MAKALAH KOMUNIKASI BISNIS (3) docx

MAKALAH KOMUNIKASI BISNIS
“ JENIS DAN KARAKTERISTIK STAKEHOLDERS ”
Nama Dosen :
SUKARNO, SP

Disusun oleh Kelompok 2
Nama Kelompok

:

1. BAMBANG (0212106809)

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TERBUKA-UPBJJ UT SERANG

TAHUN 2017

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Rahmat dan karunianya, kami

dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Etika Bisnis dengan materi pembahasan
“Stakeholder dalam organisasi Bisnis” tepat waktu. Makalh ini selain kami susun sebagai
pemenuhan tugas mata kuliah Etika Administrasi, sekaligus sebagai sumber bacaan dan
refrensi guna lebih mengetahui lebih detail mengenai Stakeholder dalam suatu organisasi.
Untuk itu, kami juga mengucapkan terimakasih kepada para pihak yang telah memberikan
penjelasan dan sumbangsi lainnya, yakni:
1. Dosen mata kuliah Etika Bisnis
DJAMHUR HAMID,DR. M.Si.
M. FAISAL RIZA, S.Sos, M.Si.
2. Teman-teman , khususnya rekan kelompok yang turut serta dalam pembuatan

makalah

ini.
Kami sadar bahwa sesuatu yang kami tulis ini belumlah sempurna, untuk itu kami sangat
mengharap kritik dan saran yang membangun guna menjadikan perbaikan dalam penyusunan
makalah selanjutnya serta dalam pemberian informasi yang lebih baik lagi.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua para pembaca.

Malang, 25 February 2013


Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah organisasi bisnis yang ada terdapat sebuah pihak yang disebut dengan
stakeholder.Pihak stakeholder ini merupakan pihak pemangku kepentingan dalam suatu
organisasi bisnis yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan dari bisnis secara
keseluruhan.Konsep stakeholder pertama kali digunakan dalam sebuah memorandum internal
1963 di Stanford Research lembaga. Ini didefinisikan pemangku kepentingan sebagai
“kelompok-kelompok yang tanpa dukungan organisasi akan berhenti untuk eksis.” Teori ini
kemudian dikembangkan dan diperjuangkan oleh R. Edward Freeman pada 1980-an. Sejak
itu telah mendapat penerimaan luas dalam praktek bisnis dan teori yang berkaitan dengan
manajemen strategis, tata kelola perusahaan, tujuan bisnis dan tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR).Akan tetapi, kini stakeholder bukan hanya mereka yang berkecimpung
dalam organisasi bisnis tersebut.Dalam perkembangannya Stakeholder mencakup pihakpihak lain yang dibedakan sebagai Stakeholder Internal dan Stakeholder Eksternal.
Dalam kenyataan tersebut muncullah berbagai jenis stakeholder.Namun, dengan pengertian
yang telah dituliskan diatas dapat diketahui bahwa seiring dengan berkembangnya zaman,
sebuah organisasi bisnis pun mengalami mindset perubahan.Organisasi bisnis secara umum

diketahui sebagai sebuah lembaga ataupun institusi yang menyediakan dan memproduksi
barang barang serta jasa untuk masyarakat dan bertujuan untuk memperoleh laba bagi
perusahaan mereka. Kini, organisasi bisnis juga memperhatikan isu-isu lain terkait dengan
tata kelola perusahaan yang strategis dan efisien serta perhatian terhadap karyawan suatu
perusahaan, bahwasannya pimpinan perusahaan kini harus mampu mengelolah perusahaan
tidak hanya secara pola kerja yang efektif namun juga harus mampu menciptakan kondisi
persaingan sehat antar karyawan di perusahaan tersebut dan tentunya persaingan sehat antar
organisasi bisnis lainnya.Selain itu, organisasi bisnis juga mulai memperhatikan isu-isu sosial

yang berkembang dalam masyarakat. Organisasi bisnis memikirkan cara agar prospek bisnis
mereka sejatinya dapat membawa pengaruh lain bagi masyarakat. Misalnya saja, saat ini
sudah banyak perusahaan yang mengadakan program CSR berbasis kegiatan lingkungan
hidup, kesehatan, serta kepedulian terhadap bidang pendidikan.
Oleh karena itu, dengan mengetahui secara ringkas penjelasan diatas, kita dapat mengetahu
mengenai kepentingan dan pengertian stakeholder. Namun tentu saja untuk dapat lebih
memahami mengenai materi stakeholder dalam organisasi bisnis, perlu juga diketahui jenisjenis stake holder, tujuan dan peranan maupun fungsi stakeholder yang lebih spesifik,
Pengertian dan Fungsi Stakeholder dalam organisasi bisnis (Stakeholder Internal Dan
Eksternal); Pola Kehidupan saling ketergantungan antar stakeholder; Pertentangan
Kepentingan dari Para stakeholder; Perusahaan sebagai sebuah bentuk organisasi
Stakeholder. Untuk itu, makalah ini kami buat selain sebagai pemenuhan tugas Mata Kuliah

Etika Admnistrasi juga sebagai bahasan dan wacana bagi teman-teman sekalian yang
membutuhkan refrensi.

1.2 Rumusan Masalah
Makalah ini akan membahas rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dan jenis Stakeholder?
2. Apa tujuan dan fungsi Stakeholder dalam organisasi bisnis?
3. Bagaimana pertentangan antar kepentingan stakeholder terjadi dan bagaimana cara
mengatasinya?
4. Bagaimana pola kehidupan saling ketergantungan antar stakeholder dalam suatu
organisasi bisnis?
5. Bagaimana keadaan organisasi bisnis yaitu perusahaan sebagai sebuah bentuk
organisasi Stakeholder?

1.3 Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui pengertian dan jenis stakeholder.
2. Mengetahui tujuan dan fungsi Stakeholder.
3. Mengetahui hal yang dimaksud dengan pertentangan antar Stakeholder dan upaya
mengatasinya.

4. Mengetahui pola saling ketergantungan antar stakeholder dalam kehidupan suatu
organisasi bisnis.
5. Mengetahui keadaan organisasi bisnis yaitu perusahaan sebagai bentuk organisasi
Stakeholder.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Stakeholder
Konsep stakeholder pertama kali digunakan dalam sebuah memorandum internal 1963 di
Stanford Research. Lembaga ini mendefinisikan pemangku kepentingan sebagai kelompokkelompok yang tanpa dukungan organisasi akan berhenti untuk eksis. Teori ini kemudian
dikembangkan dan diperjuangkan oleh R. Edward Freeman (1984) yang mengidentifikasi
stakeholder sebagai kelompok atau individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh
suatu

pencapaian

tertentu.
Dalambuku Culvitating

Peace, Ramizes mengidentifikasi berbagai pendapat mengenai stakeholder ini. Beberapa

definisi yang penting dikemukakan seperti Biset (1998) secara singkat mendefinisikan
stakeholder

merupakan

orang

dengan

suatu

kepentingan

atau

perhatian

pada

permasalahan.Stakeholder ini diidentifikasi dengan suatu dasar tertentu sebagaimana yang

dikemukakan Freeman(1984), yaitu dari segi kekuatan dan kepentingan relatif stakeholder
terhadap issu, Grimble dan Wellard (1996), dari segi posisi penting dan pengaruh yang
dimiliki mereka

Menurut Rhenald Kasali dalam bukunya Manajemen Public

Relations, Stakeholders adalah setiap kelompok yang berada di dalam maupun luar
perusahaan yang mempunyai peran dalam menentukan perusahaan. Stakeholders bisa berarti
pula setiap orang yang mempertaruhkan hidupnya pada perusahaan.
2.2 Organisasi Bisnis

Terdapat beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu sama
lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan sebagai tempat atau
wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis,
terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya
Uang,mesin, metode, material, lingkungan, sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang
digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.



Stoner mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang
melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama



James D. Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan
manusia untuk mencapai tujuan bersama .



Chester I. Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem
aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.



Stephen P. Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial
yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat
diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai
suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan. .


Sebuah organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti
penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi sekelompok
orang tersebut terhadap masyarakat. Organisasi yang dianggap baik adalah organisasi yang
dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat disekitarnya, karena memberikan kontribusi
seperti; pengambilan sumber daya manusia dalam masyarakat sebagai anggota-anggotanya
sehingga menekan angka pengangguran
Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai suatu keterkaitan yang terus
menerus. Rasa keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup. Akan tetapi
sebaliknya, organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka,
meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi berpartisipasi
secara relatif teratur.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian dan Jenis Stakeholder
Stakeholder merupakan individu, sekelompok manusia, komunitas atau masyarakat baik
secara keseluruhan maupun secara parsial yang memiliki hubungan serta kepentingan
terhadap perusahaan. Individu, kelompok, maupun komunitas dan masyarakat dapat
dikatakan sebagai stakeholder jika memiliki karakteristik seperti yang diungkapkan oleh
Budimanta dkk, 2008 yaitu mempunyai kekuasaan, legitimasi, dan kepentingan terhadap

perusahaan.
Stakeholders ini secara umum bisa di bagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok yang di
dalam perusahaan atau di sebut internal stakeholders dan yang berada di luar perusahaan
yang di sebut external stakeholder.

Stakeholders Internal
1. Pemegang saham
2. Manajemen dan Top Executive
3. Karyawan
4. Keluarga Karyawan

Stakeholders External
1. Konsumen
2. Penyalur
3. Pemasok
4. Bank
5. Pemerintah
6. Pesaing
7. Komunitas
8. Pers


Perkembangan teori stakeholder diawali dengan berubahnya bentuk pendekatan perusahaan
dalam melakukan aktifitas usaha. Ada dua bentuk dalam pendekatan stakeholder menurut
Budimanta dkk, 2008 yaitu old-corporate relation dan new-corporate relation.

Old corporate relation menekankan pada bentuk pelaksanaan aktifitas perusahaan secara
terpisah dimana setiap fungsi dalam sebuah perusahaan melakukan pekerjaannya tanpa
adanya kesatuan diantara fungsi-fungsi tersebut. Bagian produksi hanya berkutat bagaimana
memproduksi barang sesuai dengan target yang dikehendaki oleh manajemen perusahaan,
bagian pemasaran hanya bekerja berkaitan dengan konsumenya tanpa mengadakan
koordinasi satu dengan yang lainya. Hubungan antara pemimpin dengan karyawan dan
pemasok pun berjalan satu arah, kaku dan berorientasi jangka pendek. Hal itu menyebabkan
setiap bagian perusahaan mempunyai kepentingan, nilai dan tujuan yang berbeda-beda
bergantung pada pimpinan masing-masing fungsi tersebut yang terkadang berbeda dengan
visi, misi, dan capaian yang ditargetkan oleh perusahaan. Hubungan dengan pihak di luar
perusahaan bersifat jangka pendek dan hanya sebatas hubungan transaksional saja tanpa ada
kerjasama untuk menciptakan kebermanfaatan bersama.
Pendekatan tipe ini akan banyak menimbulkan konflik karena perusahaan memisahkan diri
dengan para stakeholder baik yang berasal dari dalam perusahaan dan dari luar perusahaan.
Konflik yang mungkin terjadi di dalam perusahaan adalah tekanan dari karyawan yang
menuntut perbaikan kesejahteraan.Tekanan tersebut bisa berupa upaya pemogokan menuntut
perbaikan sistem pengupahan dan sebagainya. Jika pemogokan tersebut terjadi dalam jangka
waktu yang lama maka hal itu bisa mengganggu aktifitas operasi perusahaan dan
mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.Sedangkan konflik yang mungkin terjadi dari luar
perusahaan adalah munculnya tuntutan dari masyarakat karena dampak pembuangan limbah
perusahaan yang berpotensi menimbulkan kerugian signifikan bagi perusahaan apabila
diperkarakan secara hukum.
New-corporate

relation menekankan

kolaborasi

antara

perusahaan

dengan

seluruhstakeholder-nya sehingga perusahaan bukan hanya menempatkan dirinya sebagai
bagian yang bekerja secara sendiri dalam sistem sosial masyarakat karena profesionalitas
telah menjadi hal utama dalam pola hubungan ini. Hubungan perusahaan dengan internal
stakeholders dibangun berdasarkan konsep kebermanfaatan yang membangun kerjasama
untuk bisa menciptakan kesinambungan usaha perusahaan sedangkan hubungan dengan
stakeholder di luar perusahaan bukan hanya bersifat transaksional dan jangka pendek namun
lebih kepada hubungan yang bersifat fungsional yang bertumpu pada kemitraan selain usaha
untuk menghimpun kekayaan yang dilakukan oleh perusahaan, perusahaan juga berusaha
untuk bersama-sama membangun kualitas kehidupan external stakholders.

Pendekatan new-corporate

relation mengeliminasi

penjenjangan

status

diantara

parastakeholder perusahaan seperti yang ada pada old-corporate relation.Perusahaan tidak
lagi menempatkan dirinya diposisis paling atas sehingga perusahaa mengeksklusifkan dirinya
dari para stakeholder sehingga dengan pola hubungan semacam ini arah dan tujuan
perusahaan bukan lagi pada bagaimana menghimpun kekayaan sebesar-besarnya namun lebih
kepada pencapaian pembangunan yang berkelanjutan (sustainability development).
Penjelasan diatas kemudian memunculkan sebuah pertanyaan siapa sajakah sebenarnya
stakeholder perusahaan. Menurut the Clarkson Centre for Business Ethics (1999) dalam
Magness (2008) stakeholder perusahaan dibagi kedalam dua bentuk besar yaitu primary
stakeholders dan secondary stakeholders. Primary stakeholders merupakan pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan secara ekonomi terhadap perusahaan dan menanggung risiko seperti
misalnya investor, kreditor,karyawan, komunitas lokal namun disisi lain pemerintah juga
termasuk

kedalam

golongan primary

stakeholders walaupun

tidak

secara

langsung

mempunyai hubungan secara ekonomi namun hubungan diantara keduanya lebih bersifat
non-kontraktual. Bentuk yang kedua adalah secondary stakeholders dimana sifat hubungan
keduanya saling mempengaruhi namun kelangsungan hidup perusahaan secara ekonomi tidak
ditentukan olehstakeholder jenis ini. Contoh secondary stakeholders adalah media dan
kelompok kepentingan seperti lembaga sosial masyarakat, serikat buruh, dan sebagainya.
Perkembangan teori stakeholders membawa perubahan terhadap indikator kesusuksesan
perusahaan.
Adapun pihak yang memiliki kepentingan utama atau stakeholder dalam organisasi bisnis
antara lain :
1. Pemilik (owner)
Pada awalnya suatu bisnis dimulai dari ide seseorang atau lebih tentang suatu barang atau
jasa dan mereka mengeluarkan uangnya (modal) untuk membiayai usaha tersebut, karena
mereka memiliki keyakinan bahwa kelak dikemudian hari akan mendapatkan imbalan
(keuntungan) dan mereka mengorganisasi, mengelola dan menanggung segala resiko bisnis.

1. Karyawan (employee)

Adalah orang yang diangkat dan ditugaskan untuk menjalankan kegiatan perusahaan. Kinerja
perusahaan sangat bergantung pada kinerja seluruh karyawan, baik secara individu maupun
secara kelompok

1. Kreditor (creditor)
Adalah lembaga keuangan atau individu yang memberikan pinjaman kepada perusahaan.
Kreditor sebagai pemberi pinjaman, umumnya mengajukan persyaratan tertentu untuk
meyakinkan bahwa uang yang mereka pinjamkan kelak akan dapat dikembalikan tepat
waktu ,sesuai jumlah dan berikut prestasinya

1. Pemasok (supplier)
Pemasok adalah partner kerja dari perusahaan yang siap memenuhi ketersediaan bahan baku,
oleh karena itu kinerja perusahaan juga sebagian tergantung pada kemampuan pemasok
dalam mengantarkan bahan baku dengan tepat waktu.

1.
Suatu

Pelanggan (customer)
perusahaan

tidak

akan

bertahan

lama

tanpa

ada

seorang customer. Customer merupakan target dari suatu perusahaan untuk menjualkan hasil
produksinya. Untuk menarik seorangcustomer, suatu perusahaan harus menyediakan produk
dan layanan yang terbaik serta harga yang bersahabat.

3.2 Fungsi dan Tujuan Stakeholder
Memperhatikan uraian di atas maka dapat dipahami bahwa stakeholder dalam organisasi
bisnis adalah berbagai pihak yang memiliki hubungan langsung maupun tidak langsung
dengan sukses tidaknya proses bisnis yang berlangsung. Pihak-pihak tersebut di antaranya
adalah pemilik (owner), karyawan (employee), kreditor (Creditor), pemasok (supplier), dan
customer.
Dengan kata lain ketika kita berbicara tentang stakeholder sebenarnya kita sedang dituntut
untuk mampu menciptakan suatu organisasi bisnis lengkap dengan segala sistem, perangkat
dan atribut yang dapat memenuhi harapan masyarakat pada umumnya dan pihak-pihak yang
berkepentingan atau terkait dengan organisasi bisnis tersebut.
Dengan kata lain organisasi bisnis tidak bisa berjalan secara “egois”. Organisasi bisnis harus
menjalin komunikasi, hubungan dan jaringan dengan berbagai pihak untuk mendukung dan
mensukseskan tujuan dan idealitas yang diharapkan.
Kemudian jika ditinjau dari sisi fungsi keberadaan stakeholder nyaris serupa dengan fungsi
pemimpin. Dengan demikian stakeholder bagaimanapun harus memiliki rasa tanggung jawab
yang tinggi untuk mewujudkan tujuan dan idealitas yang diharapkan dalam organisasi bisnis
yang dipimpinnya.

3.3

Pertentangan antar Kepentingan Stakeholder
Stakeholder utama dalam sebuah implementasi adalah pihak top management

(termasuk pemilik) dari perusahaan. Kepentingan utama dari kelompok ini adalah
meningkatnya kinerja perusahaan, yang diukur denan naiknya laba perusahaan. Kelompok ini
juga memiliki kepentingan untuk menjaga kesinambungan usaha mereka dalam laju yang
masih dapat dikendalikan. Sementara pada level manajemen menengah dan operator,
kepentingan utamanya adalah kemudahan kerja. Kemudahan tersebut meliputi kemudahan
input data hingga kemudahan pembuatan laporan data transaksional maupun periodik.

Dengan menggunakan sudut pandang perbedaan kepentingan antara stakeholders, dapat
diidentifikasikan 4 perbedaan tipikal pertentangan kebutuhan yang mungkin muncul antar
stakeholder, yaitu :
1. a.

Business Improvement vs Business Uniqueness

Business process improvement, diharapkan dapat menambahkan competitive advantage
perusahaan.Namun, competitive advantage seringkali justru terdapat pada keunikan proses
bisnis mereka. Perusahaan-perusahaan tersebut umumnya dikelola secara konservatif dan
tidak punya cukup ‘ruang’ untuk melakukan sebuah pertaruhan dalam cara berbisnis mereka.
Kondisi lokal juga mempengaruhi kelayakan penerapan sebuah solusi. Kondisi lokal yang
dimaksud meliputi peraturan, standar, interaksi, dll yang berlaku dalam sebuah area (baik
fisik maupun maya) tertentu. Kondisi lokal inilah yang seringkali menjadikan sebuah solusi
best practice tidak serta merta menjadi best solution.
Solusi yang tetap mempertahankan keunikan proses bisnis (sering disebut sebagai solusi as
is)

seringkali

diminta

oleh

pihak

manajemen

perusahaan

dengan

pertimbangan

mempertahankan keunggulan dan budaya perusahaan. Sementara pihak implementor dan
vendor seringkali memaksakan solusi best practice dengan pertimbangan kemudahan, waktu,
dan biaya implementasi.

1. b.

Efficiency vs Span of Control

Salah satu tujuan yang paling diinginkan stakeholder adalah efisiensi dalam bentuk
pemangkasan proses yang mubazir, sehingga dapat menghemat biaya yang dikeluarkan untuk
sebuah siklus proses bisnis.
Pada sisi lain, pemangkasan proses bisnis berpotensi menghilangkan beberapa bagian
informasi yang mungkin diperlukan untuk sebuah proses kontrol. Pada beberapa perusahaan,
terkadang kontrol lebih diprioritaskan ketimbang efisiensi. Proses kontrol tersebut bahkan
menciptakan sebuah sub-proses yang tidak lazim.
1. c.

Analysis vs Data Input

Untuk menghasilkan analisis yang tepat terdapat faktor yang turut menentukan, yakni
keakuratan dan kelengkapan data.Seberapa banyak dan seberapa jauh analisis dapat
dilakukan berbanding lurus dengan seberapa kaya data yang dimiliki. Hal inilah yang sering
menjadikan dilema dalam sebuah perusahaan. Kelengkapan data sering berarti lebih banyak
data yang harus dimasukkan.
1. d.

Technology vs Context (usefulness)

Didorong oleh keinginan untuk menjual sebanyak mungkin, banyak vendor produk teknologi
(termasuk perangkat lunak) memaksakan penggunaan sebuah produk terbaru, tanpa
memperhatikan ketersediaan dan kesiapan faktor-faktor pendukungnya. Faktor-faktor
pendukung tersebut bisa berupa faktor yang bersifat teknis maupun sosial. Tanpa
memperhatikan kesiapan faktor-faktor lainnya, akhirnya produk teknologi tersebut hanya
menjadi barang pajangan yang tak memberi nilai tambah.

Kepentingan-kepentingan yang berbeda dalam sebuah perusahaan tidak dapat dihilangkan.
Kontradiksi yang terjadi akibat benturan yang terjadi hanya dapat diminimalisasi. Salah satu
upaya untuk meminimalisasinya adalah dengan menyeimbangkan berbagai kepentingan yang
ada.

Menyeimbangkan kepentingan dapat dilakukan dengan mengukur trade off yang ada untuk
setiap kepentingan yang saling bertolak belakang. Langkah berikutnya adalah dengan
menyusun parameter keberhasilan berdasarkan prioritas.

Prioritas diberikan kepada

parameter yang mewakili kepentingan yang lebih banyak.

3.4

Saling Ketergantungan Antara Stakeholder

Dalam sebuah organisasi terdapat saling ketergantungan antara stakeholder satu dengan
lainnya.Karena pada masa kini stakeholder tidak terbatas pada mereka para pelaku dalam
usaha bisnis, tetapi stakeholder tersebut juga mncakuo pihak luar seperti masyarakat dan
pemerintah.Realitanya , sebagai konsekuensi alam alamiah bahwa manusia adalah makhluk
sosial maka mereka butuh orang lain dalam menjalankan aktivitas sehari-hari mereka.
Kenyataan ini pula yamg semakin menunjukkan bahwa dalam suatu oraganisasi, dimana
Stakeholder tersebut memiliki ketergantungan terhadap lainnya.Hal ini kemudian disebut
dengan pola ketergantungan antar Stakeholder.Saling ketergantungan tersebut merupakan
sesuatu yang tidak dapat dihindarkan.saling ketergantungan tersebut mencakup hubungan dan
pengaruh para pemangku kepentingan.Pola saling ketergantungan ini terjadi atas dasar
adanya kepentingan (interest) dan kekuasaaan (power). Hal ini dapat dijabarkan sebagai
berikut:
1. Kepentingan dari setiap pemangku kepentingan berbeda-beda
2. Kekuatan kekuasaan dari setiap pemangku kepentingan juga berbeda-beda. Artinya
kekuasaan tidak dapat berpusat hanya pada satu Stakeholder saja melainkan kepada
masing-masing Stakeholder.
3. Terjadi perubahan signifikan dalam kepentingan dan kekuasaan Stakeholder dari
waktu ke waktu.
Pemerintah misalnya, memiliki kekuasaan untuk memberikan perijinan.Dalam masyarakat
yang masih ditandai dengan adanya KKN yang masih kuat, bukan tidak mungkin kekuasaan
oemerintah dalam memberikan perijinan dapat menggalkan semua rencana yang
disusun.Demikian pula dengan pemasok kepentingan, jika barang dan jasa yang mereka
pasok relative langkah dan sulit untuk memperoleh barang/jasa subtitusi.Kekuatan ralatif

organisasi terhadap pemangku kepentingan tidak selalu lemah.Terhadap pelanggan misalnya,
suatu oragnisasi dapat memiliki kekuatan yang sangat baik, apalagi jika kondisi pelanggan
tidak dapat memperoleh barang/jasa subtitusi yang baik pula.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, semakin beragam kepentingan dan
semakin terdistribusi kekuasaan di tangan masing-masing pemangku kepentingan,
maka semakin tinggi kompleksitas daristakeholder management. Meskipun demikian,
secara umum, pola kekuatan para pemangku kepentingan dapat diidentifikasi
melalui stakeholder matrix.
Stakeholder Analysis
Berdasarkan faktor interest dan power, maka diperoleh stakeholder matrix sebagai berikut :

Image courtesy of http://www.mindtools.com
Kuadran

Pertama

menujukkan

pemangku

kepentingan

yang

memiliki interest dan power lemah.Terhadap pemangku kepentingan seperti ini sebuah
organisasi dapat sedikit “santai” dan melakukan usaha yang minimal, sekedar bersifat
memantau.
Kuadran Kedua menunjukkan pemangku kepentingan yang memiliki interest tinggi,
tetapi power relatif lemah.Terhadap pemangku kepentingan seperti ini sebuah organisasi
seyogyanya lebih aktif membina hubungan dan memberikan informasi kepada pemangku
kepentingan.

Kuadran Ketiga menujukkan pemangku kepentingan yang memiliki interest rendah,
tetapi power relatif kuat.Organisasi tidak dapat mengabaikan pemangku yang memiliki
interest rendah, sebab power mereka yang relatif kuat dapat menjadi “bumerang” bagi
organisasi.Karena itu, organisasi harus melakukan berbagai aktivitas yang dapat membuat
para pemangku kepentingan puas.
Kuadran

Keempat

adalah

pemangku

kepentingan

yang

memiliki interest tinggi

dan power kuat.Menghadapi para pemangku kepentingan seperti ini, organisasi harus
memberikan

perhatian

dan

usaha

yang

lebih

intensif

untuk

memuaskan

kepentingan stakeholders.Di samping itu, organisasi perlu melakukan berbagai pendekatan
yang dapat melemahkan power dari para pemangku kepentingan, minimal tidak digunakan
semena-mena digunakan.
Setelah mengetahui interest dan power dari setiap pemangku kepentingan, selanjutnya
organisasi dapat membuat stakeholder map (peta pemangku kepentingan). Masing-masing
stakeholder ditempatkan dalam satu kuadran dalam stakeholdermap, sesuai dengan
tingkat interest dan power mereka.
Stakeholder map selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman bagi organisasi untuk
menyusun program masing-masing pemangku kepentingan berdasarkan skala prioritas.
Satu

hal

yang

perlu

dipahami

adalah stakeholder

map tidak

bersifat

statis.

Karena interest dan power masing-masing pemangku kepentingan dari waktu ke waktu dapat
berubah, maka organisasi harus memantau perubahan tersebut dan menyesuaikan pendekatan
kepada para pemangku kepentingan sesuai kondisi terakhir.
3.5 Perusahaan sebagai Organisasi Stakeholder
Perusahaan merupakan organisasi stakeholder, hal ini dapat dari elemen-elemen pemangku
kepentingan yang ada dalam organisasi tersebut. Selain merupakan wadah dan intitusi yang
memiliki kegiatan dan tujuan serta aktor-aktor penting, perusahaan juga melakukan kegiatan
lain yang masih berkaitan dengan tujuan dari stakeholder sendiri terhadap cita-cita organisasi
serta kepedulian terhadap lingkungan diluar itu, yang biasa disebut dengan CSR( Corporate
Social Responsibility). Sebagai sebuah organisasi Stakeholder, tentunya perusahaan telah
mengalami berbagai dinamika keadaan seiring dengan adany kenyataan bahwa dalam

perusahaan tersebut bukan hanya terdiri dari satu kekuasan maupun kepentingan. Tidak
dipungkiri pula, perusahaan juga mengalami perubahan sebagai akibat dari adanya
kemungkinan perpindahan strategi maupun tujuan lain yang ingin dicapai.
Perusahaan sering mengalami masa yang sulit untuk memenuhi dan memahami realitas yang
dimiliki. Kenyataannya adalah kebutuhan praktik pada waktu tertentu. Kenyataan
menggunakan empat bentuk yang berbeda, Yaitu keseimbangan, krisis, pusat perusahaan dan
ekpansi.
1. Memelihara keseimbangan perusahaan
Perusahaan yang mampu menyeimbangkan hasil bisnis dan sekaligus mampu memenuhi
kebutuhan stakeholder termasuk keseimbangan.Sebagai hasil, perusahaan ini memiliki
kesempatan yang kecil untuk dapat maju, menikmati zona yang nyaman yang sulit untuk
ditembus.sementara mereka memenuhi kebutuhan stakeholder, jarang harapan mereka dapat
tercapai.
1. Mencegah krisis perusahaan
Jatuhnya hasil usaha, berkurangnya pasar, menurunnya pendapatan dan jatuhnya harga saham
kadang-kadang menciptakan kondisi yang dikenal dengan krisis.Sementara itu, menyesuaikan
dan bereaksi sesuai dengan krisis yang dialami perusahaan, merupakan hal utama untuk
mencegahnya.Untuk

mencegah

secara

strategi

krisis,

perusahaan

tersebut

harus

memfokuskanpada semua prioritas yang penting, yaitu internal dan eksternal stakeholder.
Dengan kata lain, perusahaan tersebut harus terfokus pada kebutuhan dan harapan para
stakeholder dengan memberikan mereka penjelasan dan cara untuk mengantisipasi kebutuhan
dan harapan para stakeholder akan membiarkan perusahaan untuk :


Melakukan perubahan yang cepat, drastis dan sistematis yang dibutuhkan bagi
ekonomi global saat ini.



Menerima perubahan kondisi dan permintaan dari pasar.



Menempatkan finansial dan SDM pada tempatnya dengan menggunakan biaya yang
efektif.



Mengembangkan sistem peringatan dini yang akan mencegah jatuhnya perusahaan.



Mengembangkan dan mengimplementasikan koreksi strategi untuk mengurangi lautan
ekonomi yang tidak diketahui.

1. Mengatasi pemusatan usaha
Beberapa perusahaan tampil begitu sangat percaya diri dan merasa nyaman dengan dengan
posisi mereka sehingga mereka menolak untuk mempercayai bahwa suatu ketika mereka
akan tertekan karena kompetisi. Perusahaan yang salah arahan ini terfokus pada kekuatan
mereka sendiri memiliki kemungkinan untuk hancur. Perusahaan yang menderita dari
keadaan ini dikarenakan senoir vice president dan dan penyelia mereka yang percaya bahwa
keuntungan utama atau kemajuan teknologi mereka akan mencegah mereka untuk jatuh ke
jebakan yang biasanya terjadi pada kebanyakan perusahaan.
1. Memahami ekspansi perusahaan
Perusahaan yang menitik beratkan pada ekspansi dan mengintegrasikan pandangan tersebut
dengan kebutuhan dan harapan para stakeholder, akan berada dalam kondisi dan prima untuk
dapat sukses. Sikap memiliki pandangan ke depan tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan
harapan para stakeholder, sama seperti menomton dengan menggunakan bahasa asing yang
tidak tahu artinya. Penonton bisa mengertiapa yang terjadi karena secara visual dapat
dimengerti, namun karena bahasa yang dikomunikasikan tidak dapat tercapai, maka
kemungkinan untuk dapat mengerti akan sangat kecil.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Stokeholder adalah , individu atau kelompok yang berkepentingan di dalamsebuah
perusahaan dimana terjadi hungan salaing ketergantungan dalam perusahaan tersebut.
Pemilik, karyawan, kreditor, pemasok dan pelanggan merupakan wujudan dari stokeholder,
dimana terjadi hubungan saling keterkaitan secara langsung maupun tidak langsung dalam
menjalankan suatu perusahaan. Stokeholder juga terbagi dalam dua pendekatan oldcorporate relation dan new-corporate relation. Yang bertujuan sebagai penyeimbang dalam
suatu perusahaan, perusahaan tidak dapat berjalan sendiri dan egois karena harus memandang
beberapa aspek yang saling berkaitan seperti yang telah di jelaskan dalam bab sebelumnya.
Dari sini kita dapat memahami bahwa adanya Stokeholder dapat memberikan suatu
kontribusi yang baik dalam menjalankan suatu perusaan dimana perusahaan tersebut juga
bergerak sebagai Stokeholder.

4.2 Saran
Dalam sebuah organisasi Stakeholder tidak hanya memikirkan kepentingan dan kekuasaan
tentang keberadaan mereka dalam suatu organisasi tetapi juga memeperhatikan kepentingan
karyawan, masyarakat, serta peraturan yang berlaku. Makalah ini kami susun guna memenuhi
pemahaman tentang stakeholder, dalam hal pembahasan yang telah kami lakukan,
bahwasannya terdapat kenyataan antara StakeHolder tersebut memiliki pertentangan antar
satu dengan lainnya. Sebagai aktor dalam suatu organisasi hendaknya tiap permasalahan
tersebut dapat diselesaikan guna terus dapat mempertahankan eksitensi usaha mereka serta
tetap memberikan pelayanan orima bagi konsumen. Pada saat ini pula, Organisasi bisnis
nampak seperti berlomba-lomba dalam menunjukkan perhatian lain selain prioritas bisnis
mereka, yakni berkembangnya program CSR. Kami mengemukakan CSR yang dilakukan
perusahaan ini, hendaknya tidak hanya dilakukan sebagai program pelengkap saja melainkan
tumbuh atas dasr kesadaran bersama diantara Stakeholder guna tetap memelihara
keberlangsungan kehidupan lingkungan dan sosial.

DAFTAR PUSTAKA

Dunia Ilmu “Menyeimbangkan berbagai Kepentingan dalam Implementasi ERP”
http://koko-ajah.blogspot.com/2011/07/menyeimbangkan-berbagai-kepentingan.html (diakses
24 February 2013)

Nawawi,Imam. Sariman, Edi. Puji, Fahmi. “Stakeholder dalam Pendidikan Islam”
http://mpiuika.wordpress.com/2009/12/15/makalah-diskusi-perencanaan-pendidikan-islamkelompok-5/ (diakses 24 February 2013)

Helmiyatin. Mulyana, Arif “Organisasi Bisnis”
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/ekma4111/organisasi_bisnis.htm (diakses 24 February
2013)

Alchoyr “Tanggung Jawab Sosial Perusahaan”
http://alchoyr.blogspot.com/2011/10/tanggung-jawab-sosial-perusahaan.html(diakses
February 2013)

Irawan,Irwan. “Teori Stakeholder”
http://irwanirawan.com/2009/06/08/teori-stakeholder/ (diakses 24 February 2013)

24

www.ilearning.com (diakses 23 February 2013)
www.yennywisang.wordpress.com (diakses 23 February 2013)
www.mindtools.com/stakeholder ( diakses 23 February 2013)