MODEL MANAJEMEN BENCANA BANJIR PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

SURAKARTA

Disusun Oleh: Deny Ariyanto Wibowo

D0108120

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu

Administrasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

ii

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pembimbing

Drs. Agung Priyono, M.Si NIP. 19550423 198103 1 002

commit to user

iii

PENGESAHAN

Telah disetujui dan disahkan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada hari

Tanggal

Panitia Penguji

1. Ketua

( Drs. Is Hadri Utomo, M.Si ) NIP. 195909071987021001

2. Sekretaris

( Drs. H. Muchtar Hadi, M.Si ) NIP. 195303201985031002

3. Penguji

( Drs. Agung Priyono, M.Si ) NIP. 19550423 1981031002

Fakultas Ilmu Sosial dan ILmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan,

Prof. Drs. Pawito, Ph.D NIP. 1954 0805 1985 031 002

commit to user

iv

Nama : Deny Ariyanto Wibowo NIM : D 0108120

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul: MODEL

MANAJEMEN BENCANA BANJIR PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam skripsi tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan skripsi dan gelar yang saya peroleh dari skripsi tersebut.

Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan,

Deny Ariyanto Wibowo NIM. D0108120

commit to user

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila telah selesai (segala urusan), maka kerjakanlah (urusan yang lain) dengan sungguh- sungguh”

(Q.S al Insyiirah : 67)

“Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, pasti akan Kami hapus kesalahan-kesalahannya dan mereka pasti akan Kami beri balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.”

(Al-Ankabut : 7)

“Tanpa tindakan nyata semuanya hanya sekedar mimpi dan cerita belaka, maka mulailah dengan bertindak, bukan nanti atau sebentar lagi. Tetapi sekarang, saat ini juga.”

(Penulis)

commit to user

vi

Karya ini kupersembahkan untuk:

1. segalanya untukku. Tetaplah iringi anakmu dengan doa dan kasih sayang kalian. Senyum bahagia kalian adalah cita-cita terbesar dalam hidupku.

2. Almarhum Mbah putri dan mbah kakung yang telah mendoakan cucunya ini untuk menjadi yang terbaik.

3. Mbak ninik dan tomy, kakak-adik ku yang senantiasa mendukung dan menyemangatiku hingga detik ini.

4. Teman-teman seperjuangan kampus: Dedy ariel, Alvian, rhiksa, fahmi, eghar, hendimas, sihap, dan semuanya tanpa terkecuali. Saya ucapkan terimakasih kalian telah memberi warna baru dan keceriaan dalam hidupku. Terimakasih juga atas dukungan dan bantuan selama ini. Jika tua nanti kita telah hidup masing-masing ingatlah hari ini.

5. Almamaterku Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS.

commit to user

vii

Puji syukur atas segala nikmat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul MODEL MANAJEMEN BENCAN BANJIR PEMERINTAH KOTA SURAKARTA. Skripsi ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk kelulusan dan meraih gelar kesarjanaan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan berkat bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Drs. Agung Priyono, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Asal Wahyuni Erlin Mulyadi, S.Sos, MPA selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan serta pengarahan yang berkaitan dengan masalah-masalah akademik perkuliahan.

3. Prof. Pawito, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret

4. Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi dan Dra. Sudaryanti, M.Si selaku Sekertaris Jurusan Ilmu Administrasi.

5. Joko Widodo selaku kepala seksi Satlinmas SATPOL PP Kota Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. telah meluangkan waktunya dan banyak membantu penulis mendapatkan data selama proses penyusunan skripsi.

6. Ir. Budi Santoso. MM Selaku Kepala bagian Drainase Departemen Pekerjaan Umum Kota Surakarta dan Rusdan Aziz, SH selaku kepala seksi kewaspadaan nasional Badan Kesbangpolinmas kota Surakarta yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis membuat skiripsi

7. Pihak-pihak yang tidak bisa penulis tulis dan sebutkan satu per satu yang telah memberi dukungan pada terselesainya skripsi ini.

commit to user

viii

kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan pada diri penulis. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan semua pihak yang membutuhkan.

Surakarta, Juli 2012

Deny Ariyanto Wibowo NIM D0108120

commit to user

G. Teknik Analisis Data………………………………………. 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Diskripsi Lokasi Penelitian…………………………………… 48

1. Kondisi Geografis Kota Surakar ta……………………….. 48

2. Profil SATLAK PBP Kota Surakarta………..…………… 56

B. Hasil Penelitian……………………………………………….. 56

4. Pengawasan………………………………………………. 80 BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan………………………………………………. 88

2. Saran……………………………………………………… 90 DAFTAR ISI LAMPIRAN

commit to user

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Bagan kerangka pemikiran…………………….. 41 Gambar 3.1 Model analisa interaktif Sutopo……………….. 47 Gambar 4.1 Bagan Struktur SATLAK PBP kota Surakarta… 55 Gambar 4.2 Kerangka system peringatan dini……………… 61 Gambar 4.3 Alat pengukur debit air bengawan solo………..

63 Gambar 4.4 Rumah pompa air kota Surakarta……………...

66 Gambar 4.5 Lokasi banjir kota Suraka rta……………………

69 Gambar 4.6 Pembangunan pasca bencana banjir……………. 70

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1

Daftar daerah rawan dan potensi banjir Kota Surakarta………………………. 4

Tabel 1.2

Jumlah korban bencana banjir

kota Surakarta tahun 2010- 2012…………..

8 Tabel 4.1

Luas Wilayah Surakarta…………………….

48 Tabel 4.2

Data demografi kota Surakarta……………..

50 Tabel 4.3

Rencana kegiatan SATLAK PBP…………...

58 Tabel 4.4

Proyeksi kebutuhan dalam menghadapi banjir…………………………..

60 Tabel 4.5

Pintu air k ota Surakarta……………………..

62 Tabel 4.6

Inventarisasi pompa air kota Surakarta…….

66 Tabel 4.7

Data bencana banjir kota Surakarta 1- 2 Januari 2012……………

68 Tabel 4.8

Daftar laporan bencana banjir kota Surakarta 2008- 2012…………………..

83

commit to user

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 2 Pedoman Wawancara Lampiran 3 Data-data Pendukung Hasil Penelitian Lampiran 4 Surat keterangan telah menyelesaikan penelitian

commit to user

xiv

Deny Ariyanto Wibowo. D0108120. Model Manajemen Bencana Banjir Pemerintah Kota Surakarta. Jurusan ilmu Administrasi. Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012. 97 Halaman

Pembentukan Satuan Pelaksana Penanggulangan bencana dan Penanganan Pengungsi (SATLAK PBP) Surakarta yang dituangkan dalam Perwali No.8 Tahun 2006 merupakan perwujudan pemerintah untuk mengatasi masalah bencana secara umum dan bencana banjir secara khusus yang sering terjadi di kota Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Model Manajemen bencana banjir pemerintah kota Surakarta. Hal ini penting untuk diketahui mengingat bencana banjir di Kota Surakarta, sangat membutuhkan suatu bentuk manajemen yang menangani secara khusus bencana banjir.

Penelitian ini adalah Penelitian Deskriptif Kualitatif. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara yaitu teknik yang digunakan penulis untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui komunikasi langsung dengan beberapa anggota SATLAK PBP yang antara lain pegawai Kesbangpolinmas, Dinas Pekerjaan Umum, Satlpol PP Kota Surakarta dan masyarakat. Selain wawancara penulis pun menggunakan teknik pengumpulan data observasi dan telaah dokumen. Observasi yang dilakukan adalah dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang sedang diteliti. Untuk telaah sebuah dokumen yaitu dilakukan dengan membaca dokumen-dokumen yang berhubungan dengan materi penelitian skripsi. Teknik analisis data yang dilakukan adalah teknik analisis data interaktif.

Model manajemen bencana banjir ini di lakukan oleh SATLAK PBP yang terdiri dari 7 instansi inti yang berkedudukan di Surakarta. Model manajemen bencana banjirnya yakni kesiapsiagaan, peringatan dini, mitigasi bencana, tanggap darurat, penanggulangan, rehabilitasi dan rekonstruksi. Model manajemen bencana banjir dijalankan melalui fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan dalam menangani bencana banjir di Kota Surakarta. Fungsi manajemen tersebut antara lain perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan pengawasan. Perencanaan yang dilaksanakan merupakan rencana SATLAK PBP yang meliputi sebelum bencana, saat bencana dan setelah bencana terjadi. Sementara itu untuk melaksanakan Manajemen bencana banjir pengorganisasian dilakukan oleh walikota Surakarta. Pengkoordinasian dilaksanakan oleh SATLAK PBP Kota Surakarta secara vertical dan horizontal dengan unit-unit kerja yang terdapat di dalam anggota SATLAK PBP. Pengawasan yang dilakukan secara internal melekat struktural oleh Walikota Surakarta selaku ketua SATLAK PBP.

Kata Kunci: Manajemen, Manajemen bencana banjir, SATLAK PBP

commit to user

xv

Deny Ariyanto Wibowo. D0108120. The Flood Disaster Management Model of Surakarta City Government. Administration Science Department. Social and Political Sciences Faculty, Surakarta Sebelas Maret University, 2012. 97 pages.

The establishment of Surakarta’s Disaster and Refugee Management Executing Unit (SATLAK PBP) put into Perwali No.8 of 2006 is the

government’s manifestation in coping with the disaster problem in general and flood disaster in particular, frequently occurring in Surakarta city.

This research aims to find out the Flood Disaster Management Model of Surakarta City Government. It is noteworthy recalling that the flood disaster in Surakarta city really needs a management form coping with the flood disaster particularly. The writer refers to the functions of management including planning, organizing, coordinating and supervising.

This study was a descriptive qualitative research. Technique of collecting data used was interview, the technique the writer used to obtain oral information through direct communication with some members of SATLAK PBP including the officers of Kesbangpolinmas, Public Work Service, Satpol PP of Surakarta City and society. In addition to interview, the writer also used observation and document study to collect the data. The observation was carried out by observing directly the object being studied. The document study was carried out by reading the document relevant to the material of thesis research. Technique of analyzing data used was an interactive model of analyzing by reducing the data collected to draw a conclusion later.

Model of flood disaster management is done by Satlak PBP consisting of seven core agencies based in Surakarta. Model of flood disaster management is preparedness, early warning, disaster mitigation, emergency response, rehabilitation and reconstruction. The Government’s flood disaster management

in coping with flood disaster could be seen from the functions of management implemented in dealing with the disasters in Surakarta City. The planning executed was the SATLAK PBP’s plan including before, during and after disaster occurrence. Meanwhile, to implement the flood disaster management, the organization was made by the Surakarta mayor. Coordination was carried out by SATLAK PBP of Surakarta City vertically and horizontally with the work units existing in the members of SATLAK PBP. The supervision was conducted internally structural inherent by the Surakarta Mayor as the Chairman of SATLAK PBP.

Keywords: Management, Flood Disaster Management, SATLAK PBP.

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia memiliki iklim tropis dengan dua musim yaitu musim hujan dan kemarau, selain itu Indonesia juga memiliki curah hujan yang tinggi. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi toporafi permukaan dan batuan yang relatif beragam dapat menimbulkan bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan. Seiring dengan meningkatnya aktivitas manusia, kerusakan lingkungan hidup menjadi semakin parah. Kerusakan lingkungan ini pada akhirnya akan memicu meningkatnya intensitas dan jumlah kejadian bencana hidrometorologi di banyak daerah di Indonesia. Indonesia merupakan sebuah negara yang memiliki potensi sekaligus rawan bencana yang tinggi yang salah satunya yakni bencana banjir. Tidak dipungkiri lagi bahwa bencana banjir adalah salah satu bencana tahunan yang terjadi di Indonesia. Banyak daerah yang menjadi langganan bencana banjir, salah satunya adalah kota Surakarta. Penyebabnya antara lain dekatnya dengan bantaran sungai bengawan solo, dataran yang terkena banjir merupakan daerah yang padat penduduk dan juga belum memiliki tingkat penyerapan air atau drainase yang baik. Jika tiap tahun bencana banjir tetap terjadi, tanpa adanya sebuah upaya penanggulangan, maka dapat dibayangkan berapa banyak kerugian yang dialami oleh masyarakat yang tinggal di daerah tersebut. Melihat banyaknya daerah yang menjadi langganan banjir tersebut, perlu adanya sebuah model manajemen

commit to user

ditimbulkan.

Model merupakan penyederhanaan dari dunia nyata. Model juga dapat diterapkan dalam berbagai bentuk permasalahan termasuk manajemen bencana banjir. Dengan model yang dihasilkan dapat diterapkan pada berbagai wilayah di Indonesia. Pemodelan tersebut dapat dilakukan dengan cara menyusun suatu aplikasi program yang dapat di implementasikan pemerintah maupun masyarakat.

Adanya model manajemen bencana banjir ini bertujuan mencegah dan mengurangi dampak dari kejadian bencana banjir, jadi perlu suatu upaya manajemen untuk menghadapi masalah banjir. Manajemen banjir dalam artian melakukan pengelolaan dan pengendalian banjir harus dipandang secara utuh (holistic) dan terpadu, sehingga tujuan yang akan dicapai dapat memberi manfaat secara berkelanjutan. Manajemen banjir terpadu (Integrated Flood Management) adalah proses meningkatkan pendekatan secara terpadu pengelolaan banjir untuk meminimalkan korban jiwa dari banjir.

Penanggulangan banjir dengan cara-cara konvensional (sebatas-mengusir- air) perlu diubah dengan manajemen banjir terpadu, dengan menentukan komponen-komponen lingkungan apa saja yang ada, yang dapat merupakan faktor tidak terakumulasinya air di satu tempat secara berlebihan dan penghambat aliran permukaan (run off), tetapi memperlancar siklus alami air. Ini meliputi penggunaan vegetasi yang berfungsi sebagai perangkap atau penahan air, pengontrolan secara alami seperti penanaman tanaman yang menyerap banyak air,

commit to user

(ground cover), serta langkah preventif seperti normalisasi fungsi saluran, kanal, parit, dsb; pengelolaan sampah (reduce, re-use, and recycle), membuat sumur resapan, pintu pembagi, bak kontrol, perbaikan tata letak, zonasi, dan sebagainya. Jelaslah, bahwa pola ini menekankan pada sifat yang menyeluruh dalam pendekatannya dan berdasarkan sepenuhnya pada prinsip-prinsip ekologi.

Kota Surakarta memang sering diterpa banjir lokal dan banjir kiriman. Untuk banjir lokal meskipun memiliki karakteristik magnitude yang kecil, berdurasi cepat dan daerah penggenangan sempit, namun kehadirannya dirasa cukup meresahkan karena mayoritas banjir lokal berada di tengah kota. Banjir ini sangat mengganggu aktivitas ekonomi perkotaan khususnya transportasi. Banjir lokal terjadi akibat guyuran air hujan di dalam Kota Solo yang mengakibatkan aliran permukaannya lebih besar daripada daya tampung saluran sistem mikro yaitu saluran tersier dan kuarter kota. Dengan kata lain, banjir ini disebabkan karena hujan yang terjadi di dalam Kota Solo sendiri. Kemudian untuk banjir kiriman merupakan banjir yang menjadi potensi terbesar terhadap banjir yang terjadi di kota Surakarta, daerah-daerah yang terkena banjir kiriman ini terdapat di daerah yang dekat dengan bantaran sungai bengawan solo. Mengingat permasalahan ini, idealnya tanggung jawab penanganan banjir lokal dan banjir kiriman dilakukan sepenuhnya oleh seluruh aspek pemerintah dan masyarakat di bawah manajemen Pemerintah kota.

Berdasarkan data dari Kesbangpolinmas Surakarta daerah rawan dan potensi banjir dapat dilihat seperti tabel berikut ini.

commit to user

Daftar daerah rawan dan potensi banjir kota Surakarta

I. JEBRES

- Kal.S e w u - Kal.Jebres

- Kal.Jagalan - Kal.Pucangsawit - Kal.Gandekan - Kal.Sudiroprajan

II. PASARKLIWON

- Kal.Sangkrah - Kal.Semanggi - Kal.Kedunglumbu - Kal.Joyosuran - Kal.Pasarkliwon

III. S E R E N G A N

- Kal. Joyotakan - Kal. T i p e s - Kal. Serengan

IV. L A W E Y A N

- Kal. Pajang - Kal. Laweyan - Kal. Bumi - Kal. Sondakan - Kal. Panularan

V. BANJARSARI

- Kal. Nusukan - Kal. Kadipiro - Kal. Gilingan - Kal. Sumber - Kal. Banyuanyar

Sumber data: Kesbangpolinmas kota Surakarta

Melihat daerah-daerah tersebut di atas bisa dikatakan hampir seluruh kecamatan di Surakarta menjadi daerah rawan dan potensi terkena banjir. Di Kota Surakarta sendiri bencana banjir masih menjadi bencana alam yang paling mendominasi. Banjir merendam, menggenangi bahkan menenggelamkan ratusan

commit to user

pesawahan, serta jalan berikut alat-alat transportasi seperti mobil dan motor. Kerugian akibat banjir secara materil bisa mencapai puluhan juta rupiah, belum termasuk kerugian akibat kehilangan produktivitas kerja dan usaha. Banjir yang hampir melanda di setiap kecamatan Surakarta ini, bukan hanya sekitar bantaran sungai melainkan daerah-daerah tengah kota pun seringkali tergenangi oleh banjir.

Pasca banjir banyak tugas yang harus diselesaikan, selain memulihkan perekonomian, hal yang perlu segera ditangani adalah pemulihan kondisi psikologis, kesehatan dan lingkungan. Di samping itu, hal yang sangat penting ialah menyangkut manajemen banjir secara keseluruhan, baik sebagai upaya pemulihan berbagai dampak, maupun sebagai langkah antisipasi bencana banjir, termasuk kemungkinan banjir dan cuaca buruk yang setiap tahunnya melanda Surakarta.

Pentingnya mengapa bencana banjir yang menjadi pembahasan topic, dikarenakan banjir memiliki dampak yang sangat luas ketika bencana tersebut melanda, dampak-dampak tersebut antara lain :

a)

Banjir dapat merusak sarana dan prasarana.

b)

Banjir memutuskan jalur transportasi.

c) Banjir merusak dan bahkan menghilangkan peralatan, perlengkapan, harta benda atau lainnya atau bahkan jiwa manusia.

d)

Banjir dapat mengakibatkan pemadaman listrik.

e)

Banjir mengganggu aktivitas sehari-hari.

commit to user

g)

Banjir dapat mencemari lingkungan sekitar kita.

h) Banjir dapat mendatangkan masalah / gangguan kesehatan (penyakit).

i) Banjir dapat menyebabkan erosi atau bahkan longsor. j)

Banjir dapat merubah, mengganggu, atau bahkan menghapus / menghilangkan masa depan.

Betapa banyak dampak yang diakibatkan oleh bencana banjir bagi kehidupan di sekitar tempat tinggal yang terkena banjir, kota Surakarta merupakan kota yang saat terjadi hujan cukup lama, banjir pun dimungkinkan akan terjadi. Oleh karena itu menarik untuk diteliti bagaimana usaha pemerintah kota Surakarta sebagai sebuah instansi publik yang bertanggung jawab untuk mengupayakan dan meminimalisir dampak dari bencana banjir yang nantinya bersama masyarakat saling bersinergi untuk mewujudkan kota Surakarta yang aman dan nyaman dari bencana banjir yang sering terjadi.

Pemerintah kota Surakarta sendiri telah membentuk SATLAK PBP (Satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Pengungsi) sesuai dengan Peraturan Walikota nomor 8 tahun 2006 tentang pembentukan satuan Pelaksana Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (SATLAK PBP) Kota Surakarta, yang didalamnya juga mengatur terkait dengan bencana banjir. Pembentukan SATLAK PBP dilakukan guna mengantisipasi dan menanggulangi banjir yang terjadi, agar ada suatu struktur fungsi yang benar-benar menangani bencana banjir di kota surakarta ini. SATLAK PBP memiliki anggota dari

commit to user

tupoksi sesuai dengan bidangnya masing-masing.

Dalam peristiwa banjir yang terjadi pada tanggal 2 januari 2012, SATLAK PBP yang terdiri dari instansi-instansi Pemerintah Kota Surakarta, secara bersama-sama bekerja melaksanakan tupoksi yang telah ditetapkan dalam SATLAK PBP. Sistem manajemen dikomandoi langsung oleh ketua pelaksana harian yakni Wakil Walikota yang selalu mengoordinasikan dari setiap fungsi yang ada. Semisal, pada saat sebelum terjadinya banjir pada tanggal tersebut, Kesbangpolinmas selaku sekretaris harian melaporkan kejadian secara tepat dan cepat dilihat dari pantauan curah hujan yang turun dan jumlah debit air di semua sungai, kepada ketua pelaksana harian. Kemudian ketua pelaksana harian berdasar laporan tersebut langsung menggerakkan semua seksi-seksi yang ada untuk bekerja sesuai dengan tupoksinya masing-masing. Seperti Dinas Kesehatan sebagai team evakuasi, Dinas Perhubungan sebagai seksi transportasi, TIM SAR sebagai seksi pencari korban, Dinas Komunikasi dan Informatika sebagai seksi Humas, dsb.itu tadi salah satu proses langkah gerak SATLAK PBP dalam menangani bencan banjir agar jumlah kerugian dan korban dapat diminimalisir.

Berdasar data dari Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Surakarta, jumlah korban bencana banjir ini setiap tahun menunjukkan angka yang besar.

commit to user

Jumlah data bencana banjir Surakarta tahun 2010-2012

Sumber data : Kesbangpolinmas Surakarta

Melihat korban bencana banjir di kota Solo yang cukup banyak dan banjir merupakan bencana yang datang tanpa diundang yang hampir terjadi setiap tahunnya, dengan demikian langkah manajemen yang baik menjadi sangat penting. Untuk mengatasinya, sebenarnya bukan hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah kota, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh instansi, LSM, dan masyarakat pada umumnya. Menjadi hal yang penting ialah bagaimana manajemen banjir dilaksanakan dengan prinsip kebersamaan, sehingga penanganannya menjadi lebih cepat, tepat dan efisien.

Berdasar potensi bencana banjir di kota Surakarta, maka diperlukan suatu upaya manajemen bencana banjir, sebab bencana banjir yang terjadi di Surakarta ini tidak sedikit telah membawa korban jiwa dan harta tiap tahunnya. Melalui upaya manajemen ini diharapkan resiko terjadinya bencana dan dampaknya dapat dikurangi.

No. Waktu Kejadian Jumlah KK Korban Tenggelam

1 6 Februari 2010

127

2 21 Februari 2010

317

3 9 Maret 2010

321

4 13 Maret 2010

1376

5 15 Maret 2010

359

6 27-Apr-10

23

7 15 Mei 2010

164

8 4 januari 2011

2808

9 1 Januari 2012

2638

Total

8133

commit to user

Kota Surakarta sebagai studi kasus. Kota Surakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia, memiliki potensi bencana banjir yang besar pula. Oleh karenanya model yang disusun tersebut nantinya akan dapat membantu penanganan banjir di kota ini.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah adalah pokok-pokok bahasan yang akandibahas dalam penelitian ini. Berdasarkan latar belakang di atas, rumusanmasalah dalam pen elitian ini adalah: “Bagaimana model manajemen banjir Pemerintah Kota Surakarta? ”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disampaikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana model manajemen bencana banjir Pemerintah Kota Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Kegunaan dari dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Memberikan sumbangan pemikiran bagi penelitian lain khususnya untuk pengembangan model manajemen bencana banjir.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi Peneliti

Penelitian sangat bermanfaat sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan melatih dalam menerapkan ilmu yang telah

commit to user

sebagai syarat untuk meraih gelar kesarjanaan Strata 1 pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta

b) Bagi Pemerintah Kota

Memberikan gambaran mengenai model manajemen bencana banjir Pemerintah Kota Surakarta.

c) Bagi Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi bagi penelitian yang lain terutama masalah bencana banjir.

d) Bagi Masyarakat

Sebagai bahan referensi dalam upaya mencegah dan menanggulangi bencana banjir di Kota Surakarta.

commit to user

11

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Manajemen

a) Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur. Dalam hal mengatur, akan timbul masalah, problem, proses, dan pertanyaan tentang apa yang diatur dan apa yang menjadi tujuan dari pengaturan. Manajemen juga menganalisa,menetapkan tujuan sasaran, serta mendeterminasi tugas-tugas dan kewajiban secara baik, efektif, dan efisien. Pada dasarnya, manusia mempunyai kemampuan yang terbatas seperti keterbatasan fisik, waktu, pengetahuan dan perhatian, sedangkan kebutuhannya itu tidak terbatas. Dengan terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan, manusia terdorong untuk membagi pekerjaan, tugas dan tanggungjawab dengan yang lainnya. Dengan adanya pembagian kerja, tugas dan tanggungjawab tersebut maka terbentuklah kerjasama dalam suatu organisasi. Dalam organisasi ini maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang diinginkan tercapai. Proses untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan manajemen.

Kegiatan manajemen dilakukan oleh pimpinan dalam sebuah organisasi atau biasa disebut sebagai manajer apabila organisasi itu bersifat bisnis. Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi baik itu

commit to user

(pemerintahan) karena manajemen mempunyai peran yang sangat penting dalam pencapaian tujuan suatu organisasi.

Seperti banyak bidang studi lainnya yang menyangkut manusia, manajemen sulit didefinisikan. Dalam kenyataannya tidak ada definisi yang telah diterima secara universal. Dalam beberapa literatur manajemen, ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung banyak pengertian yaitu manajemen sebagai suatu seni (art) dan ilmu, manajemen sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen, manajemen sebagai suatu proses, bahkan manajemen juga dapat diartikan sebagai profesi.

Menurut pengertian yang pertama yaitu manajemen adalah seni dan suatu ilmu, Luther Gulick (dalam Hani Handoko, 2003:11) memberikan pengertian bahwa :

“manajemen sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan (science) yang berusaha secara sistematis untuk memahami mengapa dan

bagaimana manusia bekerja bersama untuk mencapai tujuan dan membuat sistem kerjasama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan. ” Menurut Gulick, manajemen dapat dikatakan sebagai ilmu karena

telah memenuhi persyaratan untuk disebut bidang ilmu pengetahuan. Manajemen telah dipelajari untuk waktu yang lama dan telah terorganisasi menjadi serangkaian teori. Teori manajemen selalu diuji dalam praktek, sehingga manajemen sebagai ilmu akan terus berkembang.

commit to user

2003:8) yang mendefinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Begitu pula dengan Manullang (2009:4) yang menjelaskan manajemen sebagai berikut:

“manajemen sebagai seni berfungsi untuk mencapai tujuan yang nyata mendatangkan hasil atau manfaat, sedangkan mnajemen

sebagai ilmu berfungsi menerangkan fenomena-fenomena (gejala- gejala), kejadian-kejadian, keadaan-keadaan, jadi memberikan penjelasan- penjelasan”. Manajemen dapat dikatakan sebagai seni karena manusia adalah

makhluk yang unik, yang tentu memiliki karakteristik, fisik, pikiran dan perasaan yang berbeda dengan manusia yang lain. Manusia tidak dapat lagi dianggap sebagai mesin, keberadaannya perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu, disinilah letak seni dari sebuah manajemen dalam menggerakkan manusia agar manusia yang digerakkan bersedia untuk bekerja sesuai dengan perintah pimpinan (manajer).

Kemudian Malayu Hasibuan (2009:2) mendefinisikan manajemen sebagai ilmu dan seni mengatur proses pemanfatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Ini berarti bahwa manajemen bukan saja diartikan sebagai suatu ilmu atau seni saja tetapi dapat diartikan keduanya karena dalam mendayagunakan sumber daya manusia, seorang manajer tidak hanya dituntut untuk mengerti akan ilmu manajemen, tetapi juga diperlukan seni, ketrampilan dan keahlian untuk mendayagunakan mereka.

commit to user

sebagai kolektivitas orang-orang yang melakukan aktivitas manajemen. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Manullang (2009:4). Senada dengan pendapat tersebut, Andrew F. Sikula (dalam Malayu,2009:2) juga mendefinisikan manajemen sebagai berikut :

“management in general refers to planning, organizing, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, and decision making activities perfomed by any organization in order to coordinate the varied resources of the enterprise so as to bring an efficient creation of some product or service. (manejemen pada umumnya, dikaitkan

dengan

aktivitas-aktivitas

perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga suatu produk atau jasa secara efisien)”. Jadi dengan kata lain, segenap orang-orang yang melakukan

aktivitas manajemen seperti perencanaan hingga pengambilan keputusan dalam suatu badan tertentu disebut manajemen.

Kemudian menurut pengertian yang ketiga yaitu manajemen diartikan lebih luas lagi yaitu sebagai suatu proses. Manajemen menurut Stoner (dalam Hani Handoko, 2003:8) diartikan sebagai berikut :

“manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar menca pai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”. Menurut Encylopedia of the Social Science (dalam Manullang,

2009:3) dikatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dengan mana pelaksanaan suatu tujuan tertentu diselenggarakan dan diawasi. Selanjutnya Haiman (dalam Manullang, 2002:3) mengatakan bahwa

commit to user

orang lain dan mengawasi usaha-usaha individu untuk mencapai tujuan bersama. George R. Terry (dalam Manullang, 2002:3) mengatakan bahwa manajemen adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu dengan mempergunakan kegiatan orang lain.

Manajemen memang dapat juga diartikan sebagai suatu proses karena semua manajer, tanpa memperdulikan kecakapan atau ketrampilan khusus mereka, harus melaksanakan aktivitas-aktivitas tertentu yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan. Proses tersebut merupakan serangkaian aktivitas mulai dari perencanaan sampai pada pengawasan. Jadi, dengan kata lain, manajemen sebagai proses dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh manajer.

Selanjutnya, manajemen bahkan dapat diartikan pula sebagai sebuah profesi. Edgar H. Schein (dalam Hani Handoko, 2003:14) menguraikan kriteria-kriteria untuk menentukan sesuatu sebagai profesi yang dapat diperinci sebagai berikut :

a. Para profesional membuat keputusan atas dasar prinsip- prinsip umum.

b. Para profesional mendapatkan status mereka karena mencapai standar prestasi kerja tertentu, bukan karena favoritisme atau karena suku bangsa, agama dan kriteria politik atau sosial lainnya.

commit to user

kuat dengan disiplin untuk mereka yang menjadi kliennya. Adanya pendidikan, kursus-kursus dan program-program latihan formal menunjukkan bahwa ada prinsip-prinsip manajemen tertentu yang dapat diandalkan. Para manajer didalam organisasinya mendapatkan status memang berdasarkan pada standar prestasi kerja tertentu karena pada dasarnya seorang manajer memiliki kecakapan dan ketrampilan dalam mendayagunakan sumber daya manusia. Manajemen mempunyai bidang pekerjaan atau bidang keahlian tertentu, seperti halnya bidang-bidang lain, misalnya profesi di bidang kesehatan. Oleh karena itu, manajemen dapat dikatakan sebagai profesi.

Dari berbagai pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Proses ini meliputi aktivitas perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengawasan atau pengendalian dimana proses ini dilakukan oleh sekelompok orang atau organisasi sehingga diperlukan kerjasama yang baik.

b) Fungsi-Fungsi Manajemen Berdasarkan pada berbagai definisi mengenai manajemen diatas, maka dapat dikatakan bahwa dalam menjalankan aktivitas manajemen, seorang manajer atau pimpinan akan mendayagunakan sumber daya

commit to user

tujuan tersebut, terdapat proses atau serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh manajer dan biasanya disebut sebagai fungsi-fungsi manajemen.

Fungsi-fungsi manajemen yang dikemukakan para ahli manajemen tidak sama. Hal itu disebabkan oleh latar belakang para ahli dan pendekatan yang dilakukan mereka tidak sama.

Hani Handoko (2003:23-27) memilih lima fungsi manajemen yang menurutnya paling penting yaitu planning, organizing, staffing, leading dan controlling. Hani Handoko memilih perencanaan (planning) sebagai awal dari kegiatan manajer karena didalam kegiatan ini terdapat penetapan tujuan, strategi, kebijaksanaan, proyek, program, prosedur, metoda, sistem, anggaran dan standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Fungsi-fungsi lainnya tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang tepat dan sebaliknya perencanaan yang baik tergantung pada pelaksanaan efektif dari fungsi-fungsi lain. Setelah para manajer menetapkan tujuan dan rencana maka langkah selanjutnya adalah merancang dan mengembangkan organisasi (pengorganisasian). Selanjutnya adalah penyusunan personalia. Disini, fungsi staffing diuraikan terpisah karena penulis memandang bahwa perkembangan dunia bisnis (dimana sumber daya manusia merupakan kunci sukses perusahaan) menyebabkan fungsi tersebut menjadi semakin penting. Kemudian

commit to user

para karyawan melakukan apa yang diinginkan dan harus mereka lakukan, dimana fungsi ini melibatkan kualitas, gaya, kekuasaan, kepemimpinan, komunikasi, motivasi dan disiplin. Semua fungsi tersebut tidak akan efektif tanpa adanya pengawasan (controlling). Fungsi pengawasan ini adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin bahwa rencana telah disesuaikan dengan yang telah ditetapkan.

Apabila Hani Handoko lebih memilih kelima fungsi diatas, maka berbeda dengan Henry Fayol (dalam Manullang, 2009:7) yang memilih menggunakan lima fungsi manajemen yaitu planning, organizing, commanding, coordinating, dan controlling. Sedangkan fungsi-fungsi manajemen menurut George R.Terry (dalam Manullang,2009:8) terdiri dari planning, organizing, actuating, dan controlling.

Dari berbagai pendapat mengenai fungsi-fungsi manajemen oleh para ahli diatas, sebenarnya memiliki garis besar yang sama. Mereka sama-sama berawal dari planning, organizing dan berakhir pada controlling. Pada dasarnya commanding, actuating, leading, directing adalah sama pengertiannya yaitu sama-sama menggerakkan bawahan dengan memberikan perintah agar bawahan tersebut melaksanakan apa yang menjadi perintah dari pimpinan.

commit to user

terpisah dari organizing, berbeda dengan G.R. Terry yang menjadikan coordinating satu fungsi dengan organizing karena menurut G.R Terry, dalam pengorganisasian terdapat tindakan mengusahakan hubungan- hubungan kelakukan yang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien. Itu artinya, fungsi koordinasi sudah termasuk dalam fungsi pengorganisasian ini.

Sedangkan menurut Billows (2002) dalam International Journal of Business and Management, vol. 5, number. 1 halaman 79 menjelaskan tentang fungsi manajemen yaitu sebagai berikut :

“…indicated that project management includes 19 steps in five phases, and the five phases are initiating, planning, executing, controlling, and closing processes. Projects are different from operations. Projects are temporary and unique, and operations are repetitive and ongoing (PMI, 2004; Zanoni & Audy, 2004), but both of them still share many same characteristics as follows: 1) performed by people; 2) constrained by limited resources; 3) planned, executed and controlled.( kegiatan manajemen menunjukkan bahwa mencakup 19 langkah dari 5 tahap, dan lima fase itu yakni inisiasi, perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan menutup proses. Proyek berbeda dengan operasi. Proyek bersifat sementara dan unik sedangkan operasi bersifat berulang- ulang (PMI, 2004: Zanoni & Audy, 2004) , namun pada keduanya masih memeliki banyak kesamaan yang antara lain: 1) yang dilakukan orang ; 2) dibatasi oleh sumberdaya yang terbatas; 3) rencana, pelaksanaan dan pengendalian. ” Dengan melihat berbagai penjelasan mengenai pengertian dan

fungsi-fungsi manajemen dari beberapa ahli diatas, maka mengenai model manajemen bencana banjir Pemerintah Surakarta, penulis akan membahas Perencanaan (planning), Pengorganisasian (organizing), Pengkoordinasian (Coordinating) dan Pengawasan (controlling) dari

commit to user

melaksanakan kegiatan manajemen bencana banjir tersebut, telah membentuk sebuah struktur organisasi yakni SATLAK PBP yang secara khusus menangani persoalan bencana dan pengungsi. Keempat fungsi manajemen tersebut dianggap relevan dengan model manajemen bencana banjir Pemerintah Kota Surakarta. Hal tersebut karena dipandang lebih sesuai, lebih tepat, dan lebih mampu menggambarkan manejemen Pemerintah Kota Surakarta yang terdapat dalam Satuan Pelaksanan Penanggulangan Bencana dan Pengungsi (SATLAK PBP) serta kegiatan-kegiatan dalam manajemen tersebut mampu mewakili dari beberapa fungsi-fungsi manajemen yang sangat beragam.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai fungsi-fungsi manajemen yang digunakan dalam penelitian ini:

a) Perencanaan (Planning)

Perencanaan adalah fungsi-fungsi dasar (fundamental) manajemen, karena fungsi manajemen lainnya seperti organizing, staffing, directing, dan controlling pun harus terlebih dahulu direncanakan. Perencanaan dan rencana sangat penting (Malayu, 2009:91) karena :

a. Tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak tujuan yang ingin dicapai.

commit to user

pelaksanaan sehingga banyak pemborosan.

c. Rencana adalah dasar pengendalian karena tanpa ada rencana, pengendalian tidak dapat dilakukan.

d. Tanpa perencanaan dan rencana berarti tidak ada keputusan dan proses manajemen tidak ada. Menurut Malayu Hasibuan (2009:93) rencana adalah

sebuah keputusan mengenai keinginan dan berisi pedoman pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang diinginkan itu. Jadi setiap rencana mengandung dua unsur yaitu tujuan dan pedoman. Sedangkan Louis A. Allen (dalam Manullang, 2009:39) mengatakan planning is the determination of a course of action to achieve a desired result yang artinya perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Lebih lengkap dari perumusan-perumusan diatas, Beishline menyatakan bahwa Perencanaan menentukan apa yang harus dicapai (penentuan waktu secara kualitatif) dan bila itu harus dicapai, dimana hal itu harus dicapai, bagaimana hal itu harus dicapai, siapa yang bertanggung jawab, dan mengapa hal itu harus dicapai”.

Pada umumnya, suatu rencana yang baik berisikan atau memuat enam unsur yaitu: The what, the why, The where, The

commit to user

5W+1H, seperti yang diungkapkan oleh Manullang (2009:41) bahwa suatu rencana yang baik harus memberikan jawaban kepada enam pertanyaan, yaitu sebagai berikut :

a. Tindakan apa yang harus dikerjakan?

b. Apakah sebabnya tindakan itu harus dikerjakan?

c. Di manakah tindakan itu harus dilaksanakan?

d. Kapankah tindakan itu dilaksanakan?

e. Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu?

f. Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu? Dari jawaban-jawaban pertanyaan di atas, sesuatu rencana harus memuat hal-hal berikut:

a. Penjelasan dari perincian kegiatan-kegiatan yang dibutuhkannya, faktor-faktor produksi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tersebut agar apa yang menjadi tujuan dapat dihasilkan.

b. Penjelasan mengapa kegiatan-kegiatan itu harus dikerjakan dan mengapa tujuan yang ditentukan itu harus dicapai.

c. Penjelasan tentang lokasi fisik setiap kegiatan yang harus dikerjakan sehingga tersedia segala fasilitas-fasilitas yang dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan itu.

d. Penjelasan tentang waktu

dimulainya pekerjaan dan diselesaikannya pekerjaan baik untuk tiap-tiap bagian pekerjaan

commit to user

waktu untuk mengerjakan, baik bagian-bagian pekerjaan maupun untuk seluruh pekerjaan.

e. Penjelasan tentang para petugas yang akan mengerjakan pekerjaannya, baik mengenai kuantitas maupun mengenai kualitas, yaitu kualifikasi-kualifikasi pegawai, seperti keahlian, pengalaman dan sebagainya. Disini pula harus dijelaskan authority, responsibility, dan accountability dari masing-masing pegawai.

f. Penjelasan tentang teknis mengerjakan pekerjaan.

g. Manullang (2009:42) berpendapat bahwa suatu rencana mengandung unsur-unsur seperti tujuan perusahaan, politik perusahaan, prosedur, budget dan program.Sedangkan Malayu Hasibuan (2009:95-102), menambahkan unsur kebijaksanaan (policy), metode dan strategi serta mengartikan politik perusahaan sebagai rule.

Dari berbagai definisi oleh para ahli diatas, maka dapat dikatakan bahwa perencanaan merupakan suatu hal yang fundamental dalam sebuah organisasi untuk dapat menjalankan fungsi-fungsi manajemennya. Perencanaan merupakan suatu proses atau rangkaian tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Melalui kegiatan perencanaan ini akan dirumuskan tujuan, prosedur, kebijakan, program dan strategi serta budget yang harus

commit to user

tertentu.

Dalam penelitian ini, perencanaan yang dilakukan oleh pemerintah kota Surakarta dalam manajemen bencana banjir adalah dengan menentukan rencana apa yang akan dijalankan dan siapa yang akan menjalankan serta bagaimana rencana manajemen bencana banjir kota Surakarta.

Perencanaan merupakan fungsi manajemen yang paling utama, tanpa adanya perencanaan tidak akan ada fungsi- fungsi manajemen yang selanjutnya. Dengan kata lain, dengan adanya perencanaan maka ada pula fungsi-fungsi manajemen yang lain. Di dalam perencanaan ini organisasi harus menentukan arah organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan memperhitungkan fakta-fakta dan kemungkinan apa saja yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan begini perencanaan akan memilih dan akhirnya memutuskan bagaimana cara yang efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan organisasi.

b) Pengorganisasian (Organizing)

Fungsi pengorganisasian berkaitan erat dengan perencanaan karena dalam menjalankan fungsi pengorganisasian, fungsi ini pun harus direncanakan. Pengertian pengorganisasian tentu berbeda dengan organisasi. Pengorganisasian adalah fungsi

commit to user

sedangkan organisasi adalah wadah atau alat yang statis tempat manajer atau pimpinan melakukan kegiatan-kegiatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Koontz dan O’Donnel (dalam Malayu, 2009:119) mengemukakan

pendapatnya

mengenai pengertian

pengorganisasian sebagai berikut :

“the organization function of the manager involves the determination and enumeration of the activities required to

achieve the objective of the enterprise, the grouping of these activities, the assignment of such group of activation to a department headed by a manager and the delegation of authority carry them out. Artinya fungsi pengorganisasian manager meliputi penentuan penggolongan kegiatan-kegiatan yang

diperlukan

untuk

tujuan-tujuan perusahaan, pengelompokan kegiatan-kegiatan tersebut ke dalam suatu bagian yang dipimpin oleh seorang manajer, serta melimpahkan wewenang untuk melaksanakannya”.

Hani Handoko (2003:167) menyebutkan dua aspek utama organizing yaitu departementalisasi dan pembagian kerja. Departementalisasi merupakan pengelompokan kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan yang sejenis dan saling berhubungan dapat dikerjakan bersama.Sedangkan pembagian kerja adalah pemerincian tugas pekerjaan agar individu dalam organisasi bertanggungjawab untuk melaksanakan tugas tersebut.

Dari penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa seorang manajer atau pimpinan dalam sebuah perusahaan atau organisasi yang mengadakan departementalisasi berarti membagi kegiatan-

commit to user

manajer telah menugaskan bawahannya untuk mengerjakan tugas- tugas tersebut maka pada saat itulah seorang manajer mendeleger (melakukan delegasi).

Manullang (2009:106) mengatakan apabila seorang manajer mendelegasikan tugas kepada bawahannya, maka ia juga harus mendeleger kekuasaannya. Seorang yang diserahi tugas untuk melaksanakan suatu tugas tertentu bertanggungjawab dalam pelaksanaan tugas itu. Pertanggungjawaban itu hanya dapat dipenuhi sebaik-baiknya bila kepadanya didelegasikan kekuasaan untuk memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan fungsinya.

Kemudian Malayu Hasibuan (2009:118) mengemukakan pendapatnya mengenai pengorganisasian yaitu :

“suatu proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai

tujuan, menempatkan orang-orang pada aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relatif di delegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas- aktivitas tersebut”. Dari pengertian pengorganisasian yang dikemukakan oleh

Malayu diatas, maka dapat dikatakan bahwa fungsi ini tidak hanya diartikan sebagai penentuan, pengelompokan dan pengaturan tugas tetapi didalamnya terdapat pula fungsi staffing atau penyusunan personalia dan pendelegasian wewenang kepada bawahan yang akan melakukan tugas atau pekerjaan tersebut. Hal ini senada

commit to user

langkah pengorganisasian sebagai berikut :

a. Mengetahui tujuan.

b. Menguraikan pekerjaan yang harus dilakukan dalam kegiatan- kegiatan komponen.

c. Mengelompokkan kegiatan-kegiatan dalam kesatuan yang praktis.

d. Memberikan perumusan yang jelas mengenai kewajiban- kewajiban yang harus diselesaikan dan alat-alat fisik serta lingkungan yang diperlukan untuk setiap kegiatan atau kelompok kegiatan yang harus dilaksanakan.

e. Menunjuk pegawai-pegawai yang cakap.

f. Menyerahkan kekuasaan yang diperlukan kepada pegawai- pegawai yang ditunjuk. Sedangkan George R. Terry (dalam Malayu, 2009:119)

berpendapat bahwa :