Sastra dan Psikologi oleh Dipa Nugraha

Sastra dan Psikologi
oleh Dipa Nugraha
diterbitkan pertama kali pada 21 Maret 2011 di:

http://dipanugraha.blog.com/2011/03/21/sastra-dan-psikologi/

Sebenarnya, sastra dan psikologi adalah dua hal yang berbeda. Psikologi adalah
ilmu tentang perilaku (Kendler, 1963: 2) dan bukan hanya studi ilmiah perilaku namun
juga pikiran (Kassin, 2008: 1). Sedangkan definisi yang lebih lengkap diberikan oleh
Kagan dan Haveman. Mereka mendefinisikan psikologi sebagai:

Psychology is the science that systemically studies and attempts to explain
observable behavior and its relationship (1) to the unseen process, mental and
physical that go on inside the organism, and (2) to external events in the
environment (1976: 8).
Sebagai simpulan, psikologi adalah ilmu yang berusaha mencari jawaban atas
problematika jiwa (psyche) dan atau mencari gambaran tentang bagaimana pikiran
(mind, mental, attitude) manusia dapat mempengaruhi perilaku atau respon manusia.
Lalu bagaimanakah 2 hal yang berbeda, psikologi dan sastra, bisa saling bertaut?
Sudah merupakan kemahfuman bahwa sastra adalah representasi kehidupan manusia.
Dan oleh sebab itulah maka psikologi, sebagai sebuah ilmu yang “menganalisis” manusia

seperti telah diterangkan di atas, masuk ke dalam studi sastra. Wellek dan Warren
(1970: 81) menjabarkan tentang bagaimana psikologi dapat diterapkan di dalam studi
sastra. Ada empat hal yang menjadi perhatian yaitu: studi tipe karakter psikologis
seorang pengarang, studi tentang proses penciptaan suatu karya, studi mengenai tipe
atau teori psikologi yang muncul di dalam karya, dan yang terakhir adalah efek suatu
karya terhadap penikmatnya. Sekarang menjadi jelaslah sudah bagaimana ilmu psikologi
dapat masuk di dalam studi sastra.
Sebenarnya, studi sastra dengan pendekatan psikologi disulut oleh Freud dengan
pernyataan bahwa:

The artist is originally a man who turns from reality because he cannot come to
terms with the demand for the renunciation of instinctual satisfaction as it is first
made, and who then in phantasy-life allows full play to his erotic and ambitious
wishes. But he finds a way of return from this world of phantasy back to reality;
with his special gifts, he moulds his phantasies into a new kind of reality, and men
concede them a justification as valuable reflection of actual life. Thus by a certain
path he actually becomes the hero, king, creator, favourite he desired to be,
without the circuitous path of creating real alterations in the outer world (dalam
Wellek dan Warren, 1970: 82).
Dengan kata lain, Freud menyatakan bahwa setiap penyair adalah “pelamun” yang lari

dari kenyataan hidup. Menurut Freud, kreativitas adalah bentuk dari pelarian terhadap
apa yang dialami seorang pengarang. Jadi kesimpulan tentang kepribadian pengarang
dapat diperoleh lewat studi atas beberapa karya pengarang (Hardjana, 1994: 63 – 64)
karena, masih menurut Freud, “setiap karya sastra adalah sebuah museum alam bawah
sadar, suatu bentuk kontemplasi dari alam bawah sadar lewat sesuatu yang mungkin
diejawantahkan” (dalam Thorpe ed., 1967: 75). Dan bentuk pengejawantahan tersebut
bukan melalui hal yang bersifat destruktif namun kepada sesuatu pelarian total dari
represi dan bahwa keajegan pola pada karya-karya suatu pengarang merupakan
proyeksi mental atau jiwa seorang pengarang. Sebagai misal, studi terhadap karya-karya
Iwan Simatupang dapat atau tidak jika dikaitkan dengan bentuk escapism kematian istri
tercinta dan kemudian dari studi tersebut dapatlah dibentuk suatu analisis kepribadian
Iwan Simatupang. Absurditas sebagai suasana yang muncul di dalam karya-karyanya
akan dapat menampilkan suatu kesimpulan tentang bagaimana keadaan jiwa Iwan
Simatupang. Sedang pada kajian sastra pop, sebagai misal, lirik lagu-lagu Ahmad Dhani
dapatlah dijadikan objek mengenai proyeksi jiwa Ahmad Dhani yang dipenuhi “cinta
mati”, “cinta bertepuk sebelah tangan”, dan “cinta yang harus membunuh saingan”.
Ketika berbicara tentang studi terhadap proses kreatif suatu karya, perlu diingat
teori psikoanalisis menyatakan secara gamblang bahwa kelahiran suatu karya tidaklah
hanya melulu karena kebutuhan seseorang untuk melarikan diri dari kenyataan. Bahan
yang dimiliki seseorang di alam bawah sadarnya masih membutuhkan proses kreatif;


pengelolaan dan penciptaan (Crews dalam Thorpe ed., 1967: 85). Analisis terhadap
proses kreatif membutuhkan pengetahuan tentang riwayat hidup dan dokumen-dokumen
pribadi seorang pengarang yang relevan dengan kelahiran suatu karya. Tolok ukur studi
adalah kombinasi antara pikiran sadar dan bawah sadar. Pertanyaan yang bisa
dicarijawabnya adalah keadaan mental yang bagaimana yang dialami seorang
pengarang dan alasan logis seperti apakah sehingga dapat muncul sebuah karya atau
dapatlah dikatakan bahwa kajian ini berusaha menggambarkan persepsi pengarang
terhadap realitas yang dialaminya. Analisis model ini berusaha membedah bagaimana
seorang pengarang “merespon dan mentransfer” personalisasi dunia nyata ke dalam
dunia fiksii.
Sajak “Senja di Pelabuhan Kecil”ii dapatlah dijadikan objek kajian psikoanalisis
tentang keadaan mental dan proses kreatif Chairil Anwar pada saat sajak diciptakan.
Proyeksi muram, diksi yang membuat sesak, pengetahuan akan cinta Chairil Anwar yang
tertolak oleh Sri Ajati dan keadaan sekitar Chairil Anwar pada saat itu dapatlah menjadi
fokus di dalam analisis sajak tersebut. Analisis model ini yang telah berhasil dilakukan
dapat kita baca misalnya pada kajian Bushra Naz (2011) ketika membedah karya Franz
Kafka, The Hunger Artistiii dan Asep Supriadi (2006)iv manakala menghadapi karya
Habiburrahman


El-Shirazy

“Ayat-ayat

Cinta”v.

Buku

yang

bagus

untuk

mulai

mengelindani analisis model ini adalah Proses Kreatif (1983) buah tulis Brewster
Ghiselin.
Bentuk lain aplikasi teori psikologi di dalam sastra adalah studi mengenai tipe
kepribadian atau teori psikologi yang muncul di dalam sebuah karya sastra dengan

menggunakan karakter di dalam sebuah karya sebagai objek kajian. Dus, kajian model ini
dapat dikatakan bersifat intrinsik. Teori-teori psikologi dipakai di dalam menganalisis
keadaan jiwa seorang karakter. Sebagai misal, di dalam cerita pendek Edgar Allan Poe
“The Fall of The House of Usher”vi dapatlah digunakan analisis kelainan jiwa

psikoneurotik berdasar teori psikologi George W. Kisker terhadap karakter Roderick
Usher seperti dilakukan Sri Rahayu (2002). Contoh lain adalah penggunaan model
motivasi hirarki 6 tingkat Abraham Maslow terhadap karakter Clyde Griffiths di dalam
novel masterpiece-nya Theodore Dreiser “An American Tragedy”vii atau bisa juga analisis
karakter tersebut dilakukan dengan mengkaji konflik batin tokoh Clyde Griffiths dengan
model konflik struktural batin ala Sigmund Freud; id, ego, dan superego. Teori psikologi
Sigmund Freud ini juga bisa dipakai di dalam analisis kepribadian karakter-karakter yang
ada di dalam karya Stephen Crane “The Open Boat”viii. Sedangkan contoh yang lain
adalah semisal penggunaan teori mimpi Jung di dalam menganalisis mimpi Santiago di
dalam “The Old Man and The Sea”ix sehingga dapat dibentuk gambaran mengenai
kepribadian Santiago yang utuh.
Saat berbicara studi psikologi terhadap karya sastra bilamana dikaitkan dengan
pengaruhnya terhadap pembaca, maka operasionalisasi studi dapat dilakukan dengan
analisis terhadap perubahan sikap dan atau perilaku yang terjadi setelah pembaca
menikmati sebuah karya sastra. Contoh analisis model ini adalah karya Harriet Beecher

Stowe “Uncle Tom’s Cabin”x. Novel ini mempunyai pengaruh yang luar biasa terhadap
pembacanya sehingga sejarah Amerika mengalami perubahan (Kaufman, 2006: 18).
“Uncle Tom’s Cabin” berhasil mengubah pandangan sebagian besar orang Amerika pada
saat

itu

mengenai

definisi

baik

dan

buruk

perbudakan

sehingga


muncul

gerakan abolitionist. Contoh lain aplikasi studi psikologi pada hubungan karya sastra
dengan pembacanya adalah misalnya analisis terhadap karya Habiburrahman El-Shirazy
“Ayat-ayat Cinta” dengan sebuah hipotesis apakah karya ini berhasil mengubah persepsi
psikologis masyarakat Indonesia mengenai poligami sebagaimana dengan kajian yang
berbedaxi Sukirno (dalam Efendi (ed.), 2008: 265) menyimpulkan sebuah klaim mengenai
kesuksesan novel “Ayat-ayat Cinta” di dalam mencelupi persepsi psikologis masyarakat

dunia [dan tentu saja masyarakat Indonesia] tentang kebaikan poligami di dalam Islam
dan atau kebaikan ajaran Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Crews, Frederick C. 1967. “Literature and Psychology” dalam Relations of Literary
Study; Essays on Interdisciplinary Contributions. Thorpe, James (ed.). New York:
Modern Language Association of America.
Efendi, Anwar (ed.). 2008. “Karakteristik Wacana Habiburrahman El Shirazy dalam Novel
Ayat-ayat Cinta: Kajian Analisis Wacana Kritis” dalam Bahasa dan Sastra dalam

Berbagai Perspektif. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Ghiselin, Brewster. 1983. Proses Kreatif terjemahan Wasid Soewarto dari judul asli The
Creative Process. Jakarta: Penerbit Gunung Jati.
Goldmann, Lucien. 1975. “The Genetic Structuralist Method in the History of Literature” di
dalamTowards a Sociology of the Novel terjemahan Alan Sheridan dari judul asli
Pour une sociologie du roman. London: Tavistock Publications.
Hardjana, André. 1994. Kritik Sastra: Sebuah Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
Kagan, Jerome dan Ernest Haveman. 1976. Psychology: An Introduction third edition.
New York: Harcourt Brace Jovanovich, Inc.
Kassin, Saul. 2008. “Psychology.” Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA:
Microsoft Corporation.
Kaufman, Will. 2006. The Civil War in American Culture. UK: Edinburgh University Press.
Kendler, Howard. 1951. Basic Psychology. California: Santa Barbara University.
Naz, Bushra. 2011. “Hope of Death as The Possibility of Life: A Psychosemiotic Reading
of Franz Kafka’s The Hunger Artist as the Narrative of Existence into Non Being”
dalam Pakistan Journal of Social Sciences (PJSS), Vol. 31, No. 1 (June 2011), hlm.
65-77.

Rahayu, Sri. 2002. Psychoneurotic Disorder in Roderick Usher in “The Fall of The House

of Usher” by Edgar Allan Poe (Psychological Analysis) sebuah Skripsi. Surakarta:
FKIP Universitas Sebelas Maret.
Supriadi, Asep. 2006. Transformasi Nilai-nilai Ajaran Islam dalam “Ayat-ayat Cinta” Karya
Habiburrahman El-Shirazy: Kajian Interteks, sebuah Thesis. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Wellek, René dan Austin Warren. 1970. Theory of Literature 3rd Edition. New York:
Harcourt, Brace & World, Inc.

Sastra dan Psikologi by Dipa Nugraha is licensed under a Creative Commons AttributionNonCommercial-NoDerivs 3.0 Unported License.

i

Kajian model ini bertumpang tindih dengan pendekatan Strukturalisme Genetik ala Lucien
Goldmann (bdk. Goldmann, 1975: 156-171).
ii
Sajak karya Chairil Anwar yang ditulis pada tahun 1946.
iii
Cerita pendek yang terkenal dari Franz Kafka, terbit pertama kali di Die Neue Rundschau tahun
1922. Judul asli cerpen ini adalah Ein Hungerkünstler.
iv

Meskipun Asep Supriadi tidak menggunakan kajian psikologi di dalam analisisnya terhadap
novel Ayat-ayat Cinta, namun ketika melalui pisau Intertekstualitas (Kajian Hipogramatika) Asep
Supriadi menyatakan novel ini adalah hasil “resepsi aktif Habiburrahman El-Shirazy terhadap
pembacaan teks-teks [Quran dan Hadist]” sehingga pandangan penulis terhadap isu poligami
tercermin di dalam novelnya, maka ia bisa juga dikatakan sudah melangkah ke model analisis
psikologi (cf. Supriadi, 2006: xi).
v
Novel Ayat-ayat Cinta terbit pertama kali tahun 2004 dan diterbitkan oleh Basmala & Republika.
vi
Cerita pendek karya Edgar Allan Poe. Terbit pertama kali September 1839 di majalah Burton's
Gentleman's Magazine. Cerita ini kemudian terbit tahun 1840 di dalam kumpulan karya Edgar
Allan Poe berjudul Tales of the Grotesque and Arabesque.
vii
Sebuah novel, terbit pertama kali tahun 1925, penerbit: Boni & Liveright.
viii
Cerita pendek, terbit pertama kali 1897 di Scribner’s Magazine, lalu masuk di dalam kumpulan
cerita pendek karya Stephen Crane pada tahun berikutnya, 1898, berjudul The Open Boat and
Other Tales of Adventure, penerbit: Doubleday & McClure.
ix
Sebuah novella yang ditulis oleh Ernest Hemingway pada tahun 1951 dan diterbitkan oleh

Charles Scribner’s Son pada tahun 1952.
x
Terbit 1852, penerbit: John P. Jewett and Company. Novel ini diyakini oleh Will Kaufman
sebagai penyulut Perang Saudara di Amerika pada tahun 1861-1865 (Kaufman, 2006: 18).
xi
Dikatakan berbeda sebab Sukirno mengkaji novel “Ayat-ayat Cinta” dengan analisis wacana.
Justru yang menjadi pertanyaan dan belum dijawab oleh Sukirno adalah mengenai tolok ukur
keberhasilan wacana yang disampaikan oleh novel “Ayat-ayat Cinta” mengenai kebaikan ajaran
Islam terhadap para pembacanya: Apakah berdasar jumlah cetak ulang novel tersebut dan sukses
besar ketika diangkat ke layar lebar? Ataukah “hanya” karena novel tersebut sudah menepati
karakteristik wacana kritis sehingga dikatakan berhasil? (bdk. Sukirno dalam Efendi, 2008).