98 KEBIJAKAN PENDIDIKAN PROVINSI (SLTA DAN SMK) DAN ANALISIS SWOT DI KALIMANTAN TIMUR Iwan Heriawan Birokrat DP KORPRI Provinsi Kalimantan Timur ABSTRAK - KEBIJAKAN PENDIDIKAN PROVINSI (SLTA DAN SMK) DAN ANALISIS SWOT DI KALIMANTAN TIMUR
KEBIJAKAN PENDIDIKAN PROVINSI (SLTA DAN SMK) DAN ANALISIS SWOT DI KALIMANTAN TIMUR
Iwan Heriawan Birokrat DP KORPRI Provinsi Kalimantan Timur ABSTRAK
Kebijakan publik salah satu implementasi pendidikan formal SLTA dan SMKA pengelolaan oleh pemerintah provinsi sedangkan tingkat SD, SLTP, dan SLTA pengelolaan oleh pemerintah kabupaten dan kota dan mengacu pada Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah dan direvisi dengan Undang-Undang republik Indonesia Nomor 9 tahun 2015 menyatakan bahwa membagi urusan pemerintahan antara pemerintah pusat, daerah provinsi, dan daerah kabupaten atau kota terutama dibidang pendidikan. Berkaitan kebijakan implementasi pendidikan secara desentralisasi atau otonomi penuh dikelola oleh pemerintah provinsi salah satunya pengelolaan SLTA dan SMK. Kebijakan otonomi pendidikan dimaksud, mencakup manajemen pendidikan, tenaga pendidik, sarana dan prasarana diklat, dan anggaran pendidikan termasuk kesejahteraan para pendidikan dan penempatan pendidik. Kebijakan kependidikan provinsi merupakan rambu-rambu strategis untuk mengukur kinerja tahunan pemerintah Provinsi Kalimantan Timur merupakan salah satu upaya meningkatkan kinerja pemerintah Provinsi Kalimantan Timur dibidang kependidikan tingkat SLTA dan SMK. Kebijakan pendidikan provinsi dapat direalisasikan secara transparan objektif, dan dibuktikan dengan jumlah atau kuantitas lembaga pendidikan SLTA dan SMK, terutama tenaga guru baik status PNS atau honorer. Kebijakan pendidikan provinsi ditingkat SLTA dan SMK dapat menerapkan manajemen perencanaan strategis SWOT untuk mengukur, pengawasan, dan mengevaluasi kekuatan, kelemahan, kesempatan, dan tantangan dan formula (rumusan) rencana strategis. Kata Kunci: Kebijakan, Pendidikan, SWOT
ABSTRACT
Public policy is one of the implementations of formal high school and SMKA education management by the provincial government while the elementary, junior and senior high school levels are managed by the district and city governments and refer to Law Number 23 of 2014 concerning Regional Government and revised by the Republic of Indonesia Law Number 9 of 2015 states that dividing government affairs between the central, provincial and district or city governments, especially in the field of education. Relating to the policy of implementing education in a decentralized or fully autonomous manner, it is managed by the provincial government, one of which is the management of high school and vocational schools. The education autonomy policy is meant to include management of education, teaching staff, education facilities and infrastructure, and education budget including the welfare of education and placement of educators. The provincial education policy is a strategic sign for measuring the annual performance of the East Kalimantan Provincial Government as one of the efforts to improve the performance of the East Kalimantan Provincial Government in the fields of senior high school and vocational high school education. Provincial education policies can be realized objectively transparently, and evidenced by the number or quantity of high school and vocational education institutions, especially teachers either civil servant or honorary status. Provincial education policies at the high school and vocational level can implement SWOT strategic planning management to measure, supervise, and evaluate strengths, weaknesses, opportunities, and challenges and formulas for strategic plans. Keywords: Policy, Education, SWOT
PENDAHULUAN
daya manusia di daerah berpendidikan, cerdas, Pendidikan
Pendidikan sebagai pengembangan sumber daya manusia yang peningkatan pengetahuan, kemampuan, dan berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek keahlian sehingga menciptakan manusia yang kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berkualitas, kompetensi, dan dewasa. Oleh berbangsa. Pada dasarnya pengembangan karena itu, upaya pengembangan di bidang sumber daya manusia dalam hal ini pendidikan pendidikan dilaksanakan secara bertahap, sejalan dengan pembukaan Undang-Undang terprogram, selaras, serta seimbang antara Dasar 1945 yaitu menciptakan kesejahteraan berbagai aspek yang ada dengan memanfaatkan umum dan mencerdasarkan kehidupan bangsa. potensi sumber daya manusia yang tersedia di Pendidikan sebagai upaya membentuk sumber daerah.
merupakan
bagian dan
berkualitas.
Pendidikan adalah usaha sadar dan Pertama, implementasi sekolah semakin terencana untuk mewujudkan suasana belajar pengelolaan dan meningkat kualitas pendidikan. dan proses pembelajaran agar peserta didik Kedua, Kualitas pendidikan menjadi komponen secara aktif mengembangkan potensi dirinya utama pembangunan di daerah. untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, Ketiga, Peningkatan kualitas pendidikan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dilakukan secara otonomi mencakup terutama akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan sarana dan prasarana pendidikan, kesejahteraan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara guru, dana operasional pendidikan. tercantum pada pasal 1 Undang-Undang Keempat, pendidikan merupakan investasi. Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Keempat, pendidikan formal merupakan pusat tentang sistem pendidikan nasional.
pengembangan sumber daya manusia daerah Sejalan dan semangat reformasi tahun berkualitas dan siap berkompetitif. 1998 yang silam adanya tuntutan publik Kelima, adanya pemerataan pengelolaan perubahan sistem pemerintahan dari rezim orde pendidikan di daerah. baru menjadi jaman reformasi. Sistem Keenam, dampak kebijakan pendidikan secara pemerintahan orde baru yaitu melaksanakan otonomi yaitu meningkatkan kreativitas, sistem sentralisasi dalam hal ini menuju sistem inovatif, dan aktif para pendidik atau guru desentralisasi dan sistem dekonsentralisasi. dalam mengelolaan proses belajar mengajar. Mengacu pada Undang-Undang Nomor 23 Ketujuh, pelimpahan kebijakan kependidikan tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah dan akan membuka seluas-luasnya pengelolaan direvisi dengan Undang-Undang republik program pendidikan dan pengembangan sumber Indonesia Nomor 9 tahun 2015 menyatakan daya manusia yang berkualitas dan siap bahwa membagi urusan pemerintahan antara berkompetitif. pemerintah pusat, daerah provinsi, dan daerah Kedelapan,
implementasi kebijakan kabupaten atau kota terutama dibidang kependidikan provinsi tingkat SLTA dan SMK pendidikan.
dalam rangka memenuhi kebutuhan pasar dan Kebijakan
publik
salah
satu masyarakat.
implementasi pendidikan formal SLTA dan Kesembilan, implementasi kebijakan SMKA pengelolaan oleh pemerintah provinsi kependidikan provinsi tingkat SLTA dan SMK sedangkan tingkat SD, SLTP, dan SLTA mewujudkan
keberhasilan manajemen pengelolaan oleh pemerintah kabupaten dan pendidikan mencakup
tenaga pengajar, kota dan mengacu pada Undang-Undang anggaran, sapras, kurikulum berbasis lokal, dan Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan penempatan tenaga pengajar. daerah dan direvisi dengan Undang-Undang
Kemudian kewenangan pengelolaan republik Indonesia Nomor 9 tahun 2015 pendidikan ditangani oleh pemerintah provinsi menyatakan
urusan dalam hal ini Dinas Pendidikan Nasional pemerintahan antara pemerintah pusat, daerah Provinsi Kalimantan Timur untuk pemantauan, provinsi, dan daerah kabupaten atau kota pengawasan, dan perkembangan implementasi terutama dibidang pendidikan.
bahwa
membagi
pendidikan SLTA dan sekolah menengah Berkaitan
implementasi kejuruan termasuk sarana dan prasaran, tenaga pendidikan secara desentralisasi atau otonomi pengajar, dan bantuan biaya operasional sekolah penuh dikelola oleh pemerintah provinsi salah daerah (BOSDA) untuk menunjang program satunya pengelolaan SLTA dan SMK. pendidikan. Kebijakan otonomi pendidikan dimaksud,
kebijakan
Di sisi lain, untuk mewujudkan otonomi mencakup manajemen pendidikan, tenaga pendidikan perlu didukung oleh manajemen pendidik, sarana dan prasarana diklat, dan pendidikan yang baik sehingga pelaksanaan anggaran pendidikan termasuk kesejahteraan pendidikan di daerah dapat berjalan mandiri, para pendidikan dan penempatan pendidik.
terprogram, dan berkelanjutan. Adanya kebijakan pendidikan tersebut,
Sehubungan dengan hal di atas, maka ke depan diharapkan yaitu :
kebijakan
pelaksanaan
pendidikan di
Kalimantan Timur diharapkan berjalan efektif, sebagai dasar untuk memberikan arahan dan efisien, dan sukses. Namun sisi lain, teknis pengendalian dalam melaksanakan kebijakan. operasional dilapangan banyak kendala atau
Kemudian menurut pendapat Irfan M. problemtatik dan tantangan seyogianya segera Islamy, (2003:15-21) menyatakan kebijakan diatasi secara saksama.
merupakan kegiatan politik dan kegiatan
2. Tujuan kebijakan pendidikan, yaitu : pemilihan alternatif. Hal ini, karena melibatkan (1)melaksanakan kebijakan pendidikan secara banyak pelaku yang saling mengusulkan otonomi sesuai peraturan perundang- kebijakan yang sesuai dengan kepentingannya undangan yang berlaku.
pada akhirnya pembuatan kegiatan pemilihan (2)pemerintah daerah mencakup pemerintah alternatif kebijakan. provinsi, pemerintah kota dan pemerintah
Berkaitan uraian di atas, maka secara kabupaten
dan spesifik kebijakan yang dikeluarkan mengarah kewenangan dari pemerintah pusat untuk pada kebijakan kependidikan. Kebijakan menjalankan pengelolaan manajemen atau pendidikan menurut pendapat. Carter V. Good, administrasi pendidikan di tingkat SLTA (1959:18) mendefiniskan yaitu Educational dan SMK secara otonom.
diberi
pelimpahan
policy is judgment, deri ved from some system (3) memberikan gambaran mengenai visi, misi, of values and some assesment of situational dan rencana strategis pendidikan terarah factors, operating withhin institutionalized dan jelas.
adecation as general plan for guiding decision (4) pelaksanaan
pengembangan program regarding means of attaining desired pendidikan terarah dan jelas sesuai educational objectives. Dalam arti kebijakan kebutuhan pasar dan kebutuhan daerah.
pendidikan adalah suatu penilaian terhadap (5) menciptakan lembaga pendidikan dan sistem nilai dan faktor-faktor kebutuhan kelulusan anak didik yang kualitas dan situasional yang dioperasikan dalam suatu kuantitas serta siap berkompetitif.
lembaga dan perencanaan umum untuk panduan (6) untuk memperbaiki dan merekomendasikan dalam mengambil keputusan agar tujuan rangkaian aktivitas untuk memecahkan pendidikan diinginkan dapat tercapai. masalah kependidikan.
Sedangkan menurut pendapat Duke dan (7) implementasi kebijakan kependidikan Canady, (1991:13) menyatakan Dasar-dasar provinsi tingkat SLTA dan SMK dalam kebijakan pendidikan, yaitu : (1) kebijakan rangka memenuhi kebutuhan pasar dan suatu penegasan dan tujuan, (2) kebijakan masyarakat
sebagai sekumpulan keputusan lembaga yang digunakan untuk mengatur, mengendalikan,
LANDASAN TEORITIS.
mempromosikan, melayani, dan mempengaruhi
1. Gambaran Kebijakan Kependidikan. lingkungan kewenangan, (3) kebijakan sebagai Kebijakan kependidikan yang dijalankan panduan tindakan disresional, (4) kebijakan
di pemerintahan sebagaimana pendapat para sebagai strategi guna memecahkan suatu akademis diawali gambaran kebijakan secara masalah, (5) kebijakan sebagai perilaku yang global, sebagai berikut.
mempunyai sanksi, (6) kebijakan sebagai Pendapat
(2016:10) norma, konsistensi, peraturan, dan substantil, menyatakan kebijakan adalah melaksanakan (7) kebijakan sebagai keluaran dalam sistem tugas sesuai peraturan perundang-undangan kebijakan, dan (8) kebijakan sebagai pengaruh yang berlaku.
Anonim,
dalam pembuatan kebijakan yang mengarah Sedangkan menurut pendapat Samudra pada implementasi dan sasaran. Wibawa, (1994:21-22) bahwa kebijakan
Uraian di atas, maka kebijakan atau merupakan fungsi dari nilai-nilai (sikap) serta keputusan yang dikeluarkan oleh stakeholder
perilaku dari aktor atau pelaku yang terlibat di atau pejabat yang berwenang yang dikukung dalam sistem kebijakan. Kebijakan lebih banyak oleh komponen sumber daya untuk mencapai berada pada penyelenggaraan pemerintahan, tujuan. Kebijakan sebagai rangkaian tindakan
suatu arahan sistem dari masukan atau input, suatu arahan sistem dari masukan atau input,
memecahkan suatu
masalah kehidupan
2. Sistemik kebijakan publik.
masyarakat.
Sistemik kebijakan publik mencakup Suatu sistem kebijakan yang sentralistik input, proses, output atau hasil keputusan dan bertingkat. Sistem tersebut, yaitu kebijakan menjadi suatu kebijakan dan didukung oleh ditingkat nasional akan berpengaruh terhadap komponen tindakan, aktor, dan hubungan. sistemik kebijakan ditingkat yang lebih bawah Considine, (1994:8) menyatakan ada empat dalam arti kebijakan pemerintah provinsi, komponen sistem kebijakan, yaitu (1) lembaga- pemerintah kabupaten dan kota, kecamatan, dan lembaga kebijakan, (2) budaya kebijakan, (3) desa termasuk secara eksternal dipengaruh oleh pelaku-pelaku
politik. kebijakan internasional. Menurut pendapat Sedangkan Dunn, (1884:110) menyatakan tiga Samodra Wibawa, (1994:17) menyatakan sistem kebijakan, yaitu (1) pelaku kebijakan sistem kebijakan dari tingkat tinggi yaitu yang terlibat dalam pembuatan kebijakan, (2) kebijakan internasional dan tingkat terendah lingkungan kebijakan mencakup masyarakat yaitu kebijakan desa. Untuk lebih jelas dapat yang berpengaruh dalam kebijakan, dan (3) dilihat pada gambar di bawah ini.
kebijakan,
dan
Tuntutan internal Tuntutan eksternal
Sistem kebijakan internasional Sistem kebijakan nasional Sistem kebijakan provinsi
Sistem kebijakan kabupaten/kota Sistem kebijakan des
Kemudian menurut pendapat Easton dalam kebijakan strategik politik, kebijakan eksekutif, buku Considine, (1994:25) menyatakan bahwa dan kebijakan administratif (administratif sistem politik pembuatan kebijakan dipengaruhi operasional). Lagi pula, dikembangkan enam oleh lingkungan dalam masyarakat mencakup model tingkatan dalam arti integritas dan sistem ekologis, biologis, personalitas, dan perencanaan mencakup tingkat idiil, politik, sosial.
strategik, profesional, eksekutif, administrasi, Pelapisan sistem kebijakan memiliki dan operasional. hubungan dengan interprestasi terhadap suatu
Kemudian pelapisan sistem kebijakan kebijakan dalam bentuk kebijakan operasional hubungan hirarkhi atau tingkatan kebijakan dan teknis dan berfungsi sebagai pedoman bagi nasional, kebijakan provinsi, kebijakan pelaksana untuk bertindak. Kebijakan yang kabupaten dan kota dalam bidang otonomi dilakukan secara objektif yaitu kebijakan makro daerah dan mengalami beberapa direvisi yang (strategik), program (operasional, proyek dan signifikan secara yuridis yaitu Undang-Undang kegiatan (teknis). Kebijakan tersebut, dalam RI Nomor 23 tahun 2014 menjadi Undang- perspektif memiliki hubungan hirarkhi atau Undang RI Nomor 9 tahun 2015 tentang tingkatan kebijakan nasional, kebijakan Pemerintah daerah. provinsi, kebijakan kabupaten dan kota,
Adanya yuridis kebijakan memiliki arti, termasuk kebijakan desa.
yaitu:
Kemudian pelapisan sistem kebijakan (1) pemerintah daerah diberi kebebasan dan menurut pendapat Noeng Muhadjir, (1993:38)
menyelenggarakan menyatakan bahwa kebijakan terdiri dari tingkat
mampu
untuk
otonomi dalam bidang pendidikan.
(2) menyelenggarakan otonomi bidang publik sehingga publik mengetahui dengan kependidikan dipandang perlu dan
transparan.
menekankan pada asas demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan
4. Pembuatan kebijakan pendidikan. keadilan, serta memperhatikan potensi
Proses pembuatan kebijakan yang dibuat dan keanekaragaman daerah.
oleh stakeholder dan dukungan oleh stakeholder
3. Kriteria kebijakan pendidikan. atau aktor, politik, nilai-nilai karakteristik, dan Kebijakan pendidikan memiliki kreteria lembaga. Menurut pendapat Anderson dalam sebagai berikut :
buku Irfan M Islamy, (1994:21) menyatakan (1)Kebijakan pendidikan memiliki tujuan yang kebijakan dipengaruhi nilai-nilai perilaku atau jelas dan terarah guna memberikan sikap, yaitu: kontribusi pada dunia pendidikan.
(1)nilai-nilai politik mencakup kepentingan (2)memenuhi aspek legal formal, yaitu
kelompok dan golongan dan tempat kebijakak pendidikan akan diberlakukan
beraflikasi.
harus sah dan berlaku disuatu wilayah. (2)nilai-nilai organisasi mencakup Kebijakan pendidikan yang dikeluarkan
mempertahankan keberadaan organisasi, secara hirarkhi dan legitimat dalam hal ini
memperluas program, dan aktivitas tidak bertentangan kebijakan pendidikan
organisasi.
yang lebih atas. (3)nilai-nilai pribadi mencakup nilai seseorang (3)dibuat stakeholder yang berwenang, yaitu
karena sejarah kehidipan pribadinya. kebijakan pendidikan yang dibuat oleh para (4)nilai kebijakan mencakup nilai moral, stakeholder
keadilan, kemerdekaan, kebebasan, dan pendidikan, pengelola lembaga pendidikan,
dan politis sesuai ahli dibidangnya dan (5)nilai ideologis mencakup nilai yang memiliki kewenangan.
bersambungan secara logis membentuk (4)memiliki konsept operasional, yaitu
gambar tentang dunia dan menuntun kebijakan pendidikan sebagai panduan,
tindakannya.
mengikat umum,
Kemudian proses kebijakan menurut kebijakan
dan
operasional
dapat pendapat Nigro dalam buku irfan M Islamy, diimplementasikan sehingga memperjelas (2003:25:26) menyatakan faktor lain yang pencapaian tujuan pendidikan.
pendidikan
mempengaruhi pem buatan (5)memiliki sistematika, yaitu kebijakan kebijakan mencakup pengaruh tekanan dari pendidikan
dipandang
memiliki luar, pengaruh kebiasaan lama, pengaruh sifat- sistematika yang transparan, efektif, dan sifat pribadi, pengarun dari kelompok luar, dan akuntabel yang tinggi sehingga kebijakan pengaruh keadaan masa lalu. pendidikan tidak bersifat diskrimatif dan
seyogianya
Kemudian menurut pendapat Certo, bertentangan dengan perundang-undangan (1985:101) menyatakan keputusan atau yang berlaku, politik, ekonomi, dan sosial.
decision) sebagai pilihan yang ditetaplan. (6)evaluasi, yaitu kebijakan pendidikan untuk Keputusan untuk memilih alternatif terbaik diimplementasikan
mengetahui untuk mencapai sasaran dan tujuan dengan sejauhmana efektif subtansi kebijakan langkah-langah mencakup: (1) menetapkan pendidikan yang telah ditetapkan jikalau masalah,
dan
mengidentifikasi kriteria ada kekurangan maka perlu dilengkapi dan keputusan, (3) mengalokasikan bobot pada direvisi dan masyarakat ikut serta kriteria, (4) mengembangkan alternatif, (5) bertanggung jawab dalam proses kebijakan mengevaluasi alternatif dan, (6) memilih pendidikan.
alternatif terbaik.
(7)sosialisasi, yaitu kebijakan pendidikan yang Kemudian Ripley, dalam buku AB telah ditetapkan diundangkan dalam berita Subarsono, (2005:11) menyatakan bahwa acara dan perlu disosialisasikan kepada pembuatan kebijakan publik ada empat tahap,
yaitu: (1) penyusunan agenda, (2) formula dan yaitu: (1) penyusunan agenda, (2) formula dan
Penyusunan agenda 1
Formulasi & legitimasi
Implementasi kebijakan
3 Diperlukan
Tindakan kebijakan
Evaluasi terhadap implementasi kinerja &
Hasil Mengarah ke
dampak kebijakan 4
diperlukan
Kinerja & dampak
Kebijakan baru 5
kebijakan
(sumber informasi, Irfan M. Islamy, (2003:79)
Kemudian, kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan menurut Fiske dalam buku Sjachruddin M. Seman, (2017 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
No Pihak kepentingan terlibat Kepentingan politik
1 Pemimpin politik dan pembuat Pendidikan adalah alat memperkuat basis pilitik dan kebijakan
menjalankan kebijakan alat meraih dukungan politik publik dan memperoleh kekuasaan
2 Pegawai departemen Bisa terjadi perbedaan kepentingan antara birokrasi dan pembuat kebijakan para pendidik. Pegawai pusat akan mempertahankan mata pencaharian dan wewenang admnistrasinya. Pegawai daerah mempunyai kepentingan yang serupa
3 Guru Berperanan dalam menaikan gaji dan kesejahteraan. Terbuka untuk perubahan. Mencurigai perubahan yang akan merugikan.
4 Perserikatan guru
Mencerminkan kepentingan anggota.
Mempunyai posisi kuat dalam mempertahankan tawar menaear dengan pusat dan praktek-praktek seperti iuaran anggota. Bersekutu dengan kekuatan partai politik tertentu biasanya dengan golongan kiri.
5 Universitas
Mengorganisisr pelatihan guru. Mempunyai kepentingan profesional dan kepentingan praktis di sekolah.
6 Orang tua. Pelanggan utama agar pendidikan bermutu. Sasaran perbedaan meningkatkan mutu pendidikan.
7 Masyarakat setempat
Kepentingannya diwakili oleh orang tua Dipandang lebih penting dari orang tua Memiliki kepentingan penggunaan anggaran
8 Pelajar Pelajar sedikit berpengaruh meskipun memegang peranan menentukan dalam proses belajar mengajar. Pelajar sekolah menengah lebih terorganisir secara politis juga menentukan dalam proses belajar mengajar.
Relevansi uraian pendapat di atas, maka dengan menekankan pada kebhinekaan.Desentralisasi demikian proses pembuatan kebijakan publik pendidikan akan mendorong terciptanya dan fakta yang mempengaruhi yaitu keputusan kemandirian dan rasa percaya yang tinggi yang
yang pemerintah daerah yang pada gilirannya akan berkepentingan, lembaga atau organisasi, nilai berlomba meningkatkan pelayanan pendidikan politik, nilai karakteristik, idiologi, ekonomi, bagi masyarakat di daerah. sosial, budaya untuk melaksanakan proram,
dibuat oleh
stakeholder
Pelaksanaan desentralisasi pendidikan sasaran dan tujuan.
dilatarbelakangi yaitu daerah memiliki sejarah
5. Kebijakan pendidikan Provinsi. sendiri, kondisi dan potensi sendiri yang Kebijakan pendidikan dalam bentuk berbeda dengan daerah lainnya dan daerah desentralisasi pendidikan dalam arti
ini mengetahui keadaan permasalahan dan pelimpahan dan kewenangan dari pemerintah aspiranya. Desentralisasi pendidikan, daerah pusat ke pemerintah provinsi karena pemerintah berfungsi
menyusun provinsi sebagai wakil pemerintah pusat di rencana,merumuskan kebijakan, mengambil daerah. Menurut pendapat H. Engkoswara dan keputusan dan menentukan langkah-langkah Aan Komariah, (2010:292) menyatakan pelaksanaan pendidikan di daerah, substansi desentralisasi pendidikan adalah pelimpahan pendidikan menjadi orientasi lokal, sasaran wewenang dari pemerintah pusat kepada pendidikan tercapai, dan pendidikan sesuai pemerintah
untuk
menrancang, kebutuhan masing-masing daerah. mengimplementasikan dan menilai manajemen
daerah
untuk
Kemudian regulasi urusan kebijakan berdasarkan potensi dan karakteristik khas pembagian dibidang pendidikan untuk provinsi daerah sendiri dengan tetap merujuk kepada berlandaskan Undang-undang nomor 23 tahun sistem pendidikan nasional,
sedangkan 2014 dalam lampiran dapat dilihat pada tabel di pendapat Sufyarman, (2003:83) desentralisasi bawah ini. pendidikan yaitu sistem manajemen untuk mewujudkan pembangunan pendidikan yang
No
Sub Urusan
Daerah Provinsi
1 Manajemen pendidikan
a.Pengelolaan pendidikan menengah b.Pengelolaan pendidikan khusus
2 Kurikulum
lokal pendidikan menengah dan muatan lokak pendidikan khusus. 3 Akreditasi 4 Pendidik dan tenaga kependidikan
Pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan lintas daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah provinsi
5 Perijinan pendidikan
a.Penerbitan
ijin
pendidikan
menengah yang
diselenggarakan oleh masyarakat. b.Penerbitan
ijin
pendidikan
khusus yang
diselenggarakan oleh masyarakat
6 Bahasa dan sastra Pembinaan bahasa dan sastra yang penuturnya lintas daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu) daerah provinsi.
Berkaitan uraian di atas, maka dengan tahun atau lebih) dalam pendidikan. Pembuatan demikian pelaksaaan kebijakan pendidikan kebijakan pendidikan
diharapkan akan secara otonomi pada provinsi dalam arti menghubungkan formasi strategi melalui pemerintah provinsi mempu mengelola pengembangan dan pembuatan program, keuangan,
kemampuan stakeholder, penyusunan anggaran, dan pembuatan prosedur. kemampuan
Kemudian, menurut Erwin Suryatama, kemampuan ekonomi daerah, kemampuan (2014:25) menyatakan analisis SWOT memiliki organisasi dan manajemen/admimistrasi, dan tujuan untuk memisahkan masalah pokok dan politik.
partisipasi
masyarakat,
memudahkan pendekatan strategis dalam suatu
6. Kebijakan pendidikan dan Analisis usaha. Analisis SWOT mampu diterapkan
SWOT.
dalam bidang pendidikan dengan menggunakan Menyatukan kebijakan
pendidikan prinsif-prinsif dalam SWOT. Peran kunci dari provinsi dan analisis SWOT menjadi karya SWOT
untuk membantu positif,
adalah
dapat mengembangkan kesadaran penuh dari semua dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Hal faktor yang dapat mempengaruhi perencanaan tersebut,
logika,
dan
membantu dalam kebijakan strategis dan pengambilan keputusan. SWOT pendidikan diperlukan analisis SWOT. Analisis dimaksudkan untuk bertindak sebagai teknik SWOT sebagai alat dan strategis untuk penilaian keberhasilan. membantu mengukur dan mengetahui peta
Mengacu uraian di atas, maka kebijakan kekuatan (S), kelemahan (w), kesempatan (o), pendidikan analisis SWOT sebagai alat dan tantangan (t) dalam kebijakan kependidikan manajemen perencanaan strategis yang yang jalankan. Menurut pendapat Saiful Sagala, ditunjang oleh sumber daya pendidikan (2013:140) menyatakan analisis SWOT mencakup pendidik, anggaran, sumber daya membantu
penyelenggaran pendidikan manusia, sapras, silabus, kesejahteraan mencakup anggaran, sarana dan prasarana, pendidik, dan penempatan pendidik. SWOT sumber daya manusia, fasilitas, dan sebagainya. sebagai pengawasan, evaluasi, dan tolak ukur Matrik SWOT terdiri dari daftar kekuatan, keberhasilan
implementasi kebijakan kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pendidikan provinsi dan sekaligus tujuan, kebijakan program pendidikan atau sekolah. program pendidikan, dan sasaran. Dilakukan matrik SWOT strategi SO dalam arti menggunakan kekuatan dan memanfaatkan
KEBIJAKAN
PENDIDIKAN
peluang, WO dalam arti memperbaiki
KALIMANTAN TIMUR
kelemahan dan mengambil manfaat dari
1. Gambaran Umum Kalimantan Timur.
peluang, strategi ST dalam arti menggunakan Provinsi Kalimantan Timur yaitu kekuatan dan menghindar dari ancaman, dan merupakan salah satu bagian provinsi di strategi WT dalam arti mengatasi kelemahan Indonesia dengan luas wilayah daratan sebesar dan menghindar ancaman. 12.734.691.75 ha sedangkan luas wilayah laut Di samping itu, strategi harus sebesar 3.997.373.72 ha. Provinsi Kalimantan memaksimalkan keunggulan kompetitif dan Timur berbatasan yaitu bagian utara berbatasan meminimalkan kelemahan dengan bahasa dengan Kalimantan Utara, Barat berbatasan SWOT,
memaksimalkan
pemanfaatan
dengan Kalimantan Barat dan negara Malaysia, kekurangan dan mengurangi kelemahan. Timur berbatasan dengan Selat Ujung Pandang Strategi untuk rencana jangka panjang (lima dengan Kalimantan Barat dan negara Malaysia, kekurangan dan mengurangi kelemahan. Timur berbatasan dengan Selat Ujung Pandang Strategi untuk rencana jangka panjang (lima
provinsi Kalimantan Timur. Selanjutnya pemekaran wilayah atau
Pendirian lembaga pendidikan di tingkat daerah di Kalimantan Timur ada sepuluh (10) sekolah dasar jumlahnya sangat meningkat dan kabupaten dan kota. Kabupaten mencakup berkembang karena dibarengi dengan program Kutai Kartanegara, Kutai Barat, Kutai Timur, pemerintah daerah yaitu gerakan nasional Berau, Tanah Paser, Penajam Paser Utara, dan pencanangan wajib belajar 12 (dua belas) tahun Mahakam Ulu sedangkan Kota mencakup Kota yang dimulai sejak tahun 2012 dan Samarinda, Balikpapan, Bontang.
mengupayakan peningkatan mutu sumber daya Selanjutnya
Adanya program penduduk di Provinsi ini untuk sementara pada pendidikan wajib 12 tahun diharapkan putra- tahun 2017 berjumlah 3.825.809 jiwa dari putri Kalimantan Timur berpendidikan minimal jumlah tersebut terutama didominasi 400.000 SLTA atau SMK sehingga memiliki potensi dan jiwa berusia 10-14 tahun atau 10.46 % dan mampu berkompetitif
pertumbuhan
jumlah manusia
Indonesia.
untuk memperoleh 300.000 jiwa berusia 15-19 tahun atau 7.84 %. pekerjaan sesuai dengan kebutuhan yang Namun pada tahun 2015 diperkirakan jumlah tersedia di pasaran. penduduk meningkat tajam sejalan dengan
Program tersebut di atas, bertujuan perkembangan dan kemajuan kota. Dominasi putra-putri Kalimantan Timur seyogiaya Kepadatan jumlah penduduk terutama di berpendidikan
setara sekolah Samarinda, Balikpapan, Kukar, dan Bontang.
minimal
menengah atas atau SLTA termasuk sekolah
2. Visi dan Misi Pemerintah Provinsi kejuruan tingkat atas dan dibarengi kualitas Kalimantan Timur dan Bangun Sinergitas pendidikan
yang
kompetitif. Program
pendidikan 12 tahun menjadi tugas semua pihak Visi yaitu mewujudkan Kaltim sejahtera baik Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah yang merata dan berkeadilan berbasis Kabupaten dan kota di Kalimantan Timur, agroindustri dan energi ramah lingkungan namun untuk mencapai keberhasilan program sedangkan Misi yaitu :
Wujudkan Kaltim Maju 2018.
tersebut, maka partisipasi publik sangat (1)mewujudkan kualitas sumber daya manusia diperlukan. Kaltim.
4. Pendidikan SLTA dan SMK Provinsi
(2)mewujudkan daya saing ekonomi yang Kalimantan Timur.
berkerakyatan berbasis SDA dan energi Kebijakan pendidikan SLTA dan SMK terbarukan.
pengelolaan dan kewenangan di Pemerintah (3)mewujudkan infrastruktur dasar yang Provinsi Kalimantan Timur dan secara teknik berkualitas bagi masyarakat secara merata.
dan orasional berada pada Dinas Pendidikan (4)mewujudkan tata kelola pemerintahan yang Nasional Provinsi Kalimantan Timur yang profesional dan berorientasi pada palayanan berlandaskan Keputusan Gubernur Kalimantan publik.
Timur nomor 45 tahun 2008 mempunyai tugas (5)mewujudkan kualitas lingkungan yang baik pokok melaksanakan urusan wajib pemerintah dan sehat serta berspektif perubahan iklim.
daerah dibidang pendidikan berdasarkan azas Selajutnya bangun sinergitas wujudkan otonomi dan tugas pembantuan dan mempunyai Kaltim Maju 2018, yaitu :
fungsi yaitu:
(1) tingkatkan kinerja. Kerja...Kerja...Kerja. (1)penyusunan teknis di bidang pendidikan (2) tingkatkan prestasi. Yes...Yes...Yes.
sesuai dengan rencana strategis yang (3) korupsi. No ...No...No...
ditetapkan pemerintah daerah.
3. Gambaran
Pendidikan
Kalimantan (2)perencanaan, pembinaan, dan pengendalian
Timur.
kebijakan teknis di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan unsur sangat (3)penyelenggaran urusan pemerintahan dan penting dan harus diutamakan dalam
pelayanan umum bidang pendidikan. pembangunan. Lagi pula, pendidikan sebagai (4)perumusan, perencanaan, pembinaan,dan pengendalian kebijakan teknis pendidikan pelayanan umum bidang pendidikan. pembangunan. Lagi pula, pendidikan sebagai (4)perumusan, perencanaan, pembinaan,dan pengendalian kebijakan teknis pendidikan
(10) pembinaan kelompok jabatan fungsional. (5)perumusan, perencanaan, pembinaan,dan (11) pelaksanaan tugas lain yang diberikan pengendalian kebijakan teknis pendidikan
oleh atasan sesuai dengan bidang sekolah menengah pertama dan sekolah
tugasnya.
menengah umum.
5. Implmentasi
Kebijakan pendidikan
(6)perumusan, perencanaan, pembinaan,dan
Provinsi.
pengendalian kebijakan teknis pendidikan Kebijakan pendidikan provinsi dapat kejuruan dan perguruan tinggi.
direalisasikan secara transparan objektif, dan (7)perumusan, perencanaan, pembinaan,dan dibuktikan dengan jumlah atau kuantitas pengendalian kebijakan teknis pendidikan lembaga pendidikan SLTA dan SMK, terutama formal dan informal.
tenaga guru baik status PNS atau honorer.Untuk (8)penyelenggaraan urusan kesekretariatan.
lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.
KUANTITAS SMA NEGERI/SWASTA KABUPATEN DAN KOTA SE KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2013-2014 SEKOLAH MENENGAH
TOTAL NO
KABUPATEN/KOTA
(Sumber Data Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim) KUANTITAS SMK NEGERI/SWASTA KABUPATEN DAN KOTA SE KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2013-2014 SEKOLAH MENENGAH
NO KABUPATEN/KOTA
KEJURUAN
TOTAL
Negeri
Swasta
01 Samarinda
02 Bontang
03 Balikpapan
04 Paser
78 125 203 (Sumber Data Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim)
KUANTITAS GURU SMA/SMK PNS KABUPATEN DAN KOTA SE KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2016
GURU PNS NO
KABUPATEN/KOTA
2.385 (Sumber Data Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim) KUANTITAS GURU SMA/SMK HONORER
Total
KABUPATEN DAN KOTA SE KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2016
GURU PNS NO
KABUPATEN/KOTA
SMK
SMA
01 Samarinda
02 Bontang
03 Balikpapan
04 Paser
05 PPU
06 Kukar
07 Kutim
08 Kubar
09 Berau
10 Mahalu
Total
(Sumber Data Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim)
6. Kondisi Kebijakan pendidikan Provinsi.
e. dukungan dari dewan pendidikan Kebijakan pendidikan di provinsi
provinsi Kalimantan Timur untuk mencakup SLTA dan SMK dilakukan secara
melaksanakan kebijakan pendidikan otonomi, realitas masih memerlukan upaya
SLTA dan SMK secara otonomi dan peningkatan kearah perhatian yang serius
dapat berjalan efektif, akurat, dan supaya dapat mengakselerasi pemantauan,
efisien.
pengawasan, koordinasi, dan mengevaluasi (2) kelemahan (weakness)
mengenai kebijakan pendidikan. Dilain pihak dalam implementasi Oleh karena itu, permasalahan kekuatan,
kebijakan pendidikan pada provinsi masih kelemahan, kesempatan, dan tantangan yang
terlihat beberapa kelemahan dalam timbul pada pelaksanaan kebijakan pendidikan
perecanaan strategik dengan skala prioritas, di provinsi,
dapat ditinjau menggunakan
yaitu
analisis SWOT dalam pengertian strength
a. pelaksanaan otonomi daerah kebijakan (kekuatan), weakness (kelemahan), opportunity
pendidikan provinsi tingkat SLTA dan (kesempatan), dan threath (tantangan) sebagai
SMK belum berjalan maksimal karena berikut:
kebijakan pendidikan provinsi ditahun (1)kekuatan (strength).
2017 baru dilaksanakan. Kebijakan pendidikan SLTA dan SMK
b. anggaran kependidikan SLTA dan di provinsi Kalimantan Timur pada
SMK disediakan sesuai dengan dasarnya
anggaran yang sudah berjalan. mewujudkan kebijakan pendidikan dapat
c. pemerataan tenaga pengajar SLTA dan berjalan efektif, akurat, efisien dan
SMK untuk ditempatkan di pelosok koordinasi. Data yang diperoleh dan terlihat
desa dan perbatasan belum berjalan beberapa kekuatan yang mendasar dengan
optimal tetapi bertumpuk di kota. skala prioritas, yaitu
d. pelaksanaan otonomi daerah kebijakan
a. komitmen pemerintah pusat cukup besar pendidikan kewenangan berada di terhadap
provinsi berkaitan dengan manajemen pendidikan tingkat SLTA dan SMK
terlaksana
kebijakan
pendidikan belum berjalan optimal secara
menyangkut sumber daya manusia. Kalimantan Timur.
e. pembangunan infrastruktur, media
b. komitmen yang tinggi dari Pemerintah komunikasi, dan informasi dalam Provinsi Kalimantan Timur dalam hal
kegiatan pendidikan di pelosok desa ini
dan daerah perbatasan belum berjalan Kalimantan Timur untuk melaksanakan
kebijakan pendidikan SLTA dan SMK (3) opportunity (kesempatan). secara efektif, akurat, dan efisien.
a. otonomi kebijakan pendidikan provinsi
c. keinginan dari publik dalam hal ini tingkat SLTA dan SMK untuk komite sekolah untuk dapat melibatkan
memenuhi pelayanan kepada publik. dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan
kewenangan kebijakan provinsi otonomi tingkat SLTA dan
b. hak
dan
pendidikan provinsi tingkat SLTA dan SMK berjalan sesuai kebutuhan pasar
SMK dijalan secara otonomi mengurus dan daerah.
dan mengatur sendiri sesuai peraturan
d. komitmen yang tinggi dari Dinas
yang berlaku.
Pendidikan provinsi Kalimantan Timur
c. program strategis kependidikan tingkat untuk
SLTA dan SMK dapat dimaksukan pendidikan SLTA dan SMK dalam
melaksanakan
kebijakan
pengembangan silabus lokal. konteks manajemen pendidikan dapat
d. generasi muda di daerah diwajibkan berjalan efektif, akurat, dan efisien.
mengikuti pendidikan tingkat SLTA dan
SMK sesuai program pemerintah wajib ditingkat SLTA dan SMK secara otonomi oleh belajar 12 tahun.
pemerintah provinsi dalam hal ini Dinas
e. terjalinnya hubungan kerjasama antara Pendidikan provinsi Kalimantan Timur. Dinas provinsi dengan kabupaten dan kota pendidikan provinsi menyusun perencanaan dibidang kependidikan.
strategis yang mengacu pada faktor kekuatan (4) threath (tantangan).
dan kelemahan internal serta faktor peluang dan
a. keberhasilan daerah melaksanakan ancaman eksternal. otonomi daerah ditujukan kesiapan
3. Faktor-Faktor Kunci Keberhasilan
meningkatkan pelayanan publik dan
kunci keberhasilan tuntutan
Faktor-faktor
kualitas merupakan faktor yang sangat penting dalam pendidikan tingkat SLTA dan SMK.
peningkatan
penetapan keberhasilan dalam menjalankan
b. anggaran
provinsi kebijakan kependidikan tingkat SLTA dan Kalimantan Timur kondisi difisit pada SMK. Hal ini, ditunjang faktor-faktor kunci tahun
pemerintah
sehingga keberhasilan membimbing dan mengarahkan mempengaruhi kegiatan pendidikan kebijakan program pendidikan menetapkan tingkat SLTA dan SMK.
yang
berjalan
tujuan, sasaran dan kegiatan, sehingga lebih
c. jumlah guru atau tenaga pendidikan menghemat waktu, biaya, dan tenaga. starus PNS tingkat SLTA dan SMK di
menentukan faktor-faktor daerah terbatas sedangkan jumlah guru penentu keberhasilan ini diperlukan tahap-tahap atau tenaga pendidikan status non PNS yang harus dilakukan sebagai berikut. tingkat SLTA dan SMK meningkat.
Untuk
(1) refleksi kebijakan kependidikan provinsi
d. meningkatkan jumlah generasi muda Kebijakan kependidikan provinsi adalah untuk melanjutkan ke pendidikan
tindakan yang dilakukan untuk mengenal ditingkat SLTA dan SMK sedangkan
kondisi-kondisi elemen internal yang jumlah SLTA dan SMK di daerah
bersifat controlable (dapat dikuasai) yang terbatas.
berguna untuk mengetahui kekuatan dan
e. memasuki pasar bebas dan era kelemahan organisasi serta mengenal globalisasi dituntut lembaga pendidikan
kondisi-kondisi elemen external yang tingkat SLTA dan SMK yang
bersifat uncontrolable (yang relative kurang berkualitas dan
dikuasai) yang berguna untuk mengetahui kelulusan anak didik yang berkualitas
mampu mencetak
faktor peluang dan ancaman dengan dan siap berkompetitif.
menggunakan pendekatan analisis strength (kekuatan),
weakness (kelemahan),
PERENCANAN STRATEGIS SWOT
opportunity
(peluang), dan threat
1. Perencanaan strategi dan Kebijakan
(ancaman).
Analisis SWOT ini
kependidikan.
dimaksudkan untuk menentukan tingkat Arah
urgensi dan dampak potensial serta skala kependidikan Provinsi Kalimantan Timur
prioritasnya. Adapun faktor SWOT dapat mengacu kepada Rencana Pembangunan Jangka
diidentifikasi sebanyak emapt faktor dan Menengah
masing-masing lima indikator, sebagai Kalimantan Timur Tahun 2013-2018. Berikut
ini adalah strategi dan kebijakan yang Kekuatan (strength), yaitu ditetapkan untuk mewujudkan Visi dan Misi
Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2013-2018
internal, teridentifikasi beberapa kekuatan yang dijabarkan dalam bentuk program dan
yang harus dimanfaatkan secara baik, kegiatan dibidang pendidikan tingkat SLTA dan
antara lain:
SMK tahun 2013-2018.
a. komitmen pemerintah pusat cukup besar
2. Strategi
terlaksana kebijakan Dalam
terhadap
pendidikan tingkat SLTA dan SMK mewujudkan kebijakan kependidikan provinsi
upaya
mencapai
dan dan
daerah perbatasan belum berjalan Kalimantan Timur.
b. komitmen yang tinggi dari Pemerintah Peluang (Opportunity), yaitu Provinsi Kalimantan Timur dalam hal
a. otonomi kebijakan pendidikan provinsi ini
tingkat SLTA dan SMK untuk Kalimantan Timur untuk melaksanakan
Dinas Pendidikan
provinsi
memenuhi pelayanan kepada publik. kebijakan pendidikan SLTA dan SMK
kewenangan kebijakan secara efektif, akurat, dan efisien.
b. hak
dan
pendidikan provinsi tingkat SLTA dan
c. keinginan dari publik dalam hal ini SMK dijalan secara otonomi mengurus komite sekolah untuk dapat melibatkan
dan mengatur sendiri sesuai peraturan dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan
yang berlaku.
manajemen strategis SMK berjalan sesuai kebutuhan pasar
provinsi otonomi tingkat SLTA dan
c. program
kependidikan tingkat SLTA dan SMK dan daerah.
dapat
dimaksukan pengembangan
d. komitmen yang tinggi dari Dinas
silabus lokal.
Pendidikan provinsi Kalimantan Timur
d. generasi muda di daerah diwajibkan untuk
mengikuti pendidikan tingkat SLTA dan pendidikan SLTA dan SMK dalam
melaksanakan
kebijakan
SMK sesuai program pemerintah wajib konteks
manajemen pendidikan
belajar 12 tahun.
mencakup anggaran pendidikan, tenaga
e. terjalinnya hubungan kerjasama antara pendidik,
provinsi dengan kabupaten dan kota pendidikan.
dibidang kependidikan.
e. dukungan dari dewan pendidikan Ancaman (threat), yaitu provinsi Kalimantan Timur untuk
a. keberhasilan daerah melaksanakan melaksanakan kebijakan pendidikan
otonomi daerah ditujukan kesiapan SLTA dan SMK secara otonomi dan
meningkatkan pelayanan publik dan dapat berjalan efektif, akurat, dan
peningkatan kualitas efisien.
tuntutan
pendidikan tingkat SLTA dan SMK. Kelemahan (weakness), yaitu
b. anggaran
pemerintah provinsi
a. pelaksanaan otonomi daerah kebijakan Kalimantan Timur kondisi difisit pada pendidikan provinsi tingkat SLTA dan
berjalan sehingga SMK belum berjalan maksimal karena
tahun
yang
mempengaruhi kegiatan pendidikan kebijakan pendidikan provinsi ditahun
tingkat SLTA dan SMK. 2017 baru dilaksanakan.
c. jumlah guru atau tenaga pendidikan
b. anggaran kependidikan SLTA dan SMK starus PNS tingkat SLTA dan SMK di disediakan sesuai dengan anggaran yang
daerah terbatas sedangkan jumlah guru sudah berjalan.
atau tenaga pendidikan status non PNS
c. pemerataan tenaga pengajar SLTA dan tingkat SLTA dan SMK meningkat. SMK untuk ditempatkan di pelosok desa
d. meningkatkan jumlah generasi muda dan perbatasan belum berjalan optimal
untuk melanjutkan ke pendidikan tetapi bertumpuk di kota.
ditingkat SLTA dan SMK sedangkan
d. pelaksanaan otonomi daerah kebijakan jumlah SLTA dan SMK di daerah pendidikan kewenangan berada di
terbatas.
provinsi berkaitan dengan manajemen
e. memasuki pasar bebas dan era pendidikan belum berjalan optimal
globalisasi dituntut lembaga pendidikan menyangkut sumber daya manusia.
tingkat SLTA dan SMK yang
e. pembangunan infrastruktur,
berkualitas dan mampu mencetak komunikasi, dan informasi dalam
media
kelulusan anak didik yang berkualitas kegiatan pendidikan di pelosok desa dan
dan siap berkompetitif.
Berdasarkan uraian di atas critical SWOT dapat diidentifikasi sebanyak 5 success factor yang merupakan kunci
faktor indikator, dapat dilihat pada tabel di strategi menghasilkan kebijakan pendidikan
bawah ini.
Provinsi Kalimantan Timur. Adapun faktor
Tabel. 1. IDENTIFIKASI FAKTOR SWOT IDENTIFIKASI FAKTOR SWOT
No KEKUATAN – S
NO
KELEMAHAN – W
01. Komitmen pemerintah pusat cukup besar 01. Pelaksanaan otonomi daerah kebijakan terhadap terlaksana kebijakan pendidikan
pendidikan provinsi tingkat SLTA dan tingkat SLTA dan SMK secara otonomi
SMK belum berjalan maksimal karena pada provinsi Kalimantan Timur.
kebijakan pendidikan provinsi ditahun 2017 baru dilaksanakan.
Komitmen yang tinggi dari Pemerintah 02. Provinsi Kalimantan Timur dalam hal ini
Anggaran kependidikan SLTA dan SMK Dinas Pendidikan provinsi Kalimantan 02. disediakan sesuai dengan anggaran yang
Timur untuk
melaksanakan
kebijakan
sudah berjalan.
pendidikan SLTA dan SMK secara efektif, akurat, dan efisien.
Pemerataan tenaga pengajar SLTA dan 03. SMK untuk ditempatkan di pelosok desa
Keinginan dari publik dalam hal ini komite dan perbatasan belum berjalan optimal 03. sekolah untuk dapat melibatkan dalam
tetapi bertumpuk di kota. pelaksanaan kebijakan pendidikan provinsi otonomi tingkat SLTA dan SMK berjalan
Pelaksanaan otonomi daerah kebijakan sesuai kebutuhan pasar dan daerah.
pendidikan kewenangan berada di 04 provinsi berkaitan dengan manajemen Komitmen
pendidikan belum berjalan optimal Pendidikan provinsi Kalimantan Timur
menyangkut sumber daya manusia. 04. untuk melaksanakan kebijakan pendidikan SLTA dan SMK dalam konteks manajemen
infrastruktur, media pendidikan mencakup anggaran pendidikan,
Pembangunan
informasi dalam tenaga pendidik, sapras, dan program
komunikasi,
dan
kegiatan pendidikan di pelosok desa dan pendidikan.
05 daerah
perbatasan
belum berjalan
optimal.
Dukungan dari dewan pendidikan provinsi Kalimantan Timur untuk melaksanakan kebijakan pendidikan SLTA dan SMK 05 secara otonomi dan dapat berjalan efektif, akurat, dan efisien.
IDENTIFIKASI FAKTOR SWOT
No. PELUANG – O
No
ANCAMAN – T
melaksanakan tingkat SLTA dan SMK untuk memenuhi
01. Otonomi kebijakan pendidikan provinsi 01 Keberhasilan
daerah
otonomi daerah ditujukan kesiapan pelayanan kepada publik.
meningkatkan pelayanan publik dan tuntutan peningkatan kualitas pendidikan
02. Hak dan kewenangan kebijakan pendidikan tingkat SLTA dan SMK. provinsi tingkat SLTA dan SMK dijalan
pemerintah provinsi sendiri sesuai peraturan yang berlaku.
secara otonomi mengurus dan mengatur 02. Anggaran
Kalimantan Timur kondisi difisit pada tahun
berjalan sehingga Program strategis kependidikan tingkat
yang
kegiatan pendidikan 03. SLTA
mempengaruhi
tingkat SLTA dan SMK. pengembangan silabus lokal.
dan SMK
dapat dimaksukan
03. Kuantitas guru atau tenaga pendidikan Generasi muda di daerah diwajibkan
starus PNS tingkat SLTA dan SMK di 04. mengikuti pendidikan tingkat SLTA dan
daerah terbatas sedangkan jumlah guru SMK sesuai program pemerintah wajib
atau tenaga pendidikan status non PNS belajar 12 tahun.
tingkat SLTA dan SMK meningkat. Terjalinnya hubungan kerjasama antara
Meningkatkan kuantitas generasi muda 05 provinsi dengan kabupaten dan kota 04 untuk
ke pendidikan dibidang kependidikan.
melanjutkan
ditingkat SLTA dan SMK sedangkan jumlah SLTA dan SMK di daerah terbatas.
Memasuki pasar bebas ASIAN dan era 05 globalisasi dituntut lembaga pendidikan tingkat SLTA dan SMK yang berkualitas dan mampu mencetak kelulusan anak didik
yang
berkualitas dan siap
berkompetitif.
(2) Pemilihan dan Penetapan formula Faktor kolaborasi dari masing-masing faktor Kunci Keberhasilan.
dalam SWOT dan untuk menjadi faktor Berdasarkan matriks SWOT dapat
kunci Keberhasilan dalam diagram disusun suatu kunci formulasi rencana
formulasi strategi SWOT dapat dilihat pada strategi dengan menginteraksikan dan
tabel dihalaman berikut.
Tabel 2. Formulasi Strategi SWOT
FORMULA RENCANA STRATEGI SWOT No
STRATEGIS SO
No
STRATEGIS WO
01. Manfaatkan komitmen pemerintah pusat 01. Tingkatkan dan mantapkan motivasi kebijakan pendidikan tingkat SLTA dan
kinerja bagi stakeholder, pengajar, publik SMK secara otonomi di provinsi.
untuk mewujudkan pelaksanaan otonomi kebijakan pendidikan provinsi tingkat
Aflikasikan dengan konsisten kebijakan SLTA dan SMK yang belum berjalan 02. pendidikan SLTA dan SMK secara
maksimal karena kebijakan pendidikan otonomi oleh Pemerintah Provinsi.
provinsi ditahun 2017 baru dilaksanakan. Manfaatkan dan wujudkan keinginan
Tingkatkan pengawasan dan efisiensi publik dalam hal ini komite sekolah 02. anggaran kependidikan SLTA dan SMK
03. dapat dilibatkan dalam pelaksanaan tersedia dan dibutuhkan disesuaikan kebijakan pendidikan provinsi otonomi
dengan anggaran yang sudah berjalan. tingkat SLTA dan SMK sehingga dapat memenuhi kebutuhan pasar dan daerah.
Tingkatkan
dan terapkan peraturan (sanksi) kepegawaian lebih Manfaatkan dan ciptakan pemerintahan 03. tegas kepada guru PNS tidak disiplin dan
disiplin
yang bersih
sosialisasikan siap ditempatkan diwilayah pemerintah
negara republik Indinesia. 04. melaksanakan
SLTA dan
kompetensi, & manajerial
profesional kepada aparatur sipil negara anggaran pendidikan, tenaga pendidik, 04. sehingga mampu menjalankan manajerial
sapras, dan program pendidikan. efektif, efisien, dan sukses. Manfaatkan dan wujudkan kondisi yang