Hegemoni dan Kapitalisme Finansial Ameri

Hegemoni dan Kapitalisme Finansial Amerika Serikat

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latarbelakang

Amerika Serikat yang merupakan negara terkuat, terkaya, dan tidak tertandingi
khususnya pada paska perang dingin, kini mengalami kemunduran. Faktor terpenting yang
membuat Amerika Serikat mengalami kemunduran tersebut adalah faktor permasalahan sistem
ekonominya. Fenomena ini merupakan permasalahan yang serius, karena bukan hanya
masyarakat dalam negeri Amerika saja yang merasakan dampaknya, melainkan negara dan
masyarakat di seluruh dunia juga terkena dampaknya. Hal ini disebabkan oleh penyebaran
pengaruh dari sistem perekonomian yang digunakan oleh Amerika Serikat, yakni sistem
kapitalisme finansial. Amerika Serikat yang merupakan negara pemenang perang dingin menjadi
sebuah negara absolut yang tidak memiliki pesaing, sehingga negara tersebut dapat dengan
mudah menyebarkan sistem ideologi ekonominya. Penyebaran pengaruh yang signifikan ke
seluruh dunia ini kemudian membawa dunia menuju sebuah era baru. Era baru ini disebut
sebagai era globalisasi, yaitu sebuah era yang berbasiskan pada sistem ekonomi kapitalisme, atau
dapat lebih dikhususkan lagi dengan sebutan sistem ekonomi kapitalisme finansial.1
Sayangnya era globalisasi dan sistem kapitalisme finansial yang diharapkan dapat dengan
cepat membawa masyarakat dunia menuju kesejahteraan, tidak atau belum sesuai dengan fakta

dan realitas yang terjadi. Setelah deklarasi kemenangan perang dingin yang diumumkan oleh
Amerika Serikat, skala waktu krisis finansial relatif menjadi semakin cepat terjadi dibandingkan
dengan era sebelum perang dingin. Mulai dari krisis finansial yang melanda perbankan Asia di
tahun 1990an, krisis dotcom bubble di tahun 2001-2003, dan krisis finansial (dimulai dengan
krisis sub-prime mortgage) di Amerika dan Eropa tahun 2008. Melalui seluruh krisis ini
kedudukan Amerika Serikat sebagai sentral ekonomi dunia, semakin menurun. Penurunan
1 http://www.un.org/en/development/desa/policy/cdp/cdp_background_papers/bp2000_1.pdf

1

tersebut juga dikhawatirkan oleh pemerintah Amerika Serikat dapat menurunkan pengaruh
kekuatan ekonominya atau hegemoni ekonominya di dunia. 2 Secara bersamaan kepercayaan
publik internasional terhadap mata uang dollar berangsur-angsur semakin menurun, dan tentunya
hal tersebut dapat berakibat buruk terhadap perekonomian Amerika Serikat dan terhadap
stabilitas ekonomi internasional.3
Seluruh krisis finansial yang terjadi pada pasca perang dingin, secara jelas
memperlihatkan bahwa sistem perekonomian yang berbasiskan pada logika kapitalisme
(khususnya kapitalisme finansial), pada dasarnya kurang stabil. Pertumbuhan ekonomi sebuah
negara, khususnya Amerika Serikat menjadi semakin sulit dipredikisi. Pada suatu waktu dapat
meningkat secara pesat, dan dalam seketika akan menurun secara mendadak. Penurunan ini

tentunya membuat kesejahteraan masyarakat menjadi terancam. Kita dapat melihat fakta tersebut
melalui kasus krisis finansial di Amerika Serikat pada tahun 2008. Selain dapat disebut dengan
nama Krisis Finansial 2008, dapat juga disebut dengan nama Krisis Sub-prime Mortgage 2008.4
Perekonomian Amerika Serikat di tahun 2004 sampai dengan awal tahun 2007, relatif terus
meningkat, dan kemudian pada tahun 2008 turun sangat drastis. Grafik selanjutnya akan
memperlihatkan pertumbuhan dan penurunan ekonomi Amerika Serikat, yang dimana tren
ekonominya semakin menurun.5

2 Immanuel Wallerstein, The Geopolitics of Arab Turmoil, http://iwallerstein.com/articles/, diakses pada tanggal
21-Agustus-2015
3 James Rickards, The Death of Money: The Coming Collapse of The International Monetary System, (New York: The
Penguin Group), 2014, 110-111
4 Konstantinos Tsanis, The Impact of The 2007-2009 Subprime Mortgage Crisis in The Integrated Oil and Gas
Industry, (Germany: Grininnnin Verlag), 2009, 16
5 US Bureau of Economics, United States GDP Growth Rate, http://www.tradingeconomics.com/united-states/gdpgrowth, diakses pada tanggal

2

Penurunan grafik ekonomi yang drastis terjadi di tahun 2008 mengidentifikasikan
terjadinya sebuah krisis ekonomi. Beberapa ahli ekonomi berargumen bahwa krisis yang terjadi

di Amerika Serikat pada tahun 2008, merupakan krisis ekonomi atau depresi ekonomi terparah
yang pernah dialami oleh Amerika Serikat semenjak era “The Great Deppression” atau krisis di
tahun 1930. Penurunan aktifitas ekonomi di tahun 2008 membuat ekonomi dunia juga
mengalami depresi, yakni pada tahun 2008 hingga 2012, walaupun banyak juga yang
menyatakan bahwa ekonomi dunia setelah tahun 2012 belum sepenuhnya stabil. Selain itu,
penurunan ini juga berkontribusi terhadap terjadinya fenomena krisis utang di benua Eropa.
Harga saham secara umum pada tanggal 21 Januari 2008 mengalami kemunduran lebih dari 7%
di Jerman dan India, sekitar 5.5% di Inggris, 5.1% di Cina, dan sekitar 3.9% di Jepang. 6 Grafik

6 http://www.consejomexicano.org/Emails/subwprev.pdf, hal 19

3

Selanjutnya akan memperlihatkan dampak ketidakstabilan ekonomi Amerika Serikat kepada
pertumbuhan ekonomi global.7

Melalui penyebaran situasi ekonomi Amerika Serikat tersebut ke seluruh dunia, secara
langsung memperlihatkan betapa besarnya pengaruh ekonomi Amerika Serikat di seluruh dunia,
dan juga secara langsung memperlihatkan betapa besarnya kekuasaan Amerika Serikat dalam
sektor perekonomian. Penjelasan lainnya dalam memperkuat argumen tersebut dapat dilihat

melalui perbandingan dengan krisis utang yang terjadi di Russia dan krisis finansial yang terjadi
di Asia Timur pada kisaran tahun 1997 sampai tahun 1998. 8 Krisis tersebut tidak terlalu
memberikan dampak yang signifikan terhadap situasi perekonomian Amerika Serikat bila
dibandingkan dengan apa yang terjadi di tahun 2008, tetapi sebaliknya apabila Amerika Serikat
mengalami penurunan ekonomi, maka akan memberikan dampak yang cukup signifikan kepada
7 https://www.quandl.com/collections/economics/gdp-as-share-of-world-gdp-at-ppp-by-country
8 http://www.frbsf.org/economic-research/publications/economic-letter/2011/february/asian-financial-crisis-19971998/

4

stabilitas ekonomi dunia.9 Sebagaimana perbandingan ekonomi Amerika Serikat pada tahun
1997-1998 yang relatif tidak mengalami penurunan tren, dapat dilihat pada bagan di bawah ini.10

Pengaruh ekonomi Amerika Serikat terhadap dunia juga diperjelas oleh IMF dalam
laporannya dengan judul Global Financial Stability Report tahun 2008. Laporan yang
dikeluarkan IMF, secara singkatnya adalah sebagai berikut, penurunan harga perumahan dengan
sistem mortgage di Amerika Serikat dapat memberikan kerugian sebesar $565 Miliyar, dan
apabila faktor tersebut di kombinasikan dengan kategori pinjaman lain yang berhubungan
dengan sektor komersil real estate, maka IMF memperkirakan kerugian potensial mencapai $945
Miliyar.11 IMF juga mencatat bahwa setengah dari kerugian potensial tersebut akan ditanggung

oleh Bank ditingkat global, jadi baik secara tidak langsung maupun langsung, perbankan secara
Global juga ikut mengalami kerugian. 12 Selain itu IMF juga memberitahukan bahwa angkaangka kerugian tersebut baru sekedar estimasi, angka aktual yang sebenarnya terjadi bisa saja
jauh lebih besar karena permasalahan kerugian bukan hanya sebatas pada sektor komersil realestate, melainkan ke banyak sektor.

9 Buku halaman 25-27, http://www.cepr.net/documents/publications/tenyearsafter_2007_11.pdf
10 http://www.tradingeconomics.com/united-states/gdp-growth
11 http://www.consejomexicano.org/Emails/subwprev.pdf hal 19
12 Ibid

5

Berbagai penjelasan pada paragraf sebelumnya bertujuan untuk memberikan gambaran
secara singkat seperti apa pengaruh hegemoni ekonomi Amerika Serikat kepada dunia.
Keterikatan hegemoni ekonomi Amerika Serikat terhadap dunia mempengaruhi situasi
perekonomian global untuk menjadi serupa seperti situasi ekonomi yang dimiliki Amerika
Serikat. Namun terjadi sebuah fenomena yang unik, yaitu pada tahun 2008 di saat Amerika
Serikat mengalami depresi ekonomi, terdapat beberapa negara yang justru mengalami
pertumbuhan ekonomi yang relatif cukup positif, negara-negara tersebut sebelumnya dijuluki
sebagai negara berkembang, atau disebut dengan julukan negara dunia ketiga. Negara
berkembang tersebut tentu juga merasakan dampaknya, tetapi dampak yang dirasakan tidak

separah yang dialami Negara Amerika Serikat dan Negara maju lainnya, sehingga mereka dapat
bangkit dan mendapatkan keuntungan dari situasi yang terjadi di dunia. Sektor industri di negara
berkembang mengalami pertumbuhan, pernyataan tersebut dapat dilihat melalui bagan
perbandingan dibawah ini.13

Perbandingan pertumbuhan industri paska krisis antara negara maju dan berkembang
dapat terlihat cukup kontras melalui grafik di atas. Dalam menjelaskan alasan terjadinya
perbedaan tersebut, kita dapat melihatnya dalam perbedaan sistem ekonomi yang terjadi di kedua
13 http://www.voxeu.org/article/resilience-emerging-markets-during-global-crisis

6

kategori jenis negara tersebut. Perihal yang perlu ditekankan adalah kedua negara menggunakan
jenis sistem ekonomi yang sama yakni kapitalisme, namun faktor terbesar yang berkontribusi
terhadap pertumbuhan ekonomi kedua jenis negara tersebut berbeda.
Pertama, mengenai faktor pertumbuhan ekonomi negara maju. berdasarkan hasil riset
Thomas Philipon dari Universitas New York dan Ariell Reshef dari Universitas Virginia, faktor
ekonomi yang berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan GDP Amerika Serikat
adalah sektor jasa finansial, yakni sebesar 70% atau lebih. 14 Dapat dilihat melalui bagan historis
dibawah ini.15


Seluruh ahli ekonomi setuju mengenai argumen tersebut, salah satu contohnya dapat
dilihat dari pernyataan dalam laporan Organisasi Buruh Internasional, salah satu badan dalam
PBB, yang menyatakan bahwa finansialisasi merupakan kontibutor terbesar dalam pertumbuhan
ekonomi negara maju.16 Namun berdasarkan pernyataan dari Stephen G. Ceccheti dan Enisse
Kharroubi dari Bank for International Settlements, pertumbuhan ekonomi melalui pengaruh
14 http://economix.blogs.nytimes.com/2013/06/11/financialization-as-a-cause-of-economic-malaise/
15 http://data.worldbank.org/topic/financial-sector
16 http://people.virginia.edu/~ar7kf/Media/NYT%20-%20Bruce%20Bartlett%20-%20Financialization%20as%20a
%20Cause%20of%20Economic%20Malaise.pdf

7

sistem finansial memang memberikan pengaruh yang sangat positif di tahap awal, tetapi pada
suatu waktu akan menjadi sangat negatif, disebabkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya
seperti real capital share (pembagian kapital riil) yang kemudian berpengaruh langsung terhadap
labour share (pembagian tenaga kerja).17
Kedua, mengenai faktor pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Faktor pertumbuhan
ekonomi negara berkembang yang dapat dilihat dari GDP pada dasarnya berbeda dengan negara
maju. Faktor terbesar yang mempengaruhi pertumbuhan GDP negara berkembang bukanlah

sektor jasa finansial melainkan, sektor ekonomi riil. 18 Sektor riil terdiri dari sektor agrikultur,
pertambangan, kebutuhan publik (listrik, gas, dan air), konstruksi, pertokoan, dan retail (salah
satunya seperti hotel, apartemen, restoran, dan sebagainya). Sehingga pada saat negara maju
mengalami krisis di sektor finansial, dan kemajuan sektor riil mereka tidak sebesar dan sekuat
seperti yang dimiliki negara berkembang, jadi negara maju tidak memiliki sektor ekonomi
signifikan lainnya yang dapat menjadi rencana cadangan untuk menstabilkan tren ekonominya
yang menurun. Dalam istilah ekonomi penjelasan tersebut dapat disebut dengan nama
Competitive Advantage.19 Selain itu, pada saat bersamaan aktor-aktor finansial mengarahkan
investasinya keluar dari negara maju dan masuk ke negara berkembang, sehingga pada saat krisis
tahun 2008 terjadi di negara maju, negara berkembang justru sebaliknya mendapatkan
keuntungan, seperti contoh negaranya adalah Cina, Indonesia, India, Brazil, Turki, Korea Selatan
dan seterusnya.20
Melalui aktifitas tersebut kini negara berkembang memiliki sektor jasa finansial lebih
besar yang sebagaimana tidak pernah mereka miliki sebelumnya. Namun harus diperhatikan
bahwa semakin berkembangnya pertumbuhan ekonomi berbasiskan sektor jasa finansial maka
sektor riil akan semakin menurun, dan kemudian akan memberikan dampak yang negatif
sebagaimana Stephen G. Ceccheti dan Enisse Kharroubi nyatakan sebelumnya. Sehingga apabila
proses pertumbuhan sektor jasa finansial tidak dikontrol secara tepat maka cepat atau lambat
negara berkembang akan mengalami nasib yang serupa, yakni mengalami krisis ekonomi.
Apabila krisis tersebut terjadi maka kedaulatan ekonomi sebuah negara menjadi semakin

terancam.
17 http://economix.blogs.nytimes.com/2013/06/11/financialization-as-a-cause-of-economic-malaise/
18 JURNAL HALAMAN 26, http://www.bis.org/publ/work411.pdf
19 http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.177.3549&rep=rep1&type=pdf
20 http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.177.3549&rep=rep1&type=pdf

8

Secara sederhana, inti dari kedua perbedaan yang telah diuraikan pada paragraf
sebelumnya menjelaskan bahwa semakin besarnya pengaruh kapitalisme finansial terhadap
kemajuan ekonomi sebuah negara maka akan semakin rentan negara tersebut mengalami krisis
ekonomi. Berdasarkan fenomena tersebut maka dapat dikeluarkan argumen, yaitu, bukan hanya
pengaruh hegemoni ekonomi Amerika Serikat saja yang dapat membuat ketidakstabilan ekonomi
global, melainkan sistem ekonomi yang digunakan oleh Amerika Serikat (sebagai hegemon
dunia), yang berkontribusi terhadap ketidakstabilan pertumbuhan ekonomi. Beberapa ahli
ekonomi dunia berargumen bahwa, krisis yang dialami Amerika Serikat merupakan kesalahan
kebijakan, baik dari kebijakan Federal Reserve Amerika Serikat dan juga dari kesalahan
kebijakan para korporasi finansial beserta spekulan.21 Namun kebijakan saja tidak cukup untuk
membuat penurunan ekonomi secara berkelanjutan atau sistematis, karena kebijakan yang pernah
salah dan memberikan kerugian tentunya tidak akan digunakan kembali. 22 Contoh, krisis yang

terjadi berkali-kali di Amerika pasca perang dingin, tidak disebabkan oleh faktor yang sama,
melainkan terjadi di dalam konteks kebijakan yang berbeda. 23 Dalam upaya untuk menemukan
penyebab yang objektif, beserta solusi untuk menghilangkan krisis ekonomi (bukan hanya untuk
menghindari), kita perlu mencari lebih dalam pada sistem ekonomi yang digunakan, bukan hanya
sebatas pada penelitian kebijakannya saja.
Penekanan pertama dalam penulisan penelitian ini adalah penyebab krisis ekonomi
bukan hanya terjadi karena kesalahan para pembuat kebijakan, melainkan disebabkan juga dari
logika internal sistem ekonomi itu sendiri. Sistem ekonomi yang dimaksud adalah kapitalisme
kontemporer, atau kapitalisme finansial. Melalui argumen pertama tersebut maka dapat
dilanjutkan ke pernyataan sebagai berikut, yakni sistem kapitalisme finansial yang bebas atau
tidak diawasi, dapat menciptakan krisis ekonomi, sehingga melalui krisis ekonomi tersebut
kedaulatan sebuah negara dapat terancam. Secara singkatnya hipotesa dalam penelitian ini adalah
kapitalisme finansial dapat mengancam kedudukan atau kekuasaan hegemoni yang dimiliki oleh
sebuah negara.

21 JURNAL HALAMAN 2 http://www.bis.org/publ/work411.pdf
22 Ibid halaman 11-13
23 http://www.hyperhistory.com/online_n2/connections_n2/bust1.html

9


1. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjabaran yang diuraikan pada bagian latar belakang, maka dapat
disimpulkan menjadi sebuah pertanyaan sebagai berikut;
Bagaimana pengaruh kapitalisme finansial terhadap hegemoni Amerika Serikat?

1. 3. Batasan Masalah
Penjelasan yang akan diuraikan di dalam penelitian ini fokus pada penelitian terkait
permasalahan ekonomi. Permasalahan yang muncul akibat ketidakstabilan hegemoni ekonomi
Amerika Serikat, contohnya seperti konflik atau perang yang terjadi di beberapa wilayah dunia
tidak akan dibahas dalam penelitian ini. Pembahasan yang rinci mengenai sistem neoliberalisme
tidak menjadi fokus utama dalam penelitian ini, pembahasan mengenai neoliberalisme hanya
akan diuraikan sebatas pada hubungannya dengan sistem kapitalisme finansial. Seringkali para
peneliti terjebak dalam hubungan paradoks mengenai sistem neoliberalisme dengan sistem
kapitalisme finansial, namun agar tidak menciptakan kebingungan dalam penelitian ini, maka
penulis pertegas dan membatasi perbedaan kedua sistem tersebut berdasarkan sifatnya. Sistem
neoliberalisme sifatnya lebih politis dan hanya sebagai sistem yang berkontribusi dalam
memperkuat pengaruh sistem kapitalisme finansial, sedangkan kapitalisme finansial adalah
instrumen ekonominya. Dengan kata lain, neoliberalisme adalah ideologi yang digunakan
Amerika Serikat sebagai hegemoni, dan kapitalisme finansial adalah sistem ekonomi yang
dijalankan dalam ideologi tersebut.
Fokus penelitian dalam penulisan ini adalah krisis finansial Amerika Serikat di tahun
2008. Waktu sebelum tahun 2008, juga akan dibahas, namun tidak sepenuhnya. Pembahasan
waktu sebelum tahun 2008 dibahas hanya untuk memperlihatkan keterkaitannya dengan sistem
yang berlaku sekarang. Waktu sebelum tahun 2008 yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah era pasca Perang Dunia Kedua yang erat kaitannya dengan penerapan sistem Bretton
Woods dan Marshall Plans, era lahirnya sistem Neoliberalisme di kisaran tahun 1970, dan tahun
1990 atau pasca runtuhnya Uni Soviet yang membawa dunia ke era globalisasi. Pembahasan
10

tersebut hanya sebatas untuk memberikan gambaran secara historis dan untuk memperlihatkan
hubungan-hubungannya dengan fenomena krisis yang terjadi di tahun 2008. Tahun tersebut
dianggap sebagai masa penting yang membuat Amerika Serikat mendapatkan kekuatan atau
kedudukan hegemoninya seperti hari ini, dan juga berhubungan erat dengan kemunculan dan
kekokohan sistem kapitalisme finansial. Keseluruhan penelitian lebih difokuskan pada fenomena
krisis finansial 2008, sebagaimana hal tersebut menjadi bukti dari ketidakstabilan sistem
kapitalisme finansial.
Konsep analisis yang digunakan dalam penelitian ini, khususnya dalam menganalisis
logika internal kapitalisme finansial, adalah teori marxisme. Namun dikarenakan konsep di
dalam teori marxisme bersifat begitu luas, abstrak, dan cenderung orthodoks, maka konsep
analisis yang digunakan dalam penelitian ini hanya terbatas pada satu jenis konsep umum, yaitu
konsep Hukum Penurunan Tingkat Profit (PTP) atau konsep The Law of The Tendency of The
Rate of Profits to Fall (LTRPF). Sebagaimana pemahaman lebih lanjutnya akan dijelaskan pada
bagian kerangka teori.

1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Beberapa tujuan dan manfaat dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut;
1. Untuk menjelaskan secara lengkap bagaimana sistem ekonomi dunia kini berjalan
beserta dampak yang ditimbulkan dari sistem tersebut
2. Untuk memahami perbedaan beserta hubungan antara kapitalisme tradisional
dengan kapitalisme finansial, melalui pemahaman mengenai logika internal pada
sistem ekonomi tersebut.
3. Untuk mengetahui bagaimana Amerika Serikat mendapatkan kedudukan
hegemoninya, khususnya kedudukan hegemoni ekonomi yang pada saat ini telah
mempengaruhi sistem perekonomian global.
4. Untuk mengetahui bahwa sistem perekonomian global atau sistem Kapitalisme
Finansial yang dipimpin oleh Amerika Serikat, cenderung menimbulkan
ketidakstabilan ekonomi secara umum dan sifatnya bertahap. Menurut beberapa
ahli Fenomena tersebut pada akhirnya membuat kedudukan hegemoni Amerika
Serikat semakin melemah.
11

1. 5. Kerangka Teori
Berdasarkan rumusan masalah yang ditentukan yakni mengenai pengaruh hubungan
sistem kapitalisme dengan hegemoni, maka pendekatan teori yang akan digunakan secara
sederhana ada dua pendekatan, yaitu teori Hegemoni dan Kapitalisme Finansial. Sebagaimana
khusus dalam konteks kapitalisme, pendekatan tersebut akan dikhususkan lagi menjadi
kapitalisme finansial. Bagian pertama akan menjelaskan mengenai teori hegemoni dan
dilanjutkan pada pemahaman mengenai kapitalisme finansial.
Hal lainnya yang perlu ditekankan adalah teori yang akan digunakan dalam penelitian ini
bukanlah problem solving theory atau teori pemecahan masalah, melainkan teori yang digunakan
adalah critical theory atau teori kritis. Sebagaimana menurut Robert Cox, dalam studi hubungan
internasional tujuan umum dari teori pemecahan masalah adalah untuk membuat institusi dan
relasi sosial berjalan dengan lancar pada saat menghadapi sebuah permasalahan, melalui
penyediaan strategi atau langkah-langkah yang relevan. 24 Jenis teori ini cenderung kurang dapat
menemukan akar permasalahan intinya, karena menganggap bahwa sistem pada institusi yang
sedang berjalan sudah cukup baik, hanya butuh pengarahan strategi agar menjadi sempurna. Sifat
dari jenis teori ini adalah taken for granted. Sedangkan pada konteks teori kritis, teori kritis tidak
melihat sistem di institusi dan relasi sosial sebagai taken for granted. Teori ini cenderung
mempertanyakan sistem yang sedang berjalan, sehingga kemudian melalui jenis teori ini peneliti
lebih aktif dalam mencari akar permasalahan secara mendalam, khususnya dalam menganalisis
pola aktifitas atau relasi yang terjadi di dalam sistem yang sedang berlaku, atau menganilisis
logika dasar dari sistem itu sendiri.25

1. 5. 1. Hegemoni Neo-Gramsci
Teori hegemoni yang digunakan di dalam penelitian ini adalah pendekatan Hegemoni
Neo-gramsci. Pendekatan hegemoni neo-gramsci berbeda dengan pendekatan hegemoni dalam

24 http://www.e-ir.info/2014/09/19/ir-theory-problem-solving-theory-versus-critical-theory/
25 http://www.e-ir.info/2014/09/19/ir-theory-problem-solving-theory-versus-critical-theory/

12

teori hubungan internasional secara umum.26 Berbeda dengan pendekatan hegemoni secara
umum dalam teori hubungan internasional, yang dimana pendekatan tersebut cenderung
dibedakan melalui sifatnya, contohnya dibedakan secara koersif dan konsensus, pendekatan
umum tersebut salah satu contohnya adalah hegemoni realis.27 Dalam hegemoni realis, kedua
sifat tersebut ditekankan tidak saling berhubungan.28
Kontribusi utama pada pendekatan Neo-gramsci di dalam teori hubungan internasional
sama seperti pendekatan lainnya, yakni terdapat di konsep dasar hegemoni. Hegemoni selalu
diartikan sebagai dominasi, namun berbeda dengan pendekatan realis yang dimana mengartikan
hanya sebatas pada dominasi sebuah negara ke negara lain. 29 Walaupun pada dasarnya Hegemoni
Neo-gramsci juga memiliki konsep dasar yang sama, tetapi hal yang harus dibedakan adalah
jenis dominasinya. Hegemoni Neo-gramsci setuju terhadap dominasi negara ke negara lain,
tetapi dalam menganalisa bagaimana sebuah negara mendapatkan hegemoninya tidak cukup
melalui analisis hubungan atau relasi negara dengan negara saja, atau saya singkat disini dengan
istilah relasi eksternal.30 Proses penganalisaan perlu dilakukan pada relasi aktor individu atau
kelompok di dalam negara tersebut, yang dimana disebut dengan istilah relasi internal.31 Proses
tersebut terjadi karena aktifitas eksternal yang dilakukan sebuah negara cenderung merupakan
pengaruh dari apa yang terjadi di ranah aktifitas internalnya. Selain itu hegemoni Neo-gramsci
menekankan bahwa negara di era modern cenderung menggunakan pola cara konsensus lebih
besar dibandingkan koersif.32 Kesimpulannya singkatnya hegemoni neo-gramsci lebih bersifat

26 BUKU HALAMAN 27-28, https://books.google.co.id/books?id=qPbdICxsuSIC&pg=PA26&dq=NeoGramsci+Hegemony&hl=id&sa=X&ved=0CCMQ6AEwAWoVChMIk7LIzJO6xwIV0tSOCh0BWgLt#v=onepage&q=NeoGramsci%20Hegemony&f=false
27 BUKU HALAMAN 101 -102, https://books.google.co.id/books?id=l5qkfOzY3u0C&pg=PA101&dq=NeoGramsci+Hegemony&hl=id&sa=X&ved=0CGEQ6AEwCWoVChMIk7LIzJO6xwIV0tSOCh0BWgLt#v=onepage&q=NeoGramsci%20Hegemony&f=false
28 BUKU HALAMAN 26, https://books.google.co.id/books?id=qPbdICxsuSIC&pg=PA26&dq=NeoGramsci+Hegemony&hl=id&sa=X&ved=0CCMQ6AEwAWoVChMIk7LIzJO6xwIV0tSOCh0BWgLt#v=onepage&q=NeoGramsci%20Hegemony&f=false
29 http://www.thewashingtonreview.org/articles/russias-relations-with-post-soviet-republics-a-neo-gramscianapproach.html
30 http://www.researchgate.net/publication/240518757_Social_Forces_in_the_Struggle_over_Hegemony_NeoGramscian_Perspectives_in_International_Political_Economy
31 http://www.researchgate.net/publication/240518757_Social_Forces_in_the_Struggle_over_Hegemony_NeoGramscian_Perspectives_in_International_Political_Economy
32 http://ejeps.fatih.edu.tr/docs/articles/107.pdf

13

konsensus daripada koersif, walaupun pola cara koersif bukan berarti tidak dilakukan. 33 Cara
koersif juga dilakukan apabila memang diperlukan.
Hegemoni Neo-Gramsci dapat diobservasi melalui tiga tingkat aktifitas, Pertama, relasi
sosial dalam produksi, atau terkadang disingkat sebagai kekuatan sosial, kelompok sosial, atau
social forces. Kedua, bentuk negara yang cenderung dikaitkan pada kebijakan domestik dan
ideologi yang dianut negara. Ketiga, tatanan dunia.34 Penjelasan singkatnya adalah sebagai
berikut, relasi produksi sosial yang bersifat dialektik menciptakan sebuah jenis kelompok sosial
atau kelas sosial yang dominan, dapat juga pada tahap ini disebut sebagai kekuatan sosial.
Melalui kekuatan sosial yang dominan maka terciptalah bentuk atau model negara yang sesuai
dengan kelompok dominan tersebut, sehingga pada akhirnya bentuk negara ini memberikan
pengaruh terhadap tatanan dunia. Ketiga tingkat aktifitas tersebut saling berkaitan, agar lebih
jelasnya akan diilustrasikan melalui gambar di bawah ini;35

Kekuatan Sosial

Model Negara

Tatanan Dunia

Sebagaimana telah diilustrasikan pada gambar tersebut, ketiga tingkat aktifitas saling
berkaitan dan mempengaruhi satu sama lainnya. Berdasarkan pemikiran ini maka kasus krisis
yang terjadi di Amerika Serikat tidak cukup hanya dijelaskan melalui kebijakan yang dibuat oleh
negara kepada publik domestiknya saja, yakni berada pada tingkat atau ranah model negara.
Penjelasan perlu dimulai dari ranah terendah yakni pada ranah kekuatan sosial, khususnya terkait
33 http://ejeps.fatih.edu.tr/docs/articles/107.pdf
34 http://www.researchgate.net/publication/240518757_Social_Forces_in_the_Struggle_over_Hegemony_NeoGramscian_Perspectives_in_International_Political_Economy
35 http://www.researchgate.net/publication/240518757_Social_Forces_in_the_Struggle_over_Hegemony_NeoGramscian_Perspectives_in_International_Political_Economy

14

dengan relasi produksi sosial. Sehingga melalui pola penganalisaan tersebut kita dapat
memperoleh pemahaman yang lebih rinci mengenai fenomena krisis di Amerika Serikat tahun
2008.
Penjelasan tambahan mengenai pemahaman teori hegemoni neo-gramsci akan meminjam
pemikiran dari Robert Cox. Robert Cox menjelaskan bahwa hegemoni yang tercipta dari dalam
ranah relasi sosial atau ranah kekuatan sosial akan keluar dan mempengaruhi ranah lainnya,
hingga pada akhirnya membentuk struktur tatanan dunia.36 Struktur ini yang kemudian
bertanggung jawab atas terciptanya intitusi internasional maupun intitusi domestik. Robert Cox
juga memberikan penjelasan yang lebih rinci mengenai intitusi internasional sebagai mekanisme
hegemoni, antara lain adalah sebagai berikut;37

1. Negara hegemoni telah menjadi bagian dari pembuatan aturan di dalam Intitusi
Internasional sehingga dapat memfasilitasi ekspansi pengaruhnya ke seluruh dunia.,
2. Intitusi Internasional itu sendiri merupakan produk dari hegemoni.,
3. Secara ideologis, menjadi sebuah bagian dalam intitusi tersebut berarti dapat
melegitimasi norma-norma kepada tatanan dunia.,
4. Dapat mengkooptasi kalangan elit di negara peri-peri.,
5. Melalui kooptasi tersebut maka dapat menanggulangi kelompok anti hegemoni.,

Dalam kasus hegemoni ekonomi Amerika Serikat dan fenomena krisis finansial tahun 2008,
Negara Amerika Serikat telah memiliki kedudukan hegemoninya di dunia, dan tentu saja melalui
institusi internasional, Amerika Serikat memasukan norma-normanya ke seluruh dunia. Tatanan
dunia kini menjadi tatanan kapitalisme finansial, khususnya melalui ekspansi hegemoni ekonomi
milik Amerika Serikat. Sehingga dunia global menjadi semakin ketergantungan terhadap situasi
atau stabilitas ekonomi di Negara Amerika, jadi apabila Amerika Serikat mengalami

36 BUKU HALAMAN 115-116: https://books.google.co.id/books?
id=FU3g49XcKwcC&pg=PA118&dq=Robert+cox+hegemony&hl=id&sa=X&ved=0CCQQ6AEwAWoVChMInfG7sIq6xwI
VBDiICh3OXgeF#v=onepage&q=Robert%20cox%20hegemony&f=false
37 BUKU HALAMAN 56:
https://books.google.co.id/books?id=CaUcBQAAQBAJ&pg=PA56&lpg=PA56&dq=coopt+the+elites+from+peripheral+countries&source=bl&ots=ZHdg1cMRC&sig=oRP_aJyBxKNSW83oybRUo_LWOxA&hl=id&sa=X&ved=0CBwQ6AEwAGoVChMI8bjsuueqxwIViJCUCh180
A8X#v=onepage&q=co-opt%20the%20elites%20from%20peripheral%20countries&f=false

15

ketidakstabilan ekonomi atau dengan kata lain krisis ekonomi, maka negara yang berelasi dekat
dengannya juga mendapatkan dampak yang sama.
Melalui dampak negatif tersebut maka norma-norma yang ditanamkan Amerika Serikat pada
tatanan dunia mulai dipertanyakan kembali, sebagaimana dalam konteks ini akan disebut dengan
istilah penurunan pengaruh hegemoni Amerika Serikat. Contoh fenomena yang ditimbulkan dari
penurunan pengaruh tersebut adalah bangkitnya partai-partai sosialis sebagai pemenang pemilu
di negara Eropa Barat, salah satunya seperti di Perancis pada tahun 2012, ini merupakan
perubahan pada ranah model negara,38 dan gejolak pada ranah relasi sosial atau kekuatan sosial
di Spanyol sebagai respon kekalahan partai sosialis di tahun 2011 sampai 2012. 39 Hal serupa juga
terjadi di banyak negara Eropa Barat lainnya. Beberapa contoh kasus tersebutlah yang secara
langsung menjelaskan perlunya menganalisis hegemoni sebuah negara melalui konsep tiga
tingkatan aktifitas. Hegemoni dapat dinilai menurun atau tidaknya melalui observasi dari tiga
tingkatan yang telah dijelaskan sebelumnya.

1. 5. 2. Kapitalisme Finansial
Kapitalisme finansial adalah sebuah sistem kapitalisme kontemporer, sistem kapitalisme ini
adalah perkembangan dari sistem kapitalisme tradisional. Relasi antara kedua jenis sistem ini
saling berhubungan. Tujuan dasar dari sistem kapitalisme secara umum adalah profit atau
keuntungan. Hal yang membedakan kedua jenis sistem ini adalah logika dasar pada mekanisme
dalam mendapatkan keuntungan tersebut. Logika dasar dari kapitalisme tradisional dalam
mendapatkan keuntungan adalah akumulasi kapital melalui kerja lebih, atau eksploitasi tenaga
kerja.40 Sedangkan logika dasar dari kapitalisme finansial untuk mendapatkan keuntungan adalah
utang.41 Sebelum masuk ke penjelasan lebih lanjut terkait logika dasar dari kedua jenis sistem
kapitalisme tersebut, terlebih dahulu akan diberikan contoh siapa yang dimaksud kapitalisme
tradisional dan kapitalisme finansial. Kapitalisme tradisional dimaksudkan pada industri yang
bergerak di bidang ekonomi riil, contoh industri manufaktur, elektronik, dan sebagainya. 42
38 http://dunia.news.viva.co.id/news/read/311328-sosialis-menang--ri-prancis-tidak-berubah
39 http://www.dw.com/id/rakyat-spanyol-tuntut-reformasi-sistem-politik-dan-ekonomi/a-15102229
40 https://monthlyreview.org/2011/12/01/contradictions-of-finance-capitalism/
41 BUKU HALAMAN 13, https://mitpress.mit.edu/books/making-indebted-man-0
42 http://michael-hudson.com/1998/09/financial-capitalism-v-industrial-capitalism/

16

Sedangkan kapitalisme finansial dimaksudkan pada industri yang bergerak di bidang ekonomi
finansial, contohnya perusahaan jasa finansial, kredit, investor, bursa saham, asuransi, dan
perbankan.43
Penjelasan sederhana mengenai logika dasar kapitalisme finansial adalah sebagai berikut,
sistem kapitalisme finansial melakukan investasi kepada kapitalisme tradisional, contohnya,
investor memasukan kapitalnya ke sebuah pemilik industri riil, biasanya bentuk kapital tersebut
berupa uang. Uang ini kemudian digunakan oleh kapitalis tradisional sebagai tambahan modal
agar dapat menumbuhkan produksi komoditas, sehingga baik secara kuantitas maupun kualitas
dapat meningkat dan bersaing di pasar, dan diharapkan dapat mendapatkan keuntungan lebih
banyak dari sebelumnya. Investasi yang dilakukan oleh investor atau pihak kapitalis finansial
dimaksudkan sebagai bentuk representatif dari hak klaim akumulasi secara legal, atau lebih
sederhananya, hak untuk mendapatkan sebagian keuntungan dari hasil produksi kapitalis
tradisional atau industri riil.44 Melalui hak ini pihak kapitalisme tradisional berkewajiban untuk
memberikan sebagian pendapatannya kepada investor. Berdasarkan skema ini kapitalisme
finansial mendapatkan profit atau keuntungannya.
Perbedaan lainnya antara kapitalisme tradisional dan kapitalisme finansial dapat dilihat
melalui skema akumulasinya. Kapitalisme tradisional memulai usahanya dari kepemilikan uang
(U), uang tersebut kemudian dipergunakan untuk membeli dua jenis modal, yaitu kapital riil,
contohnya seperti perlengkapan atau mesin industri, dan kapital variabel contohnya adalah
tenaga kerja. Kedua jenis kapital tersebut kemudian diproses melalui “kerja” untuk menghasilkan
komoditas (K). Komoditas yang sudah diproduksi melalui proses kerja tersebut kemudian
didistribusikan ke pasar sehingga menghasilkan keuntungan, yang cenderung dalam bentuk uang
lagi (U’). Pola tersebut kemudian dimulai dari awal lagi. Agar lebih jelasnya skema akumulasi
kapitalisme tradisional dapat dilihat pada ilustrasi dibawah ini;45

43 ibid
44BUKU: HALAMAN2-5 https://books.google.co.id/books?
id=CTpresNr7aUC&printsec=frontcover&dq=What+is+Financial+Share&hl=id&sa=X&ved=0CBsQ6AEwAGoVChMIwr
O144m6xwIVjJ2ICh3YlgWO#v=onepage&q=What%20is%20Financial%20Share&f=false
45 https://www.marxists.org/archive/marx/works/1867-c1/ch03.htm

17

Uang

Uang

Komoditas (K)

(U)

(U’)

Sedangkan dalam skema akumulasi kapitalisme finansial adalah sebagai berikut;46

Uang

Uang

(U)

(U’)

Karl Marx juga menegaskan bahwa mustahil sebuah kelompok atau individu bisa
mendapatkan keuntungan (U – U’) tanpa melalui proses kerja, yang dimana proses kerja
dimasukan di dalam ranah komoditas (K).47 Sebagaimana secara kontras terjadi di skema
akumulasi finansial. Walaupun skema di dalam kapitalisme finansial terlihat abstrak namun
kenyataannya adalah ranah komoditas di dalam sistem kapitalisme finansial tersebut adalah
kapitalisme tradisional.
Agar argumen sebelumnya dapat lebih mudah dipahami secara sederhana, maka akan
dijelaskan sebagai berikut, kapitalisme tradisional mendapatkan keuntungan melalui proses kerja
yang dilakukan buruh, yang dimana Karl Marx jelaskan ini adalah proses pencurian keuntungan
atau nilai yang dilakukan oleh kapitalis terhadap buruh, khususnya di sistem kapitalisme
tradisional. Pada sisi lain, kapitalisme finansial melakukan cara yang sama, namun pencurian
nilai yang dilakukan sistem kapitalisme finansial bukanlah secara langsung kepada buruh,
melainkan nilai tersebut diambil melalui kapitalisme tradisional. Secara singkatnya, kapitalisme
46 http://michael-hudson.com/2010/07/from-marx-to-goldman-sachs-the-fictions-of-fictitious-capital1/
47 ibid

18

tradisional mendapatkan keuntungan dengan mengambil nilai dari buruh, dan kapitalisme
finansial mendapatkan keuntungan dengan mengambil nilai dari kapitalisme tradisional yang
telah melakukan proses serupa sebelumnya. Skema selanjutnya akan memperlihatkan secara
lebih terperinci pola akumulasi di dalam kapitalisme finansial;

Uang

Komoditas (K)

Uang
(U’)

(U)

Kapitalisme Tradisional
U – K – U’

Berdasarkan ilustrasi pola akumulasi kapitalisme finansial pada skema sebelumnya, maka
dapat dikeluarkan argumen bahwa kondisi yang terjadi pada kapitalisme tradisional akan
memberikan pengaruh pada kapitalisme finansial, contohnya apabila kapitalis tradisional
mengalami kerugian maka begitu juga dengan kapitalis finansial. Konsep selanjutnya merupakan
sebuah konsep yang sangat bermanfaat untuk meneliti secara sederhana mengenai logika dasar di
dalam sistem kapitalisme tradisional yang sangat memberikan dampaknya kepada kapitalisme
finansial. Konsep tersebut disebutkan dengan nama konsep Hukum Penurunan Tingkat Profit
(PTP) atau konsep The Law of The Tendency of The Rate of Profits to Fall (LTRPF).48 Konsep ini
merupakan salah satu konsep yang digunakan oleh beberapa ahli ekonomi untuk memperlihatkan
apa yang terjadi di dalam sistem kapitalisme, khususnya kapitalisme tradisional.

1. 5. 3. Hukum Penurunan Tingkat Profit (PTP)

48 BUKU HALAMAN 133-134, https://books.google.co.id/books?
id=aFGZZuMkqfUC&pg=PA133&dq=The+Law+of+the+Tendency+of+the+Rate+of+Profit+to+Fall&hl=id&sa=X&ved=
0CBsQ6AEwAGoVChMIsNCLwpm6xwIVQZmICh2j5QeZ#v=onepage&q=The%20Law%20of%20the%20Tendency
%20of%20the%20Rate%20of%20Profit%20to%20Fall&f=false

19

Konsep ini mulai semakin sering dibicarakan oleh para ekonom dunia semenjak krisis 2008
terjadi. Konsep ini tidak hanya dibicarakan oleh para ekonom marxisme saja melainkan, para
ekonom yang berprespektif kapitalisme juga mulai mengangkat topik ini, baik berupa kritik
maupun pengakuan. Konsep ini pada dasarnya juga sudah dibicarakan oleh para ekonom
kapitalisme terdahulu, contoh para ekonom yang setuju dan berprespektif dengan teori
kapitalisme, adalah Adam Smith, David Ricardo, dan J. S Mill. 49 Mereka semua sampai pada
kesimpulan bahwa keuntungan akan menurun dalam jangka yang panjang. 50 Berdasarkan hal
tersebut konsep ini cenderung digunakan untuk menganalisis penyebab krisis ekonomi melalui
penjabaran logika dasar di dalam sistem kapitalisme. Sehingga melalui pengaplikasian konsep
tersebut, para ahli ekonom berharap dapat memprediksi stabilitas ekonomi baik dalam jangka
pendek maupun panjang. Konsep ini masuk sebagai bagian dari konsep dasar di dalam teori
ekonomi kritis.
Dalam memahami apa itu penurunan tingkat profit, akan lebih mudah dijelaskan melalui
faktor penyebabnya. Karl Marx menyederhanakan logika dalam pemahaman konsep penurunan
tingkat profit atau disingkat PTP menjadi enam kategori khusus. Keenam kategori khusus
tersebut antara lain;51

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Eksploitasi tenaga kerja
Penurunan upah tenaga kerja
Perkembangan kapital konstan
Perkembangan pasar tenaga kerja
Perdagangan internasional yang mempengaruhi input dan output industri
Perkembangan perusahaan finansial, yang kemudian membuat semakin
bertambahnya pembagian keuntungan atau shares.

Karl Marx memulai penjelasannya melalui faktor eksploitasi tenaga kerja. Relasi antara
eksploitasi dengan PTP berhubungan dengan upahnya, atau secara singkatnya kategori pertama
49 http://www.kevinvallier.com/wp-content/uploads/2010/10/Kevin-Vallier-Production-Distribution-and-J.S.Mill.pdf
50 http://www.kevinvallier.com/wp-content/uploads/2010/10/Kevin-Vallier-Production-Distribution-and-J.S.Mill.pdf
51 Karl Marx, Capital, Volume III, Penguin ed. 1981, hal 339

20

dan kedua saling berhubungan. Logikanya adalah sebagai berikut, moto dasar para pengusaha
kapitalis adalah modal sekecil-kecilnya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya, seringkali
moto tersebut merugikan tenaga kerja, yakni tenaga kerja diarahkan untuk bekerja secara
maksimal dengan upah seminimal mungkin, dan bahkan untuk beberapa kasus dipekerjakan
tanpa kontrak yang jelas atau dikenal dengan istilah kerja outsourcing. Hal ini kemudian
membuat daya beli pekerja semakin menurun, sedangkan hal penting yang harus disadari adalah
mayoritas kelas masyarakat dalam sebuah negara adalah tenaga kerja, sehingga apabila daya beli
dari masyarakat tersebut menurun maka konsumeritas juga akan menurun, konsumeritas yang
menurun tentu akan membuat produksi sebuah industri mengalami kesulitan penjualan, dan
kesulitan ini akan berujung pada penurunan keuntungan sebuah perusahaan. Penurunan
keuntungan tersebut kemudian akan dilanjutkan lagi dengan penurunan upah, dan seterusnya.
Hal ini terus terjadi secara berkelanjutan.
Kategori ketiga, mengenai perkembangan kapital konstan erat kaitannya dengan istilah
teknologi, karl marx menghubungkan PTP dengan mesin industri, mesin industri cenderung
menggantikan peran tenaga kerja. Perkembangan teknologi mesin industri dapat memungkinkan
proses produksi menjadi semakin mudah dan kuantitasnya semakin bertambah tanpa melalui
penambahan tenaga kerja atau buruh. Hal ini kemudian dapat membuat pengangguran semakin
meningkat. Pengangguran tersebut pada akhirnya akan menurunkan daya beli masyarakat,
sehingga sekali lagi penurunan daya beli tersebut kemudian akan berdampak langsung terhadap
penurunan keuntungan industri.
Kategori keempat, perkembangan pasar tenaga kerja berhubungan dengan semakin
bertambahnya sumber daya manusia dan tenaga ahli. Kategori ini juga berhubungan dengan
kompetisi yang terjadi baik di ranah tenaga kerja atau pasar tenaga kerja dan juga kompetisi yang
terjadi antara persaingan industri atau terjadi di pasar hasil produksi. Contohnya, kompetisi yang
terjadi antar perusahaan industri membuat mereka berupaya meningkatkan kuantitas
produksinya. Seringkali peningkatan persaingan tidak diimbangi oleh peningkatan teknologi, dan
juga seringkali peningkatan persaingan memancing perusahaan mengalami ekspansi atau
penambahan cabang perusahaan. Hal tersebut kemudian dapat membuat pengangguran menurun
dan terciptalah kelangkaan tenaga kerja, sehingga pada saat kelangkaan tenaga kerja terjadi maka

21

perusahaan menaikan upah sebagai upaya untuk memonopoli tenaga kerja. Upah yang semakin
meningkat ini kemudian membuat keuntungan perusahaan semakin menurun.
Kategori kelima, perdagangan internasional merupakan sebuah fenomena yang dapat juga
menurunkan pendapatan perusahaan. Kategori ini juga berhubungan dengan kompetisi,
khususnya kompetisi di pasar produksi. Perdagangan internasional memungkinkan beberapa
perusahaan asing memasukan produknya ke pasar domestik, yang kemudian hal tersebut
terkadang dapat berdampak langsung terhadap daya saing produk dalam negeri dan juga
berpengaruh terhadap penurunan kuantitas serta kualitas produksi.
Kategori keenam, mengenai perkembangan perusahaan finansial. Sebagaimana telah
dijelaskan sebelumnya, kapitalisme finansial mendapatkan keuntungannya melalui pembagian
keuntungan yang didapatkan oleh industri manufaktur. Pembagian keuntungan ini kemudian
membuat pendapatan industri tersebut menurun, sehingga untuk menanggulangi permasalahan
tersebut sebuah perusahaan cenderung melakukan dua jenis strategi manajemen. Manajemen
pertama adalah manajemen keuangan, yakni berhubungan dengan peminjaman utang agar dapat
menambahkan modal untuk memacu peningkatan kuantitas produksi melalui berbagai cara.
Manajemen kedua mengurangi upah atau bahkan jumlah tenaga kerja, yang dimana akan
membuat kategori pertama dan kedua pada akhirnya dapat terjadi kembali. Apapun manajemen
yang hendak digunakan oleh sebuah industri untuk terlepas dari permasalahan PTP, pada
akhirnya tetap akan merugikan perusahaan tersebut yang kemudian berujung pada krisis.

1. 6. Metodologi Penelitian
Metode penelitian merupakan aspek yang sangat penting untuk meneliti sebuah
penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini, penulis akan membagi metode penelitian ke
dalam bagian-bagian seperti berikut:

1. 6. 1 Jenis Penelitian
22

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yakni sebuah jenis
penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan sebuah fenomena yang terjadi. Jenis
penelitian ini diimplementasikan khususunya dalam mendeskripsikan bagaimana sistem
kapitalisme kontemporer bekerja.

1. 6. 2 Gaya Penelitian
Gaya penelitian yang dilakukan penulis menggunakan penelitian kualitatif yang
menganggap realitas sosial itu bersifat ganda. Hal tersebut dilakukan untuk memfokuskan
peneliti kepada penelitian yang spesifik dan kontekstual terhadap fenomena hubungan
internasional seperti halnya pada penulisan kali ini.

1. 6. 3 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang digunakan disini adalah studi kepustakaan (library
research). Studi kepustakaan merupakan penelitian yang difokuskan dengan meneliti
tulisan-tulisan di dalam buku, artikel, jurnal, laporan, karya ilmiah, majalah, koran baik
cetak maupun elektronik. Studi kepustakaan ini juga mencakup identifikasi bahan yang
menyediakan informasi faktual atau yang berasal dari opini dari ahli yang berhubungan
dengan pertanyaan penelitian.52

1. 6. 4 Dimensi Waktu Penelitian
52 Mary W. George, The elements of Library Research: What Every Students Need to Know, 5

23

Dimensi waktu penelitian yang diteliti adalah antara

1. 6. 5 Jenis Data
Dalam penulisan ini, bentuk penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan
pengumpulan data sekunder. Penulis menggunakan jenis data sekunder yang merupakan
jenis data tidak langsung dan sudah diolah sebelumnya. Namun, data yang digunakan
akan disesuaikan dengan tema dan pertanyaan penelitian yang sudah diajukan
sebelumnya.

1. 6. 6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik pengumpulan data studi
kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi
sebanyak mungkin yang berkaitan dengan judul dan permasalahan penelitian dari
berbagai literatur seperti buku, video, jurnal, media, laporan resmi yang terkait dengan isu
penelitian, dan mewawancarai berbagai narasumber yang berkaitan dengan permasalahan.
53

1. 6. 7 Sumber Data
Sumber data yang di dapat penulis dalam penulisan ini berasal dari buku, jurnal,
artikel, dan beberapa tulisan lainnya yang mendukung dan memperkuat analisis dalam
53 Ibid, hlm.3-5

24

permasalah yang diambil oleh penulis. Namun sumber data ini tidak hanya fokus pada
teks saja, tetapi juga akan menggunakan tabel dan grafik.

1. 7. Sistematika Penulisan
Bab I: Pendahuluan
Pada bab ini berisikan latar belakang suatu permasalahan, rumusan masalah, pembatasan
masalah, tujuan penelitian, kerangka dasar pemikiran, metodologi penelitian, juga sistematika
penulisan yang menjadi arah dari penelitian ini.

Bab II: Perkembangan Hegemoni Ekonomi dan Kapitalisme Finansial di Amerika Serikat
Pada bab ini akan dijelaskan bagaimana pertumbuhan hegemoni Amerika Serikat,
khususnya hegemoni ekonomi melalui penjabaran historis beserta penjelasan yang bersangkutan.
Penjelasan ini dimulai dari masa dimana dollar menjadi mata uang utama di dunia, yang dimana
hal tersebut sangat berhubungan dan menjamin Amerika Serikat menjadi negara yang memiliki
hegemoni ekonomi. Pada bagian ini juga akan diperlihatkan bagaimana perkembangan
kapitalisme finansial mempengaruhi perekonomian di Amerika Serikat. Kapitalisme Finansial
mulai mengalami perkembangan yang pesat di kisaran tahun 1970.
Perkembangan pada kisaran tahun 1970 ini merupakan respon dari krisis yang dialami
Amerika Serikat di tahun tersebut, yang dimana krisis tersebut juga dikenal dengan nama Dollar
Shortages Crisis. Perkembangan ini kemudian membuat Amerika Serikat mendapatkan kekuatan
ekonominya, sehingga sistem yang serupa juga mulai diikuti oleh banyak negara maju,
contohnya adalah Jepang. Masa tersebut dikategorikan sebagai masa kejayaan kapitalisme
finansial dan dianggap kebebasan berfinansialisasi akan membuat ekonomi menjadi stabil, hal ini
sebagai tahap kedua dari proses terjaminnya hegemoni Amerika Serikat di dunia, sehingga
sistem tersebut mulai disebarkan secara pesat ke seluruh dunia, namun hal tersebut kemudian
sampai pada puncak kejayaannya, khususnya di kisaran tahun 1990, tahun 1990 merupaka era
dimana Uni Soviet runtuh dan membuat Amerika Serikat berada pada tahap ketiga dalam
25

terjaminnya kedudukan hegemoni ekonomi melalui instrumen kapitalisme finansial, kejayaan
tersebut relatif terus terjadi hingga terjadinya krisis di tahun 2008. Krisis 2008 dianggap sebagai
krisis finansial terparah yang pernah dialami oleh Amerika Serikat semenjak era The Great
Depression.

Bab III: Pengaruh Kapitalisme Finansial Dalam Kajian Konsep Aktifitas Hegemoni
Pada bagian ini akan dijelaskan lebih rinci bagaimana perkembangan kapitalisme
finansial mempengaruhi hegemoni ekonomi di Amerika Serikat. Penjelasan ini akan
menggunakan pengaplikasian konsep dari aktifitas hegemoni, yang dimana terdiri dari tiga jenis
aktifitas antara lain, Kekuatan Sosial, Model Negara, dan kemudian Tatanan Dunia. Proses
analisa ketiga aktifitas tersebut bertujuan untuk memperlihatkan secara lebih sederhana
mengenai apa yang terjadi di dalam aktifitas sebuah negara.
Kekuatan sosial terkait dengan peningkatan konsumsi sosial berdasarkan kredit yang
mulai digunakan oleh masyarakat semenjak berkembangnya sistem finansial, hal tersebut
kemudian membuat negara Amerika Serikat mulai membuat aturan yang relevan untuk
memperlancar aktifitas tersebut, dan pada saat bersamaan negara Amerika juga mulai secara
konsisten melakukan pembangunan negara melalui aktifitas yang serupa. Model negara yang
dilakukan oleh Amerika Serikat tersebut kemudian mempengaruhi atau membuat negara di dunia
cenderung menggunakan aktifitas yang sama, hal ini bertujuan agar memudahkan Amerika
Serikat dalam menyebarkan dominasinya. Konsep aktifitas tersebut terus digunakan oleh
Amerika Serikat secara konsisten mulai dari era perkembangan kapitalisme finansial hingga
krisis yang dialami negara tersebut di tahun 2008.

Bab IV: Logika Internal Kapitalisme Finansial dan Gejolak Aktivitas Hegemoni Paska
Krisis Finansial 2008
Bagian ini akan menjelaskan lebih rinci mengenai logika dasar di dalam sistem
kapitalisme finansial yang sebagaimana digunakan oleh Amerika Serikat sebagai instrumen
untuk menjamin hegemoni ekonominya. Logika dasar ini memperlihatkan bagaimana sistem
26

kapitalisme finansial berjalan. Bagian ini juga akan menjelaskan hubungan antara kapitalisme
finansial tersebut dengan fenomena krisis finansial yang terjadi di Amerika Serikat pada tahun
2008. Sehingga dapat memperlihatkan terjadinya krisis di tahun 2008 bukan hanya sebatas pada
kesalahan kebijakan pemerintah ataupun kesalahan kebijakan para aktor spekulan, melainkan
krisis juga terjadi disebabkan oleh ranah paling dasar di dalam logika internal kapitalisme
finansial yang perekonomiannya berbasiskan pada utang atau kredit. Bagian ini juga menjelaskan
bagaimana basis di dalam logika internal finansial, sebagaimana berkembang semakin pesat dari
masa ke masa juga semakin mempengaruhi penurunan tingkat profit yang semakin besar.
Fenomena krisis finansial 2008 cenderung dijadikan sebuah faktor pemicu