencana, 2010. Hlm. 180.
Sayid Wali Reza Nashr. The Vanguard of Islamic Resolution: The Jama‟ati Islami of Pakistan.
Barkeley: University of California Press, 1994. Hlm. 84.
Sjadzali, M.A, H. Munawir. Islam dan Tata Negara: Ajaran, Sejarah, dan Pemikiran. Jakarta: UIPress, 2011. Hlm. 163.
Al-Maududi. Tanggung jawab Umat Islam di Hadangan Umat Dunia. Jakarta: Gema Insani, 1991.
Hlm. 16
Ibid., hlm. 50.
Ibid., hlm. 50.
http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id17.html, oleh: Zulkifli Haji Mohd Yusoff & Fikri
Mahmud. Diakses pada 2 Januari 2015, pukul 23:55 WIB.
http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id17.html, oleh: Zulkifli Haji Mohd Yusoff & Fikri
Mahmud, diakses pada 2 Januari 2015 pukul 22:38 WIB.
http://fikrimahmud.tripod.com/artikel/id17.html, oleh: Zulkifli Haji Mohd Yusoff & Fikri
Mahmud, diakses pada 2 Januari 2015 pukul 22:41 WIB.
Mufid, Ahmad Syafi‟i (Ed.). Kasus-kasus Aliran / Paham Keagamaan Aktual di Indonesia.
Jakarta: CV. Prasasti, 2009. Hlm. 101.
Ibid., hlm. 104. Dalam memorandum Jamaah Islamiyah dan Penggagalan Peresmian Penggunaan
Majid Baitul Izza Baiti Jamak Islamiyah (2006:22)
Ibid., hlm. 109. Lihat Pasal 3 dan 4 Anggaran Dasar Organisasi Pengajian Jamaah Islamiyah.
Ibid., hlm. 109-110. Lihat Pasal 3, 4, 5, 6, 7, dan 8 Anggaran Dasar Organisasi Pengajian Jamaah
Islamiyah.
Ibid., hlm. 110-111
14