Akuntansi Kliring dan Surat Berharga

Akuntansi Lembaga Keuangan Syari’ah
Tugas Ke-4 :
“ Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga “
( Makalah )

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Lembaga Keuangan Syari’ah
dari Dosen Pengampu Bapak Drs. Sugeng Widodo, MM

Disusun oleh :
Bayu Nugroho ( 12423007 )

Prodi Ekonomi Islam
Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia

1

Tugas ALKS Pertemuan Ke-4 : Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga

2014
Kata Pengantar

Syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena atas anugerah yang Ia berikan, salah
satu di antaranya saya dapat menyelesaikan tugas ke-4 mata kuliah Akuntansi Lembaga
Keuangan Syari’ah yang berjudul “ Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga “ ini dengan
sebaik-baiknya. Dalam kesempatan ini akan saya paparkan materi mengenai hal yang
berkaitan dengan kliring dan surat berharga dalam bentuk pencatatan akuntansinya. Saya
berharap dengan pemaparan ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan pemahaman
tentang pencatatan laporan kliring dan surat berharga pada pembaca sekalian.
Namun sebelumnya, ucapan terima kasih saya tunjukkan pula kepada :
1. Bapak Drs. Sugeng Widodo, MM, selaku Dosen Pengampu mata kuliah Akuntansi
Lembaga Keuangan Syari’ah yang telah membimbing dan mencurahkan ilmunya
kepada saya saat perkuliahan
2. Praktisi ekonomi dan akademisi yang telah membagi ilmunya melalui tulisan yang
menjadi refrensi penyusunan makalah ini
Demikian sedikit untaian kata sebagai salam pembuka, tentu tiada ada sesuatu yang
sempurna. Atas kesalahan jika itu ada dan bila ada yang kurang berkenan saya mohon maaf
dengan sepenuh hati, kritik dan saran setia saya tunggu sebagai evaluasi dan penyempurnaan
untuk ke depannnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sekalian yang dirahmati
Allah SWT. Aamiin....

Yogyakarta

Senin, 13 Oktober 2014

Bayu Nugroho

2

Tugas ALKS Pertemuan Ke-4 : Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga

Pendahuluan

A. Latar Belakang
Pesatnya kemajuan teknologi yang terjadi, semakin membuat segala transaksi menjadi
lebih mudah dan cepat. Sehingga memberikan kemudahan dalam setiap aktivitas termasuk di
dalamnya cara pencatatan keuangan. Sistem canggih yang ada di dalam teknologi ini pun
digunakan juga oleh bank, fungsinya untuk melancarkan proses transaksi keuangan yang
dilakukan oleh bank pada waktu tertentu.
Semakin banyaknya transaksi dagang yang melibatkan pembayaran dengan bank,
mengakibatkan semakin banyaknya transaksi giral antar bank. Kelancaran pembayaran
transaksi dituntut lebih mudah dan tersusun rapi dalam menyelesaian semua transaksi giral.
Dalam menjalankan fungsinya, bank komersial menggunakan cara yang disebut dengan

kliring untuk memudahkan penyelesaian transaksi antar bank. Bank dapat saling
memperhitungkan hutang-piutang yang terjadi akibat transaksi bisnis yang dilakukan masingmasing nasabahnya. Transaksi antara nasabah bank tersebut menggunakan alat bayar berupa
cek, bilyet giro, atau surat dagang lainnya yang lazim diterima oleh bank.
Melalui pemaparan di bawah ini, akan dijelaskan tentang kliring, sistem transaksi
kliring, macam pembayaran kliring, cara pembayarannya dan bagaimana pencatatan transaksi
kliring. Beberapa hal yang berkaitan dengan transaksi kliring juga akan ditulis agar
pemahaman tentang kliring lebih luas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas sebagai dasar pembahasan, pemaparan ini
akan membahas tentang akuntansi unit kliring dan surat berharga yang meliputi :
1. Apa yang dimaksud dengan sistem kliring ?
2. Apa saja dokumen yang digunakan dalam kliring ?
3. Apa saja jenis kliring ?
4. Bagaimana sistem yang ada pada kliring ?
5. Bagaimana cara melakukan kliring ?
3

Tugas ALKS Pertemuan Ke-4 : Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga

6. Bagaimana pencatatan akuntansi sistem kliring ?

C. Tujuan
Makalah ini bertujuan menjelaskan pertanyaan yang ada pada rumusan masalah
di atas, yakni di antaranya :
1. Mengetahui arti dari sistem kliring
2. Mengetahui apa saja dokumen yang digunakan dalam kliring
3. Mengetahui jenis-jenis kliring
4. Memahami sistem kliring
5. Mengetahui cara melakukan proses kliring
6. Dapat melakukan pencatatan kliring

4

Tugas ALKS Pertemuan Ke-4 : Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga

Pembahasan
A. Pengertian Kliring
Istilah kliring berasal dari bahasa inggris to clear ( clearing ) yang berarti
membersihkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kliring adalah proses membersihkan
hutang-piutang antar bank yang terjadi pada hari itu. Kliring dimaksudkan agar perhitungan
hutang-piutang antar bank dapat terselenggara secara mudah, cepat dan aman.

Kliring merupakan sarana atau cara perhitungan hutang-piutang dalam bentuk suratsurat berharga ( seperti : cek, wesel, bilyet, giro, bukti-bukti penerimaan transfer dari
berbagai kota yang dikeluarkan oleh bank, nota-nota kredit dan surat-surat lainnya yang
semuanya dinyatakan dalam mata uang rupiah dan menurut pimpinan lembaga kliring dapat
diperhitungkan melalui kliring ) atau surat dagang dari suatu bank peserta yang
diselenggarakan oleh Bank Indonesia atau pihak lain yang ditunjuk. Kliring didefinisikan juga
sebagai pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank baik atas nama bank
maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.
Yang dapat melakukan transaksi kliring adalah setiap bank yang telah memperoleh
izin usaha bank umum dan tidak dihentikan kepesertaannya dalam kliring oleh Bank
indonesia serta berkedudukan di kota dimana diadakan perhitungan kliring diwajiban ikut
serta dalam kliring setempat, yang diharuskan pula memenuhi beberapa persyaratan. Bagi
kantor pusat suatu bank, sekurang-kurangnya telah melakukan usaha dengan izin Menteri
Keuangan selama tiga (3) bulan. Berdasarkan penilaian Bank Indonesia, keadaan administrasi
pimpinan dan keuangan bank tersebut memungkinkan memenuhi kewajibannya dalam kliring.
Peserta kliring dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
 Peserta langsung, adalah bank-bank yang sudah tercatat sebagai peserta kliring
dan dapat memperhitungkan warkat atau notanya secara langsung dengan Bank
Indonesia atau melalui PT Trans Warkat sebagai perantara dengan Bank
Indonesia, contoh Bank Retail, Bank Devisa
 Peserta tidak langsung, adalah bank-bank yang belum terdaftar sebagai peserta

kliring akan tetapi mengikuti kegiatan kliring melaui bank yang telah terdaftar
sebagai peserta kliring, seperti BPR

5

Tugas ALKS Pertemuan Ke-4 : Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga

B. Alat Pembayaran Kliring
Dalam transaksi kliring, dibutuhkan alat pembayaran untuk melakukan transaksi
tersebut, yaitu warkat dan dokumen kliring.
1. Warkat
Ialah alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan atas beban atau untuk untung
rekening nasabah atau bank melalui kliring. Warkat yang dapat diperhtungkan dalam
kliring otomasi adalah :


Cek
Cek sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
( KUHD ) termasuk cek dividen, cek perjalanan, cek cindera mata dan jenis
cek lainnya yang penggunaannya dalam kliring disetujui oleh Bank Indonesia




Bilyet Giro
Adalah surat perintah dari nasabah kepada bank penyimpan dana untuk
memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada
rekening pemegang yang disebutkan namanya termasuk Bilyet Giro Bank
Indonesia



Wesel Bank Untuk Transfer ( WBUT )
Adalah wesel sebagaimana diatur dalam KUHD yang diterbitkan oleh bank
khusus untuk sarana transfer



Surat Bukti Penerimaan Transfer ( SBPT )
Adalah surat bukti penerimaan transfer dari luar kota yang dapat ditagihkan
kepada bank peserta penerima dana transfer melalui kliring lokal.




Warkat Debet
Adalah warkat yang digunakan untuk menagih dana pada bank lain untuk
untung bank atau nasabah bank yang menyampaikan warkat tersebut. Warkat
debet yang dikliringkan hendaknya telah diperjanjikan dandikonfirmasikan
terlebih dahulu oleh bank yang menyampaikan warkat debet kepada bank yang
akan menerima warkat debet tersebut.



Warkat Kredit
Adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain
untuk untung bank atau nasabah bank yang menerima warkat tersebut.

6

Tugas ALKS Pertemuan Ke-4 : Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga


2. Dokumen Kliring
Merupakan dokumen yang berfungsi sebagai alat bantu dalam proses perhitungan
kliring ditempat penyelenggara
3. Formulir Kliring
Formulir yang digunakan untuk proses perhitungan kliring lokal dengan manual
meliputi :



Neraca kliring penyerahan atau pengembalian
Gabungan formulir ini disediakan oleh penyelenggara dan digunakan oleh
penyelenggara untuk menyusun rekapitulasi neraca kliring penyerahn atau
pengembalian



Neraca kliring penyerahan atau pengembalian
Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan oleh peserta untuk
menyusun neraca kliring penyerahan atau pengembalian atas dasar daftar
warkat kliring penyerahan atau pengembalian




Bilyet saldo kliring
Formulir ini disediakan oleh peserta dan digunakan digunakan oleh peserta
untuk menyusun bilyet saldo kliring berdasarkan neraca kliring penyerahan
dan neraca kliring pengembalian.

C. Jenis-Jenis Kliring
Kliring dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu :
1. Kliring

umum, yaitu sarana

perhitungan

warkat-warkat

antar


bank

yang

pelaksanaannya diatur oleh Bank Indonesia
2. Kliring lokal, yaitu sarana perhitungan warkat-warkat antar bank yang berada
dalam suatu wilayah kliring ( wilayah yang ditentukan )
3. Kliring antar cabang, yaitu sarana perhitungan warkat antar kantor cabang
suatu bank peserta yang biasanya berada dalam satu wilayah kota. Kliring ini
dilakukan dengan cara mengumpulkan seluruh perhitungan dari sauatu kantor
cabang untuk kantor cabang lainnya yang bersangkutan pada kantor induk yang
bersangkutan.

7

Tugas ALKS Pertemuan Ke-4 : Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga

D. Sistem Kliring
Berdasarkan sistem penyelenggaraannya, kliring dapat menggunakan beberapa sistem,
yaitu :
1. Sistem manual, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring serta pemilahan warkat dilakukan secara
manual oleh setiap peserta
2. Sistem semi otomatis, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam
pelaksanaan perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi,
sedangkan pemilahan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta
3. Sistem otomasi, yaitu sistem penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan
perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan oleh penyelenggara secara
otomasi
4. Sistem elektronik, yaitu penyelenggaraan kliring lokal secara elektronik, lebih jelasnya
penyelenggaraan kliring lokal yang dalam pelaksanaan perhitungan dan pembuatan
bilyet saldo kliring didasarkan pada Data Keuangan Elektronik ( DKE ), yang
selanjutnya disetiap DKE disertai dengan penyampaian warkat peserta kepada
penyelenggara untuk diteruskan kepada peserta penerima.
Proses kliring, secara sederhana dapat kita lihat pada gambar di bawah ini :

8

Tugas ALKS Pertemuan Ke-4 : Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga

Gambar 1. Mekanisme kliring secara sederhana
E. Cara Melakukan Transaksi Kliring
Dalam pemaparan ini dicontohkan tata cara penyelenggaraan kliiring lokal manual.
Dalam penyelenggaraan kliring, terdiri dari dua tahap yaitu Kliring Penyerahan ( Kliring 1 )
dan Kliring Pengembalian ( Kliring 2 ) yang merupakan satu kesatuan siklus kliring. Peserta
wajib mengikuti kedua kegiatan tersebut sampai kliring dinyatakan selesai.
1. Kliring penyerahan
Warkat kliring yang diserahkan oleh masing-masing peserta adalah :



Warkat Debet Keluar ( WDK )
Adalah warkat yang disetorkan oleh nasabah suatu bank untuk keuntungan
rekening nasabah tersebut



Warkat Kredit Keluar ( WKK )
Adalah warkat pembebanan ke rekening nasabah yang menyetorkan untuk
keuntungan rekening nasabah lain.

2. Kliring pengembalian
Warkat kliring yang diterima dari peserta lain adalah :



Warkat Debet Masuk ( WDM )
Adalah warkat yang diserahkan oleh peserta lain atas beban nasabah bank yang
menerima warkat



Warkat Kredit Masuk ( WKM )
Adalah warkat yang diserahkan oleh peserta lain untuk keuntungan nasabah
bank yang menerima warkat.
Hubungan antara WDK dan WDM dijabarkan sebagai berikut :

9

Tugas ALKS Pertemuan Ke-4 : Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga

Gambar 2.1 Hubungan antara WDK dan WDM
Bank yang menyerahkan warkat kliring keluar atau WDK, akan menikmati
penambahan rekening giro pada Bank Indonesia. Sedangkan bank yang menerima warkatnya
sendiri atau WDM, saldo gironya pada Bank Indonesia akan berkurang sebesar nilai nominal
warkat tersebut. Hubungan WKK dan WKM dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2 Hubungan antara WKK dan WKM
Bank yang menyerahkan WKK, akan menyebabkan pengurangan pada rekening giro
pada Bank Indonesia. Sedangkan bank yang menerima WKM, saldo gironyapada Bank
Indonesia akan bertambah sebesar nilai nominal warkat tersebut.
F. Pencatatan Akuntansi Sistem Kliring
Pada pemaparan ini pula dicontohkan tata cara penyelenggaraan kliring lokal. Peserta
kliring adalah Bank Lippo, Bank Mega dan Bank Niaga Jakarta.
 Danar Setiawan adalah seorang nasabah Bank Lippo Jakarta yang telah menarik cek
No.011.000.12 sebesar Rp. 50.000.000 dan cek No.011.000.13 sebesar Rp.30.000.000
untuk membayar pembelian elektronik kepada Yahya, seorang nasabah giro Bank
Mega Jakarta
 Bank Mega Jakarta menerima bilyet giro dari Erika untuk keuntungan Fahmi, seorang
nasabah giro Bank Niaga Jakarta sebesar Rp.50.000.000
 Bobby adalah nasabah Bank Niaga Jakarta yang menarik cek untuk membayar barang
dagangan kepada Yanti, seorang nasabah Bank Mega Jakarta sebesar Rp.60.000.000
10

Tugas ALKS Pertemuan Ke-4 : Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga

 Bank Lippo Jakarta menerima warkat debet masuk untuk beban nasabah giro
Dwiwahyu sebesar Rp.20.000.000. Warkat ini diterima dari Bank Niaga Jakarta
melalui Bank Indonesia Jakarta untuk keuntungan giro Fitri.
Pada contoh ini, diminta untuk menuliskan :
a. Pencatatan jurnal pada masing-masing peserta kliring
b. Neraca kliring pada masing-masing bank peserta kliring
c. Neraca kliring yang perlu disajikan oleh Bank Indonesia selaku lembaga kliring
Maka penjelasan dan penyelesaian melalui mekanisme kliring adalah berikut :
Pada soal a, Bank Mega Jakarta telah menerima setoran dari Yahya berupa dua buah
cek Bank Lippo Jakarta sebesar Rp. 50.000.000 dan Rp. 30.000.000. Cek ini merupakan
warkat tagihan bagi Bank Mega Jakarta terhadap Bank Lippo Jakarta, sehingga perlu
dikliringkan melalui Bank Indonesia Jakarta. Bank Mega Jakarta yang melakukan penagihan
terhadap Bank Lippo Jakarta akan mengelompokkan warkat ini sebagai warkat debet keluar
( WDK ). Pada saat kliring 1 ( penyerahan ), Bank Mega Jakarta harus mencatat penagihan
kliring ini dalam rekening administratif ( RAR klirin g) dan Bank Mega Jakarta selaku yang
menagih akan menunggu hasilnya pada kliring 2 ( pengembalian ). Pada kliring 2
( pengembalian ), Bank Lippo Jakarta menerima warkat bank sendiri yang ditarik oleh Danar
Setiawan berupa cek dari peserta kliring ( Bank Mega Jakarta ). Warkat ini merupakan warkat
debet masuk ( WDM ) karena Bank Lippo Jakarta harus mendebet dari rekening giro nasabah
( Danar Setiawan ). Rekening lawannya adalah mengkredit rekening giro Bank Indonesia.
Pada soal b, Bank Mega Jakarta menerima amanat dari Erika untuk membebani
rekening gironya melalui bilyet giro sebesar Rp. 50.000.000 untuk keuntungan Fahmi nasabah
giro Bank Niaga Jakarta. Bagi Bank Mega Jakarta, warkat ini merupakan warkat kredit keluar
( WKK ) karena Bank Mega Jakarta diperintahkan oleh Erika untuk mengkredit rekening giro
Bank Indonesia. Warkat ini sudah memberikan kepastian dana, sehingga Bank Mega Jakarta
langsung membukukan pada rekening riil pada saat kliring 1 ( penyerahan ) dengan
melakukan pendebetan pada rekening giro Erika dan rekening giro Bank Indonesia pada
posisi kredit. Bank Niaga Jakarta melakukan pencatatan pada kliring 2 ( pengembalian )
karena bilyet giro dari Erika sifatnya sudah pasti sehingga langsung melakukan pengkreditan
pada rekening giro Fahmi dan pendebetan pada rekening giro Bank Indonesia, sehingga
warkat ini merupakan warkat debet masuk ( WDM ).

11

Tugas ALKS Pertemuan Ke-4 : Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga

Pada soal c, Bank Mega Jakarta menerima cek Bank Niaga Jakarta yang ditarik oleh
Bobby untuk membayar barang dagangan kepada Yanti. Cek ini merupakan warkat tagihan
bagi Bank Mega Jakarta terhadap Bank Niaga Jakarta sehingga harus dikliringkan melalui
kliring Bank Indonesia Jakarta. Bank Mega Jakarta yang melakukan penagihan terhadap Bank
Niaga Jakarta akan mengelompokkan warkat ini sebagai warkat debet keluar ( WDK ).
Karena warkat tersebut belum memberikan kepastian dana maka pada saat kliring 1
( penyerahan ) Bank Mega Jakarta harus mencatat penagihan kliring ini dalam rekening
administratif ( RAR kliring ) dan Bank Mega Jakarta selaku yang menagih akan menunggu
hasilnya pada kliring 2 ( pengembalian ). Pada kliring 2 ( pengembalian ), Bank Niaga Jakarta
menerima warkat bank sendiri yang ditarik oleh Bobby berupa cek dari peserta kliring ( Bank
Mega Jakarta ). Warkat ini merupakan warkat debet masuk ( WDM ) karena Bank Niaga
Jakarta harus mendebet rekening giro nasabah ( Bobby ). Rekening lawannya adalah
mengkredit rekening giro Bank Indonesia.
Pada soal d, Fitri menyerahkan cek Bank Lippo Jakarta dari Dwiwahyu untuk
keuntungan gironya kepada Bank Niaga Jakarta. Cek ini merupakan warkat tagihan bagi Bank
Niaga Jakarta terhadap Bank Lippo Jakarta sehingga harus dikliringkan melalui kliring Bank
Indonesia Jakarta. Bank Niaga Jakarta yang melakukan penagihan terhadap Bank Lippo
Jakarta akan mengelompokkan warkat ini sebagai warkat debet keluar ( WDK ). Karena
warkat tersebut belum memberikan kepastian dana maka pada saat kliring 1 ( penyerahan )
Bank Niaga Jakarta harus mencatat penagihan kliring ini dalam rekening administratif ( RAR
kliring ) dan Bank Niaga Jakarta selaku yang menagih akan menunggu hasilnya pada kliring 2
( pengembalian ). Bank Lippo Jakarta menerima warkat debet masuk ( WDM ), karena bank
Lippo Jakarta menerima warkat bank sendiri yang ditarik oleh Dwiwahyu sebesar
Rp.20.000.000 sehingga Bank Lippo Jakarta harus melakukan pencatatan pada kliring 2
( pengembalian ) dengan mendebet pada rekening giro Dwiwahyu dan mengkredit pada
rekening Giro BI.

12

Tugas ALKS Pertemuan Ke-4 : Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga

Gambar 3. Proses pencatatan kliring pada contoh soal

13

Tugas ALKS Pertemuan Ke-4 : Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga

14

Tugas ALKS Pertemuan Ke-4 : Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga

Penutup
Kesimpulan
Kliring hakikatnya adalah transaksi lalu lintas pembayaran yang dimaksudkan untuk
memudahkan penyelesaian hutang piutang antar bank yang timbul dari ransakasi giral.
Transaksi ini dilakukan oleh setiap bank peserta kliring melalui perantara Bank Indonesia
sebaga lembaga kliring. Setiap bank yang menajadi peserta kliring diwajibkan memelihara
saldo alat likuid dalam bentuk rekening giro pada Bank Indonesia untuk menampung semua
penarikann dan penyetoran nasabah masing-masing yang akan mengakibatkan bertambah
atau berkurangnya saldo giro tersebut.

Daftar Pustaka :
http//akuntansi kliring oleh jangcik dkk.html
http//ahilmi Akuntansi Kliring.html
Sudarsono, Heri, 2003, Bank dan Lembaga Keuangan Syari’ah : Deskriptif dan
Ilustratif , Yogyakarta : Ekonisia
Triandu, Sigit, Totok Budisantoso, 2009, Bank dan Lembaga Keuangan Lain,
Yogyakarta : Salemba Empat
Kuswandani, Daniel dan N. Napoliwa, 2000, Akuntansi Perbankan, Jakarta : Institut
Bankir Indonesia

15

Tugas ALKS Pertemuan Ke-4 : Akuntansi Unit Kliring dan Surat Berharga