PROSES PENYIAPAN MAHASISWA SEBAGAI PANELIS TERLATIH DALAM PENGEMBANGAN LEXICON (BAHASA SENSORI) SUSU SKIM UHT DAN SUSU KAYA LEMAK UHT Process of Students Preparatoin for beingTrain Panelist in Lexicon Development (Sensory Language) of UHT Skimmed Milk and

  

PROSES PENYIAPAN MAHASISWA SEBAGAI PANELIS TERLATIH DALAM

PENGEMBANGAN LEXICON (BAHASA SENSORI) SUSU SKIM UHT DAN SUSU KAYA

LEMAK UHT

  

Process of Students Preparatoin for beingTrain Panelist in Lexicon Development

(Sensory Language) of UHT Skimmed Milk and UHT Full Cream

1*

  1 Rosalia Rahmadhani A , Kiki Fibrianto

  1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP Universitas Brawijaya Malang Jl. Veteran, Malang 65145

  • Penulis Korespondensi, Email

  

ABSTRAK

  Susu dikenal sebagai salah satu bahan pangan yang mengandung komponen gizi terlengkap, namun konsumsi penduduk Indonesia akan susu sangat rendah bahkan bila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara lainnya. Keadaan ini menyebabkan kurangnya perhatian terhadap deskripsi lexicon dalam susu, sehingga menyebabkan kurang optimalnya pengembangan produk dari produsen yang lebih cocok dengan daya terima konsumen. Penggalian atribut sensori susu dapat diperoleh melalui deskripsi panelis terlatih. Penelitian ini bertujuan untuk membentuk panelis terlatih di kalangan mahasiswa pada produk susu UHT (skim dan kaya lemak) menggunakan metode

  

Qualitative Descriptive Analysis (QDA) dengan dua tahapan, yaitu tahap seleksi dan

  pelatihan. Deskripsi atribut sensori yang terbentuk kemudian dianalisis menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA) untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sebaran respon. Kata kunci : lexicon, panelis terlatih, QDA, susu kaya lemak UHT, susu skim UHT

  

ABSTRACT

Milk is one of foods that contain the most complete nutritional components, but

consumption of milk of Indonesian population is very low even when compared with

countries in Southeast Asian region. This situation leads to a lack of attention to description

of lexicon in milk, resulting in less optimal development of the product from the manufacturer

.

that is better suited to consumer acceptance Exploration sensory attributes of milk can be

obtained through the description of trained panelists. This research aims to establish trained

panelist among students at UHT milk product (skim and full cream) using Qualitative

Descriptive Analysis (QDA) method with two stages, selection and training. Description

sensory attributes that are formed then analyzed using Principal Component Analysis (PCA)

to determine the distribution of responses factor influence.

  Keywords: lexicon, QDA, trained panelists, UHT skimmed milk, UHT full cream

PENDAHULUAN

  Susu merupakan salah satu sumber protein hewani yang sangat penting bagi tubuh manusia, karena mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap dan seimbang [1]. Masyarakat Indonesia belum memiliki budaya minum susu. Keadaan ini terlihat dari jumlah konsumsi susu Negara Indonesia relatif kecil dibandingkan negara-negara di benua Eropa, Amerika dan Australia. Tahun 2013 konsumsi susu rumah tangga di Indonesia hanya 2.04 kg/kapita/tahun [2].

  Susu Ultra High Temperature (UHT) adalah susu yang mengalami proses pemanasan dengan suhu tidak lebih tinggi dari 135ºC selama 2 detik sebagai proses sterilisasi komersial, kemudian langsung dikemas secara aseptik pada kemasan steril serta dapat disimpan pada suhu kamar selama beberapa bulan [3][4][5]. Susu UHT yang beredar di pasaran berupa susu skim dan kaya lemak. Hasil survei yang telah dilakukan terhadap 110 penduduk Kota Malang, menunjukkan bahwa jenis susu yang paling banyak dikonsumsi adalah susu UHT. Susu UHT paling sering dikonsumsi dan diminati karena praktis dan dapat ditemukan di warung terdekat. sebagian besar penduduk memang mengkonsumsi susu UHT, namun tidak ada perhatian terhadap lexicon pada susu. Lexicon memegang peranan penting terhadap daya terima masyarakat terhadap produk susu yang dijual di pasaran.

  Penggalian atribut sensori susu dapat diperoleh melalui deskripsi panelis terlatih. Pembentukan panelis terlatih dilaksanakan dalam dua tahap, tahap pertama merupakan tahap seleksi dan tahap kedua adalah pelatihan [6]. Pada tahap seleksi dilakukan perekrutan panelis, pengisian kuisioner, wawancara dan uji seleksi sensori. Tahap kedua dilakukan uji pelatihan berupa uji ambang mutlak dan uji deskripsi sensori susu skim UHT dan susu kaya lemak UHT. Informasi yang diperoleh melalui metode Quantitative

  

Descriptive Analysis (QDA) digunakan sebagai acuan penentu lexicon susu. Deskripsi

lexicon yang terbentuk dianalisis menggunakan metode Principal Component Analysis

  (PCA) untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi sebaran respon.

  

BAHAN DAN METODE

Bahan

  Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu aroma jeruk komersil, asam asetat murni (p.a), aroma vanili komersil, aroma karamel komersil, gula pasir komersial, asam sitrat murni (p.a), garam (NaCl) komersial, kafein murni (p.a), monosodium glutamate (MSG) komersil, air mineral, krim merek A, Susu Skim UHT dan Kaya Lemak UHT merek A.

  Alat

  Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu cup plastik bening dengan diameter bawah 3.5 cm, diameter atas 6 cm dan tinggi 4 cm; cup karton dengan diameter bawah 5 cm, diameter atas 10 cm dan tinggi 12 cm; humidity meter merek Lutron AM-4205A; spatula merek Duran; beaker glass ukuran 50 ml merek Pyrex; measuring jar ukuran 1 liter merek Green Leaf, dan timbangan analitik merek Tanita.

  Desain Penelitian

  Metode penelitian yang dilakukan adalah Quantitative Descriptive Analysis (QDA) yang terdiri dari dua tahap penelitian yang terpisah, Tahap I yaitu seleksi panelis dan Tahap

  II yaitu pelatihan panelis.

  Tahapan Penelitian

  Penelitian dilakukan melalui dua tahapan, yaitu :

  1. Tahap Seleksi Tahap seleksi terdiri dari perekrutan, pengisian kuisioner, wawancara dan uji seleksi sensori [6].

  2. Tahap Pelatihan Tahapan analisis ini berisi tentang deskripsi panelis terhadap lexicon dari sampel. Deskripsi lexicon ini dilakukan pada uji ambang mutlak dengan tiga konsentrasi larutan sampel yang berbeda dan dua jenis susu UHT. Uji ini dilakukan berulang agar panelis benar-benar mengingat dan memahami akan kesan benar yang terdapat pada sampel [7]. Pada penelitian ini digunakan uji segitiga sebagai penentu ambang mutlak.

  Metode

  Analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah perekrutan [6], pengisian kuisioner [6], wawancara [6], uji seleksi sensori berupa uji pengenalan aroma [8] dan uji pengenalan rasa dasar [8], uji ambang mutlak [8] dan uji deskripsi [8][9].

  Prosedur Analisis

  1. Perekrutan

  Perekrutan dilakukan terhadap mahasiswa Universitas Brawijaya Fakultas Teknologi Pertanian. Mahasiswa yang tertarik terhadap uji sensori, tidak alergi terhadap susu, mau mengkonsumsi susu plain, menetap di kota Malang untuk beberapa bulan ke depan, serta memiliki jadwal kegiatan yang tidak terlalu padat merupakan mahasiswa yang sesuai sebagai calon panelis.

  2. Pengisian Kuisioner

  Mahasiswa yang telah terekrut diminta mengisi kuisioner mengenai latar belakang dari panelis serta bagaimana konsumsi dan pengetahuannya terhadap susu.

  3. Wawancara

  Hasil wawancara harus menunjukkan kebersediaan panelis mengikuti tahapan uji dari awal hingga akhir penelitian, memiliki sifat positif terhadap susu, memiliki pengetahuan terhadap susu (cukup sering membaca informasi mengenai susu), memiliki kesehatan yang baik (tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan, tidak merokok, tidak minum minuman keras), memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik (mampu mendeskripsikan atribut sensori suatu produk dengan detail), serta mampu menerima pendapat dari panelis lainnya.

  4. Uji Seleksi Sensori

  a) Uji Pengenalan Aroma

  Botol gelap diisi dengan kapas seukuran ibu jari, diteteskan sampel aroma sebanyak 3 tetes, lalu ditutup rapat. Bagian luar botol diberi label berkode kombinasi tiga angka. Panelis diminta membuka tutup botol dan menebak aroma apa yang tercium. Nilai angka 2 diberikan untuk jawaban dan deskripsi benar, nilai angka 1 untuk jawaban benar namun deskripsi salah dan nilai angka 0 untuk jawaban dan deskripsi yang salah.

  b) Uji Pengenalan Rasa Dasar

  Sampel berupa larutan rasa manis yang berasal dari gula pasir komersial (1% b/v), rasa asam dari larutan asam sitrat murni (p.a) (0.03% b/v), rasa asin dari larutan garam (NaCl) komersial (0.2% b/v), rasa pahit dari larutan kafein murni (p.a) (0.03% b/v), rasa umami dari larutan monosodium glutamate (MSG) komersil (0.06% b/v) dan air mineral sebagai sampel rasa plain. Sampel dituang dalam cup plastik masing-masing sebanyak 30 ml. Pada dinding luar cup diberikan label berkode kombinasi tiga angka. Nilai angka 2 diberikan untuk jawaban dan deskripsi benar, nilai angka 1 untuk jawaban benar namun deskripsi salah dan nilai angka 0 untuk jawaban dan deskripsi yang salah.

5. Uji Ambang Mutlak

  Sampel yang digunakan adalah 4 rasa dasar (manis, asam, asin dan pahit) dan aroma creamy. Sampel rasa manis terdiri dari konsentrasi 0.5%, 1% dan 1.5% b/v berasal dari larutan gula pasir komersial. Sampel rasa asam berasal dari larutan asam sitrat murni (p.a) dengan konsentrasi 0.01%, 0.03% dan 0.05% b/v. Larutan garam (NaCl) komersial sebagai sampel rasa asin dengan konsentrasi 0.1%, 0.15% dan 0.2% b/v. Sampel rasa pahit berasal dari larutan kafein murni (p.a) yang terdiri dari konsentrasi 0.01%, 0.03% dan 0.05% b/v. Pembanding yang digunakan adalah air mineral. Bahan yang digunakan untuk sampel aroma creamy berasal dari susu kaya lemak UHT untuk konsentrasi 0%, susu kaya lemak UHT yang ditambahkan krim 3% v/v untuk konsentrasi sampel 3% dan susu kaya lemak UHT yang ditambahkan krim 20% v/v untuk konsentrasi sampel 20%. Pembanding yang digunakan untuk sampel aroma

  creamy adalah susu skim UHT. Pada dinding luar cup diberikan label berkode

  kombinasi tiga angka. Nilai angka 1 diberikan untuk jawaban dan deskripsi benar dan nilai angka 0 diberikan untuk jawaban dan deskripsi yang salah.

6. Uji Deskripsi

  Uji deskripsi ini terdiri dari dua tahap, deskripsi jenis lexicon dan pengukuran intensitas tiap atribut. Pada tahap deskripsi atribut, panelis diminta untuk mendeskripsikan secara detail menggunakan bahasa sendiri untuk tiap lexicon yang ditemukan dalam sampel. Apabila telah ditemukan kesepakatan antar panelis untuk jenis lexicon dari susu, dilanjutkan dengan uji skala untuk menentukan intensitasnya. Sampel yang digunakan pada uji ini adalah susu skim UHT dan susu kaya lemak UHT. Sampel disajikan dalam cup plastik dengan volum 30 ml dan diberikan kode dengan kombinasi tiga angka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

  1. Perekrutan

  Perekrutan panelis dilakukan terhadap mahasiswa Universitas Brawijaya Fakultas Teknologi Pertanian, diperoleh 13 orang mahasiswa yang bersedia menjadi panelis. Panelis yang bersedia terdiri dari 9 perempuan dan 4 laki-laki. Kisaran usianya adalah 19-23 tahun.

  2. Pengisian Kuisioner

  Hasil rekap data kuisioner menunjukkan bahwa 13 orang mahasiswa terdiri dari 11 orang bersuku bangsa Jawa, satu orang bersuku bangsa Sunda dan satu orang lainnya Batak. Panelis memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda, 9 orang alumni SMA, sedangkan 4 orang lainnya memiliki riwayat pendidikan terakhir D3. Seluruh panelis tercatat sebagai mahasiswa aktif di Universitas Brawijaya Fakultas Teknologi Pertanian.

  Pada umumnya, panelis merupakan tinggal di tempat kos atau kontrakan, hanya 2 orang panelis yang tinggal di rumah orang tua. Keadaan ini menyebabkan terjadinya perbedaan uang saku yang diterima tiap panelis. Dua orang panelis yang tetap tinggal di rumah orang tua mendapatkan uang saku kurang dari Rp. 500.000,-.

  Panelis beralasan memilihan susu UHT karena lebih praktis dan dapat segera dikonsumsi. Dari 13 panelis, 7 panelis lebih sering mengkonsumsi susu UHT. Empat orang lebih sering mengkonsumsi susu bubuk dan 2 orang lainnya lebih sering mengkonsumsi susu kental manis. Panelis yang lebih sering mengkonsumsi susu kental manis memberikan alasan bahwa susu jenis tersebut lebih murah dan memiliki tingkat rasa manis yang lebih tinggi. Setelah dilakukan analisis One Portion Test and

  Convidence Interval, nilai p-value < 0.05 yaitu sebesar 0.048. Sehingga memang valid apabila dinyatakan bahwa panelis mayoritas mengkonsumsi susu UHT.

  3. Wawancara

  Data hasil wawancara menunjukkan bahwa secara kebetulan seluruh panelis yang terekrut memiliki kesukaan dalam mengkonsumsi susu. Pemilihan calon panelis tidak didasarkan pada sifat kesukaan terhadap susu, tetapi secara kebetulan ketika dilakukan tahap wawancara, seluruh panelis memiliki kesukaan terhadap susu. Walaupun seluruh panelis memiliki kesukaan terhadap susu, diharapkan ketika dilakukan uji deskripsi, sifat kesukaan tersebut tidak memberikan efek bias terhadap penilaian yang dilakukan.

  Hasil wawancara yang dilakukan menunjukkan bahwa panelis bersedia mengikuti tahapan uji dari awal hingga akhir penelitian, memiliki sifat positif terhadap susu, memiliki pengetahuan terhadap susu (cukup sering membaca informasi mengenai susu), memiliki kesehatan yang baik (tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan, tidak merokok, tidak minum minuman keras), memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik (mampu mendeskripsikan atribut sensori suatu produk dengan detail) serta mampu menerima pendapat dari panelis lainnya.

  4. Uji Seleksi Sensori

a) Uji Pengenalan Aroma

  Hasil uji aroma dasar menunjukkan bahwa dari 13 panelis yang bersedia dan sepakat melakukan uji, hanya 8 panelis yang benar-benar mengikuti uji dan mampu mengenali sampel aroma yang diberikan.

  Lima panelis yang mengalami diskualifikasi terdiri dari 4 orang perempuan dan 1 orang laki-laki. Kelima panelis mengalami diskualifikasi karena jadwal kesibukan yang meningkat, pulang kampung atau sakit, sehingga menyebabkan panelis tidak mengikuti tahapan uji seleksi sensori yang diberikan.

  Gambar 1. Hasil Uji Pengenalan Aroma Delapan orang panelis terdiri dari 3 orang laki-laki dan 5 orang perempuan dengan rentang usia 20-22 tahun. Panelis dengan kode angka 2, 3 dan 7 berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan 5 kode panelis lainnya adalah perempuan. Gambar 1 menunjukkan bahwa 8 panelis penilaian dan deskripsi yang diberikan panelis adalah benar dan cocok. Selain itu, data ini menunjukkan bahwa indra penciuman panelis bekerja dengan baik.

  Semua panelis mampu mengenali sampel aroma dengan baik. Panelis juga mampu mendeskripsikan dengan baik tentang aroma yang tercium, bahkan hingga menyebutkan jenis produk tertentu yang dirasa memiliki aroma yang mirip dengan sampel. Keadaan ini menunjukkan bahwa panelis memiliki ingatan terhadap aroma yang dideteksi dengan jenis aroma yang dikenali sebelumnya. Selama melakukan uji, panelis menyadari tentang pengalaman individu dalam membaui dan memiliki ingatan dalam hal tersebut. Sehingga panelis akan dengan mudah mendeskripsikan jenis sampel aroma yang disajikan [11].

b) Uji Pengenalan Rasa Dasar

  Gambar 2. Hasil Uji Pengenalan Rasa Plain, Manis, Asam, Asin, Pahit dan Umami Gambar 2 menunjukkan bahwa panelis mampu mengenali setiap sampel yang disajikan dengan baik. Suku Jawa memiliki tingkat sensitivitas mengenali rasa manis yang rendah [12], tetapi hasil uji yang dilakukan menunjukkan bahwa panelis memiliki sensitivitas rasa manis yang baik walaupun sebagian besar bersuku bangsa Jawa. Perempuan kurang sensitif terhadap rasa asam (asam sitrat) [13]. Hasil penelitian yang dilakukan bertentangan, panelis yang mengikuti uji pengenalan rasa asam mampu mengenali sampel yang disajikan baik oleh panelis laki-laki maupun perempuan. Perempuan lebih sensitif dalam menstimulasi rasa asin dari sodium klorida dibanding dengan laki-laki [14]. Uji pengenalan rasa asin yang dilakukan menunjukkan bahwa seluruh panelis mampu mengenali rasa asin dengan benar baik oleh panelis perempuan maupun laki-laki.

  Perbedaan usia mempengaruhi sensitivitas terhadap rasa, termasuk rasa pahit oleh kafein [15]. Jenis kelamin memberikan pengaruh terhadap respon pahit. Laki-laki dengan usia di atas 20 tahun akan mengalami penurunan sensitivitas rasa pahit lebih cepat dibandingkan wanita [16]. Hasil uji yang dilakukan menunjukkan bahwa seluruh panelis mampu mengenali rasa pahit dengan baik. Keadaan ini diduga diakibatkan oleh rentang perbedaan usia antar panelis tidak berbeda jauh, sehingga sensitivitasnya terhadap rasa pahit cenderung sama. Umami adalah rasa yang muncul akibat adanya substansi yang mengandung glutamat. Contoh paling gampang pembentuk rasa umami adalah mono-sodium glutamat (MSG). Selain itu, beberapa makanan secara alami mengandung glutamat dengan konsentrasi yang tinggi [10]. Keadaan ini dapat menjadi faktor penyebab panelis dapat dengan mudah mengenali rasa umami.

5. Uji Ambang Mutlak

  a) Rasa Manis

Minggu ke-1

  Gambar 3. Hasil Uji Ambang Mutlak Rasa Manis Gambar 3. menunjukkan bahwa semua panelis mampu mendeteksi rasa manis pada konsentrasi paling rendah 0.5% b/v. Tetapi terdapat satu panelis (kode

  2) yang memberikan respon salah ketika sampel yang disajikan berkonsentrasi 1% b/v. Kesalahan ini diakibatkan panelis merasa bahwa sampel yang diberikan memiliki rasa yang sama dengan bahan pencuci rongga mulut berupa air mineral. Keadaan ini menunjukkan bahwa faktor psikologis mempengaruhi respon yang diberikan. Setelah dilakukan pelatihan konsentrasi 1% b/v pada minggu ke-2, panelis kode 2 tidak lagi melakukan kesalahan dalam memberikan respon. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi atau respon adalah psikologis [10].

  b) Rasa Asam

Minggu ke-1

  Gambar 4. Hasil Uji Ambang Mutlak Rasa Asam Gambar 4. menunjukkan bahwa sebagian besar panelis, (6 orang) tidak mampu mendeteksi sampel pada konsentrasi 0.01% b/v. Hanya dua orang panelis (panelis kode 5 dan 8) yang mampu mendeteksi dengan benar. Kedua panelis yang memberikan respon benar berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin berpengaruh terhadap respon asam yang dihasilkan. Perempuan memiliki sensitivitas asam yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki [17]. Panelis laki-laki lebih tidak sensitif terhadap asam yang ditimbulkan oleh asam sitrat dibanding panelis perempuan [13][18]. Setelah dilakukan pelatihan pada minggu ke-2, seluruh panelis mampu memberikan respon benar pada sampel yang diberikan.

  c) Rasa Asin Minggu ke-1 Minggu ke-2

  Gambar 6. Hasil Uji Ambang Mutlak Rasa Asin Ploting hasil uji pada sampel asin menunjukkan bahwa terdapat dua orang panelis dengan kode 7 dan 8 yang tidak mampu memberikan respon benar untuk sampel dengan konsentrasi 0.1% b/v. Masing-masing panelis tersebut berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Keadaan ini menunjukkan perlunya dilakukan uji untuk pelatihan lebih lanjut terhadap rasa asin pada konsentrasi tersebut. Setelah dilakukan pengujian pada minggu ke-2, sensitivitas kedua panelis meningkat.

  Panelis kode 7 dan 8 mampu mendeteksi dengan benar sampel uji yang disajikan.

  d) Rasa Pahit Minggu ke-1

  Gambar 7. Hasil Uji Ambang Mutlak Rasa Pahit Hasil uji rasa pahit minggu ke-1 menunjukkan bahwa terdapat dua panelis yang tidak mampu mendeteksi pada konsentrasi sampel 0.01% b/v. Kedua panelis

  (kode 3 dan 4) masing-masing merjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Kedua panelis memberikan respon salah karena merasa bahwa sampel uji yang disajikan memiliki rasa yang sama pahit dengan cairan pembersih rongga mulut (air mineral). Kondisi psikologis atau perasaan dapat mempengaruhi hasil respon yang diberikan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi persepsi atau respon adalah psikologis [10][19]. Setelah dilakukan uji pada minggu ke-2 menunjukkan bahwa panelis kode 3 dan 4 tidak lagi melakukan kesalahan dalam memberikan respon.

e) Aroma Creamy

  Minggu ke-1

  Gambar 8. Hasil Uji Ambang Mutlak Aroma Creamy Gambar 8 menunjukkan bahwa semua panelis memberikan respon benar untuk uji ambang mutlak aroma creamy baik pengujian minggu ke-1 maupun ke-2.

6. Uji Deskripsi

a) Susu Skim UHT Respon Atribut

  aroma amis

  

8

aftertaste njendal aroma creamy 5,04

  

6

5,26

5,19

  

4

  

2

warna putih kekuningan rasa gurih-asin

4,46 6,13

  6,89 4,57 6,45

penampakan bersih rasa manis

  5,24 viskositas encer aroma gurih-asin

  Gambar 9. Deskripsi Atribut Sensori Susu Skim UHT Susu UHT banyak terdapat atribut sensori berupa karamelisasi dan rasa lemak, kecoklatan yang pekat dan terdapat astringent yang kemungkinan diakibatkan oleh pemanasan suhu tinggi [20]. Susu pasteurisasi terdapat pengembangan sensori yang dibagi menjadi aroma dan rasa masak dari susu [21].

  Sedangkan hasil uji pelatihan yang dilakukan menunjukkan bahwa 8 orang panelis memiliki kesepakatan terhadap jenis atribut sensori yang terdapat pada susu UHT skim. Atribut sensori tersebut yaitu aroma amis, aroma creamy, rasa gurih-asin, aroma gurih-asin, rasa manis, viskositas encer, penampakan bersih, warna putih kekuningan dan memiliki after taste njendal atau berminyak.

  Gambar 10 menunjukkan sebaran respon yang diberikan panelis yang variabilitasnya dipengaruhi oleh PC1 sebesar 38.1% yang mewakili representasi panelis dan PC2 yang mewakili representasi dari jenis hari sebesar 12.9%. Namun korelasi dari PC1 dan PC2 kurang dari 75%, sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat faktor lain yang menyebabkan sebaran respon panelis yaitu PC3. PC3 mewakili representasi dari jenis sub sampel sebesar 10.3%.

  Score Plot Biplot

  Gambar 10. Grafik PCA

b) Susu Kaya Lemak UHT Respon atribut

  aroma amis

  

8

5,29 after taste njendal aroma creamy

  

6

6,16 6,26

  

4

  

2

warna putih kekuningan rasa gurih-asin

6,54 6,14

  4,62

penampakan bersih rasa manis

7,05 6,55

  6,28

viskositas kental rasa plain

  Gambar 11. Deskripsi Atribut Sensori Susu Kaya Lemak UHT Parameter pengembangan sensori susu UHT berupa rasa, aroma, tekstur dan aftertaste [21]. Hasil uji pelatihan yang dilakukan menunjukkan bahwa 8 orang panelis memiliki kesepakatan terhadap jenis atribut sensori yang terdapat pada susu UHT skim. Atribut sensori tersebut yaitu aroma amis, aroma creamy, rasa gurih- asin, rasa plain, rasa manis, viskositas kental, penampakan bersih, warna putih kekuningan dan memiliki after taste njendal atau berminyak

  Score Plot Biplot

  Gambar 12. Grafik PCA Melalui gambar 12 dapat diketahui bahwa sebaran respon yang ditunjukkan panelis dipengaruhi oleh PC1 yang merepresentasikan panelis sebesar 34% dan

  PC2 sebesar 15.9% yang mewakili representasi dari jenis hari. Korelasi dari dua faktor tersebut ternyata kurang dari 75% yang menunjukkan adanya faktor lain yang mempengaruhi terbentuknya variabilitas. Sehingga dapat dinyatakan bahwa PC3 yang mewakili representasi sub sampel juga mempengaruhi respon yang terbentuk dengan proporsi 10.2%.

  

SIMPULAN

  Tahapan pembentukan panelis diawali dengan tahapan seleksi menghasilkan 8 orang panelis dari jumlah awal perekrutan 13 orang. Delapan orang penelis yang terseleksi mengikuti tahap pelatihan berupa uji ambang mutlak 4 rasa dasar (manis, asam, asin dan pahit) dan aroma creamy dengan 3 konsentrasi berbeda selama 2 minggu.

  Tahap pelatihan deskripsi susu menunjukkan bahwa pada susu skim UHT lexicon yang disepakati oleh panelis berupa aroma amis, aroma creamy, rasa gurih asin, aroma gurih asin, rasa manis, viskositas encer, penampakan bersih, warna putih kekuningan dan

  aftertaste

  “njendal” atau berlemak pada langit-langit rongga mulut. Sebaran respon panelis untuk lexicon susu skim UHT dipengaruhi oleh PC1 (38.1%) yang merepresentasikan panelis, PC2 (12.9%) yang merepresentasikan jenis hari dan PC3 (10.3%) yang merepresentasikan sub sampel.

  Lexicon yang terbentuk pada susu kaya lemak UHT dan disepakati oleh panelis

  adalah aroma amis, aroma creamy, rasa manis, rasa plain, rasa gurih asin, penampakan bersih, warna putih kekuningan dan aftertaste “njendal” atau berlemak pada langit-langit rongga mulut. Sebaran respon panelis untuk lexicon susu kaya lemak UHT dipengaruhi oleh

  PC1 (34%) yang merepresentasikan panelis, PC2 (15.9%) yang merepresentasikan jenis hari dan PC3 (10.2%) yang merepresentasikan sub sampel.

  

DAFTAR PUSTAKA

1) Buletin Konsumsi Pangan (BKP). 2013. Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.

  Volume 4 No. 4. 2) Wardana, A. S. 2012. Teknologi Pengolahan Susu. Pedoman Pengajaran. Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas Slamet Riyadi. Surakarta.

  3) Malaysian Dietary Guidelines. 2013. Key Message 7 : Consume Adequate Amounts of Milk and Milk Products. 4) Buckle K.A., Edwars R. A., Fleet H. A., Wootton M. 2007. Ilmu Pangan. Purnomo H, Adiono, penerjemah. Jakarta: UI Press. 5) Astawan, M. 2009. Proses UHT : Upaya Penyelamatan Gizi Pada Susu. Milis Balita.

  

  6) Australian Standard . 1995. AS 2542.1.3-1995. Sensory Analysis of Foods. Method 1.3 : General Guide to Methodology-Selection of Assesors. SAI Global. 7) Sarastani, D. 2010. Modul Kuliah Analisis Organoleptik. Program Keahlian Supervisor Jaminan Mutu Pangan. Direktorat Program Diploma Institut Pertanian Bogor. Bogor. 8) Ethiopian Standard. ES ISO 22935-1:2012. Milk and Milk Products-Sensory Analysis.

  Part 1 : General Guidance for The Recruitment, Selection, Training and Monitoring of Assesors. Ethiopian Standards Agency. 9)

  Chapman, D and Sharon McEvoy. 2012. The NFL’S Sensory Panel Philosophy. Journal NFL The National Food Lab, volume 3, June 2012. 10) Manson, R. and S. Nottingham. 2002. Food 3007 and Food 7012 : Sensory Ealuation Manual. Centre for Food Technology, DPI, Bristane. 11) McGinley, P. E., Michael, A. M. and Donna, L. M. 2000. Odor Basic, Understanding and

  nd

  Using Odor Testing. The 22 Annual Hawaii Water Environment Assosistion Conference, Honolulu, Hawaii : 6-7 June 2000. 12) Maharani, D. 2014. Aplikasi Content Analysis Untuk Eksplorasi Sensory Lexicon Susu

  Pasteurisasi Di Kalangan Mahasiswa Universitas Brawijaya. Skripsi. Universitas Brawijaya. Malang. 13) Weiffenbach, J. M., Baum, B. J. and Burghauser, R. 1982. Taste Thresholds : Quality Specific Variation With Human Aging. Journal Gerontol., 37, 372-377.

  14) Fikentscher, R., Rosenburg, B., Spinar, H. Bruchmuller, B. 1977. Loss of Taste in The Eldery : Sex Differeces. Journal of Sensory Studies Clin. Otolaryngol., 2, 183-189. 15) Murphy, C. 1979. The Effect of Age on Taste Sensitivity. In Han, S. S. and Coons, D. H.

  (eds), Special Sense in Aging. Journal Unyversity of Ann Arbor, Institute of Gerontology, Ann Arbor, MI, pp. 21-33. 16) Glanville, E. V., Kaplan, A. R. and Fischer, R. 1964. Age, Sex and Taste Sensitivity.

  Journal Gerontol., 19, 474-478.

  17) Hyde, R. J. and Feller, R. P. 1981. Age and Sex Effects on Taste of Sucrose, NaCl, Citric Acid and Caffeine. Journal Neurobiol. Aging, 2, 315-318. 18) Cowart, B. J. 1989. Relationships Between Taste and Smell Across The Adult Life Span.

  Journal of Sensory Studies. NY Acad. Sci., 561, 39-55. th

  19) Hashmi, I. 2007. Sensory Evaluation Technique : 18 Annual IAOM Conference (MEA District) Muscat-Oman. Oman. December 2007. 20) Clare, D.A., Bang, W.S., Cartwright, G., Drake, M.A., Coronel, P., and Simunovic, J.

  2005. Comparison of sensory, microbiological, and biochemical parameters of microwave versus indirect UHT fluid skim milk during storage. Journal Dairy Science 89, 4162-4177. 21) Chapman, K. W., H. T. Lawless and K. J. Boor. 2001. Quantitative Descriptive Analysis and Principal Component Analysis for Sensory Characterization of Ultrapasteurized Milk.

  Journal of Dairy Science Vol. 84, No. 1, 2001. American Dairy Science Assosiation.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG AMPAS TAHU DAN JENIS KOAGULAN PADA PEMBUATAN TAHU BERSERAT The Effect of Addition Solid Waste of Tofu and Coagulant Type in The Manufacture of Fibrous Tofu

0 0 8

ORGANOLEPTIK DAN KARAKTERISTIK FISIK KEFIR ROSELLA MERAH (Hibiscus sabdariffa L.) DARI TEH ROSELLA MERAH DI PASARAN Organoleptic and Physical Characteristic of Red Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) Kefir from Red Rosella Tea in The Market

0 0 8

STUDI PEMBUATAN KEFIR NIRA SIWALAN (Borassus flabellifer L.) (PENGARUH PENGENCERAN NIRA SIWALAN DAN METODE INKUBASI) Study of Making Palm (Borassus flabellifer L.) Sap Kefir (Palm Dilution and Incubation Methods Effect)

0 0 11

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN SUPLEMEN HERBAL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) DAN KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.): KAJIAN PUSTAKA Antioxidant Activity Herbal Supplements of Soursop Leaf (Annona muricata L.) and Pericarp of Mangosteen (Garcinia mangostana

0 0 8

STRAIN IMPROVEMENT Acetobacter xylinum MENGGUNAKAN ETHYL METHANE SULFONATE (EMS) SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PRODUKSI SELULOSA BAKTERI Strain Improvement Acetobacter xylinum by Ethyl Methane Sulfonate (EMS) to Enhance Bacterial Cellulose Production

0 1 10

EKSTRAKSI ANTIOKSIDAN DAUN SIRSAK METODE ULTRASONIC BATH (KAJIAN RASIO BAHAN : PELARUT DAN LAMA EKSTRAKSI) Antioxidant Extraction of Soursop Leaf with Ultrasonic Bath (Study of Material: Solvent Ratio and Extraction Time)

0 1 11

FAKTOR PENGARUH EKSTRAKSI CINCAU HITAM (Mesona palustris BL) SKALA PILOT PLANT: KAJIAN PUSTAKA Influence Factor of Black Cincau (Mesona palustris BL) Extraction in Pilot Plant Scale: A Review

1 1 8

KEBAB BAKSO BAKAR: INOVASI KULINER KHAS KOTA MALANG MENJADI MODERN SEBAGAI UPAYA PELESTARIAN KULINER BANGSA Grilled Meatball Kebab: Innovation Typical Culinary of Malang City Becomes Modern as Conservation National Culinaries

0 0 8

POTENSI ANGKAK KO-KULTUR Saccharomyces cerevisiae TINGGI LOVASTATIN SEBAGAI AGEN TERAPI TIKUS HIPERKOLESTEROLEMIA The Potential of High Lovastatin Co-Culture Angkak S. cerevisiae as Therapy Agent for Wistar with Hypercholesterolemia

0 0 10

PEMANFAATAN WHEY DALAM PEMBUATAN CASPIAN SEA YOGURT DENGAN MENGGUNAKAN ISOLAT Lactobacillus cremoris DAN Acetobacter orientalis Whey Utilization for Making of Caspian Sea Yogurt Using Isolate Lactobacillus cremoris and Acetobacter orientalis

0 1 10