Hukum Internasional Perkembangan dan Per
INISIASI 1
HUKUM INTERNASIONAL: PERKEMBANGAN DAN ISTILAH1
Pada inisiasi pertama ini akan dibahas tentang perkembangan dan berbagai peristilahan
yang dipergunakan dan dibahas oleh para ahli Hukum Internasional di dunia dan Indonesia. Isi
dari inisiasi pertama ini diambil dari berbagai buku, artikel dan tulisan-tulisan terkait serta dari
modul 1 Hukum Internasional. Bahan ajar ini merupakan tambahan dan/atau pelengkap dari
modul serta sebagai dasar untuk memahami materi Hukum Internasional secara keseluruhan.
Mengetahui dan memahami batasan serta sejarah perkembangan Hukum Internasional
merupakan langkah awal untuk memahami tujuan, isi dan bentuk Hukum Internasional.
Pemahaman tersebut diperlukan untuk dapat memahami segala aspek Hukum Internasional yang
ada.
Dari batasan-batasan yang dituliskan oleh berbagai ahli hukum, dapat dikatakan bahwa
Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas-batas negara, antara:2
a. Negara dengan negara;
b. Negara dengan subjek hukum lain yang bukan negara atau hubungan antar subjek
hukum bukan negara.
Namun sebelum mencapai kesepakatan atas istilah dan batasan Hukum Internasional
tersebut, kita sebaiknya memahami perjalanan perkembangan Hukum Internasional itu sendiri.
Hal ini diperlukan agar kita mendapat gambaran yang lebih rinci dan lengkap mengapa para ahli
hukum akhirnya mencapai pada suatu kesamaan dalam melihat permasalahan Hukum
Internasional yang berbeda dengan hukum perdata internasional.
1
2
Rangkuman dari berbagai sumber dan modul Hukum Internasional.
I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Mandar Maju, 2003, hal. 9.
Ruth Hanna Simatupang
Page 1
1.
Sejarah Perkembangan Hukum Internasional
Perkembangan Hukum Internasional dibagi dalam beberapa zaman yang masing-masing
ditandai sesuai dengan perkembangan masyarakat internasional itu sendiri. Sejarah
perkembangan hukum internasional dibagi dalam beberapa rentang masa:
A. Masa Sebelum Masehi:
Kira-kira 2100 SM terdapat sebuah perjanjian perdamaian yang dibuat oleh Penguasa
Lagash, Ennatum, sebagai pihak yang menang perang dengan sebuah negara kota,
yang dipimpin oleh Umma, di Mesopotamia. Dalam perjanjian perdamaian tersebut
pengertian negara bagi kedua belah pihak masih sangat sederhana, namun perjanjian
tersebut merupakan bukti adanya kesepakatan tentang garis batas negara/wilayah
yang diakui diantara kedua pihak tersebut.3
Pada perkembangan selanjutnya perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat lebih
dari seribu tahun kemudian yang dibuat oleh Ramses II dari Mesir dan Raja Hittites
untuk perdamaian dan persahabatan. Perkembangan selanjutnya juga ditemukan
sebuah perjanjian lain yang dibuat di Kadesh sebelah Utara Damaskus di mana telah
diakui adanya penghormatan untuk integritas wilayah, menghentikan agresi dan
membuat aliansi pertahanan.4
Sejak itu banyak perjanjian serupa dibuat oleh negara-negara yang di Timur Tengah
termasuk Israel yang menyumbangkan ide pada perkembangan Hukum Internasional
saat ini.
B. Masa klasik: (di India, Mesir, Cina, Yunani, Romawi)
Dari catatan sejarah, diketahui bahwa India menyumbangkan aturan mengenai
hubungan antar raja, dimana diatur kedudukan dan hak-hak istimewa bagi para utusan
raja, membuat perjanjian antar kerajaan dan aturan berperang.5 Pada abad yang sama
China juga menyumbangkan pemikiran mengenai pembentukan sistem kekuasaan
negara yang bersifat regional tributary state. 6 Pembentukan perserikatan negara-
3
Malcolm N Shaw, International Law, Cambridge: Grotius Publications Limited, 1986, hal. 13.
Ibid.
5
Mochtar Kusumaatmadja, Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Alumni, 2003, hal. 26.
6
Regional Trubutary System adalah manajemen hubungan luar negeri yang diterapkan oleh kekaisaran China pada
era Dinasti Han. Hubungan luar negeri tercipta dari jaringan perdagangan antara negeri China dengan negeri4
Ruth Hanna Simatupang
Page 2
negara Tiongkok melalui jaringan perdagangan yang dicanangkan oleh Kong Hu Cu.
Di samping itu china juga mengenalkan sistem arbitrase. Di belahan dunia lain,
Yunani kuno memperkenalkan hukum intermunicipal, yaitu
kaidah-kaidah
kebiasaan yang berlaku dalam menjalankan hubungan antar negara-negara kota,
antara lain: aturan mengenai utusan, pernyataan perang dan perbudakan atas tawanantawanan perang.7
Sumbangan bangsa Romawi yang cukup besar hingga kini terhadap hukum adalah
konsep the Corpus Juris Civilis yang diperkenalkan pada masa Kaisar Justinianus,
antara lain: occupation, servitut, bona fides, pacta sunt servanda.8
C. Masa abad pertengahan:
Abad pertengahan disebut sebagai the Dark Age (masa kegelapan), dimana hukum
alam mengalami kemajuan kembali melalui transformasi di bawah gereja. Peran
keagamaan mendominasi sektor-sektor sekuler. Sistem kemasyarakatan di Eropa
pada waktu itu terdiri dari beberapa negara yang berdaulat yang bersifat feodal dan
diatur sepenuhnya oleh Tahta Suci. Pada masa ini peran gereja terlalu besar sehingga
perkembangan Hukum Internasional tidak begitu besar dan berarti. Namun negaranegara yang berada di luar jangkauan peran gereja hukum internasional terus
menunjukkan perkembangan, seperti adanya traktat-traktat yang dibuat oleh negara
untuk mengatur peperangan, perdamaian, gencatan senjata dan persekutuanpersekutuan lainnya. Pada masa ini pula dikenal konsep perang adil sesuai dengan
ajaran kristen yang dicetuskan oleh Bartolo. Tokoh lain yang juga menyumbangkan
konsep tentang penguasaan dan pendudukan negara adalah Fransisco De Vittoria.
Menurutnya konsep ius inter gentes (hukum bangsa-bangsa) harus diberlakukan bagi
seluruh umat manusia. Tokoh lainnya adalah Alberico Gentili, yang menjelaskan
hukum perang, doktrin perang adil, pembentukan traktat, hak-hak budak dan
negeri penghasil sumber daya. Tujuan utamanya adalah kekuasaan dan ekonomi. Dengan adanya hubungan
perdagangan maka negara-negara lain mengakui keberadaan negara China. (Disarikan dari berbagai sumber).
7
J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, diterjemahkan oleh Bambang Iriana, Jakarta, Sinar Grafika, hal. 9.
8
Ibid, hal. 8-9.
Ruth Hanna Simatupang
Page 3
kebebasan di laut
9
Gentili membahas 6 persoalan penting dalam Hukum
Internasional, yaitu:
a.
Persoalan perang adil dalam hal ini dipersoalkan kapan suatu perang ini
dianggap adil serta sah menurut hukum dan kapan tidak sah dan tidak adil
menurut hukum.
b.
Persoalan hukum perjanjian.
c.
Persoalan perwakilan diplomatik.
d.
Persoalan netralitas.
e.
Persoalan hukum laut.
f.
Persoalan perwasitan.
Penulis-penulis pelopor lainnya, adalah: Hugo De Groot atau Grotius, Vittoria (14801546), Belli (1502-1575), Brunus (1491-1563), Fernando Vasgues de Menchaca
(1512-1569), dan
Ayala (1548-1617). Karya-karya mereka yang penting adalah
hukum perang antar negara, dan dalam kaitan dengan negara-negara di Eropa, mereka
menggunakan satuan tentara tetap. Hal tersebut menyebabkan adanya praktik
peperangan yang seragam diantara negara tersebut. Sumbangan pemikiran Grotius
bagi perkembangan hukum internasional yang fenomenal adalah pembedaan antara
hukum alam dengan hukum bangsa-bangsa. Menurutnya hukum bangsa-bangsa
berdiri sendiri
terlepas
dari hukum alam. Hukum bangsa-bangsa mendapatkan
kekuatan mengikatnya dari kehendak negara-negara yang terlibat di dalamnya.
Grotius juga mengembangkan konsep hukum internasional moderen dengan
membedakan antara perang adil dan tidak adil, pengakuan atas hak-hak dan
kebebasan-kebebasan individu, netralitas terbatas, gagasan tentang perdamaian,
konferensi-konferensi periodik antara pengusa-penguasa negara serta kebebasan di
laut.10 Hal tersebut terlihat pada praktiknya saat ini dimana konsep laut bebas (open
sea ) yang tidak dapat dijadikan subjek kedaulatan bagi satu negara pantai diterima
dalam Hukum Internasional.
9
Ibid, 35-36.
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer, Bandung: Refika Aditama , 2006,
hal. 39.
10
Ruth Hanna Simatupang
Page 4
D. Masa moderen, sekitar abad 17 sampai kini.
Perkembangan Hukum Internasional di amsa moderen sangat dipengaruhi oleh
adanya perjanjian perdamaian Westphalia. Menurut Mochtar Kusumaatmaja,
perdamaian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah hukum
internasional moderen dan meletakkan dasar-dasar masyarakat moderen saat ini.
Bentuk negara-negara tidak lagi berdasarkan kerajaan tetapi didasarkan atas negaranegara nasional, serta adanya pemisahan antara gereja dengan urusan pemerintahan.11
Pada abad ke 17 dan 18, Cornelis Van Bynkershoek (1673-1743), mengemukakan
pentingnya actual practice dari negara-negara dari pada hukum alam. Sumbangan
pemikiran lainnya adalah teori tentang hak dan kewajiban negara netral terhadap
negara-negara yang berperang.
Pemikir-pemikir lainnya adalah:12
a. Christian Wolf (1632-1694), dengan teori Civitas Maxima yang menyatakan
bahwa sebagai negara dunia maka harus meliputi negara-negara dunia;
b. Emmerich De Vattel (1714-1767) memperkenalkan prinsip persamaan
antar
negara-negara.
Pada akhir abad ke-18 dan abad ke-19, yang ditandai dengan adanya revolusi
Perancis dan gerakan di wilayah jajahan negara Eropa di Amerika. Pada masa ini
terjadi pergeseran dari kekuasaan absolut negara bergeser kepada kekuasaan ditangan
rakyat dan dicanangkannya konsep demokrasi dalam bentuk yang modern. Pada
permulaan abad ke-19, Napoleon berkuasa di Prancis dan menobatkan dirinya sebagai
Kaisar. Kemudian Napoleon dikalahkan pada tahun 1814-1815. Kongres Wina yang
mengakhiri kekuasaan Napoleon meletakkan dasar adanya perimbangan kekuasaan di
Eropa. Hukum Internasional menjadi Eropa sentris, yang menganggap Eropa sebagai
negara yang civilised, negara yang didasarkan pada agama kristen. Negara-negara di
luar itu hanya dapat menjadi anggota dengan syarat yang ditetapkan oleh penguasa
barat (western power ).
Di Eropa timbullah gerakan dari kerajaan-kerajaan di Eropa yang ingin
menghilangkan pengaruh kekuasaan dari Napoleon dan mempertahankan kekuasaan
11
12
Ibid, hal. 34.
J.G. Starke, Op.Cit, hal. 13.
Ruth Hanna Simatupang
Page 5
absolut dari raja-raja dan mendirikan Persekutuan Suci (Holly Alliance). Tujuan dari
pendirian Holy Alliance itu adalah ingin mengembalikan hegemoni kekuasaan
hegemoni kerajaan-kerajaan Eropa. Usaha ini mengalami kegagalan karena daerahdaerah jajahan kerajaan Eropa yang terletak di daratan Amerika hendak melepaskan
diri dari Eropa. Situasi yang demikian menyebabkan anggota Holly Aliance solider
untuk menumpas pemberontakan di daratan Amerika tersebut. Maksud Holly Aliance
mendapat tentangan keras dari Amerika Serikat Presiden Amerika Serikat pada Tahun
1823 mengeluarkan doktrin yang terkenal dengan Doktrine Monroe. Isi dari Doktrin
Monroe itu adalah:
1. Benua Amerika tidak dapat dianggap sebagai jajahan Eropa.
2. Amerika tidak akan ikut campur dalam persoalan Eropa,sebaliknya suatu usaha.
Dari negara-negara Eropa (Holly Alliance) untuk menumpas pemberontakan di
Amerika yang membebaskan diri dari Eropa dianggap sebagai membahayakan
keamanan Amerika Serikat. Pengaruh Doktrine Monroe ini dalam Hukum
Internasional sangat besar yaitu diakuinya prinsip tidak akan ikut campur dalam
urusan negara lain.
Perkembangan yang penting lainnya adalah adanya revolusi industri di Eropa yang
mendorong terciptanya dikotomi ekonomi dari modal dan buruh yang pengaruhnya
meluas ke seluruh dunia. Faktor-faktor ini menambah sejumlah institusi dalam
Hukum Internasional publik ataupun hukum perdata
internasional yang
mengakomodasi kemajuan-kemajuan tadi.
Hukum Internasional berkembang sangat pesat seiring dengan adanya gerakangerakan dan timbulnya negara-negara baru tersebut, kemudahan hubungan
komunikasi antar negara, perkembangan teknologi yang dapat menghubungkan
negara-negara dengan lebih singkat dan juga perkembangan peralatan militer. Hal
tersebut mendorong para ahli hukum untuk harus segera membentuk sistem hukum
internasional yang bersifat tegas untuk mengatur hubungan-hubungan internasional
tersebut. Pada abad ini kaidah-kaidah tentang perang dan netralitas serta
penyelesaian perkara-perkara internasional melalui lembaga arbitrase internasional
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Negara-negara di dunia juga mulai
Ruth Hanna Simatupang
Page 6
terbiasa dengan membuat berbagai traktat untuk mengatur hubungan-hubungan
diantara mereka.13
Para ahli hukum yang terkemuka pada abad 19, antara lain: Henry Wheaton, De
Martens, Kent, Kluber, Philimore, Calvo, Fiore, Hall. Pada abad ini juga tercatat
berdirinya organisasi internasional yang menampung para ahli hukum internasional di
dalam the Law International Association dan Institut De Droit International. Hukum
internasional juga menjadi objek studi dalam skala yang luas dan memungkinkan
penanganan persoalan internasional secara lebih profesional.
Di Abad ke-20, Hukum internasional berkembang lebih luas dan lebih cepat lagi, hal
tersebut terlihat dari dibentuknya Permanent of Court Arbitration pada Konferensi
Hague 1899 dan 1907. Permanent Court of International Justice
merupakan
pengadilan yudisial internasional pada tahun 1921 yang diganti menjadi International
Court of Justice pada tahun 1948 hingga sekarang. Pada abad ini juga dibentuk
organisasi internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang memiliki fungsi seperti
pemerintahan dunia yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian dan kesejahteraan
dunia. Pada masa ini, para ahli Hukum Internasional mulai mengembangkan konsep
Hukum Internasional berdasarkan praktik dan putusan-putusan pengadilan.14
2.
Perkembangan Hukum Internasional Saat ini
Pada beberapa tahun terakhir Hukum Internasional juga mulai mengembangkan berbagai
aturan yang menyangkut hal-hal berikut:
a. Pembatasan penggunaan senjata-senjata penghancur masal seperti nuklir;
b. Bisnis internasional;
c. Pengangkutan internasional (darat, laut dan udara hingga angkasa);
d. Pengawasan lingkungan hidup;
e. Eksplorasi dan eksplotasi sumber-sumber daya alam (darat, laut, terutama yang
berbatasan dengan negara lain);
f. Sistem jaringan informasi;
13
14
Ibid, hal. 8.
Ibid. hal. 14-15.
Ruth Hanna Simatupang
Page 7
g. Sistem keamanan internasional untuk melawan gerakan terorisme;15
h. Klaim ganti kerugian yang menimpa warga negara asing yang berada di negara lain;
i. Penerimaan dan pengusiran warga negara asing oleh suatu negara;
j. Persoalan nasionalitas;
k. Pemberlakuan extrateritorial beberapa perundangan nasional;
l. Penafsiran berbagai perjanjian internasional;
m. Pemberlakuan perjanjian-perjanjian yang rumit di bidang perdagangan, keuangan,
pengangkutan, penerbangan, energi nuklir oleh sebagian besar negara-negara maju;
n. Pelanggaran hukum internasional yang mengakibatkan terjadinya perang;
o. Human trafficking;
p. Perlucutan senjata; dan
q. Perdagangan senjata ilegal.
3.
Kesimpulan
Berdasarkan gambaran di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Hubungan internasional yang diatur dalam Hukum Internasional telah dimulai
sejak 3000 tahun sebelum masehi (SM). Namun Hukum Internasional
berkembang sebagai ilmu pengetahuan baru dimulai pada abad ke-14 dan ke-15.
b. Hukum Internasional modern sebagai suatu sistem hukum yang mengatur
hubungan antar negara nasional.
c. Sejak perjanjian perdamaian Westphalia ditandatangani untuk mengakhiri perang
30 tahun, mulailah timbul negara-negara baru yang berdaulat.
d. Perjanjian Westphalia menempatkan negara-negara di dunia menjadi sama.
e. Karya-karya para ahli Hukum membentuk berbagai pemikiran namun yang
utamanya adalah Hukum Internasional harus mementingkan praktik atau
kebiasaan-kebiasaan masyarakat internasional sebagai sumber hukum dalam
menyelesaikan permasalahan di dalam masyarakat internasional.
f. Hukum internasional berkembang sesuai dengan kebutuhan zamannya, yang
diawali pada masa klasik yang mengenal berbagai bentuk hukum internasional
dari praktik hubungan antar penguasa pada masa itu. Pada masa klasik hingga
15
Ibid, hal. 16.
Ruth Hanna Simatupang
Page 8
abad pertengahan, hukum internasional tidak terlau banyak berkembang. Namun
pada abad ke-16 hingga abad kini, hukum internasional moderen berkembang
secara pesat. Hal tersebut terlihat dari terbentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa
dan berbagai organisasi internasional lain yang berfungsi sebagai penjaga dan
menciptakan perdamaian dunia.
.
Ruth Hanna Simatupang
Page 9
HUKUM INTERNASIONAL: PERKEMBANGAN DAN ISTILAH1
Pada inisiasi pertama ini akan dibahas tentang perkembangan dan berbagai peristilahan
yang dipergunakan dan dibahas oleh para ahli Hukum Internasional di dunia dan Indonesia. Isi
dari inisiasi pertama ini diambil dari berbagai buku, artikel dan tulisan-tulisan terkait serta dari
modul 1 Hukum Internasional. Bahan ajar ini merupakan tambahan dan/atau pelengkap dari
modul serta sebagai dasar untuk memahami materi Hukum Internasional secara keseluruhan.
Mengetahui dan memahami batasan serta sejarah perkembangan Hukum Internasional
merupakan langkah awal untuk memahami tujuan, isi dan bentuk Hukum Internasional.
Pemahaman tersebut diperlukan untuk dapat memahami segala aspek Hukum Internasional yang
ada.
Dari batasan-batasan yang dituliskan oleh berbagai ahli hukum, dapat dikatakan bahwa
Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas-batas negara, antara:2
a. Negara dengan negara;
b. Negara dengan subjek hukum lain yang bukan negara atau hubungan antar subjek
hukum bukan negara.
Namun sebelum mencapai kesepakatan atas istilah dan batasan Hukum Internasional
tersebut, kita sebaiknya memahami perjalanan perkembangan Hukum Internasional itu sendiri.
Hal ini diperlukan agar kita mendapat gambaran yang lebih rinci dan lengkap mengapa para ahli
hukum akhirnya mencapai pada suatu kesamaan dalam melihat permasalahan Hukum
Internasional yang berbeda dengan hukum perdata internasional.
1
2
Rangkuman dari berbagai sumber dan modul Hukum Internasional.
I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Mandar Maju, 2003, hal. 9.
Ruth Hanna Simatupang
Page 1
1.
Sejarah Perkembangan Hukum Internasional
Perkembangan Hukum Internasional dibagi dalam beberapa zaman yang masing-masing
ditandai sesuai dengan perkembangan masyarakat internasional itu sendiri. Sejarah
perkembangan hukum internasional dibagi dalam beberapa rentang masa:
A. Masa Sebelum Masehi:
Kira-kira 2100 SM terdapat sebuah perjanjian perdamaian yang dibuat oleh Penguasa
Lagash, Ennatum, sebagai pihak yang menang perang dengan sebuah negara kota,
yang dipimpin oleh Umma, di Mesopotamia. Dalam perjanjian perdamaian tersebut
pengertian negara bagi kedua belah pihak masih sangat sederhana, namun perjanjian
tersebut merupakan bukti adanya kesepakatan tentang garis batas negara/wilayah
yang diakui diantara kedua pihak tersebut.3
Pada perkembangan selanjutnya perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat lebih
dari seribu tahun kemudian yang dibuat oleh Ramses II dari Mesir dan Raja Hittites
untuk perdamaian dan persahabatan. Perkembangan selanjutnya juga ditemukan
sebuah perjanjian lain yang dibuat di Kadesh sebelah Utara Damaskus di mana telah
diakui adanya penghormatan untuk integritas wilayah, menghentikan agresi dan
membuat aliansi pertahanan.4
Sejak itu banyak perjanjian serupa dibuat oleh negara-negara yang di Timur Tengah
termasuk Israel yang menyumbangkan ide pada perkembangan Hukum Internasional
saat ini.
B. Masa klasik: (di India, Mesir, Cina, Yunani, Romawi)
Dari catatan sejarah, diketahui bahwa India menyumbangkan aturan mengenai
hubungan antar raja, dimana diatur kedudukan dan hak-hak istimewa bagi para utusan
raja, membuat perjanjian antar kerajaan dan aturan berperang.5 Pada abad yang sama
China juga menyumbangkan pemikiran mengenai pembentukan sistem kekuasaan
negara yang bersifat regional tributary state. 6 Pembentukan perserikatan negara-
3
Malcolm N Shaw, International Law, Cambridge: Grotius Publications Limited, 1986, hal. 13.
Ibid.
5
Mochtar Kusumaatmadja, Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Alumni, 2003, hal. 26.
6
Regional Trubutary System adalah manajemen hubungan luar negeri yang diterapkan oleh kekaisaran China pada
era Dinasti Han. Hubungan luar negeri tercipta dari jaringan perdagangan antara negeri China dengan negeri4
Ruth Hanna Simatupang
Page 2
negara Tiongkok melalui jaringan perdagangan yang dicanangkan oleh Kong Hu Cu.
Di samping itu china juga mengenalkan sistem arbitrase. Di belahan dunia lain,
Yunani kuno memperkenalkan hukum intermunicipal, yaitu
kaidah-kaidah
kebiasaan yang berlaku dalam menjalankan hubungan antar negara-negara kota,
antara lain: aturan mengenai utusan, pernyataan perang dan perbudakan atas tawanantawanan perang.7
Sumbangan bangsa Romawi yang cukup besar hingga kini terhadap hukum adalah
konsep the Corpus Juris Civilis yang diperkenalkan pada masa Kaisar Justinianus,
antara lain: occupation, servitut, bona fides, pacta sunt servanda.8
C. Masa abad pertengahan:
Abad pertengahan disebut sebagai the Dark Age (masa kegelapan), dimana hukum
alam mengalami kemajuan kembali melalui transformasi di bawah gereja. Peran
keagamaan mendominasi sektor-sektor sekuler. Sistem kemasyarakatan di Eropa
pada waktu itu terdiri dari beberapa negara yang berdaulat yang bersifat feodal dan
diatur sepenuhnya oleh Tahta Suci. Pada masa ini peran gereja terlalu besar sehingga
perkembangan Hukum Internasional tidak begitu besar dan berarti. Namun negaranegara yang berada di luar jangkauan peran gereja hukum internasional terus
menunjukkan perkembangan, seperti adanya traktat-traktat yang dibuat oleh negara
untuk mengatur peperangan, perdamaian, gencatan senjata dan persekutuanpersekutuan lainnya. Pada masa ini pula dikenal konsep perang adil sesuai dengan
ajaran kristen yang dicetuskan oleh Bartolo. Tokoh lain yang juga menyumbangkan
konsep tentang penguasaan dan pendudukan negara adalah Fransisco De Vittoria.
Menurutnya konsep ius inter gentes (hukum bangsa-bangsa) harus diberlakukan bagi
seluruh umat manusia. Tokoh lainnya adalah Alberico Gentili, yang menjelaskan
hukum perang, doktrin perang adil, pembentukan traktat, hak-hak budak dan
negeri penghasil sumber daya. Tujuan utamanya adalah kekuasaan dan ekonomi. Dengan adanya hubungan
perdagangan maka negara-negara lain mengakui keberadaan negara China. (Disarikan dari berbagai sumber).
7
J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, diterjemahkan oleh Bambang Iriana, Jakarta, Sinar Grafika, hal. 9.
8
Ibid, hal. 8-9.
Ruth Hanna Simatupang
Page 3
kebebasan di laut
9
Gentili membahas 6 persoalan penting dalam Hukum
Internasional, yaitu:
a.
Persoalan perang adil dalam hal ini dipersoalkan kapan suatu perang ini
dianggap adil serta sah menurut hukum dan kapan tidak sah dan tidak adil
menurut hukum.
b.
Persoalan hukum perjanjian.
c.
Persoalan perwakilan diplomatik.
d.
Persoalan netralitas.
e.
Persoalan hukum laut.
f.
Persoalan perwasitan.
Penulis-penulis pelopor lainnya, adalah: Hugo De Groot atau Grotius, Vittoria (14801546), Belli (1502-1575), Brunus (1491-1563), Fernando Vasgues de Menchaca
(1512-1569), dan
Ayala (1548-1617). Karya-karya mereka yang penting adalah
hukum perang antar negara, dan dalam kaitan dengan negara-negara di Eropa, mereka
menggunakan satuan tentara tetap. Hal tersebut menyebabkan adanya praktik
peperangan yang seragam diantara negara tersebut. Sumbangan pemikiran Grotius
bagi perkembangan hukum internasional yang fenomenal adalah pembedaan antara
hukum alam dengan hukum bangsa-bangsa. Menurutnya hukum bangsa-bangsa
berdiri sendiri
terlepas
dari hukum alam. Hukum bangsa-bangsa mendapatkan
kekuatan mengikatnya dari kehendak negara-negara yang terlibat di dalamnya.
Grotius juga mengembangkan konsep hukum internasional moderen dengan
membedakan antara perang adil dan tidak adil, pengakuan atas hak-hak dan
kebebasan-kebebasan individu, netralitas terbatas, gagasan tentang perdamaian,
konferensi-konferensi periodik antara pengusa-penguasa negara serta kebebasan di
laut.10 Hal tersebut terlihat pada praktiknya saat ini dimana konsep laut bebas (open
sea ) yang tidak dapat dijadikan subjek kedaulatan bagi satu negara pantai diterima
dalam Hukum Internasional.
9
Ibid, 35-36.
Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer, Bandung: Refika Aditama , 2006,
hal. 39.
10
Ruth Hanna Simatupang
Page 4
D. Masa moderen, sekitar abad 17 sampai kini.
Perkembangan Hukum Internasional di amsa moderen sangat dipengaruhi oleh
adanya perjanjian perdamaian Westphalia. Menurut Mochtar Kusumaatmaja,
perdamaian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah hukum
internasional moderen dan meletakkan dasar-dasar masyarakat moderen saat ini.
Bentuk negara-negara tidak lagi berdasarkan kerajaan tetapi didasarkan atas negaranegara nasional, serta adanya pemisahan antara gereja dengan urusan pemerintahan.11
Pada abad ke 17 dan 18, Cornelis Van Bynkershoek (1673-1743), mengemukakan
pentingnya actual practice dari negara-negara dari pada hukum alam. Sumbangan
pemikiran lainnya adalah teori tentang hak dan kewajiban negara netral terhadap
negara-negara yang berperang.
Pemikir-pemikir lainnya adalah:12
a. Christian Wolf (1632-1694), dengan teori Civitas Maxima yang menyatakan
bahwa sebagai negara dunia maka harus meliputi negara-negara dunia;
b. Emmerich De Vattel (1714-1767) memperkenalkan prinsip persamaan
antar
negara-negara.
Pada akhir abad ke-18 dan abad ke-19, yang ditandai dengan adanya revolusi
Perancis dan gerakan di wilayah jajahan negara Eropa di Amerika. Pada masa ini
terjadi pergeseran dari kekuasaan absolut negara bergeser kepada kekuasaan ditangan
rakyat dan dicanangkannya konsep demokrasi dalam bentuk yang modern. Pada
permulaan abad ke-19, Napoleon berkuasa di Prancis dan menobatkan dirinya sebagai
Kaisar. Kemudian Napoleon dikalahkan pada tahun 1814-1815. Kongres Wina yang
mengakhiri kekuasaan Napoleon meletakkan dasar adanya perimbangan kekuasaan di
Eropa. Hukum Internasional menjadi Eropa sentris, yang menganggap Eropa sebagai
negara yang civilised, negara yang didasarkan pada agama kristen. Negara-negara di
luar itu hanya dapat menjadi anggota dengan syarat yang ditetapkan oleh penguasa
barat (western power ).
Di Eropa timbullah gerakan dari kerajaan-kerajaan di Eropa yang ingin
menghilangkan pengaruh kekuasaan dari Napoleon dan mempertahankan kekuasaan
11
12
Ibid, hal. 34.
J.G. Starke, Op.Cit, hal. 13.
Ruth Hanna Simatupang
Page 5
absolut dari raja-raja dan mendirikan Persekutuan Suci (Holly Alliance). Tujuan dari
pendirian Holy Alliance itu adalah ingin mengembalikan hegemoni kekuasaan
hegemoni kerajaan-kerajaan Eropa. Usaha ini mengalami kegagalan karena daerahdaerah jajahan kerajaan Eropa yang terletak di daratan Amerika hendak melepaskan
diri dari Eropa. Situasi yang demikian menyebabkan anggota Holly Aliance solider
untuk menumpas pemberontakan di daratan Amerika tersebut. Maksud Holly Aliance
mendapat tentangan keras dari Amerika Serikat Presiden Amerika Serikat pada Tahun
1823 mengeluarkan doktrin yang terkenal dengan Doktrine Monroe. Isi dari Doktrin
Monroe itu adalah:
1. Benua Amerika tidak dapat dianggap sebagai jajahan Eropa.
2. Amerika tidak akan ikut campur dalam persoalan Eropa,sebaliknya suatu usaha.
Dari negara-negara Eropa (Holly Alliance) untuk menumpas pemberontakan di
Amerika yang membebaskan diri dari Eropa dianggap sebagai membahayakan
keamanan Amerika Serikat. Pengaruh Doktrine Monroe ini dalam Hukum
Internasional sangat besar yaitu diakuinya prinsip tidak akan ikut campur dalam
urusan negara lain.
Perkembangan yang penting lainnya adalah adanya revolusi industri di Eropa yang
mendorong terciptanya dikotomi ekonomi dari modal dan buruh yang pengaruhnya
meluas ke seluruh dunia. Faktor-faktor ini menambah sejumlah institusi dalam
Hukum Internasional publik ataupun hukum perdata
internasional yang
mengakomodasi kemajuan-kemajuan tadi.
Hukum Internasional berkembang sangat pesat seiring dengan adanya gerakangerakan dan timbulnya negara-negara baru tersebut, kemudahan hubungan
komunikasi antar negara, perkembangan teknologi yang dapat menghubungkan
negara-negara dengan lebih singkat dan juga perkembangan peralatan militer. Hal
tersebut mendorong para ahli hukum untuk harus segera membentuk sistem hukum
internasional yang bersifat tegas untuk mengatur hubungan-hubungan internasional
tersebut. Pada abad ini kaidah-kaidah tentang perang dan netralitas serta
penyelesaian perkara-perkara internasional melalui lembaga arbitrase internasional
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Negara-negara di dunia juga mulai
Ruth Hanna Simatupang
Page 6
terbiasa dengan membuat berbagai traktat untuk mengatur hubungan-hubungan
diantara mereka.13
Para ahli hukum yang terkemuka pada abad 19, antara lain: Henry Wheaton, De
Martens, Kent, Kluber, Philimore, Calvo, Fiore, Hall. Pada abad ini juga tercatat
berdirinya organisasi internasional yang menampung para ahli hukum internasional di
dalam the Law International Association dan Institut De Droit International. Hukum
internasional juga menjadi objek studi dalam skala yang luas dan memungkinkan
penanganan persoalan internasional secara lebih profesional.
Di Abad ke-20, Hukum internasional berkembang lebih luas dan lebih cepat lagi, hal
tersebut terlihat dari dibentuknya Permanent of Court Arbitration pada Konferensi
Hague 1899 dan 1907. Permanent Court of International Justice
merupakan
pengadilan yudisial internasional pada tahun 1921 yang diganti menjadi International
Court of Justice pada tahun 1948 hingga sekarang. Pada abad ini juga dibentuk
organisasi internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang memiliki fungsi seperti
pemerintahan dunia yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian dan kesejahteraan
dunia. Pada masa ini, para ahli Hukum Internasional mulai mengembangkan konsep
Hukum Internasional berdasarkan praktik dan putusan-putusan pengadilan.14
2.
Perkembangan Hukum Internasional Saat ini
Pada beberapa tahun terakhir Hukum Internasional juga mulai mengembangkan berbagai
aturan yang menyangkut hal-hal berikut:
a. Pembatasan penggunaan senjata-senjata penghancur masal seperti nuklir;
b. Bisnis internasional;
c. Pengangkutan internasional (darat, laut dan udara hingga angkasa);
d. Pengawasan lingkungan hidup;
e. Eksplorasi dan eksplotasi sumber-sumber daya alam (darat, laut, terutama yang
berbatasan dengan negara lain);
f. Sistem jaringan informasi;
13
14
Ibid, hal. 8.
Ibid. hal. 14-15.
Ruth Hanna Simatupang
Page 7
g. Sistem keamanan internasional untuk melawan gerakan terorisme;15
h. Klaim ganti kerugian yang menimpa warga negara asing yang berada di negara lain;
i. Penerimaan dan pengusiran warga negara asing oleh suatu negara;
j. Persoalan nasionalitas;
k. Pemberlakuan extrateritorial beberapa perundangan nasional;
l. Penafsiran berbagai perjanjian internasional;
m. Pemberlakuan perjanjian-perjanjian yang rumit di bidang perdagangan, keuangan,
pengangkutan, penerbangan, energi nuklir oleh sebagian besar negara-negara maju;
n. Pelanggaran hukum internasional yang mengakibatkan terjadinya perang;
o. Human trafficking;
p. Perlucutan senjata; dan
q. Perdagangan senjata ilegal.
3.
Kesimpulan
Berdasarkan gambaran di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Hubungan internasional yang diatur dalam Hukum Internasional telah dimulai
sejak 3000 tahun sebelum masehi (SM). Namun Hukum Internasional
berkembang sebagai ilmu pengetahuan baru dimulai pada abad ke-14 dan ke-15.
b. Hukum Internasional modern sebagai suatu sistem hukum yang mengatur
hubungan antar negara nasional.
c. Sejak perjanjian perdamaian Westphalia ditandatangani untuk mengakhiri perang
30 tahun, mulailah timbul negara-negara baru yang berdaulat.
d. Perjanjian Westphalia menempatkan negara-negara di dunia menjadi sama.
e. Karya-karya para ahli Hukum membentuk berbagai pemikiran namun yang
utamanya adalah Hukum Internasional harus mementingkan praktik atau
kebiasaan-kebiasaan masyarakat internasional sebagai sumber hukum dalam
menyelesaikan permasalahan di dalam masyarakat internasional.
f. Hukum internasional berkembang sesuai dengan kebutuhan zamannya, yang
diawali pada masa klasik yang mengenal berbagai bentuk hukum internasional
dari praktik hubungan antar penguasa pada masa itu. Pada masa klasik hingga
15
Ibid, hal. 16.
Ruth Hanna Simatupang
Page 8
abad pertengahan, hukum internasional tidak terlau banyak berkembang. Namun
pada abad ke-16 hingga abad kini, hukum internasional moderen berkembang
secara pesat. Hal tersebut terlihat dari terbentuknya Perserikatan Bangsa-Bangsa
dan berbagai organisasi internasional lain yang berfungsi sebagai penjaga dan
menciptakan perdamaian dunia.
.
Ruth Hanna Simatupang
Page 9