1 INTEGRASI REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FLUIDA STATIS DI SMA

  

INTEGRASI REMEDIASI MISKONSEPSI SISWA MENGGUNAKAN MODEL

PROBLEM BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN FLUIDA STATIS

DI SMA

Sri Wahyuni, Tomo Djudin, Erwina Oktavianty

  

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Untan Pontianak

Email:sri.14.wahyuni@gmail.com

  

Abstract

The aims of this research was determined the effect of integrated remediation

misconception in fluid static learning use model problem based learning to changing

student misconception in grade XI SMA Negeri 1 Sungai Raya. The research used pre-

experimental design with one group pretest-posttest design involving 24 students of class

  

XI IPA 3 as a sample which selected by intact group. Diagnostic test which consist of 18

multiple choice question with open reasoning was used as research instrument to asses

the number of students misconception. Based on the result, the average percentage

decrease of misconception students for each students equal to 74,50%. Based on an

analysis using price obtained McNemar test,

χ

2 count (252,03) ˃ χ 2 table (3,84) for df = 1 and

  

α = 5% indicate the conception significant changes between before and after integrated

remediation misconception in fluid static learning use model problem based learning.

The effectiveness of integrated remediation misconception in fluid static learning use

model problem based learning of DQM (The Decreasing of Quantity of the student that

Misconception) equal to 74,63% in high category.

  

Keywords: integrated remediation, misconception, model problem based

learning, fluid static PENDAHULUAN

  Miskonsepsi banyak terjadi dalam bidang fisika. Wandersee, Mintzes, dan Novak menjelaskan bahwa konsep alternatif terjadi dalam semua bidang fisika. Dari 700 studi mengenai konsep alternatif bidang fisika, ada 300 yang meneliti tentang miskonsepsi dalam mekanika (Suparno, 2013: 11).

  Fluida statis menjadi salah satu miskonsepsi yang ditemukan dalam bidang mekanika. Tyas (2013) menemukan miskonsepsi siswa beranggapan tekanan zat cair berbanding terbalik dengan kedalaman, tekanan dipengaruhi besar energi. Wilantara (2003) menemukan miskonsepsi siswa beranggapan pada piston alat pengangkat mobil, luas penampang yang kecil akan menghasilkan tekanan zat cair yang besar, tekanan ini dianggap sama seperti tekanan pada zat padat. Firman (2011) menemukan miskonsepsi siswa beranggapan berat benda ketika di air dan di udara sama. Miskonsepsi juga ditemukan dalam penelitian Harniyati (2015) bahwa siswa menganggap benda terapung apabila massa jenis benda lebih besar dari massa jenis zat cair.

  Miskonsepsi dapat terjadi dimanapun dan kepada siapapun karena sesungguhnya miskonsepsi bersifat universal, sehingga ada di setiap negara dan tidak mengenal usia, kultur maupun budaya (Suparno, 2013: 135). Berdasarkan teori ini, diasumsikan bahwa jika miskonsepsi terjadi di SMA Negeri 1 Selimbau maka miskonsepsi juga bisa terjadi di SMA Negeri 1 Sungai Raya. Berdasarkan hasil ulangan harian siswa pada meteri fluida statis kelas XI di SMAN 1 Sungai Raya diketahui bahwa rata-rata 84% dari total siswa program jurusan IPA Tahun Ajaran 2015/2016 belum mencapai nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 76. Hal ini menunjukkan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi fluida statis. Kesulitan yang dialami dapat berupa kesulitan memahami konsep sehingga siswa memiliki konsep yang salah yang disebut miskonsepsi.

  Oleh karena itu, diperlukan tindakan yang tepat untuk membantu siswa mengatasi miskonsepsi dalam pembelajaran yang dikenal dengan istilah remediasi. Remediasi adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk membetulkan kekeliruan yang dilakukan siswa (Sutrisno, Kresnadi, dan Kartono, 2007: 6.22). Kegiatan remediasi dalam penelitian ini dilakukan selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran (pengembangan) yang dikenal dengan istilah integrasi remediasi..

  Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru fisika di SMA Negeri 1 Sungai Raya, diperoleh informasi bahwa kegiatan remediasi dilakukan setelah kegiatan pembelajaran. Remediasi dilakukan dengan cara memberikan tes ulang pada siswa yang tidak mencapai kriteria ketuntasan. Remediasi dilakukan tanpa memberikan bimbingan terlebih dahulu dikarenakan keterbatasan waktu guru untuk melakukan pembelajaran ulang.

  Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan memberikan remediasi miskonsepsi selama proses pembelajaran berlangsung. Hal ini juga merupakan solusi yang sangat diharapkan oleh guru fisika SMA Negeri 1 Sungai Raya karena tidak ada alokasi waktu tambahan untuk remediasi dalam bentuk pembelajaran ulang.

  Pengintegrasian remediasi miskonsepsi dalam pembelajaran fisika sebelumnya pernah diteliti oleh mahasiswa program studi pendidikan fisika FKIP Untan. Hasil penelitian Rahardian (2012) menunjukan remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran fisika efektif untuk menurunkan rata-rata persentase miskonsepsi siswa dengan efektivitas 0,82 (kategori tinggi) pada materi dinamika rotasi di Kelas XI IPA SMA Negeri 9 Pontianak.

  Penelitian ini diarahkan pada integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model

  problem based learning . Model problem based learning merupakan suatu model pembelajaran

  yang menyajikan siswa dengan situasi masalah autentik dan bermakna yang digunakan sebagai penyelidikan (Arends, 2009: 386). Langkah- langkah model problem based learning menurut Arends (2009: 401) sebagai berikut: (1) memberikan orientasi tentang permasalahan pada siswa yaitu siswa disajikan permasalahan berkaitan tentang tekanan hidrostatis, prinsip Pascal, dan prinsip Archimedes di dalam kehidupan sehari-hari untuk menggali konsepsi awal siswa, (2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar yaitu siswa berdiskusi dalam kelompoknya mengisi hipotesis mengenai permasalahan yang ada di LKS untuk mengetahui konsepsi awal siswa yang kemungkinan mengalami miskonsepsi sekaligus mencari penyebab siswa mengalami miskonsepsi, (3) Membimbing penyelidikan siswa secara mandiri maupun kelompok yaitu siswa melakukan percobaan bersama kelompoknya untuk mencari tahu kebenaran hipotesis yang dibuat, dari kegiatan ini siswa menemukan konsep fisika sendiri sehingga dapat mengubah konsepsi awal siswa (4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya yaitu beberapa kelompok mempresentasikan hasil karyanya bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perubahan konsep yang dialami siswa dan pemahaman konsep siswa (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yaitu siswa mengerjakan latihan untuk mengecek pemahaman konsep dan selanjutnya guru memberi penjelasan dan penguatan konsep yang benar kepada siswa.

  Model PBL digunakan peneliti untuk meremedisi miskonsepsi di dalam pembelajaran fluida statis karena terdapat masalah autentik dan bermakna dari penerapan fluida statis di dalam kehidupan sehari-hari sehingga masalah tersebut dapat digunakan untuk mengetahui konsepsi awal yang dimiliki siswa. Kemudian melalui kegiatan percobaan siswa dapat mengubah konsepsi awal yang dimilikinya menjadi konsep yang benar.

  Berdasarkan penelitian yang dilakukan Akinoglu (2007) diperoleh bahwa model PBL berpengaruh terhadap prestasi akademik dan sikap ilmiah siswa. Selain itu PBL berpengaruh terhadap perkembangan konseptual dan menurunkan miskonsepsi siswa. Hasil Masta (2015) menunjukkan model PBL efektif mengatasi miskonsepsi siswa dengan nilai effect size 3,26 (berkategori tinggi) pada materi keseimbangan benda tegar di SMA K Immanuel Pontianak.

  Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk meremediasi miskonsepsi siswa dalam memahami materi fluida statis di SMA Negeri

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain: (1) memberikan tes awal (pre-test); (2) memberi skor pre-test; (3) memberikan treatment ke kelas, yaitu dengan integrasi remediasi menggunakan model problem based learning ; (4) memberikan soal tes akhir (post-test); (5) memberikan skor post-test.

  Persentase penurunan jumlah miskonsepsi siswa tiap indikator diperoleh dari hasil

  problem based learning dalam pembelajaran fluida statis.

  Untuk membantu menjawab permasalahan tersebut, yakni dengan mengetahui penurunan jumlah miskonsepsi siswa, perubahan konseptual siswa, dan efektivitas integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model

  based learning dalam pembelajaran fluida statis untuk mengubah miskonsepsi siswa.

  Penelitian ini digunakan sebagai jawaban atas permasalahan integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model problem

  HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap akhir antara lain: (1) menganalisis data; (2) menganalisis hasil pre-test dan post-test; (3) mendeskripsikan hasil pengolahan data dan menyimpulkan sebagai jawaban dari masalah penelitian; (4) menyusun laporan penelitian.

  Tahap Akhir

  Tahap Pelaksanaan

  1 Sungai Raya. Kegiatan remediasi ini dilaksanakan secara integrasi menggunakan model problem based learning, sehingga diharapkan kegiatan remediasi yang dilakukan dapat mengubah miskonsepsi siswa pada materi fluida statis.

  Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap persiapan antara lain: (1) melakukan prariset ke SMA Negeri 1 Sungai Raya; (2) menyusun desain penelitian; (3) membuat perangkat penelitian dan instrumen; (4) melakukan validasi perangkat pembelajaran; (5) melakukan uji coba soal di kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Sungai Raya; (6) menganalisis data hasil uji coba soal; (7) merevisi soal tes setelah mengetahui hasil dari uji coba tes.

  Tahap Persiapan

METODE PENELITIAN

  Hasil pre-test dan post-test dianalisis menggunakan rumusan sebagai berikut: penurunan persentase jumlah miskonsepsi siswa, perubahan konseptual siswa, dan efektivitas integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis. Prosedur dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap sebagai berikut:

  Teknik pengumpulan data menggunakan teknik pengukuran berupa tes tertulis (Pre-test dan Post-test) berbentuk pilihan ganda dengan alasan terbuka sebanyak 18 soal. Instrumen penelitian berupa Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan soal tes yang telah divalidasi oleh dua dosen pendidikan fisika UNTAN dan dua guru fisika SMA Negeri 1 Sungai Raya. Dari hasil keempat validator diperoleh nilai validasi sebesar 4,04 (Tinggi). Berdasarkan hasil uji coba soal yang dilakukan di kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Sungai Raya diperoleh hasil perhitungan reliabilitas sebesar 0,44 (sedang).

  3 SMA Negeri 1 Sungai Raya yang terdiri dari 24 siswa terpilih menjadi sampel penelitian.

  Populasi dalam penelitin ini adalah siswa kelas XI IPA 1-XI IPA 6 SMA Negeri 1 Sungai Raya tahun ajaran 2017/2018 yang belum memperoleh pembelajaran tentang fluida statis. Dengan cara intact group XI IPA

  Design (Sugiyono, 2016: 111).

  Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre-Experimental Design dengan rancangan One Group Pretest-Posttest

  jawaban siswa pada pre-test dan pos-test yang direkapitulasi pada tabel 1.

  Tabel 1. Penurunan Jumlah Miskonsepsi Tiap Indikator o t No. Indikator S % S % ΔS%

  Menemukan hubungan kedalaman terhadap besar

  1 79,17 9,72 87,72 tekanan hidrostatis

  Menentukan besar tekanan hidrostatis pada luas

  2 52,78 9,72 81,58 penampang bejana berbeda

  Menentukan besar tekanan zat cair pada bejana 3 berhubungan tertutup yang memiliki luas 98,61 33,33 66,20 penampang berbeda Menentukan pengaruh luas permukaan terhadap

  4 95,83 36,11 62,32 besar gaya pada bejana berhubungan tertutup

  Menentukan perbedaan berat benda di air dan di

  5 97,22 20,83 78,57 udara

  Menganalisis pengaruh massa jenis terhadap 6 peristiwa terapung, melayang dan tenggelam pada 58,33 16,67 71,43 benda

  Hasil analisis pre-test dan post-test miskonsepsi pada tiap indikator yang paling ditemukan persentase penurunan jumlah siswa rendah yaitu pada indikator 4 sebesar 62,32%. yang mengalami miskonsepsi pada tiap Sedangkan rata-rata persentase penurunan indikator yang paling tinggi yaitu pada miskonsepsi pada tiap siswa dapat dilihat pada indikator 1 sebesar 87,72% dan persentase tabel 2. penurunan jumlah siswa yang mengalami

  Tabel 2. Rata-Rata Persentase Penurunan Miskonsepsi pada Tiap Siswa Jumlah Siswa %No %Nt %ΔN

  24 80,32 21,06 74,50 Sebagian besar siswa mengalami penurunan persentase jumlah miskonsepsi

penurunan jumlah miskonsepsi setelah tiap siswa sebesar 74,50 %. Selanjutnya

diberikan remediasi terintegrasi dalam perubahan konseptual siswa dapat dilihat

pembelajaran menggunakan model dari Hasil uji Mc Nemar pada tabel 3.

problem based learning dengan rata-rata

  Tabel 3 Rekapitulasi signifikansi perubahan konsepsi siswa Uji Mc Nemar

Indikator A B C D Ket

Rumus chi kuadrat

  ( )

  I

  15

  7 50 48,02 Signifikan

  33

  7 32 30,03 Signifikan

II III

  1

  24 47 45,02 Signifikan

  IV

  4

  26 42 40,02 Signifikan

  V

  2

  16 55 53,01 Signifikan

  VI

  1

  29

  11 31 26,28 Signifikan Jumlah

  1

  84 90 257 252,03 Signifikan Berdasarkan data di atas, hasil perhitungan semua indikator menggunakan uji

  Mc Nemar diperoleh ℎ

  problem based learning tergolong dalam

  statis di kelas XI IPA 3 di SMA Negeri 1 Sungai Raya. Kegiatan pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 langkah yaitu pemberian tes awal (pre-test). Pre-test bertujuan untuk menggali konsepsi awal siswa yang digunakan sebagai dasar untuk membuat permasalahan konseptual dalam melakukan identifikasi konsepsi awal siswa.

  based learning dalam pembelajaran fluida

  Tahap selanjutnya yaitu pelaksanaan penelitian dengan kegiatan integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model problem

  Pelaksanaan penelitian dimulai dengan melakukan uji coba soal di kelas XII IPA 4 SMA Negeri 1 Sungai Raya. Sekolah yang dijadikan tempat uji coba soal ini adalah sekolah yang sama dengan tempat penelitian dengan siswa yang sudah mendapatkan materi fluida statis di kelas XI sebelumnya.

  fluida statis di SMA Negeri 1 Sungai Raya secara umum bertujuan untuk mengetahui apakah kegiatan integrasi remediasi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis dapat mengubah miskonsepsi siswa SMAN 1 Sungai Raya. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa- siswi kelas XI IPA 3 SMAN 1 Sungai Raya berjumlah 24 orang.

  problem based learning dalam pembelajaran

  Penelitian yang berjudul integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model

  Pembahasan

  kategori tinggi dengan harga DQM sebesar 74,63%.

  Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa secara keseluruhan efektivitas kegiatan integrasi remediasi miskonsepsi dalam pembelajaran fluida statis menggunakan model

  2

  VI 58,33 16,67 71,42 Tinggi Rata-Rata 74,63 Tinggi

  IV 95,83 36,11 62,32 Sedang V 97,22 20,83 78,57 Tinggi

  III 98,61 33,33 66,20 Sedang

  II 52,78 9,72 81,58 Tinggi

  Indikator %So %St Nilai DQM Kategori I 79,17 9,72 87,72 Tinggi

  Tabel 4. Perhitungan Efektivitas Penurunan Jumlah Miskonsepsi Siswa

  problem based learning dalam pembelajaran fluida statis dapat dilihat pada tabel 4.

  (3,84) dengan df = 1 dan α = 5% sehingga secara keseluruhan semua indikator pada materi fluida statis mengalami perubahan yang signifikan. Kemudian efektivitas integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model

  2

  (252,03) >

  Kegiatan integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis. Pada langkah pertama memberikan orientasi tentang permasalahan pada siswa, siswa disajikan permasalahan berkaitan tentang tekanan hidrostatis, prinsip Pascal, dan prinsip Archimedes di dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum itu guru mengingatkan kembali jawaban siswa pada saat pre-test kemudian siswa menghubungkannya dengan permasalahan yang disajikan untuk menggali miskonsepsi siswa. Pada langkah kedua mengorganisasikan siswa untuk belajar, siswa diorganisasi guru ke dalam kelompok untuk berdiskusi bersama teman kelompoknya mengenai permasalahan yang disajikan di dalam lembar kerja siswa. Siswa dalam kelompoknya mengisi hipotesis mengenai permasalahan yang ada di LKS untuk mengetahui konsepsi awal siswa yang kemungkinan mengalami miskonsepsi sekaligus mencari penyebab siswa mengalami miskonsepsi. Pada langkah ketiga membimbing penyelidikan siswa secara mandiri maupun kelompok, siswa melakukan percobaan untuk menemukan konsep fisika sendiri sehingga dapat mengubah konsepsi awal. Pada langkah keempat mengembangkan dan menyajikan hasil karya, beberapa kelompok mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas dan siswa lain membandingkan hasil diskusi kelompok mereka dengan presentasi yang disampaikan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perubahan konsep yang dialami siswa dan pemahaman konsep siswa. Pada langkah kelima menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, siswa mengerjakan latihan soal untuk mengecek pemahaman materi dan menguatkan konsep yang benar. Selanjutnya, guru memberi penjelasan dan penguatan konsep kepada siswa agar siswa yang miskonsepsi dapat merubah konsepnya menjadi konsep yang benar sedangkan yang tidak miskonsepsi dapat lebih menguatkan konsep yang dimiliki.

  Pemberian tes akhir (post-test) bertujuan untuk mengetahui perubahan miskonsepsi siswa setelah dilakukan remediasi terintegrasi dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini, soal yang digunakan untuk tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test) memiliki karakter dan jumlah soal yang sama yaitu 18 soal pilihan ganda.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis dapat mengubah miskonsepsi siswa di SMA Negeri 1 Sungai Raya.

  Secara keseluruhan sebelum dan setelah kegiatan remediasi terintegrasi dalam pembelajaran terdapat sejumlah siswa yang mengalami miskonsepsi. Berdasarkan hasil

  pre-test persentase jumlah siswa yang

  miskonsepsi tiap indikator paling tinggi terjadi pada indikator III menentukan besar tekanan zat cair pada bejana berhubungan tertutup yang memiliki luas penampang berbeda sebesar 98,61%. Bentuk miskonsepsi yang dialami siswa yaitu siswa beranggapan semakin besar luas penampang tekanan semakin kecil. Wilantara (2003) juga menemukan miskonsepsi pada konsep ini dimana siswa menganggap luas penampang yang kecil akan menghasilkan tekanan zat cair yang besar. Ini menunjukkan bahwa siswa beranggapan konsep tekanan zat cair pada bejana berhubungan sama dengan tekanan zat padat dimana semakin kecil luas penampang maka tekanan semakin besar. Miskonsepsi yang dialami siswa ini karena siswa sudah mempunyai konsepsi awal tentang tekanan sebelum mengikuti pembelajaran. Temuan ini sesuai dengan pendapat Clement (dalam Andriana, 2014) bahwa miskonsepsi yang banyak terjadi bukan karena pengertian atau pemahaman konsep yang salah selama proses pembelajaran, melainkan konsepsi awal yang dibawa siswa ke dalam kelas. Hal ini tentunya menunjukkkan bahwa pengalaman siswa terkait konsep tertentu sangat mempengaruhi miskonsepsi yang dimiliki siswa tersebut.

  Persentase jumlah siswa yang miskonsepsi tiap indikator paling rendah terjadi pada indikator II menentukan besar tekanan hidrostatis pada luas penampang bejana berbeda sebesar 52,78%. Bentuk miskonsepsi yang dialami siswa yaitu siswa beranggapan semakin besar luas penampang maka tekanan hidrostatis semakin besar. Walaupun ini merupakan konsep dimana siswa mengalami miskonsepsi lebih rendah daripada konsep lainnya tetapi konsep ini masih banyak terdapat siswa yang mengalami miskonsepsi. Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebab miskonsepsi siswa ini yaitu pemikiran humanistic yang dimiliki siswa, yaitu cara pandangan seseorang terhadap suatu benda dari pandangan manusiawi. Tingkah laku benda dipahami seperti tingkah laku manusia yang hidup (Suparno, 2013: 37). Orang yang berbadan besar akan memberikan tekanan yang besar dibandingkan orang yang berbadan kecil

1. Penurunan Jumlah Miskonsepsi Siswa

  terhadap suatu benda, sehingga siswa beranggapan tabung yang memiliki luas penampang besar akan memiliki tekanan hidrostatis yang besar.

  Berdasarkan data tersebut, penurunan jumlah miskonsepsi siswa cukup besar. Hal ini bisa disebabkan karena menggunakan model

  2

  ℎ

  Konsepsi siswa sebelum pembelajaran disebut konsepsi awal atau prakonsepsi. Sedangkan konsepsi siswa setelah pembelajaran disebut konsepsi akhir. Penelitian ini menemukan adanya perubahan konseptual siswa yang didukung dengan hasil perhitungan menggunakan Uji McNemar bahwa untuk seluruh indikator pada materi fluida statis didapat hasil perubahan yang signifikan, diperoleh

  2. Perubahan Konseptual Siswa

  siswa pada permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang selanjutnya permasalahan tersebut harus diselesaikan oleh siswa. Dalam pembelajaran ini siswa dapat menumbuhkan keterampilan menyelesaikan masalah, bertindak sebagai pemecah masalah dan dalam pembelajaran dibangun proses berpikir, kerja kelompok, berkomunikasi, dan saling memberi informasi serta memberi kesempatan mengumpulkan dan menganalisis data untuk memecahkan masalah, sehingga siswa mampu untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis. Menurut Kaptan & Korkmaz dalam Arkinoglu, 2007) dengan memberikan kesempatan siswa untuk memecahkan masalah akan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah pada diri siswa. Dari penyelesaian permasalahan, siswa yang pada awalnya mempunyai konsepsi yang keliru setelah memecahkan masalah siswa memperoleh konsepsi yang benar.

  problem based learning yang menghadapkan

  persentase jumlah miskonsepsi tiap siswa sebesar 21,06 dengan rata-rata persentase penurunan jumlah miskonsepsi tiap siswa sebesar 74,50%.

  Setelah dilakukan remediasi terintegrasi menggunakan model problem based learning, dari hasil post-test ditemukan persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi paling tinggi yaitu pada indikator IV menentukan pengaruh luas permukaan terhadap besar gaya pada bejana berhubungan tertutup sebesar 36,11%. Hasil ini berbeda dengan hasil pre-test, pada saat pre-test siswa yang mengalami miskonsepsi paling tinggi yaitu indikator III menentukan besar tekanan zat cair pada bejana berhubungan tertutup yang memiliki luas penampang berbeda. Walaupun berbeda, kedua indikator ini tetap merupakan indikator yang banyak siswa mengalami miskonsepsi. Hal ini dapat terjadi karena konsep hukum Pascal tergolong konsep abstrak yang tidak mudah untuk diamati secara langsung sehingga memungkinkan terjadi banyak penafsiran ketika mempelajarinya. Lucariello dan Naff (2014) menyebutkan bahwa konsep yang abstrak sangat mungkin menimbulkan miskonsepsi pada siswa bahkan orang dewasa sekalipun. Sedangkan dari hasil

  based learning , berdasarkan hasil post-test

  miskonsepsi tiap siswa yaitu 80,32%. Setelah diberikan pembelajaran dengan remediasi terintegrasi menggunakan model problem

  pre-test bahwa rata-rata persentase jumlah

  Hasil tersebut juga sesuai dengan analisis persentase jumlah miskonsepsi tiap siswa pada

  Hasil ini sesuai dengan persentase penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada tiap indikator yang paling tinggi yaitu pada indikator 1 sebesar 87,72% dan persentase penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada tiap indikator yang paling rendah yaitu pada indikator IV sebesar 62,32%.

  yang mengalami miskonsepsi paling rendah yaitu pada indikator I menemukan hubungan kedalaman terhadap besar tekanan hidrostatis dan indikator II menentukan besar tekanan hidrostatis pada luas penampang bejana berbeda sebesar 9,72%. Hasil ini menunjukkan kesamaan dengan hasil pre-test yaitu pada indikator II persentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi paling rendah. Tidak banyak konsepsi yang ditemukan pada konsep ini karena fenomena tekanan hidrostatis mudah diamati dan sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga tidak terjadi banyak penafsiran oleh siswa.

  post-test ditemukan persentase jumlah siswa

  (252,03) >

  2

  (3,84) dengan df = 1 dan α = 5%. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat perubahan konseptual siswa yang signifikan antara sebelum dan sesudah remediasi terintegrasi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis di SMA Negeri 1 Sungai Raya.

  Perubahan konseptual tertinggi terjadi pada konsep V yaitu menentukan perbedaan berat benda di air dan di udara yang dihitung menggunakan uji Mc Nemar sebesar 53,01. Hasil ini menunjukkan banyak siswa mengalami perubahan konseptual pada saat

  pre-test dan post-test dari miskonsepsi menjadi

  tidak miskonsepsi dan dari tidak miskonsepsi menjadi miskonsepsi. Sedangkan perubahan konseptual terendah terjadi pada konsep VI yaitu menganalisis pengaruh massa jenis terhadap peristiwa terapung, melayang, dan tenggelam pada benda yang dihitung menggunakan uji Mc Nemar sebesar 26,28. Hasil ini menunjukkan sedikit siswa mengalami perubahan konseptual. Terdapat banyak siswa yang pada saat pre-test miskonsepsi dan saat post-test miskonsepsi serta pada saat pre-test tidak miskonsepsi dan saat post-test tidak miskonsepsi yang berarti siswa tidak mengalami perubahan konseptual.

  Posner (1982: 214) mengemukakan bahwa ada empat syarat yang perlu dipenuhi agar terjadi perubahan konseptual (akomodasi): harus ada ketidakpuasan dengan konsepsi yang dimiliki, konsep baru harus dapat dimengerti, konsep baru harus masuk akal, dan konsep baru harus terlihat bermanfaat dalam menjelaskan berbagai fenomena. Berdasarkan syarat perubahan konseptual ini, model problem based learning memiliki langkah-langkah yang dapat memenuhi syarat- syarat tersebut.

  Remediasi terintegrasi menggunakan model problem based learning pada langkah pertama memberikan orientasi tentang permasalahan pada siswa. Siswa disajikan permasalahan berkaitan tentang tekanan hidrostatis, prinsip Pascal, dan prinsip Archimedes di dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu permasalahan yang disajikan yaitu “bagaimana cara yang memudahkan pak Andi membawa kayu untuk membangun rumahnya?

  Membawa kayu menggunakan gerobak atau menghanyutkan kayu di sungai?”. Permasalahan tersebut merupakan permasalahan nyata yang dialami siswa di dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu secara tidak langsung siswa telah memiliki konsepsi sendiri baik konsepsi itu benar maupun keliru. Permasalahan ini digunakan untuk menggali miskonsepsi siswa.

  Selanjutnya mengorganisasikan siswa untuk belajar yaitu siswa diorganisasi guru ke dalam kelompok yang terdiri dari 5-6 siswa. Siswa diminta untuk berdiskusi bersama teman kelompoknya mengenai permasalahan yang disajikan di dalam lembar kerja siswa. Siswa dalam kelompoknya mengisi hipotesis mengenai permasalahan yang ada di LKS untuk mengetahui konsepsi awal siswa yang kemungkinan mengalami miskonsepsi sekaligus mencari penyebab siswa mengalami miskonsepsi. Hipotesis salah satu kelompok mengenai permasalahan yang disajikan yaitu sebaiknya pak Andi membawa kayu akasia tersebut melewati jalur sungai karena berat benda di udara dan di air lebih ringan di air karena adanya gaya apung di air yang lebih kecil daripada di udara. Dari langkah ini dapat membantu siswa menyadari bahwa konsepsi yang mereka miliki keliru sehingga muncul ketidakpuasan terhadap konsepsi awal siswa yang merupakan dasar untuk proses perubahan konseptual (Posner, dkk, 1982: 214).

  Langkah berikutnya membimbing penyelidikan siswa secara mandiri maupun kelompok yaitu siswa dibimbing guru melakukan penyelidikan melalui berbagai kegiatan percobaan yaitu percobaan tekanan hidrostatis, hukum Pascal dan hukum Archimedes. Siswa melakukan penyelidikan bersama kelompoknya untuk mencari tahu kebenaran hipotesis yang telah dibuat di dalam LKS. Salah satu hasil percobaan yang siswa peroleh yaitu berat benda di air lebih ringan daripada di udara karena di dalam air ada gaya apung yang berpengaruh sedangkan di udara tidak ada gaya lain yang berpengaruh hanya percepatan gravitasi. Langkah ini menimbulkan konflik kognitif bagi siswa karena hipotesis dan hasil percobaan yang dilakukan menunjukkan konsep yang saling bertentangan. Dalam keadaan konflik kognitif, siswa bisa mempertahankan konsepsinya semula, memperbaiki sebagian konsepsinya (asimilasi), atau mengganti konsepsinya yang salah dengan konsepsi baru (akomodasi).

  Mengembangkan dan menyajikan hasil karya, pada langkah ini Hasil karya yang dibuat siswa yaitu membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan percobaan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, dan membuat laporan. Pada langkah ini, beberapa kelompok mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas dan siswa lain membandingkan hasil diskusi kelompok mereka dengan presentasi yang disampaikan. Kelompok yang memiliki hasil yang berbeda diberi kesempatan memberikan tanggapan dan bertanya. Dari kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perubahan konsep yang dialami siswa dan pemahaman konsep siswa.

  Terakhir, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah yaitu siswa mengerjakan latihan soal untuk mengecek pemahaman materi dan menguatkan konsep yang benar. Selanjutnya, guru memberi penjelasan dan penguatan konsep kepada siswa agar siswa yang miskonsepsi dapat merubah konsepnya menjadi konsep yang benar sedangkan yang tidak miskonsepsi dapat lebih menguatkan konsep yang dimiliki. Siswa yang mengganti konsepsinya dengan konsepsi baru berarti siswa menyadari bahwa konsep baru yang disajikan lebih mudah dimengerti, dan bermanfaat untuk menjelaskan berbagai fenomena lainnya yang lebih luas.

  Hasil penelitian ini juga didukung oleh efektivitas yang diperoleh dari penerapan remediasi miskonsepsi yang terintegrasi dalam pembelajaran menggunakan model problem

  based learning terhadap penurunan jumlah

  miskonsepsi siswa dengan tingkat efektivitas tergolong tinggi harga DQM sebesar (74,63%). Temuan ini menunjukkan bahwa remediasi miskonsepsi yang terintegrasi dalam pembelajaran menggunakan model problem

  based learning dapat menurunkan persentase

  jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi tiap indikator dan dapat menurunkan persentase jumlah miskonsepsi tiap siswa.

  Efektivitas yang tergolong tinggi karena adanya penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi dan terjadi perubahan konseptual siswa yang signifikan. Remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran efektif untuk memperbaiki miskonsepsi siswa dikarenakan miskonsepsi yang terjadi pada saat pembelajaran akan langsung diremediasi pada saat itu juga (Rahardian, 2012). Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Huda (2017) menemukan bahwa integrasi remediasi miskonsepsi dengan model generatif dalam pembelajaran gerak lurus berubah beraturan efektif untuk menurunkan persentase jumlah miskonsepsi siswa kelas X

  IPA SMA Negeri 1 Sekayam dengan effect size Cohen’s sebesar 2,0 (kategori tinggi).

  Selain itu menggunakan model Problem

  Based Learning juga mempengaruhi

  efektivitas yang tinggi. Model Problem Based

  Learning adalah salah satu model yang tepat

  digunakan untuk mengatasi miskonsepsi siswa (Suparno, 2013: 113), karena pembelajaran difokuskan pada pengalaman pembelajaran yang diatur meliputi penyelidikan dan pemecahan masalah khususnya masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Model PBL dapat meremediasi miskonsepsi siswa dengan cara memberikan suatu masalah yang berkaitan erat di dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada materi fluida statis sehingga masalah-masalah tersebut dapat berimplikasi pada terbentuknya keterampilan siswa dalam menyelesaikan masalah sekaligus mengkonstruksi pengetahuan baru. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Masta (2015) menunjukkan model problem based learning efektif mengatasi miskonsepsi siswa dengan nilai effect size 3,26 (kategori tinggi) pada materi keseimbangan benda tegar di SMA K Immanuel Pontianak.

3. Tingkat Efektivitas

  Selama proses penelitian, peneliti menggunakan satu kelas yang digunakan sebagai kelas uji coba model PBL dan satu kelas sebagai kelas penelitian. Tujuan digunakannya kelas uji coba model untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model yang digunakan sebelum model PBL

  digunakan untuk penelitian. Akan tetapi, dalam pelaksanaanya walaupun telah melakukan uji coba model peneliti masih mengalami kendala pada saat melakukan penelitian di kelas untuk penelitian. Hal ini karena adanya faktor luar yang tidak bisa dikendalikan oleh peneliti. Dalam kelas penelitian terjadi pengurangan jam pelajaran dikarenakan sekolah sedang menerapkan full day sehingga jam pelajaran di sekolah masih berubah-ubah. Hal ini berdampak pada RPP yang telah dibuat peneliti yang mengakibatkan peneliti harus mengurangi waktu pada kegiatan pembelajaran dalam penelitian.

  Andriana, Elfa. 2014. Remediasi Miskonsepsi Pembiasan Cahaya pada Lensa Tipis Menggunakan Direct Instruction Berbantuan Animasi Flash Sma. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran.

  Miskonsepsi dengan Model Generatif dalam Pembelajaran Gerak Lurus Berubah Beraturan di SMA. Jurnal Pendidikan dan

  Pontianak: FKIP UNTAN (Skripsi). Huda, Nurul. 2017. Integrasi Remediasi

  Miskonsepsi Siswa pada Materi Fluida Statis Menggunakan Pembelajaran Predict, Observe, dan Explain (POE) di Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Selimbau.

  Pontianak: FKIP UNTAN (Skripsi). Harniyati, Mantari. 2015. Remediasi

  pada Materi Hukum Archimedes di Kelas VIII SMP Negeri 2 Ketapang.

  New York: McGrow Hill Company. Firman. 2011. Deskripsi Miskonsepsi Siswa

  Arends, Richard. 2009. Learning to Teach.

  Eurasia Journal of Mathematic, Science & Technology Education. ( Online). (http:// ejmste.com/v3n1/EJMSTEv3n1_Akinoglu. pdf , diakses 15 Maret 2017).

  Akinoglu, Orhan dan Ruhan Ozkardes Tandogan. 2007. The Effect of Problem- Based Active Learnig in Science Education on Students’ Academic Achievement, Attitude and Concept Learning.

  (Online). (http://jurnal. untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/4 255, diakses 18 November 2017).

  Berikut disampaikan sejumlah saran dari penelitian ini, yaitu diharapkan dalam penelitian selanjutnya dapat: (1) Sebaiknya ada kelas kontrol agar dapat melihat apakah model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian menjadi penyebab siswa berubah miskonsepsinya. (2) Sebaiknya melibatkan guru sebagai observer di dalam penelitian sehingga dapat mengurangi kesalahan yang dilakukan peneliti.

  Penelitian ini hanya menyumbangkan implikasi teoritis mengenai pilihan meremediasi miskonsepsi siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa saat pembelajaran berlangsung sebagai kegiatan remediasi yang memiliki pendekatan pengembangan. Hasil penelitian ini memberi kesempatan untuk pengembangan model remediasi lanjutan yang dapat langsung diterapkan dalam pembelajaran dengan memperhatikan kenyataan di lapangan.

  Saran

DAFTAR PUSTAKA

  (3,84) dengan df = 1 dan α = 5%. (3) Besar efektivitas kegiatan integrasi remediasi miskonsepsi dalam pembelajaran fluida statis menggunakan model problem based learning terhadap penurunan jumlah miskonsepsi siswa tergolong dalam kategori tinggi dengan harga DQM sebesar 74,63%

  2

  (252,03) >

  2

  ℎ

  fluida statis. Diperoleh dari hasil perhitungan menggunakan Uji McNemar

  problem based learning dalam pembelajaran

  IPA 3 SMA Negeri 1 Sungai Raya. Sub hasil penelitian sebagai berikut: (1) Besar persentase penurunan jumlah miskonsepsi siswa setelah diberikan integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model problem based learning dalam pembelajaran fluida statis sebesar 74,50 %. (2) Terjadi perubahan yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberikan integrasi remediasi miskonsepsi menggunakan model

  Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan secara umum bahwa remediasi yang terintegrasi dalam pembelajaran fluida statis menggunakan model problem based learning dapat mengubah miskonsepsi siswa kelas XI

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Pembelajaran. (Online). Pontianak. Pontianak: FKIP UNTAN (Skripsi). diakses 12 Agustus

  Sugiyono. 2016. Metode Penelitian 2017).

  Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

  Lucariello, J. & Naff, D. 2014. How do i get Suparno, Paul. 2013. Miskonsepsi dan my students over their alternative

  Perubahan Konsep dalam Pendidikan

  conceptions (misconceptions) for Fisika. Jakarta: Grasindo. learning?. American Psychological Sutrisno, Leo., Kresnadi, Hery & Kartono.

  Association Teacher’s Modules.

  2007. Pengembangan Pembelajaran (Online).

  IPA SD. Jakarta: Dirjen Dikti

   Depdiknas. dikunjungi 4 Oktober

  Tyas, Rina Ning. 2013. Penggunaan Strategi 2017).

  POE ( Predict-Observe-Explain) untuk Masta, Ngia. 2015. Remediasi Miskonsepsi

  Memperbaiki Miskonsepsi Fisika. Jurnal Menggunakan Model PBL tentang

  Pendidikan Sains Universitas

  Keseimbangan Benda Tegar di SMA K Muhammadiyah Semarang. (Online). Immanuel Pontianak. Jurnal Pendidikan

  (http:// dan Pembelajaran. (Online).

  jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPKIMIA/a

  

  rticle/view/1374, diakses tanggal 12

  diakses 20 Februari Januari 2017). 2017).

  Wilantara, I Putu Eka. 2003. Implementasi Posner.et.al. 1982 . Accomodation of

  Model Belajar Konstruktivis dalam Scientific Copception: T oward a Pembelajaran Fisika untuk Mengubah Theory of. Conseptual Change. Science Miskonsepsi Ditinjau dari Penalaran

  Education. Vol.66.pp.27-211.

  Formal Siswa. Singaraja: IKIP. (Online).

  Rahardian, Adhitya. 2012. Integrasi (http://203.130.198.30//detail.php?id=254,

  Remediasi Miskonsepsi dalam diakses tanggal 22 Maret 2017). Pembelajaran pada Materi Dinamika Rotasi di Kelas XI IPA SMA Negeri 9