TUGAS AKHIR DESAIN INTERIOR MUSEUM SENI TARI TRADISI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM

DESAIN INTERIOR MUSEUM SENI TARI TRADISI SURAKARTA DENGAN PENDEKATAN HISTORICISM

Disusun Untuk Memenuh Syarat mendapatkan Gelar Sarjana Seni Rupa Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Unversitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh : REIKE YESIE INDRA C0807030 JURUSAN DESAIN INTERIOR FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Nama : Reike Yesie Indra

NIM : C 0807030

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Tugas Akhir berjudul

“Desain Interior Museum Seni Tari Tradisi Surakarta“ adalah benar-benar karya sendiri, bukan plagiat dan dibuatkan orang lain. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam Laporan Tugas Akhir ini diberi tanda citasi (kutipan) dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan Tugas Akhir dan gelar Sarjana yang telah diperoleh.

Surakarta, Juli 2012

Yang membuat pernyataan,

Reike Yesie Indra

C 0807030

MOTTO

Langkah menentukan masa depan Berhati-hatilah tiap langkah yang akan diambil Masa depan ditentukan dari sekarang, bukan kemarin, maupun besok - Penulis -

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku, terutama Ibuku yang senantiasa menemani dan mendukungku.

2. Segenap keluarga besar Bpk. Rasita Satriana SSn. M.kar yang telah membantu saya dalam proses penelitian.

3. Rezar yang selalu sabar dan selalu memberiku semangat.

4. Respati yang selalu sedia membantu dan mendukungku.

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan anugrah- Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir “Desain Interior Museum Seni Tari Tradisi Surakarta ” ini dengan baik.

Penyusunan penulisan ini diajukan guna melengkapi Laporan Tugas Akhir sebagai persyaratan menempuh gelar Sarjana di Jurusan Desain Interior, Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua Orang tua beserta seluruh keluarga Bpk. Rasita yang telah banyak memberikan motivasi, dukungan serta doa’nya demi kelancaran proses TA maupun penyusan penulisan ini. Tidak lupa pula penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Anung B Studyanto, S.Sn, MT selaku Ketua Jurusan Desain Interior UNS

2. Iik Endang SW, S.Sn, M.Ds. selaku koordinator Tugas Akhir

3. Drs. Ken Sunarko, M. Si dan Lu’lu’ Purwaningrum, SSn, MT selaku dosen pembimbing tugas akhir yang selalu memberikan pengarahan.

4. Seluruh Dosen, staf dan rekan-rekan di Jurusan Desain Interior UNS, terimakasih atas ilmu, pengalaman, nasihatnya yang takkan pernah sia-sia.

5. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu per satu, yang telah banyak memberikan dukungan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan penulisan ini, namun dengan penuh harapan semoga penulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

ABSTRAK

Reike Yesie Indra. C0807030. 2012. Desain Interior Museum Seni Tari Tradisi Surakarta Pengantar Tugas Akhir: Jurusan Desain Interior Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Permasalahan yang akan dibahas dalam Desian Interior Museum Seni Tari Tradisi Surakarta ini, yaitu (1) Bagaimana mewujudkan museum yang dapat mengapresiasikan berbagai macam perbedaan bentuk tari Surakarta.(2) Sarana edukasi yang mudah dimengerti oleh khayalayak umum, terutama anak-anak. (3) Bagaimana merancang sebuah museum yang bersifat movement bukan monument. (4) bagaimana mewujudkan sebuah museum tari yang dapat menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap kebudayaan dan Seni Tari Tradisi Surakarta.

Metode yang digunakan dalam pembahasan masalah adalah metode pembahasan analisa interaktif, dimana ada tiga tahap pokok yang digunakan oleh peneliti, yaitu: (1) Data Reduksi adalah proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, abstraksi data. (2) Data Display, Merupakan suatu penyusunan informasi sebelum menyusun sebuah kesimpulan dari penelitian yang dilakukan. (3) Concludeing Drawing, Dari awal penelitian data penelitian sudah harus memulai melakukan pencatatan peraturan, pola-pola pertanyaan, arahan sebab-akibat dan proporsi- proporsi.

Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) Desain Interior Museum Seni Tari Tradisi Surakarta memerlukan proses desain yang matang, mulai dari berbagai pertimbangan dan analisa studi literature maupun studi lapangan hingga terwujud adanya konsep perancangan desain untuk selanjutnya diterapkan dalam perancangan. (2) dalam Desain Interior Museum Seni Tari Tradisi Surakarta, tema perancangan memiliki peran penting didalam memecahkan suatu masalah yang mana ide gagasan bisa bermula dari sebuah tema yang diangkat. Konsep yang dihadirkan dalam perancangan ini adalah “Historicism”.

Reike Yesie Indra. C0807030. 2012. Desain Interior Traditional Dance Museum Surakarta Final Project Introduction: Interior Design Department Faculty of Letters and Fine Arts Sebelas Maret University Surakarta.

Problems which will be discussed in this work entitled Desain Interior Traditional Dance Museum Surakarta are (1) How to create a museum which can appreciate a wide range of different dance forms in Surakarta, (2) Means of education which can be easily understood by all people in general and children in particular, (3) How to design a museum which is dynamic and not monumental, (4) How to create a museum of dance which can foster a sense of love and pride toward the culture and traditional dance in Surakarta.

Method which will be used in the discussion is interactive analysis method. There are three main steps which will be used by the researcher: (1) Data reduction is the process of selection, focusing, simplification, abstraction of data, (2) Data Display, that is, a compilation of information before making a conclusion from the research conducted, (3) Concluding Drawing , that is, to begin studying data recording rules, the patterns of questions, the direction of causation and proportions from the beginning of the research.

From the analysis above, we can conclude that: (1) Desain Interior Traditional Dance Museum Surakarta requires a mature design process, from various considerations from both analysis of literature studies and field studies to materialize the concept of designing for further application in the design, (2) in Desain Interior Traditional Dance Museum Surakarta , the theme of the design has an important role in solving a problem where the idea may starts from a theme raised. The concept presented in this design is "Historicism".

Gambar 3.14 Puppet Room ................................................................................................

89 Gambar 3.15 Ceramic Room ..............................................................................................

89 Gambar 3.16 Bronze Room ................................................................................................

89 Gambar 3.17 Library ...........................................................................................................

89 Gambar 3.18 Rajamala Room ............................................................................................

89 Gambar 3.19 Ethnografi Area ............................................................................................

90 Gambar 3.20 Memorial Room ............................................................................................

90 Gambar 3.21 Miniature Room ............................................................................................

90 Gambar 3.22 Middle Statue Room .....................................................................................

90

Tabel 4.1 Analisa Kebutuhan Ruang Pengunjung ......................................................... 104 Tabel 4.2 Analisa Pengelola Staff .................................................................................. 105 Tabel 4.3 Analisa Kebutuhan Ruang I ........................................................................... 106 Tabel 4.4 Analisa Kebutuhan Ruang II.......................................................................... 109 Tabel 4.5 Analisa alternatif organisasi Ruang ............................................................... 111 Tabel 4.6 Analisa organisasi Ruang ............................................................................... 112 Tabel 4.7 Analisa Sistem Sirkulasi ................................................................................ 113 Tabel 4.8 Analisa Tipe Sirkulasi Pengunjung ............................................................... 113 Tabel 4.9 Hubungan Antar Ruang ................................................................................. 114

Skema 4.1 Sistem Organisasi .........................................................................................

97

Skema 4.2 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Administrasi ........................................... 101 Skema 4.3 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Perawatan dan Dokumentasi .................. 101 Skema 4.4 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Bimbingan dan Edukasi ......................... 102 Skema 4.5 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Persiapan Pameran ................................. 102 Skema 4.6 Pola Kegiatan Pengelola Bagian Servis ...................................................... 103 Skema 4.7 Pola Kegiatan Pengunjung atau Wisatawan Umum ................................... 103 Skema 4.8 Pola Kegiatan Pelajar ................................................................................... 104

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Kesenian Tari Tradisi Surakarta telah melalui proses yang panjang dari waktu ke waktu sejalan dengan perubahan perilaku tari tradisi itu sendiri dan sesuai dengan nilai yang berlaku pada jamannya. Tari tradisi Surakarta sendiri terdapat dua kelompok jenis tari, yaitu Kasunanan dan Mangkunegaran. “Sampai saat ini, telah banyak pengkaji atau pembahasan tari yang memebicarakan kekayaan vokabuler gerak Tari Gaya Surakarta, baik Kraton Kasunanan maupun Pura Mangkunegaran sebagai sumber garap karya-karya baru,namun masi sangat sedikit yang mengungkap pemikiran dan konsep estetik tari gaya Surakarta.” (sumber :hal 6 ; Sejarah Tari, wordpress ISI)

Kurangnya penegetahuan serta minat generasi muda akan seni tari tradisional Surakarta, dipengaruhi oleh berkembangnya tari modern dance yang sedang booming akhir-akhir ini. Dalam perkembangnnya, Museum yang ada saat ini mengandalkan warisan budaya kebendaan (tangible heritage), yakni berupa artefak-artefak peninggalan sejarah yang telah lampau. Oleh karena itu, pada tema perancangan Tugas Akhir ini, perancang mencoba untuk menciptakan museum yang berpijak pada paradigma baru, dimana cenderung memaknai warisan budaya berupa kisah atau peristiwa yang bersifat tak benda (intangible heritage).

Intangible heritage yang mencakup semua ekspresi, pengetahuan, representasi, praktek, ketrampilan yang dikenali sebagai bagian warisan budaya lebih rentan untuk pudar dan punah, apalagi dengan perkembangan arus globalisasi yang semakin tak terelakkan. Salah satu upaya Museum seni tari dalam memvisualisasikan berbagai warisan intangible dari Mangkunegaran adalah dengan memanfaatkan media interpretasi dalam bentuk Conceptual and Imaginary Narrative Photograph.

Pada tema perancangan museum kali ini, tidak semua koleksi terdiri dari artefak dan benda memorabilia tetapi sebagian terdiri dari ambiance kebudayaan materi masa kini; tidak menggunakan label pada koleksi yang dipamerkan tetapi mengandalkan tour guide; berifat movement dan bukan monument; sebagai a- muse-ment dan bukan muse-um yang akan dikembangkan untuk menjadi living museum dan bukan “dead” museum.

B. BATASAN MASALAH

Perencanaan sebuah museum tari tradisi Surakarta ini memiliki berbagai macam pertimbangan-pertimbangan, seperti alur sirkulasi pengunjung, aspek suasana yang ditimbulkan, kelengkapan fasilitas penunjang, fasilitas keamanan, serta pembagian sub-divisi museum yang teratur. Batasan perancangan Museum Seni Tari Tradisi Surakarta ini dibatasi pada pembagian ruangnya, diantaranya berupa : library, audio visual, exhibition space, store outlet, theatre, dan office. Selain itu, perlu dipertimbangkan pula mengenai pembagian keluasan tiap ruang

dengan proyek Interior seluas 1200m 2 – 1500m 2 .

C. RUMUSAN MASALAH

Banyak pertimbangan permasalahan yang timbul dalam menciptkan perancangan Museum Seni Tari Tradisi Surakarta, dipengaruhi oleh adanya kebutuhan dalam memberikan pelayanan terbaik, diantaranya ialah :

1. Bagaimana mewujudkan museum yang dapat mengapresiasikan tari tradisi Surakarta.

2. Bagaimana merencanakan sebuah proyek museum tari yang mampu memberikan sarana edukasi yang mudah dimengerti bagi para pengunjung.

3. Bagaimana merancang sebuah museum yang berbeda dari museum yang ada pada saat ini. Dalam perancangan ini besifat movement dan bukan monument.

4. Bagaimana muwujudkan Museum Seni Tradisi Surakarta yang dapat memberikan atau menumbuhkan kecintaan dan minat masyarakat akan budaya seni tari Surakarta ?

D. TUJUAN

Perencanaan dan perancangan Interior Seni Tari Tradisi Surakarta diharapkan mampu mewujudkan sebuah rancangan baru yang berbudaya. Sebuah budaya yang sangat khas di Surakarta diharapkan mampu menarik banyak perhatian masyarakat untuk mengetahui dan mempelajarinya lebih dalam.

Adapun tujuan lain ialah untuk mengumpulkan, mengkomunikasikan dan melestarikan warisan seni tari Tradisi Surakarta yang terancam pudar guna Adapun tujuan lain ialah untuk mengumpulkan, mengkomunikasikan dan melestarikan warisan seni tari Tradisi Surakarta yang terancam pudar guna

E. MANFAAT

1. Bagi Penulis/Desainer

a. Mengenal dan menambah wawasan tentang perkembangan Seni Tradisi Surakarta.

b. Dapat mengembangkan ide dan gagasan untuk merencanakan dan merancang suatu interior dengan sistem aspek suasana yang kuat, responsif dengan lingkungan, serta memiliki unsure keamanan yang bagus dalam hal menjaga peninggalan sejarah masa lampau.

c. Dapat berusaha untuk memecahkan masalah-masalah yang ada di dalam proyek perencanaan dan perancangan interior, mengoptimalkan lingkungan untuk perancangan interior suatu bangunan, dengan menerapkan ide-ide dan gagasan-gagasan yang ada.

2. Bagi Masyarakat

a. Dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tentang Kesenian Tari Tradisi Surakarta.

b. Menjadi sebuah sarana sebagai tempat hiburan, menambah informasi dan juga sebagai sarana pelestarian Seni Tari Tradisi Surakarta.

c. wadah bagi para seniman tari untuk berkumpul dan mengapresiasikan seni tari gaya Surakarta.

F. SASARAN

1. Sasaran pengunjung:

a. Wisatawan umum , terutama anak-anak masa sekolah baik Domestic maupun Mancanegara.

b. Seniman Tari, sebagai wadah perkumpulan para seniman-seniamn Tari Surakarta.

2. Sasaran perancangan desain:

a. Merancang interior dengan mempertimbangkan kebutuhan dan aktivitas secara fungsional pada Museum Seni Tari Tradisi Surakarta.

b. Merancang interior dengan mempertimbangkan faktor keamanan dan kenyamanan serta nilai etestik sebagi ciri khas utama pada Museum Seni Tari Tradisi Surakarta.

G. METODE DESAIN

Dalam perancangan proses Desian Interior Museum Seni Tari tradisi Surakarta, metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang memusatkan pada pendekatan tematik. Dalam metode ini dijelaskan secara urut bagaimana penulis merumuskan sebuah masalah berdasarkan latar belakang hingga menghasilkan suatu konsep desain. Tentunya dengan pertimbangan- pertimbangan dan analisa berdasarkan studi literatur dan penelitian baik secara langsung, maupun dengan wawancara dengan narasumber yang memang ahli di bidangnya.

Skema pola pikir

Latar belakang Melestarikan kebudayaan

seni tari tradisi surakarta

Batasan masalah :  Pertunjukkan  Area pameran  Pendokumentasian

Rumusan masalah

1. Bagaimana mewujudkan museum yang dapat mengapresiasikan tari tradisi Surakarta?

2. Bagaimana merencanakan sebuah proyek museum tari yang mampu memberikan sarana edukasi yang mudah dimengerti bagi para pengunjung?

3. Bagaimana merancang sebuah museum yang berbeda dari museum yang ada pada saat ini?

4. Bagaimana muwujudkan Museum Seni Tradisi Surakarta yang dapat memberikan atau menumbuhkan kecintaan dan minat masyarakat akan budaya seni tari Surakarta ?

Bentuk penelitian

kualitatif

Sumber data

literatur

Informan :

1. Aton Rustandi Mulyana, S.Sn, M.Sn

2. Dwi Rahmani, S.kar, M.Sn

3. Ari Satriya Wibawa

analisa

Konsep desain

H. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan dalam Museum Seni Tari Tradisi Surakarta secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan mencakup latar belakang masalah mengenai peranan dan pandangan terhadap seni tari di Surakarta, kemudian dilanjutkan mengenai batasan masalah perancangan, rumusan masalah, tujuan, manfaat, sasaran, metode desain, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN LITERATUR

Mengemukakan Kajian Teoritis tentang Proyek Museum Seni Tari Tradisi Surakarta, yang meliputi pembahasan teori tentang macam seni tari tradisi gaya Surakarta, serta penjelasan mengenai ruang dan manusia, yang di dalamnya mencakup tentang pengertian, fungsi, klasifikasi, sirkulasi, komponen pembentuk ruang, sistem interior, sistem keamanan, sistem penyajian dan display pameran serta pertimbangan desain.

BAB III STUDI LAPANGAN

Merupakan hasil studi observasi di lapangan sebagai dasar acuan dan sebagai bahan pembanding dalam mewujudkan sebuah konsep Museum Seni Tari Tradisi Surakarta.

BAB IV PROGRAMMING

Yaitu mengenai data tekhnis dan spesifik yang digunakan dalam proyek perencanaan dan perancangan Museum Seni tari Tradisi Surakarta. Merupakan uraian tentang program kegiatan dan program ruang yang akan melatar belakangi terciptanya karya desain interior yang meliputi definisi proyek, asumsi lokasi, status kelembagaan, struktur organisasi, program kegiatan, alur kegiatan, program ruang, besaran ruang, pembentuk ruang, pengisi ruang, sistem interior, sistem keamanan, sistem organisasi ruang, sistem sirkulasi, pola hubungan antar ruang, zoning dan grouping.

BAB V KONSEP DESAIN

Merupakan uraian tentang ide atau gagasan beserta tema, suasana ruang, pola penataan ruang, pembentuk ruang, pengisi ruang, sistem interior, dan sistem keamanan yang akan melatar belakangi terciptanya karya desain interior Museum Seni Tari Tradisi Surakarta.

BAB IV KESIMPULAN

Meliputi kesimpulan evaluasi konsep perancangan dan keputusan desain serta saran-saran penulis mengenai perancangan Museum Seni Tari Tradisi Surakarta.

GLOSARIUM

BAB II KAJIAN LITERATUR

A. KAJIAN TEORI

1. Pengertian Judul

Pengertian judul “ Desain Interior Museum Seni Tari Tradisi Surakarta adalah sebagi berikut :

Desain

: 1) Rancangan, rencana suatu bentuk dan sebaginya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 138)

2) Suatu sistem yang berlaku untuk segala macam jenis perancangan dimanan titik beratnya adalah melihat sesuatu persoalan tidak secara tepisah atau tersendiri melainkan sebagi suatu kesatuan dimana satu masalah dengan lainnya saling kait mengkait. (Suptandar, 1999 : 12)

bangunan, yang mengungkapkan tata kehidupan manusia melalui media ruang. (Ensiklopedi Nasional Indonesia, 1991 : 197)

2) Bagian dalam gedung (ruang, dsb), tatanan perabot (hiasan, dsb) di ruang dalam gedung. (Kamus Besar Bahasa Indonesia,1993 : 483).

Desain Interior

: Adalah karya arsitek atau desainer yang khusus menyangkut bagian dalam dari suatu bangunan. (Desain Interior, 1999 : 11)

Museum

: 1) Menurut International Council of Museums disingkat ICOM ), adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan. (sumber : http://icom.museum/ )

2) Museum adalah suatu lembaga yang bersifat badan hukum yang tetap, tidak mencari keuntungan dalam pelaksanaannya kepada masyarakat, tetapi untuk memajukan masyarakat lingkungannya, serta terbuka untuk umum. (Moh. Amir Sutarga, 1989 : 23)

Seni Tari

Menurut para ahli : Haukin menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins: 1990, 2). Di sisi lain ditambahkan oleh La Mery bahwa ekspresi yang berbentuk simbolis dalam

tinggi harus tinggi harus

Tradisi

: 1. adat kebiasaan turun-temurun (dr nenek moyang) yg masih dijalankan dl masyarakat; 2. penilaian atau anggapan bahwa cara-cara yg telah ada merupakan yg

paling baik dan benar. (Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Surakarta

: Kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Gambar II. 1 Surakarta (Gladag) Tempo Dulu Sumber : Internet

Jadi pengertian Desain Interior Museum Seni Tari Tradisi Surakarta adalah suatu perancangan yang menyangkut bagian dalam suatu bangunan, dalam upaya Jadi pengertian Desain Interior Museum Seni Tari Tradisi Surakarta adalah suatu perancangan yang menyangkut bagian dalam suatu bangunan, dalam upaya

2. Tinjauan Museum

a. Pengertian Museum

Menurut International Council of Museums disingkat ICOM, adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan publik, dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian, mengkonservasi, meriset, mengomunikasikan, dan memamerkan benda nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan, dan kesenangan.

Pemerintah No. 19 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (1) adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

Secara harafiah museum berasal dari kata “Mouseion” yang merupakan kuil klasik tempat pemujaan Dewi Muse dalam mitologi Yunani, yang dipercaya sebagai lambang cabang ilmu pengetahuan dan kesenian. Museum adalah suatu lembaga yang bersifat badan hukum yang tetap, tidak mencari keuntungan dalam pelaksanaannya kepada masyarakat, tetapi untuk memajukan masyarakat lingkungannya, serta terbuka untuk umum. Museum mengadakan kegiatan pengadaan, pengawetan, riset, komunikasi dan pameran segala macam benda bahan pembuktian tentang kehadiran umat manusia dan lingkungannya untuk tujuan Secara harafiah museum berasal dari kata “Mouseion” yang merupakan kuil klasik tempat pemujaan Dewi Muse dalam mitologi Yunani, yang dipercaya sebagai lambang cabang ilmu pengetahuan dan kesenian. Museum adalah suatu lembaga yang bersifat badan hukum yang tetap, tidak mencari keuntungan dalam pelaksanaannya kepada masyarakat, tetapi untuk memajukan masyarakat lingkungannya, serta terbuka untuk umum. Museum mengadakan kegiatan pengadaan, pengawetan, riset, komunikasi dan pameran segala macam benda bahan pembuktian tentang kehadiran umat manusia dan lingkungannya untuk tujuan

Museum dalam menjalankan aktivitasnya, mengutamakan dan mementingkan penampilan koleksi yang dimilikinya. Pengutamaan kepada koleksi itulah yang membedakan museum dengan lembaga-lembaga lainnya. Setiap koleksi merupakan bagian integral dari kebudayaan dan sumber ilmiah, hal itu juga mencangkup informasi mengenai objek yang ditempatkan pada tempat yang tepat, tetapi tetap memberikan arti dan tanpa kehingan arti dari objek.

Penyimpanan informasi dalam bentuk susunan yang teratur rapi dan pembaharuan dalam prosedur, serta cara dan penanganan koleksi. Museum dapat didirikan oleh Instansi Pemerintah, Yayasan, atau Badan Usaha yang dibentuk berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia, maka pendirian museum harus memiliki dasar hukum seperti Surat Keputusan bagi museum pemerintah dan akte notaris bagi museum yang diselenggarakan oleh swasta. Bila perseorangan berkeinginan untuk mendirikan museum, maka harus membentuk yayasan terlebih dahulu.

b. Acuan hukum museum

Pendirian sebuah museum memiliki acuan hukum, yaitu:

1 Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya

2 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1993 tentang Pelaksanaan Undang-undang RI Nomor 5 Tahun 1992

3 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1995 tentang Pemeliharaan dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya di Museum

4 Keputusan

Menteri Kebudayaan dan

Pariwisata Nomor KM.33/PL.303/MKP/2004 tentang Museum

Lebih lanjut, museum terdiri dari 2 komponen yaitu penyelenggara dan pengelola mempunyai museum.

Penyelenggara merupakan satu kegiatan pembinaan sedangkan pengelolaan adalah kegiatan otonom dari unit yang dibina. Pada umumnya dalam dunia permuseuman kita ketahui adanya dua unsur utama penyelenggara museum, yaitu unsur pemerintah dan unsur swasta yaitu dalam bentuk perkumpulan dan yayasan yang diatur kedudukan, tugas dan kewajibannya oleh undang-undang.

Penyelenggara dan pengelola museum, baik pemerintah maupun swasta di Indonesia harus menyesuaikan kebijakannya dengan dasar-dasar kebijakan pembina pendidikan pemerintah, karena semua kegiatan museum tidak hanya untuk melayani kelompok tertentu tetapi juga memberikan pelayanan sosial budaya dan pendidikan bagi masyarakat banyak.

c. Jenis museum

Menurut koleksi yang dimilikinya, jenis museum dapat dibagi menjadi dua jenis museum :

1) Museum ilmu pengetahuan alam dan teknologi, yang termasuk museum ini adalah museum zoologi, museum botani, museum industri, museum kesehatan, museum geologi.

2) Museum sejarah dan kebudayaan, termasuk di dalamnya adalah museum seni rupa, museum etnografi, museum arkeologi, museum kesenian, museum antropologi, museum perjuangan.

Disamping perbedaan berdasarkan kategori ilmu pengetahuan, pembagian museum dapat diklasifikasikan berdasarkan tipenya, sebagai berikut :

1) Museum ilmu hayat

2) Museum sejarah dan antropologi

3) Museum ilmu pengetahuan dan teknologi

4) Museum seni (Moh. Amir Sutaarga; 1989: 2) Dalam Surat Keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan nomor

075/1975, bagian XFVI, pasal 728, dikemukakan bahwa sistem klasifikasi museum sebenarnya lebih bersifat fleksibel agar dapat menuju kearah tujuan yang hendak dicapai yaitu pembinaan dan pengembangan – pengembangan museum di Indonesia. Direktorat Permuseuman membagi museum menjadi tiga tipe berdasarkan jenis koleksinya, sebagai berikut :

a) Museum Umum, yaitu museum yang tidak membatasi jenis koleksinya. Koleksinya berupa kumpulan bukti material manusia dan lingkungannya yang berkaitan dengan berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan teknologi maupun berbagai cabang – cabang seni.

b) Museum Khusus, yaitu museum yang membatasi jenis koleksinya, berupa kumpulan bukti material atau lingkungannya yang berkaitan dengan satu cabang ilmu pengetahuan atau satu cabang seni atau satu cabang teknologi.

c) Museum Pendidikan, yaitu museum yang jenis koleksinya dikhususkan pada tingkat pendidikan umum

Museum juga dapat digolongkan menurut kedudukannya ruang lingkup wilayah tugas, sebagai berikut :

a) Museum Nasional, adalah museum yang koleksinya terdiri dari kumpulan benda – benda yang yang berkaitan dengan bukti material manusia dan atau lingkungannya dari seluruh wilayah Indonesia yang bernilai nasional.

b) Museum Regional Propinsi, adalah museum yang benda koleksinya merupakan kumpulan benda yang berasal, mewakili, serta berkaitan dengan bukti material manusia atau lingkungannya dari wilayah propinsi tertentu.

c) Museum Lokal, adalah museum yang benda koleksinya terdiri kumpulan benda yang berasal, mewakili, dan berkaitan dengan bukti material manusia dan lingkungannya dari wilayah lokal setempat, kabupaten atau kotamadya tertentu.

Sedangkan menurut penyelenggaraannya berdasarkan status hukumnya, museum dapat dibagi dalam kategori, sebagai berikut :

a) Museum Pemerintah, yaitu museum yang diselenggarakan serta dikelola oleh pemerintah. Museum ini dapat dibagi lagi menjadi museum yang dikelola oleh pemerintah pusat dan museum yang dikelola oleh pemerintah daerah.

b) Museum swasta, yaitu museum yang diselenggarakan serta dikelola oleh pihak swasta.

Sedangkan berdasarkan bentuk bangunannya, museum dapat dibagi dalam kategori, sebagai berikut :

a) Museum Tertutup, museum yang koleksinya berada didalam suatu bangunan permanent

b) Museum Terbuka, museum yang sebagian besar koleksinya berada di luar bangunan permanent.

c) Museum Kombinasi, museum yang koleksinya berada di dalam dan di luar bangunan permanen.

Dalam penyajian koleksi museum harus memperhatikan nilai estektika, artistik, edukatif dan informatif. Berkaitan dengan pengunjung museum dalam penyajian koleksi harus memperhatikan kebebasan bergerak bagi pengunjung, sirkulasi pengunjung museum, kenyamanan pengunjung museum, dan keamanan koleksi museum. Informasi yang disampaikan kepada pengunjung juga harus bersifat komunikatif dan edukatif, yaitu sekurang-kurangnya memuat nama benda, asal ditemukan, periode dan umur, dan fungsi koleksi.

Penyajian koleksi dapat dilakukan dalam 3 jenis pameran, yaitu:

(1) pameran tetap, Merupakan pameran yang diselenggarakan dalam jangka waktu 3 – 5 tahun.

Tema pameran sesuai dengan jenis, visi dan misi museum. Idealnya koleksi yang disajikan 25 – 40 % merupakan koleksi museum;

(2) Pameran khusus atau temporer, Merupakan pameran koleksi museum yang diselenggarakan (1 minggu – 3

bulan); (3) Pameran Keliling Merupakan pameran koleksi yang diselenggarakan di luar lingkungan

museum. Sebaiknya pameran keliling menggunakan replika koleksi, untuk menghindari kerusakan dan kehilangan koleksi.

Koleksi yang dimiliki oleh sebuah museum agar tetap terjaga kelestariannya Koleksi yang dimiliki oleh sebuah museum agar tetap terjaga kelestariannya

Selain konservasi, perlu tindakan pencegahan terhadap kerusakan koleksi atau pengawetan sehingga koleksi tetap terjaga kelestariannya, dalam kegiatan tersebut dituntut peran aktif konservator yang sebaiknya memiliki keahlian yang cukup tentang koleksi yang menjadi tanggung jawabnya, sehingga tidak menggantungkan masalah kelestarian koleksi sepenuhnya kepada kurator.

Selain itu, koleksi-koleksi yang mengalami kerusakan atau fragmentaris perlu diperbaiki atau direkonstruksi supaya dapat diperoleh bentuk seperti semula. Perlu untuk dilakukan studi perbandingan dengan koleksi lain yang masih utuh dan diperkirakan sejenis dengan koleksi tersebut, serta direkonstruksi di atas kertas terlebih dahulu, sebelum dilakukan restorasi terhadap koleksi.

Pengamanan museum sangat penting, menyangkut keamanan koleksi, bangunan dan manusia (petugas dan pengunjung) museum. Pengamanan museum tidak hanya menjadi tanggung jawab petugas, melainkan semua pegawai museum. Pengamanan museum meliputi proteksi museum beserta koleksinya dari tindakan pencurian dan penanggulangan terhadap bencana.

Museum sangat berperan dalam pengembangan kebudayaan nasional, terutama dalam pendidikan nasional, karena museum menyediakan sumber informasi yang meliputi segala aspek kebudayaan dan lingkungan.

Museum menyediakan berbagai macam sumber inspirasi bagi kreativitas yang inovatif yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional. Namun museum Museum menyediakan berbagai macam sumber inspirasi bagi kreativitas yang inovatif yang dibutuhkan dalam pembangunan nasional. Namun museum

Untuk menginformasikan koleksi yang dipamerkan di ruang pamer kepada pengunjung secara lengkap dan sistematis, dalam kegiatan ini kurator bekerjasama dengan bagian edukasi. Sebagai lembaga pelestari budaya bangsa, museum harus berazaskan pelayanan terhadap masyarakat. Program-program museum yang inovatif dan kreatif dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap museum. (Tim Direktorat Museum).

d. Fungsi, tujuan dan tugas museum

Fungsi menurut ICOM, fungsi Museum dengan praktek pengelolaan museum sehari-hari, sebagai berikut:

1) Pengumpulan dan pengamatan warisan dan budaya

2) Dokumentasi, informasi, dan penelitian alam

3) Konservasi dan preservasi

4) Penyebaran dan pemerataan ilmu pengetahuan untuk masyarakat

umum

5) Pengenalan dan penghayatan kesenian

6) Pengenalan kebudayaan lintas daerah dan lintas bangsa

7) Visualisasi warisan budaya alam dan budaya

8) Cerminan tumbuhnya dan berkembangnya peradaban umat manusia

9) Pembangkit rasa bertaqwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa

Tujuan Museum

Tujuan museum menurut Sampurno Kadarsan, dapat dibagi menjadi dua tujuan, yaitu tujuan institutional dan tujuan fungsional.

1) Tujuan institutional Memberikan pengertian kepada Bangsa Indonesia, khususnya generasi muda tentang kebudayaan yang pernah ada, hal ini merupakan watak dan kesadaran bangsa, bahwa kebudayaan yang dimiliki Indonesia khususnya, sangat agung, juga sebagai pelindung dan pemelihara dari pengaruh budaya asing yang tidak sesuai.

2) Tujuan fungsional Sebagai wadah tujuan fungsional agar dapat berlaku secara efektif terhadap dua kepentingan yang saling berpengaruh, yaitu:

o Kepentingan obyek Memberikan wadah atau tempat untuk menyimpan serta melindungi benda-

benda koleksi yang mempunyai nilai budaya, dari kerusakan atau kemusnahan yang disebabkan, antara lain pengaruh iklim, alam, biologis maupun manusia.

o kepentingan umum Menyimpulkan penemuan – penemuan benda, pemeliharaan dari kerusakan,

penyajian benda – benda koleksi kepada masyarakat umum agar dapat menarik sehingga menimbulkan rasa bangga dan bertanggung jawab serta dapat dipelajari dan menunjang ilmu pengetahuan.

Tugas museum

Tugas museum disamping sebagai koleksi, preparasi, edukasi maupun rekreasi, tugas pokok museum dapat diterangkan sebagai berikut: (a) Melaksanakan pengumpulan, perawatan dan penyajian benda

yang bernilai budaya dan bernilai historis (b) Melaksanakan dan menyebarluaskan hasil penelitian kebudayaan daerah dan bangsa berdasarkan koleksi (c) Melaksanakan perpustakaan, dokumentasi, dan penelitian ilmiah (d) Membuat reproduksi karya kebudayaan nasional (e) Melaksanakan tata usaha

Selain seperti diuraikan di atas, terdapat pula tugas museum dibidang tourisme sebagai usaha untuk memperkenalkan harta budaya bangsa kepada para wisatawan asing.

e. Persyaratan Museum

Adapaun persyaratan berdirinya sebuah museum adalah :

1) Lokasi Museum : Lokasi museum harus strategis, mudah dijangkau untuk umum dan lokasi museum harus sehat, tidak berpolusi, bukan daerah yg berlumpur/ berawa.

2) Bangunan Museum Bangunan museum dapat berupa bangunan baru atau memanfaatkan gedung lama. Harus memenuhi prinsip-prinsip konservasi, agar koleksi museum tetap lestari.

3) Koleksi Koleksi merupakan syarat mutlak dan merupakan rohnya sebuah museum, maka koleksi harus

 mempunyai nilai sejarah dan nilai-nilai ilmiah (termasuk nilai

estetika)

 Harus diterangkan asal-usulnya secara historis, geografis dan

fungsinya;  Harus dapat dijadikan monumen jika benda tersebut berbentuk

bangunan yang berarti juga mengandung nilai sejarah;  Dapat diidentifikasikan. Mengenai bentuk, tipe, gaya, fungsi,

makna, asal secara historis dan geografis, genus (untuk biologis), atau periodenya (dalam geologi, khususnya untuk benda alam);

 Harus dapat dijadikan dokumen, apabila benda itu berbentuk dokumen dan dapat dijadikan bukti bagi penelitian ilmiah;

 Harus merupakan benda yang asli, bukan tiruan;  Harus merupakan benda yang memiliki nilai keindahan (master

piece); dan  Harus merupakan benda yang unik, yaitu tidak ada duanya.

4) Peralatan museum Museum harus memiliki sarana dan prasarana museum berkaitan erat

dengan kegiatan pelestarian, sarana perawatan koleksi, pengamanan, lampu, label, dan lain-lain.

5) Organisasi dan ketenagaan Pendirian museum sebaiknya ditetapkan secara hukum. Museum harus

memiliki organisasi dan ketenagaan di museum, yang sekurang-kurangnya terdiri dari kepala museum, bagian administrasi, pengelola koleksi (kurator), bagian konservasi (perawatan), bagian penyajian (preparasi), bagian pelayanan masyarakat dan bimbingan edukasi, serta pengelola perpustakaan.

6) Sumber dana tetap Museum harus memiliki sumber dana tetap dalam penyelenggaraan dan

pengelolaan museum.

f. Koleksi Museum

Pengertian koleksi Pengertian koleksi secara harafiah adalah “kumpulan (gambar, benda – benda bersejarah, lukisan dan sebagainya) yang sering dikaitkan dengan minat atau hobby obyek (yang lengkap), berarti pula sebagai kumpulan segala hal yang berhubungan dengan studi penelitian. (KBBI,1995: 450)

Syarat-syarat koleksi Museum Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh koleksi Museum, yaitu antara lain:

- Mempunyai nilai sejarah dan ilmiah (termasuk nilai estetika) - Dapat diidentifikasikan mengenai wujudnya (morfologi), tipenya (tipologi),

gayanya (style), fungsinya, maknanya, asalnya secara historis dan geografis, genusnya (dalam orda biologi), atau periodenya (dalam geologi khususnya benda-benda sejarah alam dan teknologi).

- Harus dapat dijadikan dokumen dalam arti sebagai bukti kenyataan dan

kehadirannya realitas dan eksistensinya bagi penelitian ilmiah. - Dapat dijadikan suatu monumen atau bakal jadi monumen dalam sejarah alam atau budaya. - Benda asli, replika atau reproduksi yang sah menurut persyaratan permuseuman.

Jenis-jenis Koleksi Museum terbagi dalam dua kategori:

1) Koleksi Umum, yang berkaitan dengan berbagai cabang seni,

disiplin ilmu dan teknologi

2) Koleksi Khusus, yang berkaitan dengan satu cabang seni,

disiplin ilmu dan teknologi.

Adapun koleksi dari sebuah museum itu dapat bermacam – macam bentuknya, yaitu dapat berupa :

1) Etnografika : yaitu kumpulan benda – benda hasil budaya suku

– suku bangsa

2) Prehistorika : yaitu kumpulan benda – benda prasejarah

3) Arkeologika : yaitu kumpulan benda – benda arkeologi

4) Historika : yaitu kumpulan benda – benda bernilai sejarah

5) Numistika dan heraldika, yaitu kumpulan benda – benda alat tukar dan lambang peninggalan sejarah, misalnya mata uang, cap, lencana, tanda jasa, dan surat – surat berharga.

6) Naskah – naskah kuno dan bersejarah

7) Keramik asing

8) Buku dan majalah anti kuariat

9) Karya seni dan seni kriya

10) Benda – benda grafika, berupa foto, peta asli, atau setiap reproduksi yang dapat dijadikan dokumen.

11) Diorama, yaitu gambaran berbentuk tiga dimensi

12) Benda – benda sejarah alam, berupa flora, fauna, benda batuan maupun mineral

13) Replika yaitu tiruan dari benda sesungguhnya

14) Miniatur yaitu tiruan dari benda sesungguhnya namun berukuran kecil

15) Koleksi hasil abstraksi

Sebuah museum, untuk melengkapi koleksinya diperlukan adanya suatu proses pengadaan koleksi museum, yaitu suatu kegiatan pengumpulan benda – benda realita atau pembuatan replica, yang dapat dijadikan suatu koleksi museum dan berguna sebagai bahan pembuktian sejarah alam dan budaya manusia serta

Tujuan dari pengadaan koleksi museum ini sendiri adalah untuk menghimpun, mencatat, melestarikan dan mengkomunikasikan benda – benda sejarah dan budaya untuk kepentingan studi, pendidikan dan rekreasi yang sehat, sehingga terhimpunnya dan termanfaatkannya benda – benda sejarah dan budaya tersebut bagi masyarakat.

Adapun pengadaan koleksi dilakukan dengan :

1) Penemuan/penggalian.

2) Pembelian.

3) Hadiah/hibah.

4) Titipan dari perorangan atau badan hukum.

Cara penyajian materi koleksi terbagi 3 bagian, yakni :

1) Berdasarkan Bentuk penyajian ( wadah materi koleksi yang ditampilkan)  Bentuk Sistem Panel (Panel System)

Panel, terdiri dari panel dinding, panel transparan, panel elektroli. Biasa digunakan Wituk, benda 2 D, misal : gambar, bagan grafik, lukisan, dan photo.

Gambar II. 2 Sistem Display Panel ( Sumber : Depdikbud, 1993/1994: 19 )

 Sistem Pedestal ( Alas Koleksi ) Pedestal/alas koleksi; terdiri dari system boks standar dan system boks

khusus. Biasa digunakan untuk penyajian benda 2D dan 3D, misal : foto, benda kecil yang berharga, benda dari kulit dan tekstil.

Gambar II. 3 Sistem Display Pedestal ( Sumber : Depdikbud, 1993/1994: 46)

 Sisten Vitrine Vitrine digunakan untuk penyajian benda 3D

Gambar II. 4 Sistem Display Vitrine ( Sumber : Depdikbud, 1993/1994: 36)

 Sistem Display Diorama Penyajian untuk benda 3 D Diorama suatu peristiwa/kisah, diorama suatu tema

pameran. dl

Gambar II. 5 Sistem Display Diorama ( Sumber : Depdikbud, 1993/1994: 72)

2) Berdasarkan aspek aksentualisasi materi yang ditampilkan Aksentualisasi dari materi yang ditampilkan dapat dilakukan dengan beberapa cara, hal ini dimaksudkan agar :

 Benda / materi koleksi dapat sebagai point of interest.  Aspek estetika lebih ditonjolkan pada materi koleksi sehingga menambah

daya tarik pengamat.  Persepsi dan penghayatan komunikasi dapat lebih detail dan teliti.

Adapun cara yang dilakukan adalah dengan :

a) Perbedaan tinggi lantai (spilt level) Aksentualisasi yang ditampilkan: - Materi koleksi sebngai point of interest - Kecenderungan komunikasi visual lebih detail

Gambar II. 6 Perbedaan tinggi lantai ( Sumber : Depdikbud, 1993/1994 )

b) Sistem Mezanin Dipakai pada ruang pamer yang multi level sehingga memungkinkan terjadinya interaksi pengamat dari ruang atas dengan materi koleksi di ruang bawah. Penyajian untuk benda 3D Peralatan, miniatur, replica patung, dll Aksentualisasi yang ditampikan:

- Mengurangi penggunaan sekat dinding sehingga kebebasan ruang gerak terbentuk.

Gambar II. 7 Perbedaan Sistem Mezanin ( Sumber : Depdikbud, 1993/1994 )

c) Memasukkan dalam dinding dengan Dekorasi Mural Penyajian untuk benda 2 D dan 3 D yang berkaitan dengan dekoratif mural.Aksentualisasi yang ditampilkan:

Materi koleksi diperagakan pada lubang yang terfokusAksentualisasi menunjukkan materi koleksi lebih menonjol

Gambar II. 8 Dekorasi Mural (

Sumber : Depdikbud, 1993/1994 ) Sumber : Depdikbud, 1993/1994 )

Aksentualisasi yang ditampilkan: - Penurunan ceiling pada materi koleksi dengan focus penerangan dapat

meningkatkan daya tarik obyek pamer. - Materi koleksi sebagai pusat utama

Gambar II. 9 Penurunan Ceiling ( Sumber : Depdikbud, 1993/1994 )

3) Berdasarkan Faktor Teknologi. Penggunaan teknologi modern sangat mendukung fungsi dan suasana yang ingin ditampilkan, yaitu bersifat informative, edukatif dan rekreatif. Hal ini akan menimbulkan persepsi pengamatan yang lebih detail dan teliti.

 Sistem Display Film / Cinematografi Penyajian berupa teater film / multi media yang menggambarkan suatu peristiwa/kisah yang sesuai dengan tema ruang pamernya.

Gambar II. 10 Sistem display film ( Sumber : Depdikbud, 1993/1994 )

 Sistem Display Komputer / Monitor TV Penyajian menggunakan program komputer baik dengan system layar lebar atau tidak.

Gambar II. 11 Sistem display computer ( Sumber : Depdikbud, 1993/1994 )

 Sistem Display Remote Control dan Tata Lampu Penyajian materi dapat berupa materi koleksi 2 D (grafik, bagan interaktif ) dengan dilengkapi tombol pengatur. Atau materi 3 D (miniatur suatu proses

produksi, maker ) yang dilengkapi display rata lampu yang menarik.

Gambar II. 12 Sistem display remote control dan tatalampu ( Sumber : Depdikbud, 1993/1994 )

 Sistem Display Materi.Koleksi Berputar Penyajian berupa materi 3 D dengan ukuran kecil dan sedang 0,5 m persegi - 3,0 m persegi serta persyaratan berat maksimunn 150 kg

Gambar II. 13 Sistem display mater berputar ( Sumber : Depdikbud, 1993/1994 )

4) Berdasarkan Kronologis Yaitu koleksi yang dipamerkan disusun menurut usia benda koleksi yang paling tua sampai yang muda usianya.

g. Konservasi Koleksi

Pada suatu bangunan museum terdapat beberapa hal yang harus menjadi perhatian khusus, agar keutuhan koleksi didalamnya dapat terjaga dengan baik dan aman. Diantaranya hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:

1) Debu dan Sinar

Debu dan sinar cahaya dalam banyak hal dapat masuk dengan mudah ke ruang-ruang penyimpanan dan ruang pameran. Hal ini dapat dihindari dengan mengadakan perbaikan-perbaikan pada bangunan, seperti dengan mengunakan penolak debu, penolak cahaya pada jendela-jendela, dan sebagainya.

2) Gas

Ada kerusakan yang disebabkan oleh gas-gas yang merusakkan yang dapat disebabkan oleh bahan vitrin atau pengyangga koleksi. Hal ini dapat dihindari dengan pemilihan bahan vitrin yang tidak mengandung asam dan pengutamaan pada ventilasi.

3) Perlindungan terhadap pencurian.

Di ruang pamer harus terdapat suatu instruksi agar para pengunjung tidak dapat memegang obyek.

4) Ruang penyimpanan

Syarat-syarat pada ruang penyimpanan, antara lain:

(a) Tempatkan obyek koleksi pada lemari yang cukup vetilasi. (b) usahakan ruang gerak secukupnya untuk dapat menangani

obyek. (c) Jangan meletakkan obyek di tempat orang-orang berjalan. (d) Kumpulkan bagian obyek di satu tempat. (e) Jangan saling menumpuk obyek.

5) Sinar Cahaya dan Penolakan Sinar Matahari

Cahaya terlihat dan sinar UV dapat merusakkan obyek- obyek, seperti rapuhnya dan lunturnya warna-warna tekstil, kertas, kayu. Kerusakan ini dalam kebayakan hal permanent dan kumulatif. Banyaknya cahaya yang terlihat dinyatakan dalam Lux, banyaknya sinar UV dengan mikro-Watt per Cahaya terlihat dan sinar UV dapat merusakkan obyek- obyek, seperti rapuhnya dan lunturnya warna-warna tekstil, kertas, kayu. Kerusakan ini dalam kebayakan hal permanent dan kumulatif. Banyaknya cahaya yang terlihat dinyatakan dalam Lux, banyaknya sinar UV dengan mikro-Watt per

Penerangan didalam vitrin mempunyai kerugian tambahan, yaitu temperature dalam vitrin naik dan kelembaban udara relative turun. Tetapi kalau lampu dimatika yang terjadi kebalikannya.

6) Kutu dan Serangga

Di gedung-gedung banyak digunakan pemakaian bahan kimia,

seperti

penyempotan insektisida, dengan memperhatikan cara pertahanan, pencegahan, dan pensialiran adanya kutu dan serangga.

Di gedung-gedung tidak terdapat alat penahan masuknya insek, pintu dan jendela terbuka uantuk waktu yang lama dan bercelah-celah dibagian sambungan-sambungan dan ambang- ambang pintu.

Inspeksi memang sulit karena ruangan-ruangan museum tidak teratur secara sistematis.

7) Musibah

Dilengkapi alat pemadam kebakaran pada tiap ruang dan disertai penjaga malam pada gedung. Lima menit pertama sangat menentukan apakah kebakaran tersebut menjalatr atau tidak.

3. Tinjauan Umum Tari

1. Pengertian Tari Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran. Haukins menyatakan bahwa tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diubah oleh imajinasi dan diberi bentuk melalui media gerak sehingga menjadi bentuk gerak yang simbolis dan sebagai ungkapan si pencipta (Haukins, 1990: 2).

Seni tari adalah keindahan ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan berbentuk gerak tubuh yang diperhalus melalui estetika. Tari merupakan salah satu cabang seni, di mana media ungkap yang digunakan adalah tubuh. Tari mendapat perhatian besar di masyarakat. Tari ibarat bahasa gerak merupakan alat ekspresi manusia sebagai media komunikasi yang universal dan dapat dinikmati oleh siapa saja, pada waktu kapan saja.

Hal lain juga disampaikan oleh Haukins bahwa, tari adalah ekspresi perasaan manusia yang diubah ke dalam imajinasi dalam bentuk media gerak sehingga gerak yang simbolis tersebut sebagai ungkapan si penciptanya.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dirangkum bahwa, pengertian tari adalah unsur dasar gerak yang diungkapan atau ekspresi dalam bentuk perasaan sesuai keselarasan irama.