sejarah dan pentingnya hukum pidana
HUKUM ACARA PIDANA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi telah merambah hampir di semua ranah kehidupan masyarakat, baik itu di
bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, dan teknologi (IPTEK), budaya, pendidikan, dan
lain – lain. Walaupun istilah ‘globalisasi’ telah menjadi suatu kosakata klasik, tetapi suka
atau tidak suka, masyarakat di seluruh pelosok dunia sekarang ini telah hidup dalam suatu
habitat global, transparant, tanpa batas, saling mengait (linkage), dan saling ketergantungan
(interdependence).
Hukum merupakan deskripsi ilmu yang sudah sudah dewasa sangat berkembang
dewasa ini. Penelaahan hukum secara Sosiologis menunjukkan bahwa hukum merupakan
refleksi dari kehidupan masyarakat. Yakni merupakan refleksi dari unsur – unsur berikut :
1. Hukum merupakan refleksi dari kebiasaan, tabiat, dan perilaku masyrakat
2. Hukum merupakan refleksi hak dari moralitas masyarakat maupun moralitas universal
3. Hukum merupakan refleksi dari kebutuhan masyarakat terhadap suatu keadilan dan
ketertiban sosial dalam menata interaksi antar anggota masyarakat.
Pesatnya perkembangan masyarakat, teknologi dan informasi pada abad ke dua puluh
dan umumnya sulit di ikuti, sector hukum telah menyebabkan orang berpikir ulang tentang
hukum. Dengan mulai memutuskan perhatiannya terhadap interaksi antara sector hukum
dan masyarakat. Dimana hukum tersebut di terapkan, namun masalah kesadaran hukum
masyarakat masih menjadi salah satu factor terpenting dari efektifitas suatu hukum yang
diperlukan dalam suatu Negara. Sering di sebutkan bahwa hukum haruslah sesuai dengan
kesadaran hukum masyarakat. Artinya, hukum tersebut haruslah mengikuti kehendak dari
1
masyarakat. Disamping itu hukum yang baik adalah hukum yang baik sesuai dengan
perasaan hukum manusia (pelarangan). Maksudnya sebenarnya sama, hanya jika kesadaran
hukum dikaitkan dengan masyarakat. Sementara perasaan hukum dikaitkan dengan
manusia.
Pembaharuan hukum menuntut adanya adanya pembaharuan ideologi hukum yaitu
system nilai yang dijadikan spirit dalam perangkat hukum tersebut. Ideology hukum yang
ada dalam pemerintahan kolonial Belanda, Orde lama, Orde baru sangat berbeda dengan
Ideologi hukum. Perangkat perundang – undangan pada masa setelah era reformasi.
Produk hukum pemerintah Otoreter yang berideologi kekuasaan berbeda dengan
produk hukum yang berideologi, nilai – nilai Hak Asasi Manusia (HAM) berspirit
kerakyatan dan egalitarian.
Hal ini, mendorong masyarakat sebagai stakeholder dalam penerapan hukum,
masyarakat (Ormas, LSM, Pers, Perguruan Tinggi) selalu di tuntut partisipasi aktifnya dalam
realita kehidupan masyarakat dan memberikan arah bagi perjalanan peradaban bangsa.
Sehingga masyarakat yang sehat selalu menyediakan bahan bakar keadilan yaitu kejujuran
dan keberanian, agar perjalanan masyarakat dan Negara tidak menyimpang dari tujuan
bersama.
Hukum mempunyai peranan sangat besar dalam pergaulan hidup di tengah – tengah
masyarakat. Hal ini dapat di lihat dari ketertiban, ketentraman, dan tidak terjadinya
ketegangan di dalam masyarakat, karena hukum mengatur menentukan hak dan kewajiban
serta melindungi kepentingan individu dan kepentingan sosial.
Berdasarkan latar belakang tersebut Penulis tertarik untuk membahas masalah ini
dengan judul “Peranan Masyarakat Dalam Pemberlakuan Hukum”.
B. Masalah Pokok
2
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang masalah. Penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan hukum di Indonesia?
2. Bagaimana peranan masyarakat dalam pemberlakuan hukum?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Hukum
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan
masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan
sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang
berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan
kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas
kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih. Administratif
hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum
internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari
perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer. filsuf Aristotle menyatakan bahwa
"Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada dibandingkan dengan peraturan
tirani yang merajalela”.
B.
Bidang hukum
3
Hukum dapat dibagi dalam berbagai bidang, antara lain hukum pidana/hukum publik,
hukum perdata/hukum pribadi, hukum acara, hukum tata negara, hukum administrasi
negara/hukum tata usaha negara, hukum internasional, hukum adat, hukum islam, hukum
agraria, hukum bisnis, dan hukum lingkungan.
Hukum pidana
Hukum pidana termasuk pada ranah hukum publik. Hukum pidana adalah hukum
yang mengatur hubungan antar subjek hukum dalam hal perbuatan - perbuatan yang
diharuskan dan dilarang oleh peraturan perundang - undangan dan berakibat diterapkannya
sanksi berupa pemidanaan dan/atau denda bagi para pelanggarnya. Dalam hukum pidana
dikenal 2 jenis perbuatan yaitu kejahatan dan pelanggaran. Kejahatan ialah perbuatan yang
tidak hanya bertentangan dengan peraturan perundang - undangan tetapi juga bertentangan
dengan nilai moral, nilai agama dan rasa keadilan masyarakat. Pelaku pelanggaran berupa
kejahatan mendapatkan sanksi berupa pemidanaan, contohnya mencuri, membunuh, berzina,
memperkosa dan sebagainya. Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang
oleh peraturan perundangan namun tidak memberikan efek yang tidak berpengaruh secara
langsung kepada orang lain, seperti tidak menggunakan helm, tidak menggunakan sabuk
pengaman dalam berkendaraan, dan sebagainya. Di Indonesia, hukum pidana diatur secara
umum dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), yang merupakan peninggalan
dari zaman penjajahan Belanda, sebelumnya bernama Wetboek van Straafrecht (WvS). KUHP
merupakan lex generalis bagi pengaturan hukum pidana di Indonesia dimana asas-asas umum
termuat dan menjadi dasar bagi semua ketentuan pidana yang diatur di luar KUHP (lex
specialis)
4
Hukum pidana dalam Islam dinamakan qisas, yaitu nyawa dibalas dengan nyawa, tangan
dengan tangan, tetapi di dalam Islam ketika ada orang yang membunuh tidak langsung
dibunuh, karena harus melalui proses pemeriksaan apakah yang membunuh itu sengaja atau
tidak disengaja, jika sengaja jelas hukumannya adalah dibunuh jika tidak disengaja wajib
membayar di dalam Islam wajib memerdekakan budak yang selamat, jika tidak ada
membayar dengan 100 onta, jika mendapat pengampunan dari si keluarga korban maka tidak
akan terkena hukuman."
Hukum perdata
Salah satu bidang hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara individu-
individu dalam masyarakat dengan saluran tertentu. Hukum perdata disebut juga hukum
privat atau hukum sipil. Salah satu contoh hukum perdata dalam masyarakat adalah jual beli
rumah atau kendaraan .
Hukum perdata dapat digolongkan antara lain menjadi:
1. Hukum keluarga
2. Hukum harta kekayaan
3. Hukum benda
4. Hukum Perikatan
5. Hukum Waris
Hukum acara
Untuk tegaknya hukum materiil diperlukan hukum acara atau sering juga disebut hukum
formil. Hukum acara merupakan ketentuan yang mengatur bagaimana cara dan siapa yang
berwenang menegakkan hukum materiil dalam hal terjadi pelanggaran terhadap hukum
5
materiil. Tanpa hukum acara yang jelas dan memadai, maka pihak yang berwenang
menegakkan hukum materiil akan mengalami kesulitan menegakkan hukum materiil. Untuk
menegakkan ketentuan hukum materiil pidana diperlukan hukum acara pidana, untuk hukum
materiil perdata, maka ada hukum acara perdata. Sedangkan, untuk hukum materiil tata usaha
negara, diperlukan hukum acara tata usaha negara. Hukum acara pidana harus dikuasai
terutama oleh para polisi, jaksa, advokat, hakim, dan petugas Lembaga Pemasyarakatan.
Hukum acara pidana yang harus dikuasai oleh polisi terutama hukum acara pidana
yang mengatur soal penyelidikan dan penyidikan, oleh karena tugas pokok polisi menrut
hukum acara pidana (KUHAP) adalah terutama melaksanakan tugas penyelidikan dan
penyidikan. Yang menjadi tugas jaksa adalah penuntutan dan pelaksanaan putusan hakim
pidana. Oleh karena itu, jaksa wajib menguasai terutama hukum acara yang terkait dengan
tugasnya tersebut. Sedangkan yang harus menguasai hukum acara perdata. termasuk hukum
acara tata usaha negara terutama adalah advokat dan hakim. Hal ini disebabkan di dalam
hukum acara perdata dan juga hukum acara tata usaha negara, baik polisi maupun jaksa
(penuntut umum) tidak diberi peran seperti halnya dalam hukum acara pidana. Advokatlah
yang mewakili seseorang untuk memajukan gugatan, baik gugatan perdata maupun gugatan
tata usaha negara, terhadap suatu pihak yang dipandang merugikan kliennya. Gugatan itu
akan diperiksa dan diputus oleh hakim. Pihak yang digugat dapat pula menunjuk seorang
advokat mewakilinya untuk menangkis gugatan tersebut.
Tegaknya supremasi hukum itu sangat tergantung pada kejujuran para penegak hukum itu
sendiri yang dalam menegakkan hukum diharapkan benar-benar dapat menjunjung tinggi
kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Para penegak hukum itu adalah hakim, jaksa, polisi,
advokat, dan petugas Lembaga Pemasyarakatan. Jika kelima pilar penegak hukum ini benarbenar menegakkan hukum itu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah disebutkan di
6
atas, maka masyarakat akan menaruh respek yang tinggi terhadap para penegak hukum.
Dengan semakin tingginya respek itu, maka masyarakat akan terpacu untuk menaati hukum
C.
Fungsi dan Penerapan Hukum di Masyarakat
Hukum mempunyai peranan sangat besar dalam pergaulan hidup di tengah-tengah
masyarakat. Hal ini dapat di lihat dari ketertiban, ketentraman dan tidak terjadinya
ketegangan di dalam masyarakat, karena hukum mengatur menentukan hak dan kewajiban
serta mengatur, menentukan hak dan kewajiban serta melindungi kepentingan individu dan
kepentingan sosial. Menurut J.F. Glastra Van Loon, fungsi dan penerapan hukum di
masyarakat adalah:
–
Menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup.
–
Menyelesaikan pertikaian.
–
Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan-aturan jika perlu dengan kekerasan.
–
Memelihara dan mempertahankan hak tersebut.
–
Mengubah tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian dengan kebutuhan
masvarakat.
–
Memenuhi tuntutan keadilan dan kepastian hukum dengan cara merealisasi fungsi-fungsi di
atas.
Sedangkan menurut Prof.Dr. Soerjono Soekanto adalah :
–
Alat ketertiban dan ketentraman masyarakat,
–
Sarana untuk mewujudkan keadilan social lahir bathin.
–
Sarana penggerak pembangunan.
Fungsi kritis hukum dewasa ini adalah Daya kerja hukum tidak semata-mata
pengawasan pada aparatur pemerintah (petugas), tetapi termasuk juga aparatur penegak
hukum. Dengan demikian hukum harus memiliki fungsi-fungsi yang sedemikian rupa,
sehingga dalam masyarakat dapat diwujudkan ketertiban, keteraturan, keadilan dan
7
perkembangan : Agar hukum dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, maka bagi
pelaksanaan penegak hukum dituntut kemampuan untuk melaksanakan atau menerapkan
hukum, dengan seninya masing-masing, antara lain dengan menafsirkan hukum sedemikian
rupa sesuai keadaan dan posisi pihak-pihak. Bila perlu dengan menerapkan analogis atau
menentukan kebijaksanaan untuk hal yang sama, atau hampir sama, serta penghalusan hukum
(Rechtsfervinjing). Di samping itu perlu diperhatikan faktor pelaksana penegak hukum,
bahwa yang dibutuhkan adalah kecekatan, ketangkasan dan keterampilannya. Ingat
adagium :The singer not a song atau The most important is not the system, but the man
behind the system Dalam hal ini si penyanyi adalah semua insan di mana hukum berlaku,
baik warga masyarakat maupun para pejabat, termasuk para penegak hukum (Soejono
Dirdjosisworo, 1983 : 155).
8
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Peranan Masyarakat dalam Pemberlakuan Hukum
Hukum mempunyai fungsi untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan
manusia (-seluruh manusia tanpa terkecuali-). Oleh karena itu maka hukum harus
dilaksanakan agar kepentingan manusia tersebut dapat terlindungi. Dalam pelaksanaannya,
hukum dapat berlangsung secara normal dan damai, akan tetapi dapat juga terjadi
pelanggaran-pelanggaran hukum dalam prakteknya. Dalam hal ini hukum yang telah
dilanggar itu harus ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum ini menjadi
kenyataan. Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang selalu harus diperhatikan, yaitu :
kepastian hukum (Rechtssicherheit), kemanfaatan (Zweckmassigkeit) dan keadilan
(Gerechtigkeit).
Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan. Setiap orang mengharapkan dapat
ditetapkannya hukum dalam hal terjadi peristiwa konkrit. Bagaimana hukumnya itulah yang
harus berlaku; fiat justitia et pereat mundus ( meskipun dunia ini runtuh hukum harus
ditegakkan ). Itulah yang diinginkan oleh kepastian hukum. Masyarakat mengharapkan
adanya kepastian hukum. Karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih
tertib. Sebaliknya masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau penegakan
hukum. Masyarakat sangat berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan hukum,
keadilan diperhatikan. Dalam pelaksanaan atau penegakan hukum harus adil.
Dalam kehidupan bermasyarakat diperlukan suatu sistem hukum untuk menciptakan
kehidupan masyarakat yang harmonis dan teratur. Kenyataannya hukum atau peraturan
9
perundang-undangan yang dibuat tidak mencakup seluruh perkara yang timbul dalam
masyarakat sehingga menyulitkan penegak hukum untuk menyelesaikan perkara tersebut.
Dalam usaha menyelesaikan suatu perkara adakalanya hakim menghadapi masalah belum
adanya peraturan perundang-undangan yang dapat langsung digunakan untuk menyelesaikan
perkara yang bersangkutan, walaupun semua metode penafsiran telah digunakan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masyarakat sebagai stakeholder dalam penerapan hukum, masyarakat (Ormas, LSM,
Pers, Perguruan Tinggi) selalu di tuntut partisipasi aktifnya dalam realita kehidupan
masyarakat dan memberikan arah bagi perjalanan peradaban bangsa. Sehingga masyarakat
yang sehat selalu menyediakan bahan bakar keadilan yaitu kejujuran dan keberanian, agar
perjalanan masyarakat dan Negara tidak menyimpang dari tujuan bersama.
Hukum mempunyai peranan sangat besar dalam pergaulan hidup di tengah – tengah
masyarakat. Hal ini dapat di lihat dari ketertiban, ketentraman, dan tidak terjadinya
ketegangan di dalam masyarakat, karena hukum mengatur menentukan hak dan kewajiban
serta melindungi kepentingan individu dan kepentingan sosial.
B.
Saran
Adapun saran – saran dalam pembuatan Makalah “Peranan Masyarakat dalam
Pemberlakuan Hukum” adalah :
1.
Secara Umum
10
Secara umum penulis menyarankan bahwa peranan masyarakat dalam pemberlakuan
hukum sangat berarti dalam peningkatan kredibilitas hukum dan pemberlakuan
penegakan hukum.
2.
Secara Khusus
Secara Khusus penulis menyarankan agar penerapan hukum yang berlaku di
masyarakat dapat ditegakan sesuai dengan perundangan yang berlaku di masyarakat.
Mudah – mudahan dengan pembuatan makalah ini dapat berguna bagi Pembaca
secara umum maupun penulis secara khusus. Apabila terdapat kekurangan dalam pembuatan
makalah ini Penulis mengharapkan mendapat saran dan ide yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Globalisasi telah merambah hampir di semua ranah kehidupan masyarakat, baik itu di
bidang ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, dan teknologi (IPTEK), budaya, pendidikan, dan
lain – lain. Walaupun istilah ‘globalisasi’ telah menjadi suatu kosakata klasik, tetapi suka
atau tidak suka, masyarakat di seluruh pelosok dunia sekarang ini telah hidup dalam suatu
habitat global, transparant, tanpa batas, saling mengait (linkage), dan saling ketergantungan
(interdependence).
Hukum merupakan deskripsi ilmu yang sudah sudah dewasa sangat berkembang
dewasa ini. Penelaahan hukum secara Sosiologis menunjukkan bahwa hukum merupakan
refleksi dari kehidupan masyarakat. Yakni merupakan refleksi dari unsur – unsur berikut :
1. Hukum merupakan refleksi dari kebiasaan, tabiat, dan perilaku masyrakat
2. Hukum merupakan refleksi hak dari moralitas masyarakat maupun moralitas universal
3. Hukum merupakan refleksi dari kebutuhan masyarakat terhadap suatu keadilan dan
ketertiban sosial dalam menata interaksi antar anggota masyarakat.
Pesatnya perkembangan masyarakat, teknologi dan informasi pada abad ke dua puluh
dan umumnya sulit di ikuti, sector hukum telah menyebabkan orang berpikir ulang tentang
hukum. Dengan mulai memutuskan perhatiannya terhadap interaksi antara sector hukum
dan masyarakat. Dimana hukum tersebut di terapkan, namun masalah kesadaran hukum
masyarakat masih menjadi salah satu factor terpenting dari efektifitas suatu hukum yang
diperlukan dalam suatu Negara. Sering di sebutkan bahwa hukum haruslah sesuai dengan
kesadaran hukum masyarakat. Artinya, hukum tersebut haruslah mengikuti kehendak dari
1
masyarakat. Disamping itu hukum yang baik adalah hukum yang baik sesuai dengan
perasaan hukum manusia (pelarangan). Maksudnya sebenarnya sama, hanya jika kesadaran
hukum dikaitkan dengan masyarakat. Sementara perasaan hukum dikaitkan dengan
manusia.
Pembaharuan hukum menuntut adanya adanya pembaharuan ideologi hukum yaitu
system nilai yang dijadikan spirit dalam perangkat hukum tersebut. Ideology hukum yang
ada dalam pemerintahan kolonial Belanda, Orde lama, Orde baru sangat berbeda dengan
Ideologi hukum. Perangkat perundang – undangan pada masa setelah era reformasi.
Produk hukum pemerintah Otoreter yang berideologi kekuasaan berbeda dengan
produk hukum yang berideologi, nilai – nilai Hak Asasi Manusia (HAM) berspirit
kerakyatan dan egalitarian.
Hal ini, mendorong masyarakat sebagai stakeholder dalam penerapan hukum,
masyarakat (Ormas, LSM, Pers, Perguruan Tinggi) selalu di tuntut partisipasi aktifnya dalam
realita kehidupan masyarakat dan memberikan arah bagi perjalanan peradaban bangsa.
Sehingga masyarakat yang sehat selalu menyediakan bahan bakar keadilan yaitu kejujuran
dan keberanian, agar perjalanan masyarakat dan Negara tidak menyimpang dari tujuan
bersama.
Hukum mempunyai peranan sangat besar dalam pergaulan hidup di tengah – tengah
masyarakat. Hal ini dapat di lihat dari ketertiban, ketentraman, dan tidak terjadinya
ketegangan di dalam masyarakat, karena hukum mengatur menentukan hak dan kewajiban
serta melindungi kepentingan individu dan kepentingan sosial.
Berdasarkan latar belakang tersebut Penulis tertarik untuk membahas masalah ini
dengan judul “Peranan Masyarakat Dalam Pemberlakuan Hukum”.
B. Masalah Pokok
2
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang masalah. Penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penerapan hukum di Indonesia?
2. Bagaimana peranan masyarakat dalam pemberlakuan hukum?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Hukum
Hukum adalah sistem yang terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan dari bentuk penyalahgunaan kekuasaan dalam bidang politik, ekonomi dan
masyarakat dalam berbagai cara dan bertindak, sebagai perantara utama dalam hubungan
sosial antar masyarakat terhadap kriminalisasi dalam hukum pidana, hukum pidana yang
berupayakan cara negara dapat menuntut pelaku dalam konstitusi hukum menyediakan
kerangka kerja bagi penciptaan hukum, perlindungan hak asasi manusia dan memperluas
kekuasaan politik serta cara perwakilan di mana mereka yang akan dipilih. Administratif
hukum digunakan untuk meninjau kembali keputusan dari pemerintah, sementara hukum
internasional mengatur persoalan antara berdaulat negara dalam kegiatan mulai dari
perdagangan lingkungan peraturan atau tindakan militer. filsuf Aristotle menyatakan bahwa
"Sebuah supremasi hukum akan jauh lebih baik dari pada dibandingkan dengan peraturan
tirani yang merajalela”.
B.
Bidang hukum
3
Hukum dapat dibagi dalam berbagai bidang, antara lain hukum pidana/hukum publik,
hukum perdata/hukum pribadi, hukum acara, hukum tata negara, hukum administrasi
negara/hukum tata usaha negara, hukum internasional, hukum adat, hukum islam, hukum
agraria, hukum bisnis, dan hukum lingkungan.
Hukum pidana
Hukum pidana termasuk pada ranah hukum publik. Hukum pidana adalah hukum
yang mengatur hubungan antar subjek hukum dalam hal perbuatan - perbuatan yang
diharuskan dan dilarang oleh peraturan perundang - undangan dan berakibat diterapkannya
sanksi berupa pemidanaan dan/atau denda bagi para pelanggarnya. Dalam hukum pidana
dikenal 2 jenis perbuatan yaitu kejahatan dan pelanggaran. Kejahatan ialah perbuatan yang
tidak hanya bertentangan dengan peraturan perundang - undangan tetapi juga bertentangan
dengan nilai moral, nilai agama dan rasa keadilan masyarakat. Pelaku pelanggaran berupa
kejahatan mendapatkan sanksi berupa pemidanaan, contohnya mencuri, membunuh, berzina,
memperkosa dan sebagainya. Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang hanya dilarang
oleh peraturan perundangan namun tidak memberikan efek yang tidak berpengaruh secara
langsung kepada orang lain, seperti tidak menggunakan helm, tidak menggunakan sabuk
pengaman dalam berkendaraan, dan sebagainya. Di Indonesia, hukum pidana diatur secara
umum dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), yang merupakan peninggalan
dari zaman penjajahan Belanda, sebelumnya bernama Wetboek van Straafrecht (WvS). KUHP
merupakan lex generalis bagi pengaturan hukum pidana di Indonesia dimana asas-asas umum
termuat dan menjadi dasar bagi semua ketentuan pidana yang diatur di luar KUHP (lex
specialis)
4
Hukum pidana dalam Islam dinamakan qisas, yaitu nyawa dibalas dengan nyawa, tangan
dengan tangan, tetapi di dalam Islam ketika ada orang yang membunuh tidak langsung
dibunuh, karena harus melalui proses pemeriksaan apakah yang membunuh itu sengaja atau
tidak disengaja, jika sengaja jelas hukumannya adalah dibunuh jika tidak disengaja wajib
membayar di dalam Islam wajib memerdekakan budak yang selamat, jika tidak ada
membayar dengan 100 onta, jika mendapat pengampunan dari si keluarga korban maka tidak
akan terkena hukuman."
Hukum perdata
Salah satu bidang hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara individu-
individu dalam masyarakat dengan saluran tertentu. Hukum perdata disebut juga hukum
privat atau hukum sipil. Salah satu contoh hukum perdata dalam masyarakat adalah jual beli
rumah atau kendaraan .
Hukum perdata dapat digolongkan antara lain menjadi:
1. Hukum keluarga
2. Hukum harta kekayaan
3. Hukum benda
4. Hukum Perikatan
5. Hukum Waris
Hukum acara
Untuk tegaknya hukum materiil diperlukan hukum acara atau sering juga disebut hukum
formil. Hukum acara merupakan ketentuan yang mengatur bagaimana cara dan siapa yang
berwenang menegakkan hukum materiil dalam hal terjadi pelanggaran terhadap hukum
5
materiil. Tanpa hukum acara yang jelas dan memadai, maka pihak yang berwenang
menegakkan hukum materiil akan mengalami kesulitan menegakkan hukum materiil. Untuk
menegakkan ketentuan hukum materiil pidana diperlukan hukum acara pidana, untuk hukum
materiil perdata, maka ada hukum acara perdata. Sedangkan, untuk hukum materiil tata usaha
negara, diperlukan hukum acara tata usaha negara. Hukum acara pidana harus dikuasai
terutama oleh para polisi, jaksa, advokat, hakim, dan petugas Lembaga Pemasyarakatan.
Hukum acara pidana yang harus dikuasai oleh polisi terutama hukum acara pidana
yang mengatur soal penyelidikan dan penyidikan, oleh karena tugas pokok polisi menrut
hukum acara pidana (KUHAP) adalah terutama melaksanakan tugas penyelidikan dan
penyidikan. Yang menjadi tugas jaksa adalah penuntutan dan pelaksanaan putusan hakim
pidana. Oleh karena itu, jaksa wajib menguasai terutama hukum acara yang terkait dengan
tugasnya tersebut. Sedangkan yang harus menguasai hukum acara perdata. termasuk hukum
acara tata usaha negara terutama adalah advokat dan hakim. Hal ini disebabkan di dalam
hukum acara perdata dan juga hukum acara tata usaha negara, baik polisi maupun jaksa
(penuntut umum) tidak diberi peran seperti halnya dalam hukum acara pidana. Advokatlah
yang mewakili seseorang untuk memajukan gugatan, baik gugatan perdata maupun gugatan
tata usaha negara, terhadap suatu pihak yang dipandang merugikan kliennya. Gugatan itu
akan diperiksa dan diputus oleh hakim. Pihak yang digugat dapat pula menunjuk seorang
advokat mewakilinya untuk menangkis gugatan tersebut.
Tegaknya supremasi hukum itu sangat tergantung pada kejujuran para penegak hukum itu
sendiri yang dalam menegakkan hukum diharapkan benar-benar dapat menjunjung tinggi
kebenaran, keadilan, dan kejujuran. Para penegak hukum itu adalah hakim, jaksa, polisi,
advokat, dan petugas Lembaga Pemasyarakatan. Jika kelima pilar penegak hukum ini benarbenar menegakkan hukum itu dengan menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah disebutkan di
6
atas, maka masyarakat akan menaruh respek yang tinggi terhadap para penegak hukum.
Dengan semakin tingginya respek itu, maka masyarakat akan terpacu untuk menaati hukum
C.
Fungsi dan Penerapan Hukum di Masyarakat
Hukum mempunyai peranan sangat besar dalam pergaulan hidup di tengah-tengah
masyarakat. Hal ini dapat di lihat dari ketertiban, ketentraman dan tidak terjadinya
ketegangan di dalam masyarakat, karena hukum mengatur menentukan hak dan kewajiban
serta mengatur, menentukan hak dan kewajiban serta melindungi kepentingan individu dan
kepentingan sosial. Menurut J.F. Glastra Van Loon, fungsi dan penerapan hukum di
masyarakat adalah:
–
Menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup.
–
Menyelesaikan pertikaian.
–
Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan-aturan jika perlu dengan kekerasan.
–
Memelihara dan mempertahankan hak tersebut.
–
Mengubah tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian dengan kebutuhan
masvarakat.
–
Memenuhi tuntutan keadilan dan kepastian hukum dengan cara merealisasi fungsi-fungsi di
atas.
Sedangkan menurut Prof.Dr. Soerjono Soekanto adalah :
–
Alat ketertiban dan ketentraman masyarakat,
–
Sarana untuk mewujudkan keadilan social lahir bathin.
–
Sarana penggerak pembangunan.
Fungsi kritis hukum dewasa ini adalah Daya kerja hukum tidak semata-mata
pengawasan pada aparatur pemerintah (petugas), tetapi termasuk juga aparatur penegak
hukum. Dengan demikian hukum harus memiliki fungsi-fungsi yang sedemikian rupa,
sehingga dalam masyarakat dapat diwujudkan ketertiban, keteraturan, keadilan dan
7
perkembangan : Agar hukum dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, maka bagi
pelaksanaan penegak hukum dituntut kemampuan untuk melaksanakan atau menerapkan
hukum, dengan seninya masing-masing, antara lain dengan menafsirkan hukum sedemikian
rupa sesuai keadaan dan posisi pihak-pihak. Bila perlu dengan menerapkan analogis atau
menentukan kebijaksanaan untuk hal yang sama, atau hampir sama, serta penghalusan hukum
(Rechtsfervinjing). Di samping itu perlu diperhatikan faktor pelaksana penegak hukum,
bahwa yang dibutuhkan adalah kecekatan, ketangkasan dan keterampilannya. Ingat
adagium :The singer not a song atau The most important is not the system, but the man
behind the system Dalam hal ini si penyanyi adalah semua insan di mana hukum berlaku,
baik warga masyarakat maupun para pejabat, termasuk para penegak hukum (Soejono
Dirdjosisworo, 1983 : 155).
8
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Peranan Masyarakat dalam Pemberlakuan Hukum
Hukum mempunyai fungsi untuk memberikan perlindungan terhadap kepentingan
manusia (-seluruh manusia tanpa terkecuali-). Oleh karena itu maka hukum harus
dilaksanakan agar kepentingan manusia tersebut dapat terlindungi. Dalam pelaksanaannya,
hukum dapat berlangsung secara normal dan damai, akan tetapi dapat juga terjadi
pelanggaran-pelanggaran hukum dalam prakteknya. Dalam hal ini hukum yang telah
dilanggar itu harus ditegakkan. Melalui penegakan hukum inilah hukum ini menjadi
kenyataan. Dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang selalu harus diperhatikan, yaitu :
kepastian hukum (Rechtssicherheit), kemanfaatan (Zweckmassigkeit) dan keadilan
(Gerechtigkeit).
Hukum harus dilaksanakan dan ditegakkan. Setiap orang mengharapkan dapat
ditetapkannya hukum dalam hal terjadi peristiwa konkrit. Bagaimana hukumnya itulah yang
harus berlaku; fiat justitia et pereat mundus ( meskipun dunia ini runtuh hukum harus
ditegakkan ). Itulah yang diinginkan oleh kepastian hukum. Masyarakat mengharapkan
adanya kepastian hukum. Karena dengan adanya kepastian hukum masyarakat akan lebih
tertib. Sebaliknya masyarakat mengharapkan manfaat dalam pelaksanaan atau penegakan
hukum. Masyarakat sangat berkepentingan bahwa dalam pelaksanaan atau penegakan hukum,
keadilan diperhatikan. Dalam pelaksanaan atau penegakan hukum harus adil.
Dalam kehidupan bermasyarakat diperlukan suatu sistem hukum untuk menciptakan
kehidupan masyarakat yang harmonis dan teratur. Kenyataannya hukum atau peraturan
9
perundang-undangan yang dibuat tidak mencakup seluruh perkara yang timbul dalam
masyarakat sehingga menyulitkan penegak hukum untuk menyelesaikan perkara tersebut.
Dalam usaha menyelesaikan suatu perkara adakalanya hakim menghadapi masalah belum
adanya peraturan perundang-undangan yang dapat langsung digunakan untuk menyelesaikan
perkara yang bersangkutan, walaupun semua metode penafsiran telah digunakan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Masyarakat sebagai stakeholder dalam penerapan hukum, masyarakat (Ormas, LSM,
Pers, Perguruan Tinggi) selalu di tuntut partisipasi aktifnya dalam realita kehidupan
masyarakat dan memberikan arah bagi perjalanan peradaban bangsa. Sehingga masyarakat
yang sehat selalu menyediakan bahan bakar keadilan yaitu kejujuran dan keberanian, agar
perjalanan masyarakat dan Negara tidak menyimpang dari tujuan bersama.
Hukum mempunyai peranan sangat besar dalam pergaulan hidup di tengah – tengah
masyarakat. Hal ini dapat di lihat dari ketertiban, ketentraman, dan tidak terjadinya
ketegangan di dalam masyarakat, karena hukum mengatur menentukan hak dan kewajiban
serta melindungi kepentingan individu dan kepentingan sosial.
B.
Saran
Adapun saran – saran dalam pembuatan Makalah “Peranan Masyarakat dalam
Pemberlakuan Hukum” adalah :
1.
Secara Umum
10
Secara umum penulis menyarankan bahwa peranan masyarakat dalam pemberlakuan
hukum sangat berarti dalam peningkatan kredibilitas hukum dan pemberlakuan
penegakan hukum.
2.
Secara Khusus
Secara Khusus penulis menyarankan agar penerapan hukum yang berlaku di
masyarakat dapat ditegakan sesuai dengan perundangan yang berlaku di masyarakat.
Mudah – mudahan dengan pembuatan makalah ini dapat berguna bagi Pembaca
secara umum maupun penulis secara khusus. Apabila terdapat kekurangan dalam pembuatan
makalah ini Penulis mengharapkan mendapat saran dan ide yang membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
11