Sejarah Filsafat Barat Abad Pertengahan.

Persiapan UTS  S.F.B. Abad Pertengahan
Fr. Nikodemus, CP
PENGANTAR
1.
Periode: jatuhnya kekaisaran Romawi (476)-awal jaman modern. Kriterianya: Budaya sbg batas
ant dunia klasik dgn jaman modern. Masa ini mrp puncak kejayaan iman Kristiani di mana eropa
bertobat dan kekristenan meresapi seluruh aspek kehidupan yang memunculkan masyarakat baru yang
berdasarkan injil Kristus Republika Kristiana. Injil menjadi inspirasi yg mencolok yg memunculkan
Filsafat Kristiani meskipun masih diperdebatkan.
2.
Konsep Filsafat Kristiani:

Digagas oleh para ahli sejarah krn status para pemikir Kristen spt Agustinus, Anselmus,
Duns Scotus, Thomas Aguino yang rancu yaitu ant filsuf atau teolog sebab dlm fils mereka selalu
ada konsep mengenai Tuhan.

Istilah Filsafat Kristiani dikritik oleh filsuf Leon Brunschwig dan M. Heidegger yang
menyatakan bahwa fils Kristiani sbg Contradictio in terminis, krn selalu dikaitkan dengan iman
dan Kitab Suci. Leon menyatakan seharusnya disebut: Filsafat & Kristiani. Contohnya ialah
filsafat Thomas yang membaptis filsafat Aristoteles baik dari esensi maupun substansinya. Dari
esensinya, fils Thomas sangat Aristotelian bukan Kristiani sedangkan dari substansinya sangat

Kristiani krn merupakan suatu iman bukan filsafat. Heidegger dlm Einfuhrung in die Metaphysik
(yg mrp istilah equivokal): Orang kristen tdk mempunyai disposisi filosofis sebab semua dikaitkan
dgn Tuhan. Menurutnya iman menolak obyek mendasar yaitu pertanyaan mengenai dasar-dasar
ada dengan menyatakan bahwa ada-ada itu diciptkan Tuhan. Akibatnya, iman menyangkal akan
kebenaran lebih jauh utk mempertanyakan pertanyaan-2 metafisis.

Dari polemik ini lahir para filsuf Kristen yang gemilang seperti Jacques Maritain, Etiene
Gilson, Mourice Blondel dst membentuk filsafat Kristen. Dasarnya adalah:

Kultural: artinya lingkup Kristianitas yg mempengaruhi cara berpikir mereka
meskipun mereka sebenarnya bukan Kristen. Misal, B. Spinoza, Kant, Hegel, August Comte dll.

Tendensial: artinya prinsip-2 pemikiran mereka terbuka pada Kristianitas spt Plato,
Aristoteles, Zeno dan Ibnu Sina (Islam).

Esensial: artinya pemikiran mereka merangkul kebenaran yg berasal dari wahyu
biblis dan Kristianitas meskipun bidang penelitiannya ilmiah/filosofis.
Dari data-data ini, tampak bahwa terminologi Filsafat Kristiani sangat TEPAT.
3.
Usaha para filsuf Kristen untuk mempertahankan konsep Filsafat Kristiani, misalnya mengenai

konsep:

Kesatuan Tuhan: samakah dengan gagasan Tuhan dalam agama lain.

Misteri penciptaan yaitu bahwa Allah menciptakan dari ketiadaan VS fils Yunani bahwa
yang ada itu ada yg tidak ada itu tidak ada.

Kebebasan: apakah tanpa batas atau kondisional ? Kristiani: Kebebasan batin

Pribadi: konsep tentang Allah Tritunggal

Sejarah yang kristosentris VS lineal

Kontigensi yang mengandaikan adanya yang abadi yaitu Allah

Kebaikan materi sbg medium utk menemukan Allah VS pemikiran Plato yg lihat materi
sbg buruk. Nilai positif tubuh manusiatubuh harus dirawat/dipelihara

Penyelenggaraan IlahiVS kebebasan manusia
Berhadapan dengan realitas ini, para filsuf Kristiani menemukan suatu konstruksi pemikiran yg

harmonis yang berdasarkan pada Sabda Allah. Sintese antara pemikiran helenis dan Kristen merupakan
buah dari suatu karya intelektual yg telah mengizinkan/memperkenalkan Kristianitas sampai pd ekspersi
rasional.
1

4.
Potensi Filosofis Kristianitas
Scr Formal fils Kristen hrs memenuhi kondisi epsitemologis filsafat terutama mengenai kebenaran,
kejelasan dan kepastian. Kebenaran yang digarap berasal dari inspirasi Kristianitas. Hal ini tampak dlm
Kis 7:16-34.
Pengetahuan filosofis adalah pengetahuan akan kebenaran sedangkan Injil mrp sabda kebenaran (PDV 52.
OT 15). Tentu Kristianitas adalah suatu agama bukan filsafat sebab di dlmnya ada sejarah dan struktur
keselamatan. Tapi di dlmnya terkandung kemampuan filosofis. Dgn kemampuan ini para pemikir Kristen
mulai menggagas filsafat Kristen spt konsep ttg pribadi, kebebasan, sejarah dan waktu, Tuhan, kejahatan,
penciptaan dan fils dlm PB. Tema-tema ini sulit dikembangkan oleh fils Yunani.

PARA PENDIRI FILSAFAT KRISTEN

1.


Siapakah pendiri filsafat Kristen?

Adalah para Bapa Gereja di Zaman Patristik (-+ abad 2-7). Para Bapa patristik ini adalah para uskup
dan mereka yang mempunyai otoritas doktrinal dgn kriteria: kemurnian ajaran, kesucian hidup, pengakuan
Gereja dan antiquitas (arti, mereka berasal dari abad-2 pertama). Pada awal helenisasi, Kristianitas mulai
menyebar dari tingkat linguistik ke semua bidang kebudayaan (moral, hukum, pendidikan, sastra
dst)lahir filsafat Kristen dengan tokoh-2 awali: Yustinus Martir, Clement dari Aleksandria, dan
Origenes.

2.

Sebutkan tiga tahap Helenisasi di bidang Filsafat:




3.

Jaman para Rasul: digunakan beberapa konsep kunci filsafat secara spontan dan tidak
menyentuh metodologinya

Masa ketika para pemikir Kristiani mulai memikirkan dan mempertimbangkan peran
filsafat dlm hubungannyan dgn Kristianitas yaitu sbg sarana epistemologis
Masa ketika pertimbangan-2 filosofis dibawa secara sistematis yang selalu dengan
kesadaran akan pengharapan filsafat Kristen. Masa ini mulai dari ClementPseudo-Dyonisius dan
Boethius.

Jelaskan pemikiran beberapa tokoh filsuf Kristen awali!

Yustinus Martir
Riwayat: Sebelum bertobat: Lahir di Flavia Neapolis. Orang tua kafir. Pendidikan bagus termasuk
dlm bid Filsafat. Setelah bertobat: dirikan sekolah filsafat di Roma, thn 165 meniggal dgn dipenggal
kepalanya setelah ia mengakui imannya di depan kaisar.
Karya: dua apologi dan Dialog dengan Trypho (seorang Yahudi). Dalam karyanya ini Ia
menjelaskan perjalanan filosofisnya dalam mencari kebenaran hingga ia akhirnya menemukan bahwa
Kristuslah Sang Kebenaran Sejati. Penemuannya ini ia ungkapkan dalam apologi-apologinya.
Pemikiran: Setiap manusia sejauh berakal budi, ambil bagian dalam akal budi Ilahi (Logos
Abadi/suatu prinsip Universal dari rasionalitas), krn itu, tiap orang mampu mengumpulkan beberapa
fragmen kebenaran namun tidak secara penuh sebab hanya Kristuslah yang memampukan orang untuk
mengetahui kebenaran secara penuh. Oleh sebab itu, agama Kristen jauh lebih luhur dari ajaran manusiawi
manapun, sebab Kristus yang menghadirkan prinsip Logos dalam totalitasnya menampakkan diri kepada

kita. Logos yang dimaksud Yustinus adalah logos dari Kristus yang diwartakan PL maupun PB, bukan
logos dalam konsep Yunani. Menurutnya, relasi antara filsafat Yunani dgn Kristianitas: mrp relasi antara
yang kurang sempurna dan parsial dgn yang sempurna dan menyeluruh.
Catatan: Yustinus belum menggagas atau mengusulkan perlunya digaraf fils Kristen. Tapi ia
memungkinkan pengarapan filsafat Kristen karena tidak ada oposisi/kontradiksi antara keduanya.

Clement dari Aleksandria
2

Riwayat: lahir skt thn 150 dari keluarga kafir, meninggal skt thn 215. Pendidikan: sastra dan filsafat
Yunani. Setelah bertobat: menjadi murid Patenus, seorang guru di sekolah Aleksandriaia pun menjadi
guru yg terkenal.
Karya: Quis dives salvetur (apakah orang kaya diselamatkan?), Protrepticus (pidato/pengajaran),
Paedagogus (pendidik), Stromata (tulisan mengenai berbagai masalah). Isi karya hampir sama yaitu
bersifat apologetik: mempertahankan agama dari serangan orang kafir dan ajaran sesat (gnostik) dan utk
memberi suatu struktur logis dan rasional (filosofis) pada ajaran-2 Kristiani. krn itu ia disebut sebagai
pengarang pengetahuan agama Kristen dan sebagai bapa filsafat Kristen.
Pemikiran: legitimasi filsafat sebagai sebuah persiapan untuk Injil, perlunya filsafat untuk
memperdalam dan memformulasikan iman dengan baik, bahwa filsafat tidak cukup untuk menghasilkan
keselamatan, proses helenisasi Kristianitas dan Kristianisasi Filasafat Yunani, serta menegaskan unsurunsur filsafat Kristiani mengenai Allah-Manusia-Dunia.

Legitimasi filsafat sebagai sebuah persiapan untuk Injil: dia menganalogikan bahwa filsafat bagi
orang Yunani=Hukum Taurat bagi orang Yahudi sampai kedatangan Kristus. Sampai kepada Kristus
berarti sampai kepda pengetahuan Hukum Taurat dan org Yunani yang beri diri kepada filsafat yang
disampaikan melalui ajaran Tuhan berarti sampai kepada pengetahuan filsafat yang benar. Ia menegaskan
fungsi filsafat sebagai instrumen atau sarana yang mempersiapkan orang yunani untuk beriman. Bagi
orang kristen sendiri, filsafat perlu untuk memperdalam dan memformulasikan iman dengan baik.
4 tese penting dari Clement mengenai peranan filsafat:
 Filsafat tidak dapat memproduksi keselamatan: *ia hanya mencapai sebuah bayangan kebenaran
tentang dunia yaitu kebenaran kata-kata, bukan kebenaran benda-benda. Krn itu fils sibuk dengan
keindahan kata-kata. *kebenaran itu tidak diperoleh langsung dari Tuhan melainkan melalui para
nabi dan malaekat.
 Iman lebih tinggi dari filsafat baik dalam hal efeknya (iman itu menyelamatkan) maupun dalam
esensinya (iman membuat kita mengetahui baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan)
 Tidak ada alasan bagi iman untuk tidak mempercayai filsafat: filsafat mempersiapkan dan
mempertahankan iman, melayani sebagai sarana untuk menghadirkan iman kepada publik, dan
membantu mengerti iman dengan lebih baik. Filsafat mempersiapkan iman: mempersiapkan orang
Yunani utk kedatangan Kristus, melatih orang utk beriman
 Filsafat dipergunakan untuk mengerti dan memformulasikan iman dengan lebih baik: sebagai
penghantar dan penyerta kaum kafir kpd iman, melengkapi instrumen-2 untuk mengerti iman
secara alamiah.

4 alasan manusia menempatkan filsafat untuk melayani iman: (1) utk mempengaruhi diri sendiri
untuk menerima Sabda Tuhan sebab filsafat merupakan suatu latihan otak (preparatoris), (2) untuk
mengerti sedalam mungkin Sabda Ilahi/ajaran iman melalui studi (Kritis), (3) untuk mengajar dengan
cakap kebenaran yang diwahyukan (edukasional), (4) untuk mempertahankan kebenaran secara efikak
yaitu membedakannya dari ajaran-ajaran sesat (apologetis). Karena ke-4 pelayanan ini, filsafat disebut
“ancilla theologiae”
Clement menggunakan filsafat baik secara teoritis maupun praktis yaitu sebagai penolong untuk
mengerti, mengorganisir, menyusun, merekonstruksi, mengajar dan mempertahankan wahyu. Dengan
filsafat, Ia berusaha 1) mempertemukan dan menyelesaikan masalah relasi iman dan akal budi, filsafat dan
teologi. 2) memberikan hak-hak yang penuh dalam Kristianitas terhadap filsafat Yunani dan segala sesuatu
mengenai hakekat dan akal budi manusia.
Helenisasi Kristianitas dan Kristianitasi filsafat Yunani: Clement memaknai dengan baik konsep
Logos dalam hidup orang Kristen. Logos telah mengambil bentuk kodrat manusia dalam segala hal
kecuali dalam hal dosa. Karena itu, Kristianitas harus menerima kebaikan karakter, nilai-nilai positif dan
otentik dari setiap orang sehingga tercipta universalisme Kristiani seperti yang dituntut oleh pewartaan
Kristen awali. Clement sungguh-sungguh menerima filsafat sebagai penolong bagi Kristianitas.
Kristianitas dapat menerima bentuk-bentuk filsafat yang sesuai dengan pesan yang diwahyukan.
3

Unsur-unsur filsafat Kristiani mengenai Allah, manusia dan dunia: Allah dalam konsep Clement

beda dgn fils Yunani terutama dalam hal hakekat. Menurutnya ada 3 kesalahan gagasan Yunani menegenai
Allah yaitu polytheisme, ketidakmampuan dari para dewa kekurangan mereka akan pemeliharaan terhadap
dunia. Polytheismepolytheisme dobel: percaya akan ada-ada yang tidak ada (dewa-dewa) dan atheisme
dan kultus terhadap iblis-iblis yang mewakili titik tertinggi dari hal-hal yang tidak berguna. Sumber
polytheisme: kekaguman akan keindahan ciptaan, ketakutan akan kekuatan alam, peninggian perasaanperasaan dan ambisi-ambisi manusia dan pendewaan para pahlawan. Clement menyerang gagasan ini
dengan mengemukakan bahwa Allah itu satu dan kesatuan Allah merupakan prinsip lengkap dari segala
sesuatu yaitu sebagai prinsip pencipta. Allah itu sempurna dan mandiri yaitu sebagai penyebab yang
tidak diciptakan dari mana kesempurnaan dari segala sesuatu itu berasal, ia tidak membutuhkan apapun
sebab di dalamnya ada kelimpahan. Allah itu tidak terbatas, tidak terbagai, tanpa dimensi-dimensi,
bentuk tanpa nama. Ia mahakuasa dan hadir di mana-mana. Hal ini tampak dari aktivitas-Nya yang
menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan: surga, dunia dan manusia. Allah itu penyelenggara.
Merupakan atribut ilahi yang paling jelas. Merupakan konsekuensi dari kemahakuasaan dan
kemahatahuan-Nya. Merupakan karakteristik yang membedakan antara filsafat yang baik dengan filsafat
yang buruk sebab filsafat Yunani tidak pernah mengajarkan bahwa Allah memelihara segalanya. Allah itu
pencipta dunia dan manusia. Ia merupakan prinsip tunggal dan total dari segala sesuatu, prinsip efisien.
Sebagai ada, ia adalah prinsip pertama dalam tindakan sebagai kebaikan, dalam kebiasaan sebagai akal
budi, prinsip penalaran dan keputusan. Ia menciptakan manusia secitra dengan diri-Nya (Imago Dei)
sehingga manusia mempunyai nilai abadi dan tidak dapat mati, mutlak dan tidak terbatas. Tiga gambaran
imago Dei: Logos, orang Kristiani, setiap orang. Dua bentuk Imago Dei: eikon/gambaran alamiah
(diterima setiap orang sewaktu lahir, dasarnya: Kej 1:27) dan homoiosis/gambaran supernatural dari orang

Kristiani (diterima orang tertentu, dasarnya: pengetahuan dan cinta).
Sang Logos dalam Protrepticus dan Paedagogus=Guru Ilahi. Tujuan manusia adalah untuk menjadi
seserupa mungkin dengan Sang Logos dan untuk ditetapkan kembali sebagai anak melalui Putra. Caranya:
penguasaan terhadap tubuh yang merupakan suatu kontrol terhadap penderitaan dan imitasi dengan Sang
Logos.
Platonisme Kristen dari Clement: ia mengatakan bahwa semua filsafat berisi fragmen-fragmen
kebenaran yang keluar dari sumber yang satu yaitu: Sang Logos. Tugas para filsuf Kristen adalah
mengumpul;kan fragmen-fragmen ini dengan cara mengarahkan pandangan kepada Sang Logos yang
adalah matahari yang memancarkan kebenaran itu. Dengan demikian, ia mengakui kebenaran substansial
teologi platonis (kosmologi) Yunani dan memberi dasar rasional yang solid kepada Kristianitas.

Origenes
Murid dan pengganti Clement. Lahir thn 185 di Aleksandria. Studi sastra profan dan Kitab Suci.
Belajar pada sekolah Ammonius Saccas. Meninggal thn 253.
Karya: menurut Epiphanius: 600 tulisan, Hironimus: 800. Karyanya antara lain: Exapla (Kitab suci),
De principiis (sistem lengkap), Contra Celsum (apologetis melawan kaum kafir, heretik dan pengajar
sesat). 3 point pemikiran: pembenaran akan penting dan bergunanya filsafat, sistem dalam De principiis
dan simbolisme.
Pembenaran akan pentingnya Filsafat: dukung solusi Clement dengan menegaskan bahwa tidak
ada pertentaangan antara keduanya, filsafat bagi kristianitas itu menguntungkan yaitu sebagai persiapan

bagi orang Yunani untuk beriman yaitu mengerti dan menerima pewahyuan (sebelu kedatangan Kristus)
dan untuk membuktikan kebenaran pewahyuan dengan penalaran (sesudah kedatangan Kristus).
Sistem dalam De Principiis: ia mengaitkan antara kebenaran-kebenaran Kristianitas dengan filsafat.
Ia memakai pertimbangan kosmologis. Di sini kita melihat 2 maksud dari risetnya yaitu: argumen
sistematis dan argumen rasional/filosofis. Ia bedakan 2 macam kebenaran yaitu: kebenaran yang sudah
didefinisikan oleh Gereja (ttg Tuhan, Kristus, Roh Kudus dst) dan yang masih dalam diskusi.
Beberapa point pemikirannya antara lain tentang:
Allah (Bapa, Putra, Roh Kudus): ia setuju dengan hakekat transenden dan spiritual (incorporal)
Allah dengan memberikan secara alegoris suatu hakekat tubuh kepada Allah (anthropomorfisme). Allah
4

adalah prinsip segalanya berdasarkan kesederhanaan-Nya, dalam Dia tidak ada komposisi, Dia adalah
forma yang paling murni, substansi. Dgn menjadi sederhana dan tidak bertubuh, Ia hanya satu dan tidak
ada yang dapat ditambahkan atau dikurangkan dari pada-Nya. Akal budi tidak dapat menangkap
bagaimana Dia sebab Ia lebih besar dari apa yang dapat kita pikirkan tentang Dirinya. Kita dapat sampai
kepada-Nya melalui keindahan ciptaan. Origenes bedakan antara hakekat ilahi dengan atribut ilahi (cara
Dia bertemu dengan ciptaan-Nya). Kitab Suci berbicara tentang Tuhan sedangkan alam berbicara tentang
atribut-atribut-Nya.
Penciptaan: Allah menciptakan sesuatu kompleks dari hakikat-2 rasional dan semuanya baik, bebas
dan sempurna. Akibat penggunaan kebebasan, ciptaan itu membedakan diri dlm malaikat-2, manusia dan
setan-2. Ia menentang tiga kategori kaum gnostik mengenai manusia yang berbeda dalam hakikat (kodrat),
asal-usul dan nasibnya. Ia juga melawan teori yang mengatakan bahwa pada awal ciptaan semuanya sama.
Menurutnya, Allah adalah Bapa, sumber ada, Logos, paradigma dari yang tercipta. Persoalannya adalah:
bagaimana dengan paham creatio ex nihilo dapat dimengerti? Menurutnya, dalam penciptaan ada suatu
siklus progresif. Dunia secara kontinyu terus lahir, setelah itu ada satu yang lebih baik dengan kurang
jelek sehingga pada akhirnya setan diselamatkan. Karena pandangan ini, ia dituduh heretik oleh Teofilus
dari Aleksandria dan Efifanius dalam satu konsili.
Manusia: manusia itu bebasmemilih, berkehendak. Kebebasan memilih merupakan anugerah
mendasar manusia. Sebagai binatang berakal budi, manusia mempunyai kemampuan untuk membedakan
(baik atau buruk) dan menghakimi (menerima atau menolak) sesuatu. Karena penyalahgunaan kebebasan
memilih waktu penciptaan, manusia terbuat dari jiwa dan badan. Gagasan ini tidak jelas sebab Origenes
dilain pihak melihat ada yang bertubuh ini sebagai suatu elemen consubstansial dengan jiwa rasional,
tanda keterbatasan jiwa. Manusia juga adalah ikonisitas Allah. Ikonisitas ini dalam dua bentuk: yang asli
dari penciptaan/donum (merupakan anugerah Tuhan) dan yang konklusif/imitasi Kristus (merupakan
konsekuensi dari aplikasi sebagai donum)
Simbol: ada 2: simbolisme metafisis (dalam pengetahuan akan Tuhan baik sifat maupun relasi-Nya
dengan dunia) dan simbolisme biblis (dalam penafsiran Kitab Suci). Simbol bisa berwujud benda-benda.
Ia merupakan suatu keindahan, harmoni dan interpretasi. Simbol itu penting baik secara anthropologis
(sejauh manusia adalah korporeal) maupun secara teologis (sebab akibat dosa asal, Tuhan berbicara
kepada manusia melalui simbol-simbol). Jadi, ada 3 alasan adanya simbol: karena kondisi manusia yang
korpeoreal (sejauh jiwa masih tercampur dengan tubuh), karena dosa asal, dan karena edukasi ilahi (lewat
figur sensibilis). Simbolisme biblis dapat menghantar manusia pada pengetahuan yang lebih sempurna
akan Allah karena Kitab suci merupakan gambaran ilahi yang khusus dan lengkap; KS ditulis di bawah
bimbingan Roh Kudus. Simbolisme metafisis menghadirkan benda-benda ilahi sebagai gambaran dari
realitas ilahi sehingga manusia dapat sampai kepada Tuhan.
Bahasa: berhub dgn ilmu gnoseologi (ilmu mengenal). Dasar gnoseologi: ketidakmampuan mutlak
mengetahui hakikat ilahi in se dan adanya simbolisme yang memungkinkan manusia untuk mengetahui
sejumlah atribut Allah dan relasi-Nya dengan manusia. dari sini muncul bahasa teologis yang
berhubungan dengan dasar ontologis dan ungkapan-ungkapan anthropomorfistis. Dasar ontologis
berkaitan dengan simbolisme dan anthropomorfistis berhub dgn atribut Tuhan. Atribut dikenal melalui
simbolisme dan simbolisme diungkapkan dalam bahasa teologis. Sarana yang sering dipakai dalam
simbolisme dan anthropomorfisme adalah analogi. Dengan ini Origenes melawan Celsus yang
menyatakan bahwa Allah tidak dapat dikatakan dalam bahasa anthropomorfistis.

Aurelius Agustinus
Hidupnya:lahir di Tagaste 13 Nov 354 dari pasangan Patrisius (kafir) dan Monika (Kristen).
Meninggal 28 Agustus 430. Sebelum bertobat pemikirannya diwarnai dengan filsafat dan retorika. Ia
hidup bersama seorang perempuan bernama Melani dan mempunyai anak bernama Adeodatus. Ia
menerima ajaran manikeisme. Namun karena tidak puas akan pencarian kebenaran, ia pergi ke Roma dan
di Milano ia bertemu dengan Ambrosius (tersentuh dengan kotbahnya) hingga ia menjadi seorang Kristen.
Ia adalah pemikir terbesar bapa-bapa Gereja hingga abad 13. beberapa peristiwa penting yang mengubah
hidupnya: aliran fils Neo-Platonis, Kotbah Ambrosius uskup Milano, kata-kata Simplicianus (mengenai
5

pertobatan victorinus) dan Pontitianus (bercerita tentang St. Antonius dari Mesir), dan KSPB yang ia baca
(Rom 13:13-14).
Karya-karya antara lain: karya filosofis (Contra Academicos, De Beata Vita, De Ordine, De
Immortalitate Animae, Soliloquia, De Musica, De Libero Arbitrio, De Magistero), karya-karya polemis
melawan Manikeisme, Donatisme dan Pelagianisme (antara lain: de Moribus Manichaeorum, Contra
Faustum, De baptismo contra donatisme, De natura et gratia dll), karya-2 aksegetis (Quaestionum
evangeliorum libri duo, de genesi ad litteram, Tractatus CXXIV in evangelium Ioannius dll), karya
pastoral (De Mendacio, De sancta virginitate dll), karya-2 teologis (De doctrina christiana, De trinitate
dll), Kotbah-2 dan surat-2, tulisan otobiogrfis (confessiones, Retractationes).
Beberapa momen historis penting yang terjadi pada masanya: aspek politis (orang Kristen tidak lagi
dikejar-kejar dan tn 313M agama Kristen menjadi agama negarapemikiran Kristen merasuk dalam
berbagai bidang berlawanan dengan hukum kafir dan paganisme), aspek kultur (budaya kafir memudar,
budaya Kristen mengalami perkembangan bai di Timur maupun di Barat, filsafat mengalami kejayaan), aspek religius (muncul banyak bidaah).
Pemikiran: sangat dipengaruhi oleh pemikiran platonis. Antara lain tentang:
Pengetahuan: berawal dari keraguannya akan kebenaranpersoalan epistemologis: 1) apakah kita
mengetahui kebenaran? dijawab dengan kritiknya terhadap skeptisisme seperti yang terdapat dalam
Contra Academicos 2) bagaimana kita bisa mengetahui kebenaran itu? Dijawab dengan doktrin iluminasi
yang menggantikan ajaran Plato tentang reminiscentia (kenang-kenangan) dan Aristoteles tentang
abstraksi.
Dalam Contra Academicos (kritik terhadap skeptisisme, ia menyatakan bahwa manusia tahu
beberapa kebenaran dengan kepastian misalnya tentang prinsip non-kontradiksi dan pengakuan akan
eksistensinya seperti yang ia ungkapkan dengan pernyataan “si fallor sum=jika saya ditipu, saya ada”. 3
alasan melawan skeptisisme: argumen tentang ketidaksepakatan antar filsuf itu tidak sahih (karna
pengikut skeptisisme meragukan kebenaran sebab pandapat para ahli berbeda-beda), argumen tentang
panca indra yang dapat ditipu juga tidak sah. Karena itu skeptisisme itu salah karena konsekuensi
moralnya besar (mereka bisa mempertanyakan apakah ada kebenaran moral). 3 aktivitas kognitif: inderaindera, indera batin, akal budi. Obyeknya: kualitas fisik, hukum-hukum alam, kebenaran abadi. Titik tolak
pengetahuan: kodrat manusia yang ingin tahu, tapi lebih dari itu ada kerinduan akan Allah. Mengapa?
sebab ternyata manusia terus gelisah dan tidak pernah puas meskipun ia sudah tahu segalanya. Kebenaran
juga terarah kepada tujuan pendapat manusia yaitu kebahagiaan dan sikap hidup. Allah adalah sumber
kebahagiaan itunilai tertinggi. Karena itu, kebahagiaan ini ada dalam kebenaran. Manusia mampu
mencapai kebenaran dengan mencari arti dan makna hidupnya. Agustinus mengikuti ajaran Plato:
kebenaran adalah yang tidak tersembunyi (aletheia), terdapat pada apa yang dikenal dan terus diolah
dalam pikiran. Ia mengemukakan tiga tingkat pengetahuan: Inderawi, ingatan, akal budi dan illuminasi.
Inderawi...empirisme: hanya sarana, tidak mampu memproduksi pengetahuan, dimungkinkan karena
kesadaran jiwa. Obyeknya selalu berubah. Ingatan: hadir hanya bila pernah terjadi.
Mengingatmenghadirkan kembali apa yang pernah terjadi. Gambaran ingatan lebih hidup, lebih jelas,
sama dengan pengalaman. Lupa? Ketidakmampuan ingatan mengenal kembali apa yang terjadi atau yang
disebut Agustinus sebagai “ada yang lain”. Akal budi dan illuminasi: Pengetahuan ilmiah diperoleh lewat
akal budi yang lebih rendah dengan proses abstraksi. Pengetahuan akan kebenaran abadi diperoleh lewat
illuminasi ilahi. Illuminasi adalah suatu terang yang asalnya sendiri abstrak/tidak bertubuh yang
memungkinkan kebenaran ilahi dapat dilihat dan dapat dimengerti. Sang Illuminator adalah Allah sendiri.
Mengapa? ada dua penafiran: illuminasi memungkinkan kita untuk melihat ide-ide dengan pasti dan
untuk mengerti kebenaran keputusan (S-P).
Bahasa: tampak dalam De magistro dan de Doctrina Christiana. Bahasa mpy fungsi instrumental
yaitu utk mengkomunikasikan ide-ide yang berasal dari benda-benda. Karena itu, kata-kata mempunyai
nilai. Mungkin dapat dikatakan bahwa kata merupakan representasi benda-benda.
Manusia-Tuhan-Dunia:
6

Manusia: dgn akal budi ia mencari penjelasan akan segala realitas. Ditemukan bahwa Tuhan adalah
prinsip segalanya. Melalui ciptaan manusia dapat sampai kepada Tuhan sebab ciptaan itu cermin Tuhan
meskipun tidak sempurna. Manusia sebagai ciptaan terdiri atas kesatuan jiwa dan tubuh (vs plato).
Manusia itu abadi, ia bisa berefleksi (kemampuan interioritas) dan memperbaharui diri terus menerus. 3
aktivitas dasar jiwa manusia: mengingat, mengerti dan berkehendak. Bagi Agustinus, manusia yang baik
adalah dia yang mencintai apa yang harus dicintai. Mencintai Tuhan disebut “caritas” dan mencintai diri
sendiri dan dunia disebut “cupiditas” (nafsu, hasrat).
Tuhan: adalah prinsip, abadi, tidak terbatas, tidak terpahami, mengatasi ruang dan waktu, satu,
Tritunggal dan dikenal lewat ciptaan terutama lewat manusia sendiri. Ia merupakan norma kebenaran. Di
dalam Tuhan ada ide yang merupakan paradigma bag ciptaan. Bagi Allah semuanya present
(hadir/sekarang).
Dunia: diciptakan dari ketiadaan. Diciptakan karena Allah tidak ingin bahwa suatu ciptaan yang baik
tinggal dalam ketiadaapa-apaan (kehampaan, kosong). Soal: Allah menciptakan dalam keabadian atau
dalam waktu? waktu bagi Aristoteles = ukuran gerak, Plato=imaginasi yang dapat bergerak dari
keabadian, Agustinus=durasi dari satu hakikat terbatas yang tidak dapat semua dari dirinya sendiri, yang
perlu fase-fase suksesif dan terus menerus yaitu lampau, present (sekarang yang tidak akan selalu) dan
yang akan datang. Waktu tidak ada di luar kita, waktu itu subyektif, ia ada dalam akal budi manusia.
waktu di ukur dalam jiwa yang meninggalkan satu kesan sementara melalui ciptaan yang beranekaragam
dan merupakan hasil proses rationes seminales.
Kejahatan dan Kebebasan: persoalankalau Tuhan adalah sebab dari semua yang ada, bagaimana
dengan kejahatan (malum)? Tuhan bukan sebab dari kejahatan! Agustinus: kejahatan tidak bisa berdiri
sendiri, ia harus ada dalam suatu substansi yang dalam dirinya sendiri adalah baik. Malum adalah suatu
privasi/kekurangan dari satu kesempurnaan yang seharusnya dimilikinya atau dapat dikatakan sebagai
privasi dari yang baik (privatio). Sebab malum adalah ciptaan. Kesalahan menimbulkan penderitaan.
Kesalahan menempatkan akal budi dibawah keinginan-keinginan, tidak taat pada hukum ilahi, dan
menjauhi kebaikan tertinggi. Keselahan itu tidak lepas dari manusia. Jadi, sebab terakhir dari malum
adalah manusia. Kecenderungan manusia untuk menjauhkan diri dari kebaikan tertinggi karena
penggunaan kebebasan yang tidak bertanggug jawab menimbulkan penderitaan/malum “malum facimus
ex libero voluntatis arbitrio”=kami membuat kejahatan dari kehendak bebas. Jadi, penderitaan adalah
konsekuensi dari kesalahan. Kesalahan buat manusia gelisah, penuh ketakutan dan kehilangan sumber
kebahagiansituasi dosa. Manusia selamat karena pertolongan rahmat yaitu berkat Yesus Kristus.
Teologi sejarah:dalam “De civitate Dei/ The City of God”. Menurutnya, sejarah dibagi dalam 3
zaman: asal-usul kemanusiaan (diketahui melalui wahyu yaitu diciptakan oleh Tuhan dan diangkat ke
level ilahi), waktu lampau yang penuh kejahatan (dijelaskan oleh pewahyuan yaitu kejatuhan asal dan
penebusan)dan waktu yang akan datang (masa depan di mana Kristus akan menjadi hakim yang adil bagi
semua ciptaan). Visinya mengenai sejarah: sebagai suatu perjalanan dalam garis lurus (linear) yang
berangkat dari bumi ke surga. Dalam buku ini, Ia juga berbicara tentang hubungan Gereja dan negara,
antara kota surgawi (cinta kepada Tuhan/orang baik, para malaikat dan orang-2 suci) dan duniawi (cinta
kepada diri sendiri/orang jahat, pendosa, setan). Arti sejarah ditentukan dalam dualisme ini. kota Allah
adalah perjalanan dari HabelAbrahamKristus, kota duniawi dari pembunuhan Habel oleh
Kainsejarah kaisar-kaisar besar dunia.

Gregorius dari Nyssa
Hidup:Lahir di Nyssa skt 335. Adik Basilius dan Macrina. Konsentrasi pada studi filsafat dan
retorika. Sebagai seorang filsuf ia mempertimbangkan dan memikirkan kembali berbagai argumen yang
sebelumnya dibatasi tempatnya oleh para pemikir lain. Ia mengikuti jejak Philo dan Neo-Platonis Plotinus.
Usia 16 thn masuk biara. Atas pengaruh Basilius ia menjadi uskup Nyssa tapi karna bertengkar dengan
Basilius ia dipecat oleh kaisar. Setelah kaisar meninggal ia kembali menjadi uskupuskup agung
Sebastis. Pendukung terbesar ortodoksi dalam konsili 381. Meninggal thn 394
Karya: 4 karya yang terpenting yaitu Contra Eunomium (kritik beberpa kesalahan Eunomius dan
mendeskripsikan pengetahuan akan Allah), Oratio Catechetica (paling sistematik dan sangat ortodoks dari
7

segi doktrinal, tema antara lain tentang Trinitas, penciptan, kejatuhan, ikarnasi, penebusan), De Anima et
Resurrectione (ditulis waktu kematian Macrina, topik, hakekat dan tujuan jiwa: immortalitas, kebangkitan
dan balas jasa) dan De Hominis Opificio (tentang anthropologi Kristiani dalam perspektif NeoPlatonisImago Dei)
Pemikirannya antara lain tentang:
Allah: transendensi, ketidakdapatdimengertian, tidak terkatakan: Eunomiusmanusia dapat
mengetahui dengan sempurna hakekat Allah melalui atribut “agennesia” yang merupakan suatu sifat
ekslusif Allah sehingga Putra tidk bisa merupakan Allah. Ditentang Gregorius dengan tesis
ketidakmampuan mutlak manusia untuk Allah dan bahwa Allah itu tidak terkatakan sebab manusia sebagai
ciptaan secara kualitatif esensial berbeda dari Allah yang adalah pencipta. Plotinus menyebutnya
kesederhanaan dari yang satu. Argumen 1: yang tidak terbatas. Dlm fils Yunani mpy konsep negatif krn
itu tidak pernah diperuntukkan bagi Tuhan tapi utjk materi. Gregorius:dlm arti positifsebagai sesuatu
yang berisi setiap kesempurnaan, tanpa restriksi, tidak ada ukuran yang dapat megukurnya, tanpa dimensi,
hakikatnya tidak tersentuh kejahatan dan tidak berubah. Karena itu, konsep dan kata-kata manusia tidak
mungkin mengungkapkan dengan sempurna hakikat Allah sebab Ia melampaui pemikiran dan kata-kata
manusia. Gregorius menyatakan bahwa manusia memang bisa sampai kepada Allah dalam tiga cara:
ketika mereka dimurnikan dari kesalahan dan kejahatan (bisa setiap orang), melalui hal-hal yang
sederhana dalam hidup manusia, melalui suatu cara yang terus menerus sebab perjalanan menuju Allah
itu merupakan suatu proses (bahkan cara itu bisa ditemukan dalam kegelapan). Argumen 2: Tuhan yang
tidak dapat diketahui dan tidak terkatakan: perbedaan kualitatif esensil antara pencipta dan ciptaan. Dunia
yang tercipta dan yang tidak tercipta mempunyai struktur yg khas (berbeda) dan tidak ada hubungan
langsung, tidak ada titik temu yang umum. Kekhasannya adalah bahwa Tuhan (dunia yang tdk dicipta)
mengatasi semua bentuk pemikiran dan jiwa manusia tidak berdaya untuk mencapainya dengan fakultas
kognitif. Menurutnya, ketidakdapatdimengertian Tuhan tidak berkurang meskipun manusia memiliki
ikonisitas ilahi dalam ciptaan, hakekat Allah tetap tidak terlukiskan meskipun tampak sebagai suatu
pembicaraan yang cukup, pikiran tentang Tuhan tetap tidak terkatakan. Mengapa? menurutnya, Allah dan
manusia berbeda pada tataran ontologis (Allah selalu melebihi apa yang dapat dilakukan manusia). Karena
itu, ia menyimpulkan bahwa di hadapan Tuhan manusia hanya bisa diam/bersikap hening. Kendati
demikian, manusia bukan sama sekali tidak dapat mengetahui Tuhan. Buktinya, Tuhan yang melampaui
setiap nama mendapat nama sejauh Dia disebut menurut multiplisitas karya-karyaNya (aspek dinamis
karya Tuhan). Oleh sebab itu, Gregorius menyatakan bahwa kerinduan akan tidak pernah berhenti sebab
kita menunggu sesuatu yang selalu lebih mulia dan ilahi daripada yang kita kontemplasikan. Dengan
logika Aristoteles ia menegaskan ketidakmampuan utk mengetahui Tuhan: tidak mungkin mendiskusikan
yang tidak terbatas, orang hanya dapat mencapai karya-Nya (melalui keindahan dan kebesaran dunia),
bukan hakikat-Nya.
Penciptaan manusia, sebagai ikon Allah: manusia ciptaan terkahir sebagai kepala dan berkuasa atas
alam semesta. Kodrat manusia: ilahi dan manusiawi shg ia dapat menikmati baik Tuhan maupun dunia. 2
tindakan Allah yang berbeda dlm penciptaan: (1) penciptaan manusia yang ideal (2) penciptaan manusia
historis. Allah memateraikan manusia sebagai gambaran-Nya, memberi kebebasan kehendak dan
kekuasaan atas alam semesta. Kehendak bebas adalah hak terakhir akan kesempurnaan dan keluhuran.
Ikonisitas juga berkaitan dengan latihan utk menguasai alam semesta. Krn itu manusia mpy kehidupan,
rasio, keutamaan dan semua kebaikan utk melayani Tuhan sehingga terima kasih kepada benda-benda
(melalui pelestarian dan pemeliharaanya) merupakan pelayanan untuk Tuhan. Ikonisitas manusia historis:
manusia diciptakan laki-laki dan perempuan. 2 arah ikonisitas manusia historis: akan Allah (Imago Dei)
melalui jiwa dan sarana-sarananya dan akan ciptaan (imago naturae) melalui tubuh dan seksualitas
Kejatuhan dan Penebusan: akibat penyalahgunaan kehendak bebas, manusia menodai
ikonisitasnya, jatuh kepada kesalahan bawaan tiap makluk, menjadi ada yang terbatas, dan terus berubah.
Tuhan yang hakikatnya tidak mudah kena perubahan dan adalah sang kebaikan ditolak oleh manusia.
Setelah kejatuhannya, manusia mengambil jarak dari Tuhan dan condong kepada kejahatan karena
kesalahan pribadinya. Tapi Tuhan tidak meninggalkan manusia. Ia mengutus berbagai utusan mulai dari
8

para nabi hingga anak-Nya sendiri yaitu Yesus Kristus dan juga sakramen-sakramen. Dengan
mengusahakan “imago Dei” melalui imitasi Yesus Kristus manusia dapat bangkit dari kejatuhannya.
Perjalanan jiwa menuju “imago Dei” ini merupakan suatu proses tanpa akhir dan bersifat komunal sebab
rahmat pengudusan tidak diterima untuk diri sendiri tapi utk berkerjasama demi pengudusan jiwa-jiwa
lain. Oleh sebab itu, Gregorius menyatakan bahwa Kristianitas adalah imitasi akan hakikat ilahi.

Oke selamat belajar Tuhan memberkai.... amin!

9