PERIODISASI SEJARAH SASTRA INDONESIA abad

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sastra Indonesia adalah sebuah istilah yang melingkupi berbagai macam karya sastra
di Asia Tenggara. Yang termasuk dalam karya Sastra Indonesia adalah, karya sastra yang
aslinya ditulis dalam bahasa Indonesia setelah mendapat pengaruh kebudayaan asing.
Menurut sumber yang lain dijelaskan bahwa sastra Indonesia adalah karya sastra yang ditulis
dalam bahasa Indonesia oleh penulis yang berwarganegaraan Indonesia, tidak peduli apakah
ia tinggal di Malaysia, seperti halya Takdir Alisjahtana dulu atau tinggal di Australia seperti
Subagio Sastrowardoyo saat ini. Perjalanan sastra sejak lahir hingga sekarang sudah cukup
panjang,

perjalanan

panjang

itu

dapat

diibaratkan


sebagai

mata

rantai

yang

berkesinambungan dari waktu kewaktu dan menggambarkan adanya dinamika pergantian
tradisi.
Perkembangan karya sastra Indonesia sampai saat ini tidak terlepas dari pengaruh
karya sastra pada periode-periode sebelumnya seperti karya sastra lama, karya sastra zaman
peralihan, sastra Indonesia modern, angkatan 30-an, angkatan 45, angkatan 66 dan
seterusnya. Pada makalah ini pemakalah akan membahas mengenai karya sastra lama. Sastra
lama masuk ke Indonesia bersamaan dengan masuknya agama Islam pada abad ke-13.
Karya-karya satrawan pada masa ini sangat dipengaruhi oleh masyarakat yang hidup pada
masa itu baik deri segi bahasanya maupun adat-istiadatnya. Pada periode sastra lama ini
karya sastra yang dihasilkan oleh satrawan Indonesia kebanyakan berbentuk lisan seperti
puisi dan prosa.

Para sastrawan pada periode sebelum angkatan 20-an menciptakan karya-karya yang
sesuai dengan kodisi masyarakat saat itu, seperti adanya karya sastra berupa mantra-mantra
dan dongeng-dongeng yang lebih bercerita tentang kerjaan-kerajaan beserta dewa dewi.
Oleh karena itu pemakalah juga akan membahas secara rinci bagaimana ciri-ciri karya sastra
lama dan keterkaitannya dengan masyarakat lama. Berdasar pada pemahaman mengenai
karya sastra lama dapatlah dibandingkan bagaimana perkembangan sastra saat ini jika

melihat karya sastra lama dengan karya sastra modern. Untuk memahami lebih lanjut
mengenai hal tersebut pemakalah akan membahasnya pada bab selanjutnya.
B. Rumusan masalah
Dari hasil pengamatan dan pemahaman yang telah pemakalah lakukan ada beberapa
pokok permasalahan yang akan di aparkan dalam makalah ini yaitu :
1. Apa yang dimaksud karya sastra lama?
2. Bagaiman ciri-ciri masyarakat lama dan karya sastra lama ?
3. Bagaimana karya sastra puisi lama dan pembagiannya?
4. Bagaimana karya sastra prosa lama dan pembagiannya?
5. Apa perbedaan karya sastra (klasik) dengan karya sastra baru?
C. Tujuan
Dalam melakukan pembahasan permasalahan yang sesuai dengan judul makalah,
pemakalah mempunyai beberapa tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam pengamatan

ini adalah untuk :
1. Mampu menjelaskan pengertian dari karya sastra lama
2. Mengetahui ciri-ciri karya sastra lama beserta kaitannya dengan masyarakat lama
3.

Mampu menjelaskan contoh karya sastra lama baik puisi maupun prosa

4.

Memahami perbedaan yang terdapat dalam karya sastra lama dan karya sastra baru.

D. Manfaat
1. Manfaat Praktis (umum)
a. Menambah pengetahuan dan diharapkan bermanfaat bagi kita semua
b. Menambah minat pembaca dan pemakalah terhadap bidang ilmu kesastraan
c. Mengetahui pemikiran-pemikiran sastrawan Indonesia
2.

Manfaat teoritis (khusus)
a. Dapat menambah pengetahuan pemakalah dan pembaca mengenai karya sastra lama

terkhusus pada pembagian karya satra lama puisi dan prosa
b. Memahami secara tepat perbedaan kasrya sastra lama dan karya sastra baru
c. Memberi pengetahuan bagaimana ciri-ciri karya sastra lama dalam kaitannya dengan
masyarakat lama.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Sastra Indonesia Lama
1. Pengertian Sastra Lama
Mursal Esten (1978 : 9) Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta
artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia. (dan masyarakat) melalui
bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia
(kemanusiaan).
Sastra lama adalah sastra yang berbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari
suatu ujaran atau ucapan. Sastra lama masuk ke indonesia bersamaan dengan masuknya
agama islam pada abad ke-13. Peninggalan sastra lama terlihat pada dua bait syair pada
batu nisan seorang muslim di Minye Tujuh, Aceh.
Secara historis, dalam kaitannya dengan masyarakat yang menghasilkannya, karya
sastra dibedakan menjadi dua macam, yaitu sastra lama (klasik) dan sastra baru (modern).
Sastra lama juga disebut sastra daerah (regional), menggunakan bahasa (bahasa) daerah,

terbesar diseluruh Nusantara. Sebaliknya, sastra modern juga disebut sastra Indonesia
(nasional), menggunakan bahasa Indonesia, penyebarannya pada umumnya terbesar pada
kota-kota (besar). Sebagai objek kajian, kedudukan sastra lama dan sastra modern sama,
relevansinya tergantung dari sudut pandang dan kepentingan suatu penelitian.
Secara teknis sastra lama ada dua macam, yaitu sastra lisan (oral) dan sastra tulis.
Melihat kondisi-kondisi geografis ekologis, dan keragaman bentuknya, sastra lisan
merupakan khazanah kebudayaan yang paling kaya. Melihat penyebaranya yang sangat
luas, khazana kultural ini tidak pernah terdeteksi secara pasti. Yang pasti adalah bahwa
tradisi tersebut makin lama makin berkurang dengan berkurangnya masyarakat pendukung
sebagai akibat mobilitas dan globalisasi. Tradisi tulis tidak berpengaruh terhadap
keberadaan sastra lisan. Artinya, meskipun suatu tradisi lisan telah ditranskripsikan ke
dalam tulisan, tradisi tersebut tetap hidup dengan mekanismenya masing-masing. Oleh

karena itu, masyarakat pendukungnyalah yang memilki pengaruh terbesar terhadap
perkembangan tradis lisan. Tradisi lisan adalah tradisi komunikasi langsung dan
dimungkinkan terjadinya interaksi antara pengirim dengan penerima. Esensi tradisi oral
adalah proses komunikasi tersebut, bukan proses tekno;ogisasinya. Transkipsi, transliterasi,
dan sebagainnya hanyalah gejala kedua, sama dengan sinopsis sebuah novel, relevansinya
tersebut untuk membantu memahami objek yang sesungguhnya (Ratna, 2005).
2. Ciri-ciri Kesusasteraan dan Masyarakat lama

Ciri-ciri umum kesusastraan lama atau juga bisa disebut dengan karya sastra pujangga
lama adalah sebagai berikut.
1. Bersifat statis karena sejalan dengan sikap masyarakat yang tradisional dan
konservatif.
2. Karena masyarakat dahulu adalah masyarakat lama yang mengutamakan hidup
bergotong royong sehingga kesusastraan lama sebagai pancaran masyarakat
merupakan milik bersama. Itulah sebabnya para pujangga lama tidak mau
memberikan identitas nama pada setiap hasil karyanya dan mengumumkan hasil
karyanya kepada masyarakat. Dan oleh sebab itulah banyak pujangga-pujangga lama
tidak dikenal namanya serta karyanya sehingga tidak dikenal pula siapa
pengarangnya.
3. Tema pokok-pokok karangan yang berupa puisi maupun prosa bercorak sebagai
berikut.
 Khayalan atau fantasi, layaknya dongeng-dongeng, legenda, ataupun fabel.
 Pendidikan dalam bentuk didaktik dan pelajaran.
 Agama atau kepercayaan.
 Istana sentries, yaitu cerita yang meliputi tahta-tahta kerajaan dan raja-raja
beserta keluarganya.
 Dari segi bahasa, kesusastraan lama banyak menggunakan bahasa Melayu
Kuno yang di dalamnya penuh dengan pepatah, kalimat majemuk yang

panjang, serta ungkapan-ungkapan yang dihiasi dengan bahasa-bahasa asing,
bahasa Sansekerta, dan bahasa Arab

Karya sastra lama merupakan pancaran masyarakat lama. Masyarakat mempunyai
ciri- ciri antara lain :
a. Merupakan masyarakat hidup bersama atau masyarakat gotong-royong.
b. Merupakan masyarakat buta huruf. Kalaupun ada tulisan, maka kepandaian tulis baca
itu hanya merupakan kepandaian istimewa dan hanya terbatas pada golongan
cendekiawan atau para pujangga.
c. Statis, yaitu masyarakat yang setia dan mempertahankan sifat kekolotan (konservatif)
dan tradisionil.
B. Pembagian Karya Sastra Lama
Sastra dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan Puisi, Prosa adalah karya sastra yang tidak
terikat sedangkan Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu.
Contoh karya Sastra Puisi yaitu Puisi, Pantun, dan Syair sedangkan contoh karya sastra Prosa
yaitu Novel, Cerita/Cerpen, dan Drama.
Cakupan Sastra lama meliputi: puisi lama (mantra, pantun, syair, gurindam, seloka,bidal
atau peribahasa,talibun,karmina), prosa lama (mithe, legenda, fable, sage, parable/dongeng
jenaka, hikayat, cerita berbingkai, tambo/sejarah, epos,cerita pelipur lara, dsb).
1. Pengertian Puisi

Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya
berati penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat
dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter (dalam Tarigan, 1986:4) menjelaskan
bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa
Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang
hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa. Dia adalah orang
yang berpenglihatan tajam, orang suci, yang sekaligus merupakan filsuf, negarawan, guru,
orang yang dapat menebak kebenaran yang tersembunyi.
Maka, defenisi puisi lama itu sangat terikat dengan ciri-ciri masyarakat lama. Menurut
Yose Rizal ( 2010: 9), Puisi lama adalah puisi Indonesia yang belum terpengaruhi puisi barat,
yang bentuk kesusasteraannya terikat dengan bait, baris, jumlah suku kata, dan sajak/rima.
 Ciri-ciri Puisi Lama.
Puisi Lama juga mempunyai ciri-ciri, sama halnya seperti sebuah puisi. Ciri-ciri Puisi
Lama sangat berkaitan dengan masyarakat lama, ini karena masyrakat lama lah yang
mempelopori pembuatan Puisi Lama.

Ciri- ciri Puisi Lama antara lain:
a. Puisi Lama pada umumnya merupakan puisi rakyat dan tidak dikenal nama
pengarangnya(anonim). Hal ini disebabkan para pujangga tidak ingin menonjolkan diri
serta mengabdikan hasil


karyannya kepada masyarakat sehingga menjadi milik

bersama.
b. Puisi Lama umumnya disampaikan dari mulut ke mulut, jadi merupakan kesusateraan
lisan. Setelah terdapat tulisan barulah kita jumpai jenis- jenis puisi lama yang telah
ditulis.
c. Puisi Lama sangat terikat dengan syarat-syarat yang mutlak dan tradisionil, seperti
jumlah baris dalam tiap bait, julah suku kata, dan sajak serta irama.
 Pembagian Puisi Lama
1. Mantra
Bentuk mantra adalah salah satu bentuk puisi asli milik bangsa Indonesia. Mantra
merupakan juga puisi yang tertua umurnya dan berkembang secara lisan, berkembang dari
mulut ke mulut. Mantra merupakan suatu kekuatan untuk mencari sesuatu perasaan seperti
bentuk puisi lama lainnya. Oleh Karena itu, bahasa mantra selalu tertentu, tetap
susunannya, dan memunyai irama yang teratur. Pemakaian mantra itu bergantung pada
kegunaannya di masyarakat. Mantra ini sudah banyak bercampur dengan budaya-budaya
lain seperti budaya Hindu-Budha, Islam. Misalnya, ada yang untuk: berburu, mengobati,
memohon, menaruh benih, pernikahan, dll. Orang yang bertugas mengucapkan mantra
pada upacara adat dinamakan pawang.

Pengertian mantra menurut para ahli:
a. Mantra ditujukan kepada makhluk gaib, maka kalau dihadapkan pada manusia itu
menjadi sesuatu yang tidak dipahami atau sesuatu yang misterius (Yunut, 1981: 213-216).
b. Mantra merupakan bentuk puisi lama yang mempunyai atau dianggap dapat
mendatangkan kekuatan gaib yang biasanya diajarkan atau diucapkan oleh pawang untuk
menandingi kekuatan yang lain (Suprapto, 1993: 48).
c. Mantra adalah perkataan atau ucapan yang mendatangkan daya gaib, susunan kata yang
berunsur puisi (rima, irama) yang dianggap mengandung kekuatan gaib, biasanya

diucapkan oleh dukun atau pawang untuk menandingi kekuatan gaib yang lain
(Depdikbud, 1997: 558).
d. Menurut Abdullah Ambary ( 1983: 21 ), Mantra adalah kalimat-kalimat yang
mengandung kekuatan gaib dan diucapkan pada waktu dan waktu tertentu.
Contoh Mantra :
Mantra agar berhasil baik pada waktu berburu rusa :
Sirih lontar, pinang lontar, terletak diatas penjuru.
Hantu buta , jembalang buta, aku angkatlah jembalang rusa.
Mantra disebut sebagai puisi lama karena memiliki unsur seperti puisi (rima dan
irama). Dalam masyarakat Melayu, mantra sangat terkenal sekali seperti halnya puisi dan
syair, hanya penggunaannya yang ekslusif yaitu untuk orang-orang tertentu saja.

Masyarakat Melayu memiliki nama sebutan untuk mantra seperti jampi, serapah, tawar,
sembur, cuca, puja, seru, dan tangkal.
Mantra sebenarnya lebih merujuk kepada puisi bebas karena tidak terikat dengan
baris, rima dan irama, meskipun unsur tersebut ada. Bahasa yang digunakan dalam mantra
sangat sulit diterjemahkan, terkadang dukun dan pawang juga tidak mengerti maksud dari
kalimat mantra tersebut, mereka hanya mengerti kapan harus membaca mantra tersebut.
Berdasarkan tujuan pelafalannya, mantra dibagi menjadi empat jenis, yaitu:
a. Mantra Pelindung Diri: digunakan untuk penjaga diri, disebut juga sebagai penangkal,
biasanya dibacakan pada benda tertentu, sehingga benda tersebut memiliki kekuatan
gaib dan dapat melindungi si pemiliknya. Jenisnya ada beberapa macam seperti;
penahan atau penguat, pelindung, penunduk, pemanis atau pengasih, dan pembenci.
Contoh mantra penunduk buaya:
Hai si jambu rakai
Sambutlah
pekiriman putri
Runduk di gunung
Ledang
Embacang masak sebiji bulat
Penyikat tujuh penyikat
Pengarang tujuh pengarang
Diorak dikembang jangan
Kalau kau sambut
Dua hari jalan ketiga
Ke darat kau dapat makan
Ke laut kau dapat aku
Aku tau asal kau jadi
Tanah liat asal kau jadi

Tulang buku tebu asal kau jadi
Darah kau gila, dada kau upih
b. Mantra Pengobatan: mantra ini digunakan untuk mengobati penyakit, masyarakat
Melayu percaya bahwa sebenarnya penyakit itu datangnya tidak hanya dari faktor alam
saja, tetapi juga ada pengaruh gaib, sehingga dengan membacakan mantra maka akan
dapat mempercepat sembuhnya penyakit.
c. Mantra Pekerjaan: mantra ini digunakan untuk mempermudah pekerjaan, biasanya
diucapkan sebelum memulai pekerjaan. Pekerjaan yang biasanya dibacakan mantra
adalah pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari seperti berternak,
bercocok tanam, berburu, melaut, dan sebagainya. Jenis-jenis mantra untuk pekerjaan
adalah; mantra semangat padi, mantra untuk tanaman jagung, mantra menanam benih,
mantra pengusir hama tikus, dan lain-lain.
d. Mantra Adat-istiadat: mantra ini biasanya digunakan saat ada upacara adat di suatu
daerah, dan dibacakan oleh orang-orang tertentu seperti orang yang dihormati atau
dipercaya oleh penduduk setempat, pawang atau dukun.
2. Pantun
Pantun adalah puisi asli Indonesia.Hampir di seluruh daerah-daerah di wilayah
Indonesia, bahkan sampai ke wilayah bangsa-bangsa rumpun Melayu seperti, Malaysia,
Brunei, dan Singapura semua mengenal pantun. Kita pun mengenal pasti pernah
mempelajari salah Satu dari jenis Puisi Lama ini. Pantun adalah suatu bentuk puisi yang
plaing mudah dimengerti dan ditangkap maksudnya dan artinya.Hal ini disebabkan karena
pantun adalah puisi Bangsa Melayu sehingga sudah mendarah daging dengan Orang
Melayu termasuk Orang Indonesia.
Asal usul kata pantun, Dalam bahasa Jawa terdapat kata pantun sebagaibentuk
kromo (halus) kata pari. Morfem ri telah menjadi ntun dan di dalam bahasa Bali dapat
dicarikan contohnya: sari-santun, kari-kantun, pari (=padi). Pantun, lemari, lemantun dsb.
Prof. Ch. A. Van Ophuysen dalam pidatonya berjudul Het Maleische Volksdicht
pada tahun 1914 di Leiden telah menguraikan terjadinya kata Pantun tersebut. Asal mula
Pantun itu dapat dicari dalam bahasa daun, bahasa ikan dan lain-lain. Misalnya: Dalam
bahasa Batak Mandailing terdapat kata ende-ende atau ende, yang mempunyai persamaan
dengan pantun Melayu. Dalam keluarga Batak Mandailing ini terdapat suatu kebiasaan
orang yang menyatakan berkasih-kasihan dengan memakai bahasa daun. Artinya: daun

tersebut dipakai sebagai alat untuk menyatakan cinta atau sebagai juru bahasa, yang
maksudnya : cintanya telah dengan senang diterima, ditolak, atau telah bercerai, dan
sebagainya.
Bentuk pantun ini dapat digolongkan ke dalam puisi rakyat, karena didalam
masyarakat yang luas ternyata pantun telah menduduki kehidupan yang sangat luas,
memunyai fungsi yang kuat dan merata di seluruh daerah Indonesia. Pantun hampir
terdapat di seluruh daerah di Nusantara sehingga itulah dinyatakan sebagai bentuk puisi
asli Indonesia.
Dalam satu bait pantun terdapat pemotongan atau simpangan (coupure) di tengahtengahnya, yaitu dua baris pertama dan dua baris berikutnya. Dengan demikian pantun
terbagi dua, bagian pertama disebut sampiran dan bagian kedua disebut isi. Makna dari
penulisan pantun dapat dilihat pada bagian kedua, baris ketiga dan baris keempat.
Umumnya berisi kesimpulan perasaan, pikiran atau nasihat yang indah dan padat.
 Ciri-ciri pantun pada umumnya:
a. Satu bait pantun terdiri atas empat baris
b. Satu bait terdiri atas dua bagian : sampiran dan isi
c. Satu baris terdiri atas 4 buah kata atau 8-12 suku kata
d. Persajakan satu bait pantun adalah a-b-a-b (sajak bersilang)
e. Isi atau maksudnya terdapat pada baris ketiga dan keempat, sedangkan baris
pertama dan kedua disebut sampiran, tetapi tidak memunyai arti
f. Satu bait pantun dapat dinyanyikan
g. Satu bait pantun berisi curahan kalbu si pengarang/penyair.
 Berdasarkan bentuk/jumlah baris tiap bait, pantun dibedakan menjadi
a. Pantun biasa, yaitu pantun yang terdiri dari empat baris tiap bait.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
b. Pantun kilat/karmina, yiatu pantun yang hanya tersusun atas dua baris.
c. Pantun berkait, yiatu pantun yang tersusun secara berangkai, saling mengkait
antara bait pertama dan bait berikutnya.
d. Talibun, yaitu pantun yang terdiri lebih dari empat baris tetapi selalu genap
jumlahnya, separoh merupakan sampiran, dan separho lainnya merupakan isi.
e. Seloka, yaitu pantun yang terdiri dali empat baris sebait tetapi persajakannya datar
(aaaa).
 Berdasarkan isinya, pantun dibedakan menjadi:

 Pantun kanak-kanak :
a. Pantun bersuka cita.
b. Pantun berduka cita.
Contoh: Pantun kanak-kanak bersuka cita.
Dibawa itik pulang petang.
Dapat rumput bilang-bilang
Melihat ibu sudah pulang
Hati cemas jadi hilang

 Pantun muda
a. Pantun nasib atau pantun dagang.
b. Pantun perhubungan.

 Pantun perkenala
 Pantun berkasih-kasihan
 Pantun bercerai-ceraian
 Pantun beriba hati
c. Pantun jenaka
d. Pantun teka-teki
Contoh : Pantun perkenalan
Dari mana hendak kemana
Dari Jepang ke Bandar Cina
Kalau boleh daku bertanya
Bunga yang kembang siapa yang punya
Contoh : Pantun Jenaka
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
 Pantun tua
a. Pantun adat
b. Pantun agama
c. Pantun nasihat

Contoh :Pantun adat
Kayu pantai di Kota Alam
Rantingnya sendi- bersendi
Jika engkau pandai di alam
Patah tumbuh hilang berganti
3. Bidal
Bidal tak lain dari pada susunan kata-kata atau kalimat-kalimat singkat yang
mengandung pengertian atau melukiskan sindiran perbandingan serta kiasan.

Bidal

dipergunkan untuk mengatakan sesuatu tidak berterus terang, tetapi dengan jalan sehalushalunya. Susunan kata nya tidak dapat kita ubah , oleh karena itu bidal mempunyai lagu,
gerak serta irama yang tertentu pula.
Bidal adalah salah satu karya sastra asli Indonesia, sehingga dengan bidal kita dapat
menyelami, mengaji, dan memahami sifat –sifat serta cita-cita bangsa Indonesia.

Bidal adalah sastra asli Indonesia yang mempunyai banyak cabang.

Cabang-

cabangnya meliputi :
1. Peribahasa atau Ungkapan.
Peribahasa adalah kiasan yang dilahirkan dengan pendek dan singkat.
Contohnya :
Keras hati
Makan kawat
Ringan tangan
2. Pepatah
Pepatah adalah kiasan tepat yang dipakai guna menyatakan sesuatu dengan pendek serta
dalam bentuk kalimat. Jadi perbedaan ungkapan dengan pepatah ialah: ungkapan hanya
merupakan kelompok kata atau kata majemuk, sedangkan pepatah merupakan kalimat.
Contoh :
 Maksud hati memeluk gunung, apa daya tangan tak sampai.
 Adakah buaya menolak bangkai ?
3. Tamsil

Tamsil adalah kiasan yang bersajak dan berirama.
Contoh :
Ada ubi ada talas, ada budi ada balas
Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi
Lain tulang lain kaki, lain orang lain hati.
4. Perumpamaan
Perumpamaan adalah kiasan yang berupa kalimat dan dipergunakan untuk
mengumpamakan seseorang atau sesuatu mengenai tingkah laku yang biasanya
didahului kata : seperti, seumpama, laksana, bagikan, dan lain-lain.
Contoh :
 Bagai kerbai dicucuk hidung.
 Bagai langit dan bumi.

5. Ibarat
Ibarat adalah perumpamaan yang menyatkan sesuatu dengan sejelas-jelasnya serta
dengan mengambil perbandingan. Jadi Ibarat ini tak lain dari perumpamaan yang di
beri penjelasan.
Contoh :
 Ibarat bunga, segar dipakai layu di buang.
 Bagai kerakap tumbuh diatas batu, hidup srgan mati tak mau.
4. Talibun
Talibun termasuk pantun, yaitu pantun yang lebih panjang dan jumlah barisnya lebih dari
empat buah, namun selalu genap, dinamakan talibun.
Menurut Abdullah Ambary ( 1983: 2 )
Talibun mempunyai syarat-syarat yang hampir sama dengan pantun yaitu :
a. Tiap-tiap bait terdiri atas : 6, 8, 10, 12 baris atau lebih tapi selalu harus genap
jumlahnya.
b. Tiap baris terdiri atas : 8 hingga 12 suku kata, tetapi umumnya terdiri atas 10 suku kata.
c. Sajaknya a-b-c, a-b-c atau a-b-c-d, a-b-c-d dan sebagainya.

d. Hubungannya : Bagian atas merupakan sampiran dan bagian

bawah

merupakan isinya.
Talibun berfungsi sebagai alat perhubungan mesra, umpamanya dalam percintaan ,
berolok-olok, berkelakar, nasihat, dan lain-lain.
Contoh Talibun :
Kalau anak pergi ke lapau

(a)

Hiyu beli belanak beli

(b)

Ikan panjang beli dahulu

(c)

Kalau anak pergi merantau

(a)

Ibu cari sanak pun cari

(b)

Induk senang cari dahulu

(c)

Baris pertama sampai dengan baris ke tiga dianamakan sampiran.Baris ke empat
sampai dengan baris ke enam dinamakan isi.

5. Seloka
Perkataan seloka berasal dari bahasa Sansekerta Cloka.Suatu bentuk puisi Hindu
yang terdapat dalam kitab-kitab kesusasteraan India seperti Ramayana, Mahabrata.
Syarat-syarat menentukan Seloka :
1. Tiap-tiap bait terdiri dari 2 baris.
2. Tiap-tiap baris terdiri dari 16 suku kata dan merupakan 2 potongan
kalimat.
3. Biasanya berisi pelajaran atau petuah berhikmat.
4. Isi bait yang satu dengan berikutnya saling berhubungan.
5. Tidak terikat oleh sajak akhir.
Seloka bukan termasuk karya sastra asli Indonesia sehingga banyak perbedaan
defenisi dari para ahli tentang seloka, tapi pendapat yang berbeda itu dapat dirangkum
menjadi satu defenisi yang mencakup dari defenisi para ahli tersebut.
Seloka adalah pantun berantai, yang mempunyai beberapa bait yang saling
berhubungan. Baris kedua pada bait pertama jadi baris pertama pada bait selanjutnya.
Sedangkan baris keempat pada bait pertama jadi baris ketiga pada bait selanjutnya. Jadi

perbedaanya bait pertama dengan bait selanjutnya hanyalah terletak pada satu baris
sampiran ( baris kedua ) yang hanya pada satu baris isi ( baris keempat ) bait selanjutnnya.
Contoh Seloka :
Taman melati di rumah-rumah
Ubur-ubur sampingan dua
Kalau mati kita bersama
Satu kubur kia berdua
Ubur-ubur sampingan dua
Taman melati bersusun tangkai
Satu kubur kita berdua
Kalau boleh bersusun bangkai
Taman melati bersusun tangkai
Tanam padi satu persatu
Kalau boleh bersusun bangkai
Daging hancur menjadi satu
Tanam padi satu persatu
Anak lintah dalam cunia
Daging hancur menjadi satu
Tanda cinta dalam dunia
6. Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang terdiri dari dua baris satu bait, kedua lariknya
merupakan kalimat majemuk yang selalu berhubungan menurut hubungan sebab-akibat.
Baris pertama merupakan syaratnya sedangkan baris kedua merupakan jawabannya.
Gurindam berisi petuah atau nasehat. Gurindam muncul setelah timbul pengaruh
kebudayaan Hindu.
Salah satu gurindam yang terkenal adalah yang ditulis oleh Raja Ali Haji yang
berjudul “Gurindam dua belas”, di antaranya yaitu:

I
Barang siapa tiada memegang agama,
sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama
Barang siapa mengenal yang empat,
maka ia itulah orang ma'rifat
Barang siapa mengenal Allah,
suruh dan tegahnya tiada ia menyalah
Barang siapa mengenal diri,
maka telah mengenal akan Tuhan yang bahari
Barang siapa mengenal dunia,
tahulah ia barang yang terpedaya
Barang siapa mengenal akhirat,
tahulah ia dunia mudarat

7. Syair
Kata syair berasal dari bahasa Arab syu’ur yang artinya perasaan. Syair timbul setelah
terjadinya pengaruh kebudayaan islam. Puisi ini terdiri dari empat baris sebait, berisi
nasehat, dongeng, dan sebagian besar berisi cerita. Syair sering hanya mengutamakan isi.
Contoh:
Lalulah berjalan Ken Tambuhan
diiringkah penglipur dengan tadahan
lemah lembut berjalan perlahan-lahan
lakunya manis memberi kasihan
...
(Perintis sastra, 1951)
Ciri-ciri syair

a. terdiri dari empat baris
b. tiap baris terdiri dari 4-5 kata (8-12 suku kata)
c. persamaan bunyi atau sajak akhir sama dan sempurna
d. tidak ada sampiran, keempatnya merupakan isi
e. terdiri dari beberapa bait, tiap bait berhubungan
f. biasanya berisi cerita atau berita.
8. Puisi-puisi yang Berasal dari Asing

 Puisi-puisi Arab
Bentuk-bentuk puisi Arab antara lain:
a. Masnawi, yaitu puisi lama yang terdiri dari dua baris sebait (sama dengan disthikon).
Skema persajakannya berpasangan aa,bb,cc, … dan seterusnya) dan beiri puji-pujian
untuk pahlawan.
b. Rubai, yaitu puisi lama yang terdiri dari empat baris sebait (sama dengan kuatrin).
Skema persajakannya adalah a-a-b-a dan berisi tentang nasihat, puji-pujian atau kasih
sayang.
c. Kit’ah, yaitu puisi lama yang terdiri dari lima baris sebait (sama dengan quin).
d. Gazal, yaitu puisi lama yang terdiri dari delapan baris sebait (sama dengan stanza atau
oktaaf).
e. Nazam, yaitu puisi lama yang terdiri dari duabelas baris sebait.

 Di Spanyol
Puisi Spanyol yang identik dengan pantun adalah “copla”. Copla puisi yang bernada
sinis.
Contoh :
Bulan timbul diatas laut,
Akan pergi ke Palencia.
Gadis tidak, kawin engkapun tidak,
Tak pernah aku berfikir tentang itu.
 Di Tunis
Menurut R.B. Slametmulyana, (Bimbingan Seni Sastra, 1953) – puisi yang identik
dengan pantun adalah “Gharobiyat”. Gharobiyat bersifat liris-erotis.
Contoh :
Di senjakala membumbung asap api,
Membumbung tinggi anatar Gabes dan Jerba.
Habis mengembara mencari kekasih lagi,
Bibirnya kering, hatinya dahaga.

 Di Itali
Puisi Itali yang identik dengan pantun adalah “Storlano”.
Contoh :
Sehelai rambutmu yang berdandan,
Dari rantai kalung emas bersinar lebih terang.
Bila semanis ini engkau berkecandan,
Segenap malaikat di surga akan tercengang memandang.
 Di Turki
Puisi Turki yang identik dengan pantun ialah “Mani”.
Contoh :
Kubuang cermin di kebun,
Antara bunga melur dan cempaka.
Kucium rambut kekasihku yang beralun,
Dengan cium lembut bagai sutera.
 Di Skandinavia
Di Skandinavia puisi yang identik dengan pantun adalah “Glamestev” dan
“lausavia”.
Contoh :
Hatiku penuh rindu, merintih sedih,
Jejakmu menjauh dari tempatku berdiri,
Bersiuman aku kehilangan kekasih,
Yang lari ke sisi gunung sebelah kiri.

 Di Jepang
Menurut Ny. Achdiati Ikram dalam majalah ilmu-ilmu Sastra Indonesia, Juni 1964,
menyatakan puisi Jepang yang hampir sama dengan pantun adalah “Dodoitsu”.
Contoh :
Bunga yang gugur di musim semi,
Di tahun nanti berkembang lagi,
Tapi sayang engkau dan aku,
Bertemu hanya semusim ini.
Puisi-puisi dalam kesustraan bangsa-bangsa tersebut di atas mempunyai ciri-ciri yang
sama dengan ciri-ciri pantun, yaitu :
a) Kesemuanya merupakan puisi rakyat.
b) Bentuknya catur rangkai.
c) Terbagi atas 2 bagian, semacam S dan I.
d) Kebanyakan bersajak silang (a, b, a, b ).

Pada dasarnya puisi lama ini dapat dibagi menjadi 8 macam, yang dapat dikategorikan
atas 2 bagian: puisi asli Indonesia(pantun, mantra, dan bidal) dan bukan puisi asli Indonesia
(meliputi: syair, seloka, gurindam, talibun, dan puisi yang berasal dari asing).
2. Pengertian Prosa
Istilah prosa diambil dari bahasa Latin “oratio provorsa”, artinya “ucapan langsung” .
Dalam kesustraan, yang dimaksud dengan prosa yaitu bahasa bebas. Bahasa yang digunakan
dalam percakapan sehari-hari. Prosa tidak diikat aturan-aturan khusus, tetapi tidak lepas dari
aturan tata bahasa bagi bahasa yang bersangkutan.
Dalam menulis bahasa berbentuk prosa digunakan satuan pikiran. Tiap satuan pikiran
disusun dalam satu kelompok yang disebut alinea atau paragraf. Hal ini dapat kita lihat pada
contoh :
Membaca Intensif
Tujuan dan teknik atau cara membaca sangat rapat hubungannya. Teknik yang kita
guanakan dalam membaca suatu teks, atau cara bagaimana kita membaca suatu teks, sangat
ditentukan oleh tujuan yang ingin kita capai dengan perbuatan membaca itu. Begitu pula
halnya dengan taraf pemahaman kita.
Bila kita ingin mengetahui atau memahami isi suatu teks secara luas dan mendalam
sampai kepada bagian-bagian yang sekecil-kecilnya (detail), kita baca teks itu dengan lambatlambat, teliti, dan bersungguh-sungguh. Teknik cara membaca seperti itu sering disebut
membaca intensif.

 Prosa lama
Prosa lama sebagai pancaran masyarakat lama. Yang dimaksud lama yaitu masyarakat
sebelum timbulnya rasa nasional. Jika dibatasi dengan angka tahun sebelum tahun 1900.
Prosa lama dibedakan atas beberapa jenis:
1. Dongeng

Dongeng adalah cerita lengkara yang singkat yang diceritakan untuk santapan anakanak. Dongeng adalah cerita yang paling tua. Hal itu tampak dalam cara berfikir yang
kekanak-kanankan. Dongeng dapat dikatakan sebagai cerita ajaib.
Dalam dongeng sering terjadi benda, tumbuh-tumbuhan, dan binatang hidup sebagai
manusia seperti cara berfikir anak. Dongeng dibedakan atas beberapa macam;
a) Dongeng Kawih
Dongeng kawih adalah dongeng yang diceritakan sambil menyanyi. (ngawih)
dalam bahasa Sunda berarti menyanyi.
Yang termasuk dongeng kawih; Nyi Bungsu Rarang (Sunda), Dongeng
Menggetah Burung (Tapanuli), Dongeng Walang Cantung (Jawa), Dongeng
Kowakjali (Jawa), Dongeng Bakekok au-au-cleng (Sunda), Dongeng Putri yang
Beribukan Tikus (Tondano), Dongeng Wulan Lumeno dan Manimporok
(Pondano).
b) Mite
Mite adalah dongeng tentang dewa-dewa dan roh-roh halus. Dongeng itu bertalian
dengan anggapan atau kepercayaan orang terhadap sesuatu yang ada di luar
masyarakat manusia.
Yang termasuk mite; Si Kelambai (Roh yang menggangu manusia), Kuntilanak
(Roh yang mengganggu manusia), Nyi Rara Kidul (Roh yang menguasai laut
selatan), Penanggalan (Roh yang mengganggu wanita saat melahiran anak)
c) Legenda
Legenda adalah dongeng yang bertalian dengan kejadian atau kenyataan alam.
Kejadian atau bentuk alam yang menarik dikarang menjadi satu dongeng.
Yang termasuk legenda; Cerita Si Malin Kundang, Cerita Si Kantan, Cerita
Gunung Batok, Cerita Sangkuriang (Asal mula gunung Tangkuban Perahu)
d) Fabel
Sifat dan tingkah laku binatang yang menarik perhatian manusia. Sifat dan
tingkah laku binatang itu menjadi bahan dalam membuat dongeng. Kehidupan
binatang diceritakan sebagai kehidupan masyarakat manusia.

Dongeng yang

menceritakan kehidupan binatang sebagai kehidupan manusia disebut fabel.
Menurut C.Hooykaas, dongeng di Indonesia ada lima type, yaitu: Cerita
tupai dengan ruan, Cerita Pelanduk dengan Berang-berang (Mamerang), Cerita
Kancil dengan Buaya, Cerita Harimau dengan Manusia, Cerita Siput dengan
Burung Centawai.

Fabel yang terkenal di dunia berasal dari bahasa Sansekerta. Fabel itu
dikarang oleh Baidabah, 200SM. Fabel itu dalam bahasa Indonesia berjudul
Hikayat Kalila dan Dimnah. Fabel modern dalam Bahasa Indonesia dikarang oleh
Pak Priyana Windu winoto dengan judul Misi Mencari Manfaat dan Dongeng
Sato Kewan.
e) Parabel
Parabel adalah suatu dongeng yang mengandung kias yang bersifat mendidik.
Parabel dapat dikatanan sebagai cerita berkias yang mengandung pendidikan.
Yang termasuk parabel; Dongeng Sepasang Selop Kulit (Dongeng dari Lombok),
Cerita Iskandar Zulkarnain Mencari Air Maal Hayat (Air Hidup Abadi), cerita
suami yang membagiakan umurnya kepada istri. Parabel banyak terdapat dalam
kitab-kitab agama.
f) Sage
Sage adalah dongeng yang diperkaliakan dengan sejarah atau kejadian pada suatu
masa. Sejarah berdasarkan fakta (kenyataan) yang terjadi pada suatu masa.
Sedangkan sage berupa penghayalan terhadap peristiwa sejarah, sehingga unsur
sejarahnya terdesak oleh fantasi. Karena itu sage disebut sebagai dongeng sejarah.
Yang termasuk sage; Ciung Wanara, Asal Mula Nama Minangkabau, Jaka Tarub,
Arung Masalah Oli-e (Asalmula negri Wajo), Jaka Tingkir.

2. Cerita-Cerita Rakyat (folkslore) atau Cerita-cerita Lucu
Yang dimaksud cerita-cerita rakyat yaitu cerita-cerita yang mengisahkan
kehidupan rakyat. Yang ditonjolkan dalam cerita itu tingkah laku dan cara berfikir
pelaku cerita.
Pelaku-pelaku cerita itu terdiri dari rakyat jelata. Tingkah laku rakyat yang polos,
yang sederhana atau yang picik menimbulkan penggeli hati. Oleh karena itu, cerita itu
disebut cerita-cerita lucu atau cerita penggeli hati.
Dalam kesustraan asing cerita-cerita semacam itu disebut “Humorous Stories”.
Yang termasuk cerita-cerita lucu :
a. Dalam bahasa Melayu adalah Pak Kadok, Pak Pandir, Pak Belalang, Lebai
Malang, Si Luncai, dan Mat Yamin.
b. Dalam bahasa Jawa adalah Pak Banjir, Wirojlegong, Jaka Bada, dan Jaka
Lelur.
c. Dalam bahasa Sunda adalah Kabayan, Bapa Leco, Aki Bolong dan Bapa
Lucung.

d. Dalam bahasa Batak adalah Ama ni Pandir, Simamora na Oto, Si Lahap, dan
Sibilalong.
e. Dalam bahasa Aceh adalah Pak Pandir dan Si Gasin Masekin
f. Dalam bahasa Toraja adalah Bouga Pale
g. Dalam bahasa Halmahera adalah Saulange.
3. Cerita Penglipur lara
Cerita pelipur lara jenis cerita berbentuk prosa yang diseling dengan pantun, syair,
dan bahasa berirama. Cerita penglipur lara berfungsi sebagai penghibur hati.
Dalam cerita penglipur lara penuh dengan kejadian-kejadian yang hebat-hebat.
Cerita dalam penggembaraan, kepetualangan dan perang. Peperangan antara kesatria
sebagai pelaku utam melawan raksasa, gergasi atau kekuatan yang jauh lebih kuat dari
pelaku utama. Tetapi kemenangan dicapai oleh pelaku utama.
Kerangka cerita penglipur lara sebagai berikut :
a. Pelaku utama ketika masa kanak-kanak telah memperlihatkan tanda-tanda
bahwa kelak akan menjadi orang yang istimewa tanda-tanda kesaktian dan
kebahagiaan.
b. Setelah dewasa dipertunangkan dengan seorang putri yang cantik
c. Pertunangan itu diganggu oleh pihak ketika, sehingga kedua kekasih
mengalami berbagai cobaan hidup. Biasanya pelaku utama mengembara.
Dalam pengembaraan menghadapi rintangan yang dahsyat. Akhirnya segala
rintangan dapat dihindarkan.
d. Kedua kekasih akhirnya bertemu kembali.perkawinan berlangsung secara
besar-besaran. Akhirnya hidup berbahagia. Yang termasuk cerita penglipur
lara adalah Cerita Si Umbut Muda, Cindur mata, Hikayat Malim Dewa,
Hikayat Malim Deman, Hikayat Raja Muda, dll.
4. Hikayat
Hikayat artinya cerita atau riwayat. Dalam kesustraan klasik yang dimaksud
dengan hikayat ialah cerita percintaan yang diceritakan secara panjang lebar. Namanama dan sebutan-sebutan bercorak asing. (Arab-Persi-Hindu).
Pokok ceritanya pada umumnya hampir bersamaan antara hikayat yang satu
dengan hikayat lainnya. Kerangka ceritanya sama dengan kerangka cerita penglipur
lara.
Dalam hikayat terdapat lukisan-lukisan dan tanggapan-tanggapan yang sudah
lama yang tidak ada variasinya. Dalam hikayat terdapat banyak tokoh-tokoh yang
berlebihan banyaknya.

Dalam hikayat dituliskan pengalaman-pengalaman, percintaan anak-anak raja,
tentang pertemuan, tentang pahlawan yang memiliki senjata sakti, tentang dewa-dewa
atau tenaga gaib.
Dalam hikayat terdapat pengaruh kesustraan asing yang bercampur dengan unsur
Indonesia kuno. Hikayat selalu berakhir dengan kebahagiaan/kemenangan bagi pelaku
utama. Yang termasuk hikayat adalah hikayat si miskin, hikayat Hang Tuah, Hikayat
Isma Yatim, Hikayat Indra Bangsawan, hikayat sengga bayu, dll
5. Tambo-Sejarah
Dalam kesustraan lama ada cerita yang berdasarkan sejarah, tetapi cerita itu
bercampur dengan cerita yang bersifat legenda atau mite.cerita sejarah yang bercampur
dengan legenda atau mite itu disebut Tambo-Sejarah.
Peristiwa sejarah yang terjadi pada suatu masa tidak diceritakan sebagaimana
keadaan senyatanya. Dalam Tombo-Sejarah itu diceritakan kemauan atau menuntut citacita dan pandangan hidup pengarang cerita itu.
Yang termasuk tambo-sejarah adalah Silsilah negeri kedah (Hikayat marong
mahawangsa), hikayat raja-raja pasai, misa melayu, tambo bangkahulu, tambo
minangkabau, sultan aceh marhum,setia melayu dan bugis,hikayat raja-raja aceh.
6. Cerita Berbingkai
Cerita yang mencerikan cerita-cerita disebut cerita berbingkai. Cerita yang mulamula meliputi seluruh cerita disebut bingkai cerita. Cerita berbingkai dalam kesustraan
indonesia berasal dari kesustraan asing. Ada cerita berbingkai yang berasal dari india,
ada juga yang berasal dari arab-persi. Cerita berbingkai berasal dari India : hikayat
kalilah dan dimnah, syuka saptati, pancatandra, tantri. Cerita berbingkai dari arab-persi :
hikayat bakhtiar, hikayat 1001 malam, hikayat bayan budiman.
7. Wiracarita (Epos)
Epos adalah cerita pahlawan. Cerita itu mengisahkan perjuangan yang melukiskan
sifat kepahlawanan. Pada umumnya pada epos berisi peperangan antara golongan yang
membela kebenaran dengan golongan orang jahat. Yang termasuk epos adalah hikayat
hang tuah (epos melayu asli), hikayat perang pandawa jaya ( berasal dari india),
ramayana (berasal dari india), hikayat iskandar zu;karnain (pahlawan islam), hikayat
amir hamzah (pahlawan islam), hikayat ibnu hanafiah (pahlawan islam).
8. Kitab-Kitab
Dalam kesustraan lama terdapat hasil karangan yang mengandung ajaran yang ada
sangkut pautnya dengan agama. Kitab-kitab itu dianggap sebagai pedoman raja-raja
memerintah. Di anatara hasik kesustraan yang termasuk golongan kitab-kitab yang

bersifat agama, misalnya : bustanusalatin karangan nuruddin ar-raniri, tajusalatin
karangan bukhari al-jauhari, kitab seribu masalah, sirat al mustakim, durrat al faraid,
tibyan fi makrifat al adyan, asrar al arifin, sarab al asyikin.

Adapun kitab-kitab yang berisi hukum adalah UU negeri kedah, UU negeri perak,
UU negeri johor,UU Malaka, risalah hukum kuno.
 Cerita-cerita suci
Yang dimaksud cerita-cerita suci adalah jenis cerita yang dianggap kudus. Ceritacerita semacam itu adalah cerita yang bersumber dari riwayat para nabi atau
orang-orang suci. Jenis cerita semacan itu dalam kesustraan melayu klasik
misalnya :
-hikayat nur muhammad
-hikayat bulan berbelah
-hikayat nabi bercukur
-hikayat maulud nabi
-hikayat nabi wafat
-hikayat pendeta rahib
C. Perbedaan Karya Sastra Lama dan Karya Sastra Baru
Ciri dari sastra lama yaitu :
 Anonim atau tidak ada nama pengarangnya
 Istanasentris (terikat pada kehidupan istana kerajaan)
 Tema karangan bersifat fantastis
 Karangan berbentuk tradisional
 Proses perkembangannya statis
 bahasa klise
contoh sastra lama: pantun, gurindam, hikayat dll.
Ciri dari sastra baru antara lain:
 Pengarang dikenal oleh masyarakat luas
 Bahasanya tidak klise
 Proses perkembangan dinamis
 tema karangan bersifat rasional
 bersifat modern / tidak tradisional
 masyarakat sentris (berkutat pada masalah kemasyarakatan.
Contoh sastra baru : novel, biografi, cerpen, drama, soneta, dan lain sebagainya.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sastra lama adalah sastra yang berbentuk lisan atau sastra melayu yang tercipta dari
suatu ujaran atau ucapan. Secara teknis sastra lama ada dua macam, yaitu sastra lisan (oral)
dan sastra tulis. Ciri-ciri umum kesusastraan lama adalah : Bersifat statis, tidak dikenal
siapa pengarangnya, Tema karya bercorak Khayalan atau fantasi, Pendidikan, Agama dll.
Karya sastra lama dibagi menjadi 2 yaitu Prosa dan Puisi, Prosa adalah karya sastra
yang tidak terikat sedangkan Puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan
aturan tertentu. Contoh karya sastra lama dalam bentuk puisi seperti ( Mantra, Pantun,
Bidal, Talibun, Seloka, Gurindam, Syair dan Puisi-puisi yang Berasal dari Asing).
Sedangkan contoh karya sastra lama dalam bentuk prosa yaitu : (Dongeng, Cerita-Cerita
Rakyat (folkslore) atau Cerita-cerita Lucu, Cerita Penglipur lara, Hikayat,TamboSejarah, Cerita Berbingkai ,Wiracarita (Epos) dan Kitab-Kitab).
Perbedaan karya sastra lama dengan karya sastra baru lebih mengarah pada pengarang.
dimana pada karya sastra lama tidak memiliki pengarang sedangkan pada sastra baru telah
memiliki pengarang, selain itu perbedaannya juga terlihat jelas pada penggunaan bahasa
dan tema karangan, dmana sastra lama menggunakan bahasa yang klise dengan tema yang
bersifat fantastis sedangkan sastra baru bahasa yang digunakan adalah bahasa modern
dengan tema yang bersifat rasional.
B. Saran
Dalam penyusunan makalah ini, pemakalah mengajukan beberapa saran kepada
berbagai pihak khususnya pada para pembaca agar :
1.
Sebaiknya mahasiswa meningkatkan minatnya dalam mengetahui perkembangan sastra
2.

di Indonesia terkhusus pada mahasiswa jurusan sastra Indonesia
Perlunya pemenuhan materi seperti buku-buku tentang sastra karena keterbatasan akses

3.

informasi mengenai sejarah sastra.
Hendaknya dilakukan pembinaan untuk mahasiswa yang
dalam pembuatan karya tulis.
DAFTAR PUSTAKA

Antara, IGP. 1985. Teori Sastra. Singaraja: Setia Kawan
Suroso,dkk. 1982. Ikhtisar Seni Sastra. Solo: Tiga Serangkai

berpotensi dan berminat

http://bastiandamanik.blogspot.com/2011/09/pembagian-puisilama.html (Akses 9 September
2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Gurindam_Dua_Belas (Akses 9 September 2014)
http://kolibet.blogspot.com/2014/02/jenis-puisi-indonesia-dilihat-dari.html (Akses 9 September 2014)
http://miraclecenter99.blogspot.com/2013/10/ciri-sastra-pujangga-lama.html (Akses 9 September 2014)
http://susastera.blogspot.com/p/sastra-lama.html (Akses 9 September 2014)