With the Adolescent Person in Secondary School)

  Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018

  • – Juli 2018 : 54-63

  

HUBUNGAN PERSEPSI ANAK TENTANG POLA ASUH ORANG TUA

DENGAN KENAKALAN REMAJA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

  (

  

Relationship of Children’s Perception About Nurturing Parent Patterns

With the Adolescent Person in Secondary School) Rani Fitriani Arifin

  Email : ABSTRACT

  Adolescence is the transition period between childhoods to adolescence,

and also the transition period with potential of antisocial behavior. There are

some influence factors to happening of adolescent delinquency; one of them is

care pattern of parent.

  Care pattern applied will influence of the physical, emotional, and

intellectual growth of child. The objective of this research is to find out the

relationship between child perceptions about care pattern of parent with

adolescent mischief delinquency at senior high school of Pasundan 3 Bandung.

  This research uses descriptive method with cross sectional approach. The

purposive sampling was taken within 243 students from class X and XI, while

the data was collected using by questioner and then analyzed using by chi

square test.

  The result of this research explained that there is a relationship between

child perception and permissive care pattern with adolescent delinquency (p =

0.045 < α = 0.05), and child perception and neglectful care with adolescent

delinquency

  (p = 0.001 < α = 0.05). Expected to school so that can be

activate of communication between student parents with instructor especially

with teacher of counseling so that parents and teachers can be know of child

development in school and at home.

  .

  Keywords : Pattern of Parent Care, Adolescent Delinquency

  Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018

  • – Juli 2018 : 54-63

  PENDAHULUAN

  Tumbuh kembang merupakan proses yang berkesinambungan yang terjadi sejak intrauterine dan terus berlangsung sampai dewasa. Dalam proses mencapai dewasa inilah anak harus melalui berbagai tahap tumbuh kembang, termasuk tahap remaja (Soetjiningsih, 2004:1). Menurut Sarwono (2006:14), batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja Indonesia. Batasan remaja awal berada dalam usia 12/13 tahun sampai 17/18 tahun, dan remaja akhir dalam rentangan usia 17/18 tahun sampai 21/22 tahun (Al-Mghwar, 2006:62). Secara umum masa remaja dianggap ada dalam satu periode transisi dengan tingkah laku antisosial yang potensial, disertai dengan banyak pergolakan hati atau kekisruhan batin pada fase-fase remaja (Kartono, 2008:8)

  Beberapa faktor yang turut mempengaruhi terjadinya tingkah laku pada remaja adalah identitas, pengendalian diri, usia, jenis kelamin, harapan-harapan bagi pendidikan, nilai rapor sekolah, pengaruh teman sebaya, status sosial ekonomi, peran orang tua dan kualitas lingkungan (Santrock, 2002:23).

  Keluarga seharusnya merupakan lingkungan pertama yang paling mempengaruhi segala aspek kehidupan seorang anak. Dalam lingkungan keluarga, peran orang tua mempunyai pengaruh yang besar dibangdingkan dengan anggota keluarga lain. Tingkah laku orang tua khususnya, akan mempengaruhi cara pengasuhan atau pola asuh yang diberikan kepada anaknya. Perkembangan fisik, emosional, dan intelektual anak selanjutnya merupakan hasil dari pola asuh orang tua tersebut.

  Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu kewaktu. Pola asuh ini dapat dirasakan oleh anak dari segi negatif maupun positif. Terdapat empat macam pola asuh orang tua : pola asuh demokratis, otoriter, permisif dan

  neglectful.

  Sebagai hasil penelitian Santosa dapat dikemukakan disini bahwa remaja yang pernah mengendarai kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi di Jawa Barat- urban 22,4%, sementara di rural 10,6%. Pengalaman pernah absen tidak mengikuti pelajaran di sekolah tanpa izin guru (menbolos) di Jawa Barat- urban 51,9%, rural 33,7% dan meninggalkan rumah tanpa izin orang tua di Jawa Barat-urban 54,4%, rural 42,3% (Santoso, 2000, ¶ 3, diperoleh tanggal 23 Maret 2008).

  Kenakalan remaja berupa coret- coret dinding di propinsi Jawa Barat hampir seimbang yaitu untuk urban 26,3%, sedangkan di rural 23,6%. Bentuk kenakalan remaja yang lain kearah kriminalitas, meliputi pemerasan dan pencurian hanya sekitar 2,2%. Nampaknya di rural agak meningkat yaitu 5,0%. Pencurian yang dilakukan oleh remaja juga dapat dikemukakan di sini, 6,3% remaja di Jawa Barat-urban pernah melakukannya, sedangkan di rural sedikit meningkat 8,2%. Beberapa gedung menjadi sasaran para remaja untuk melampiaskan kenakalannya, nampak bahwa di Jawa Barat-urban

  • – Juli 2018 : 54-63 12,5% remaja melakukan perusakan gedung, di rural Jawa Barat 5,7% (Santoso, 2000, ¶ 4, diperoleh tanggal 23 Maret 2008).

  1 = Terdapat hubungan antara

  Tidak Ada

  Remaja Ada Perkembangan Remaja

  Demokratis 2. Otoriter 3. Permisif 4. Penelantar Kenakalan

  Pola asuh orang tua: 1.

  Kerangka Konsep Penelitian

  persepsi anak tentang pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja.

  2. H

  Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018

  1. H = Tidak terdapat hubungan antara persepsi anak tentang pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja.

  Adapun hipotesis yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

  Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kenakalan remaja, sedangkan variabel independennya adalah persepsi anak tentang pola asuh orang tua. Dengan demikian, maka dapat digambarkan kerangka konsep penelitian ini pada skema di bawah ini.

  Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasional, metodologi penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang menggambarkan masing-masing variabel. Kemudian dengan studi korelasi, variabel-variabel tersebut di hubungkan dan dicari hubungannya. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali, pada satu saat. Tentunya tidak semua subyek penelitian harus di observasi pada hari atau waktu yang sama (Nursalam, 2003:85).

  Penelitian dilakukan di SMU Pasundan 3 Bandung dimulai pada bulan Maret sampai dengan Juni 2008.

  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi anak tentang pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di Sekolah Menengah Atas Pasundan 3 Bandung.

  Hasil studi pendahuluan tahun ajaran 2007/2008 didapat data jumlah siswa secara keseluruhan 1055 siswa. Peneliti melakukan wawancara dengan guru Bimbingan Konseling di sekolah tersebut, didapat bahwa tidak sedikit anak yang mengalami masalah di sekolah. Sedikitnya 100 anak yang bolos sekolah tanpa alasan yang jelas, 6 anak yang suka memperlakukan temannya dengan kekerasan atau berkelahi ,6 anak yang suka melakukan keributan di dalam kelas. Selain wawancara dengan guru Bimbingan Konseling, peneliti melakukan wawancara dengan guru kesiswaan pada tanggal 25 Maret 2008. Dari hasil wawancara tersebut terdapat 10 anak kedapatan merokok, 2 anak memiliki vidio porno di ponselnya, 5 anak kesekolah dalam keadaan mabuk dan 32 anak suka kesiangan.

METODE PENELITIAN

  Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018

  • – Juli 2018 : 54-63 Populasi disini adalah siswa

  SMU Pasundan 3 Bandung yang berjumlah 618 orang terdiri dari kelas X dan XI. Dalam penelitian ini untuk menentukan sampel digunakan teknik

  purposive sampling . Dengan jumlah

  kelas yang akan diteliti sebanyak 15 kelas, sehingga didapat sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan karakteristik yaitu remaja kelas X dan kelas XI sebanyak 243 orang.

  Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan kuesioner. Alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya besar dan tidak buta huruf (Hidayat, 2007:86). Untuk masing-masing variabel dependen dan independent diukur menggunakan kuesioner dengan pernyataan yaitu dengan 2 jawaban alternatif. Kuesioner yang digunakan untuk pola asuh dibuat dari pengembangan teori Baumrind, sedangkan kuesioner untuk kenakalan remaja dibuat dari pengembangan teori Santrock yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Bentuk kuesioner menggunakan pola skala likert. Kuesioner dalam penelitian ini merupakan alat utama dalam mengumpulkan data dalam penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  Uji validitas ini dilakukna di SMA Pasundan 7 Bandung, dengan alasan bahwa sekolah ini memiliki krarakteristik yang sama dengan SMA Pasundan 3 Bandung dan berlokasi sama. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 20 orang. Teknik pengujian dalam penelitian ini menggunakan teknik Alfa Cronbach

  Analisa ini dilakukan untuk mendeskripsikan variabel persepsi anak tentang pola asuh orang tua dan variabel kenakalan remaja, karena data masing-masing variabel berskala kategorik maka menggunakan distribusi frekuensi dengan pengukuran prosentase. Analisis ini dilakukan untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel, dalam penelitian ini untuk membuktikan hubungan antara persepsi anak tentang pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja dapat dilakukan uji statistik dengan metoda Chi square (X

  2 ).

  Sampel dalam penelitian ini adalah remaja siswa kelas X dan XI yang bersekolah di SMA Pasundan 3 Bandung yang berjumlah 243 orang. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 4 dan 5 Juni 2008 di SMA Pasundan 3 Bandung.

  Tabel 1 menunjukkan bahwa prosentase terbanyak dari responden adalah yang mempersepsikan pola asuh permisif, yaitu sebanyak 132 (54,3%).

  Tabel 2 menunjukkan dari hasil penelitian dilapangan diketahui bahwa siswa-siswa SMA Pasundan

  3 Bandung yang terlibat kenakalan remaja sebanyak 206 (84,8%). Tabel 3 menunjukkan bahwa hubungan antara persepsi anak tentang pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja diperoleh hasil bahwa 61 dari 72 anak (84,7%) yang mempersepsikan bahwa pola asuh demokratis mengakibatkan kenakalan remaja, 11 dari

  13 anak (84,8%) yang mempersepsikan bahwa pola asuh otoriter yang mengakibatkan kenakalan remaja, 118 dari 132 anak (89,4%) yang mempersepsikan bahwa pola asuh permisif yang mengakibatkan kenakalan remaja, sedangkan sisanya Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018

  • – Juli 2018 : 54-63 yang mempersepsikan bahwa pola asuh

  neglectful mengakibatkan kenakalan

  remaja sebanyak 16 dari 26 anak (61,5%).

  Tabel 1. Distribusi Frekuensi Persepsi Anak Tentang Pola Asuh Orang Tua

  Kategori Total

  Pola Asuh Ya Bukan N % N % N %

  1. Demokratis 72 29,6 171 70,4 243 100,0

  2. Otoriter 13 5,3 230 94,7 243 100,0

  3. Permisif 132 54,3 111 45,7 243 100,0

  4. Neglectful 26 10,7 217 89,3 243 100,0 Sumber : Data primer hasil penelitian 2008 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Kenakalan Remaja

  Kenakalan Remaja Jumlah Prosentase

  1. Ada 206 84,8

  2. Tidak Ada 37 15,2 Total 243 100,0

  Sumber : Data primer hasil penelitian tahun 2008 Tabel 3. Hubungan Persepsi Anak Tentang Pola Asuh Orang Tua

  Dengan Kenakalan Remaja Di SMA Pasundan 3 Bandung Kenakalan Remaja

  Pola Asuh Jumlah p-value

  Orang Tua Ada Tidak Ada

  Demokratis

  61

  11

  72 (84,7%) (15,3%)

  1,000 Bukan 145 26 171

  (84,8%) (15,2%) Otoriter

  11

  2

  13 (84,6%) (15,4%)

  1,000 Bukan 195 35 230

  (84,8%) (15,2%) Permisif 118 14 132

  (89,4%) (10,6%) 0,045

  Bukan

  88 23 111 (79,3%) (20,7%)

  Hasil uji statistik dengan

  Neglectful

  16

  10

  26 menggunakan Chi Square nilai p value (61,5%) (38,5%) untuk subvariabel pola asuh permisif

  0,002 Bukan 190 27 217 adalah 0,045 <

  α (0,05) sehingga (87,6%) (12,4%)

  Sumber : Data primer hasil penelitian tahun 2008

  • – Juli 2018 : 54-63 menpunyai makna H ditolak yang artinya ada hubungan antara Persepsi Anak Tentang Pola Asuh Permisif yang mempengaruhi dengan Kenakalan Remaja di SMA Pasundan

  menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody,

  2. Kenakalan Remaja Hasil penelitian diketahui bahwa siswa-siswa SMA Pasundan 3

  neglectful akan menghasilkan karakteristik anak yang nakal.

  Pada umumnya pola asuh dikatakan terbaik bagi anak jika diberikan dalam satu rumah, dengan satu orang yang berperan sebagai ibu, dalam satu keluarga utuh yang terdiri dari ayah dan ibu, ada kesinambungan pendidikan anak, dalam suasana yang damai dan dilandasi kasih sayang serta penerimaan (Markum, 1999:49). Orang tua memberikan pengasuhan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak dimulai sejak dalam kandungan bahkan sampai usia remaja. Pemberian pola asuh meliputi kebutuhan anak baik mental, emosional dan sosial. Hasil penelitian telah sesuai dengan teori bahwa pola asuh permisif dan

  esteem (harga diri) yang rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.

  jawab, tidak mau mengalah, self

  impulsive , agresif, kurang bertanggung

  neglectful

  Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018

  Menurut Baumrind (1967, dalam Petranto 2006, ¶ 16, dwpptrijenewa.isuisse.com, diperoleh tanggal 26 Februati 2008), pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru, dan koperatif terhadap orang-orang lain. Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakterstik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri. Pola asuh permisif akan menghasilkan karakterstik anak- anak yang impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial. Pola asuh

  Berdasarkan hasil penelitian seperti yang tertulis pada tabel 4.1 mengenai persepsi anak tentang pola asuh orang tua menunjukkan bahwa prosentase terbanyak dari responden adalah yang mempersepsikan pola asuh permisif, yaitu sebanyak 132 (54,3%).

  Persepsi Anak Tentang Pola Asuh Orang Tua

  PEMBAHASAN 1.

  α (0,05) sehingga menpunyai makna H ditolak yang artinya ada hubungan antara Persepsi Anak Tentang Pola Asuh Neglectful yang mempengaruhi dengan Kenakalan Remaja di SMA Pasundan 3 Bandung.

  3 Bandung dan nilai p value untuk subvariabel pola asuh neglectful adalah 0,002 <

  Bandung yang terlibat kenakalan remaja sebanyak 206 (84,8%). Berdasarkan uraian hasil penelitian diatas sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Santrock (2002:23) bahwa salah satu faktor yang turut mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja diantaranya pola asuh orang tua, dimana remaja yang nakal seringkali berasal dari keluarga- keluarga dimana orang tua jarang memantau anak-anak mereka, memberi sedikit dukungan dan mendisiplinkan Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018

  • – Juli 2018 : 54-63 mereka secara tidak efektif. Sedangkan menurut Turner & Helms (1995, dalam Dariyo, 2004:110) faktor terjadinya kenakalan remaja adalah kondisi keluarga yang berantakan, kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua, status sosial ekonomi orang tua yang rendah dan penerapan disiplin yang tidak tepat.

  Sikap orang tua mempengaruhi cara orang tua memperlakukan anak, dan perlakuan orang tua terhadap anak sebaliknya mempengaruhi sikap anak terhadap orang tuanya. Menurut Friedman (1998:371) mengutarakan bahwa figur dan perilaku orang tua akan diidentifikasi oleh anak yang kemudian secara positif maupun negatif akan mengembangkan suatu sistem nilai dan moral.

  Menurut Yusuf (2008:193-204) menjelaskan bahwa masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai perstiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung/marah, atau mudah sedih/murung); sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya. Mencapai kematangn emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio- emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya.

  Melalui pengalaman atau berinteraksi sosial dengan orang tua, guru, teman sebaya, atau orang dewasa lainnya, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak. Mereka sudah lebih mengenal tentang nilai-nilai moral atau konsep-konsep moralitas, seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, dan kedisiplinan. Hasil penelitian telah sesuai dengan teori bahwa masa remaja merupakan fase dimana emosi yang tinggi dikarenakan perhatian orang tua yang kurang yang mengakibatkan terjadinya kenakalan remaja 3.

  Hubungan Persepsi Anak Tentang Pola Asuh Orang Tua dengan Kenakalan Remaja di SMA Pasundan 3 Bandung

  Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pada tabel 4.3 adanya hubungan antara persepsi anak tentang pola asuh permisif dengan kenakalan remaja di SMA Pasundan 3 Bandung (p value 0,045 <

  α 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh permisif mempengaruhi terhadap perkembangan anak khususnya dalam perilaku yaitu kenakalan remaja. Hasil penelitian yang diuraikan di atas sesuai dengan teori dari Baumrind (1967, dalam Petranto 2006, ¶ 16, dwpptrijenewa.isuisse.com, diperoleh tanggal 26 Februati 2008), bahwa pola asuh permisif akan menghasilkan karakterstik anak-anak yang impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial. Orang tua tipe ini biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun biasanya bersifat hangat, sehingga sering kali disukai oleh anak. Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018

  • – Juli 2018 : 54-63 Sedangkan hasil penelitian hubungan antara persepsi anak tentang pola asuh neglectful dengan kenakalan remaja di SMA Pasundan 3 Bandung ada hubungan (p value 0,02 < α 0,05).

  Hal ini menunjukkan bahwa pola asuh

  neglectful mempengaruhi terhadap

  perkembangan anak khususnya dalam perilaku yaitu kenakalan remaja. Hasil penelitian yang diuraikan di atas sesuai dengan teori dari Baumrind (1967, dalam Petranto 2006, ¶ 16, dwpptrijenewa.isuisse.com, diperoleh tanggal 26 Februati 2008), bahwa pola asuh neglectful anak menghasilkan karakteristik anak-anak yang moody,

  impulsive , agresif, kurang bertanggung

  jawab, tidak mau mengalah, Self

  Esteem (harga diri) yang rendah, sering bolos, dan bermasalah dengan teman.

  Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan perilaku kurang perhatian secara fisik dan psikis pada anaknya.

  Hasil penelitian yang diuraikan diatas sesuai dengan penelitian Baumrind (dalam Yusuf, 2008;51). Dari hasil penelitiannya gaya pola asuh orang tua terhadap kompetensi sosial, emosional dan intelektual didapat hasil terdapat dampak antara gaya pola asuh orang tua yang diterapkan terhadap perilaku anak (kompetensi sosial, emosional dan intelektual). Hasil penelitian Peck (dalam Yusuf, 2008:50) menuturkan tentang hubungan karakteristik emosional dan pola asuh keluarga dengan elemen- elemen struktur kepribadian remaja. Salah satu hasil penelitiannya tersebut yaitu pada remaja yang ego strength (kematangan emosional, bertingkah laku rasional, persepsi dan sosial akurat, dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan harapan- harapan masyarakat) secara konsisten berkaitan erat dengan pengalamannya di lingkungan keluarganya.

  Dari keempat pola asuh tersebut tidak ada satu metode pola asuh yang paling efektif yang diterapkan pada anak, karena pada dasarnya anak dilahirkan dengan membawa tempramen dan pola perilaku tersendiri (Markum, 1999:49). Terbukti dari hasil penelitian penulis bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh permisif yang biasanya disukai oleh anak pun tidak menjamin membuat anak menjadi baik. Sebagai orang tua tetap harus menerapkan salah satu pola asuh kepada anak, berdasarkan teori Baumrind dan hasil penelitian penulis bahwa pola asuh yang baik digunakan adalah pola asuh demokratis. Karena dalam pola asuh ini orang tua dan anak dapat melakukan komunikasi dan interaksi sehingga dengan ini dapat meminimalkan terjadinya kenakalan yang dilakukan anak remaja khususnya.

  IMPLIKASI

  Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada BAB IV mengenai hubungan persepsi remaja tentang pola asuh orang tua dengan kenakalan remaja di SMA Pasundan 3 Bandung yang dilakukan kepada 243 responden pada bulan Maret sampai dengan Juni 2008, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : a.

  Persepsi anak tentang pola asuh orang tua yang terbanyak adalah yang berpersepsi bahwa orang tuanya menerapkan pola asuh permisif yaitu sebanyak 132 orang (54,3%). Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018

  • – Juli 2018 : 54-63 b.

  dan memberikan reward , Di SMA Pasundan 3 Bandung terdapat siswa yang terlibat dalam menjelaskan alasan (tujuannya) kenakalan remaja, yaitu sebanyak ketika meminta anak untuk 206 orang (84,8%). melakukan sesuatu, mendorong c. anak untuk memikirkan dampak

  Terdapat hubungan antara persepsi anak tentang pola asuh orang tua perilakunya dan menegakkan aturan dengan kenakalan remaja yaitu pola secara konsisten. Dalan hal ini, anak asuh permisif dengan kenakalan diharapkan untuk berperilaku remaja (p value 0,0045 < dengan cara yang tepat sesuai

  α 0,05) dan neglectful dengan kenakalan dengan usianya. remaja (p value 0,002<

  Untuk melakukan komunikasi atau

  c. remaja harus selalu α 0,05).

  SARAN

  berdiskusi bila sedang ada masalah Berdasarkan hasil penelitian apapun dengan orang tua, guru atau yang telah diuraikan, maka saran yang orang terdekat. dapat penulis berikan untuk kemudian

DAFTAR PUSTAKA

  dapat menjadi masukan dan bermanfaat bagi berbagai pihak : Al-Mighwar, M. (2006). Psikologi a.

  Remaja Petunjuk Bagi Guru

  Bagi sekolah dapat mengefektifkan program pertemuan antara para dan Orang Tua . Bandung: orang tua murid dengan pengajar Pustaka Setia dan berkoordinasi dengan tim Amna, M. (2006). Perilaku Bimbingan Konseling sehingga Remaja .http:/joksarsmagna.blo orang tua dan guru dapat gspot.com, diperoleh tanggal mengetahui perkembangan anak di

  24 Maret 2008 sekolah dan di rumah. Selain itu, Arikunto, S. (2006). Prosedur tim Bimbimgan Konseling harus Penelitian Suatu Pendekatan bersifat hubungan yang stimulatif Praktik Edisi Revisi

  VI .

  yaitu : 1) menerima, mengklarifikasi Jakarta: Rineka Cipta dan mendorong gagasan dan Dariyo, A. (2004). Psikologi perasaan siswa, 2) memberikan Perkembangan Remaja . pujian atau penghargaan dan Bogor: Ghalia Indonesia mendorong keberanian siswa, dan 3) Friedman, M. (1998). Keperawatan mengajukan pertanyaan untuk Keluarga Teori dan Praktek . merangsang siswa berprestasi dalam Jakarta: EGC pengambilan keputusan. Sehingga Hidayat, A. A. (2007). Metode siswa merasa nyaman bila berada Penelitian Keperawatan dan dengan Bimbingan Konseling. Teknik Analisis Data . Jakarta: b.

  Salemba Medika Perlakuan orang tua yang efektif dalam memberikan bimbingan dan Hurlock, E. B. (1978). Perkembangan disiplin kepada anak yaitu dengan Anak Jilid 2 Edisi VI . Jakarta: menyusun atau membuat aturan Erlangga yang jelas dan tegas, memberikan perhatian terhadap perilaku anak Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018

  • – Juli 2018 : 54-63 Kartono, K. (2008). Patologi Sosial 2 http:/digilib.unikom.ac.id,

  Kenakalan Remaja . Jakarta: diperoleh tanggal 24 Maret

  Rajawali Pers 2008 Markum, A.

  H. (1999). Ilmu Santrock, (2002). Life-Span

  Kesehatan Anak . Jakarta: Development Perkembangan FKUI Masa Hidup Jilid 2 Edisi V .

  Maryani, E. (2007). Hubungan Pola Jakarta: Erlangga

  Asuh Orang Tua dengan Sarwono, S. W. (2006). Psikologi Perkembangan Anak Usia Remaja . Jakarta: Rajawali Pers Sekolah (9-12 Tahun) Di Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Sekolah Dasar Negeri Kembang Remaja dan Sukaraja

  III Kecamatan Permasalahannya . Jakarta:

  . Sagung Seto

  Rawamerta Karawang

  Cimahi: Prodi S-1 Sugiyono. (2007). Statistik untuk Keperawatan STIKES A. Yani Penelitian . Bandung: Elfabeta

  Masngudin. (2004). Kenakalan Remaja Wahyuningsih, S. (2007). Pengaruh

  sebagai Perilaku Keluarga terhadap Kenakalan Menyimpang . Remaja . http:/www.uny.ac.id,

  http:/www.depsos.go.id, diperoleh tanggal 23 Februari diperoleh tanggal 23 Februari 2008 2008 Yusuf,

  H. S. (2008). Psikologi Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Perkembangan Anak &

  Penelitian Kesehatan Edisi Ramaja . Bandung: Rosda

  . Jakarta: Rineka Cipta

  Revisi

  Nursalam. (2003). Konsep &

  Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan (Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan) . Jakarta:

  Salemba Medika Panuju, P. dan Ida, U. (2005).

  Psikologi Remaja .

  Yogyakarta: Triara Wacana Yogya

  Petranto, I. (2006). Rasa Percaya Diri

  Anak Adalah pentulan Pola Asuh Orang Tuanya .

  http:/dwpptrijenewa.isuisse.co m, diperoleh tanggal

  26 Februari2008 Santoso, S. S. (2000). Kenakalan

  Remaja Di Propinsi Jawa Barat dan Bali .

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG AMPAS TAHU DAN JENIS KOAGULAN PADA PEMBUATAN TAHU BERSERAT The Effect of Addition Solid Waste of Tofu and Coagulant Type in The Manufacture of Fibrous Tofu

0 0 8

ORGANOLEPTIK DAN KARAKTERISTIK FISIK KEFIR ROSELLA MERAH (Hibiscus sabdariffa L.) DARI TEH ROSELLA MERAH DI PASARAN Organoleptic and Physical Characteristic of Red Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Kefir from Red Rosella Tea in The Market

0 0 8

FAKTOR PENGARUH EKSTRAKSI CINCAU HITAM (Mesona palustris BL) SKALA PILOT PLANT: KAJIAN PUSTAKA Influence Factor of Black Cincau (Mesona palustris BL) Extraction in Pilot Plant Scale: A Review

1 1 8

PROSES PENYIAPAN MAHASISWA SEBAGAI PANELIS TERLATIH DALAM PENGEMBANGAN LEXICON (BAHASA SENSORI) SUSU SKIM UHT DAN SUSU KAYA LEMAK UHT Process of Students Preparatoin for beingTrain Panelist in Lexicon Development (Sensory Language) of UHT Skimmed Milk and

0 0 11

EVALUASI PERTUMBUHAN Lactobacillus casei DAN Lactobacillus plantarum DALAM MEDIUM FERMENTASI TEPUNG KULIT PISANG The Evaluation of Lactobacillus casei and Lactobacillus plantarum Growth in the Fermented Banana Peel Flour Medium

0 0 9

POTENSI SENYAWA BIOAKTIF RAMBUT JAGUNG (Zea mays L.) UNTUK TABIR SURYA ALAMI : KAJIAN PUSTAKA The Potency of Bioactive Compounds from Corn Silk (Zea mays L.) for the Use as a Natural Sunscreen : A Review

0 1 6

STUDI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN KEFIR TEH DAUN SIRSAK DARI BERBAGAI MERK DIPASARAN Study Antioxidant Activity Soursop Leaf Tea Kefir from Various Brands in the Market

0 1 11

PENGARUH PROPORSI KACANG TANAH DAN PETIS UDANG SERTA PENAMBAHAN BAWANG PUTIH GORENG TERHADAP BUMBU TAHU TEK INSTAN The Effect of the Proportion of Peanuts and Shrimp Petis and the Addition of Fried Garlic to Seasoning Tahu Tek

0 0 9

HUBUNGAN ANTARA KEBERSIHAN FASE ORAL PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DENGAN KEJADIAN DIARE (Relationship Between Oral Phase Cleanliness in Baby Ages 6-12 Months With Diare Events)

0 0 7

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DENGAN KEJADIAN PARTUS LAMA PADA IBU BERSALIN (Relationship Between The Age of The Mother With a Long Partus Person On Mother Below) Lidia Widia, Masnun

0 0 7