EFEKTIVITAS PERAN PENGAWAS SEKOLAH MELAL (1)

EFEKTIVITAS PERAN PENGAWAS SEKOLAH MELALUI
SUPERVISI AKADEMIK DALAM MENINGKATKAN
KINERJA MENGAJAR GURU
(Studi Kasus pada SMKN 1 Kota Banjar dan SMK
Muhammadiyah Kota Banjar)

Oleh:

LAELA NURJAMILAH NURTANIATI
NIM: 82321617046

PENGESAHAN
Usul Penelitian ini sesuai dengan judul yang ditetapkan DBT dan disetujui
untuk mengikuti seminar Usul Penelitian
Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan.

Runalan, Drs, M.Si
NIP 19571016 198703 1 003

1


KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan usul penelitian yang berjudul

“EFEKTIVITAS

PERAN PENGAWAS SEKOLAH MELALUI SUPERVISI AKADEMIK
DALAM MENINGKATKAN KINERJA MENGAJAR GURU (Studi Kasus pada
SMKN 1 Kota Banjar dan SMK Muhammadiyah Kota Banjar)” ini.
Usul penelitian ini dibuat sebagai pemenuhan salah satu syarat Ujian guna
memperoleh gelar Magister Pendidikan Program Studi Adminitrasi Pendidikan
Konsentrasi Administrasi Sistem Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
penyempurnaan usul penelitian ini. Semoga usul penelitian ini bermanfaat bagi
penulis pribadi, pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Ciamis, November 2017


Penulis

2

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan............................................................................

i

Kata Pengantar....................................................................................

ii

Daftar Isi.............................................................................................

iii

Daftar Gambar....................................................................................


iv

BAB I Pendahuluan............................................................................

1

1.1 Latar Belakang Penelitian.......................................................

1

1.2 Fokus Penelitian.....................................................................

8

1.3 Perumusan Masalah................................................................

8

1.4 Tujuan Penelitian....................................................................


9

1.5 Kegunaan Penelitian...............................................................

9

BAB II Kajian Pustaka dan Pendekatan Masalah..............................

11

2.1 Kajian Pustaka........................................................................

11

2.1.1 Efektivitas......................................................................

11

2.1.2 Pengawas Sekolah.........................................................


14

2.1.2.1 Regulasi Pengawas Sekolah..............................

14

2.1.2.2 Tugas Pokok dan Beban Kerja Pengawas Sekolah

16

2.1.2.3 Kewajiban, Tanggung Jawab dan Wewenang. . .

17

2.1.2.4 Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas Sekolah

17

2.1.3 Supervisi Akademik.......................................................


25

2.1.3.1 Pengertian Supervisi Akademik........................

25

2.1.3.2 Tujuan Supervisi Akademik..............................

26

2.1.3.3 Fungsi dan Peranan Supervisi Akademik..........

28

3

2.1.3.4 Prinsip – prinsip Supervisi Akademik...............

30


2.1.3.5 Pendekatan Supervisi Akademik.......................

34

2.1.3.6 Model Supervisi Akademik...............................

38

2.1.4 Kinerja Mengajar Guru..................................................

43

2.1.4.1 Pengertian Kinerja Mengajar Guru...................

43

2.1.4.2 Dimensi Kinerja Mengajar Guru.......................

45


2.1.5 Penelitian Terdahulu yang Relevan...............................

48

2.2 Pendekatan Masalah...............................................................

50

BAB III Metodologi Penelitian.........................................................

52

3.1 Metode Penelitian..................................................................

52

3.2 Desain Penelitian...................................................................

53


3.3 Sumber Data dan Alat Pengumpul Data................................

53

3.4 Teknik Pengolah dan Analisis Data.......................................

56

3.5 Waktu dan Tempat Penelitian................................................

60

3.5.1 Waktu Penelitian..........................................................

60

3.5.2 Tempat Penelitian........................................................

61


Daftar Pustaka.....................................................................................

62

4

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pendekatan Masalah.......................................................

51

Gambar 3.1 Model Analisis Interaktif................................................

57

5

BAB I
PENDAHULUAN


1.1

Latar Belakang Penelitian
Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Pasal 3, tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Melihat tujuan
dari proses pendidikan secara Nasional Indonesia tersebut pemerintah dan bangsa
Indonesia terus berupaya dalam meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya
dengan meningkatkan kualitas gurunya. Guru sangat menentukan keberhasilan
pendidikan

suatu

menggambarkan

negara.
tentang

Berbagai
peran

kajian

strategis

dan

dan

hasil

penelitian

menentukan

guru

yang
dalam

mengantarkan keberhasilan pendidikan suatu negara. Sebagaimana dikemukakan
oleh Mulyasa (1995:9) bahwa “keberhasilan pembaruan sekolah sangat ditentukan
oleh gurunya, karena guru adalah pemimpin pembelajaran, fasilitator, dan
sekaligus merupakan pusat inisiatif pembelajaran.”
Karena itu, guru harus senantiasa mengembangkan diri secara mandiri tidak
bergantung

kepada

inisiatif

kepala

sekolah

saja.

Peran

guru

dalam

penyelenggaraan pendidikan sangat dominan terhadap pencapaian kualitas
pendidikan, oleh karenanya upaya untuk mempersiapkan sumber daya manusia
dalam hal ini seorang guru yang profesional perlu penegasan yang konkret seperti
1

yang tercantum dalam UU No. 14 Tahun 2005 mengenai Guru dan Dosen
dijelaskan bahwa:
Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada
jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundangundangan.
Lebih jauh diungkapkan oleh Supriadi (1998: 178) bahwa “mutu pendidikan
yang dinilai dari prestasi belajar peserta didik sangat ditentukan oleh guru, yaitu
34% pada negara sedang berkembang dan 36% pada negara industri”. Peran guru
dalam penyelenggaraan pendidikan formal sangat dominan untuk mencapai
pendidikan yang berkualitas. Dalam hal pendidikan ini diperlukan guru yang
memiliki kinerja yang baik, karena dalam pendidikan ini guru tidak hanya
membentuk kecerdasan, tetapi juga membekali dengan kompetensi dan nilai-nilai
etik serta pembentukan watak yang membuat anak didik mempunyai jati diri dan
kepercayaan yang kuat atau kompetensinya.
Peningkatan terhadap kinerja mengajar guru perlu dilakukan baik oleh guru
itu sendiri melalui motivasi yang dimilikinya

maupun pihak kepala sekolah

melalui pembinaan-pembinaan. Kinerja mengajar guru merupakan kemampuan
seorang guru dalam melaksanakan tugas pembelajaran di sekolah dan bertanggung
jawab atas peserta didik di bawah bimbingannya dengan meningkatkan prestasi
belajar peserta didik. Tetapi, kinerja mengajar guru tidak hanya ditunjukkan oleh
hasil kerja, kinerja juga ditunjukkan oleh perilaku dalam bekerja.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja mengajar guru adalah
pembinaan melalui supervisi akademik yang dilakukan baik oleh kepala sekolah
maupun oleh pengawas sekolah.
2

Supervisi akademik merupakan salah satu alat dalam memberdayakan guru
sehingga dapat meningkatkan kualitas dan keprofesionalannya. Inti supervisi
adalah bagaimana guru dapat melakukan proses pembelajaran yang sebaik –
baiknya sehingga para peserta didik dengan mudah melakukan proses
pembelajaran. Douglass (1961) dalam buku Lantip Diat Prasojo (2011:25-28)
membedakan konsep supervisi akademik menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:
(1) Good supervision is democratic;
Supervisi yang baik menurut Douglass adalah supervisi yang demokratis,
karena kita hidup dalam masyarakat yang demokratis. Di dalam
masyarakat yang demokratis, supervisi harus bersifat demokratis. Guru
sebagai individu bebas

berfikir, melatih diri

untuk berinisiatif,

mengembangkan kepercayaan diri, dan mengembangkan keikutsertaan
dalam pembuatan keputusan, baik yang berkaitan dengan tujuan maupun
kebijakan pengajaran. Demokrasi dalam dunia pendidikan dilakukan
dengan cara memasukkan unsur – unsur kerja sama antara guru dengan
supervisor. Mereka secara bersama – sama memecahkan masalah bersama.
Supervisor yang demokratis juga menekankan pada pertumbuhan jabatan
guru, diskusi dan penentuan tujuan yang bervariasi, menciptakan metode
dan

prosedur untuk

perbaikan

pembelajaran

dan pengembangan

kemampuan guru dalam rangka pemantapan diri.
(2) Good supervision is objective and systematic;
Konsep

supervisi

yang

objektif

dan

sistematis

mengarah

pada

pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis – hipotesis dan teori –

3

teori yang baru. Sifat objektif dan sistematis juga berlaku bagi riset dan
percobaan – percobaan yang perlu untuk menentukan efektivitas dan
validitas metode dan prosedur, baik bagi program pembelajaran maupun
bagi keperluan supervisi, terutama sekali supervisi akademik
(3) Good supervision is creative.
Tujuan supervisi yang kreatif adalah mengembangkan program kerja sama
yang berkenaan dengan perhatian umum, penggunaan riset ilmiah dan
mempersiapkan tenaga – tenag profesional yang menuntut problem –
problem ilmiah, bebas darai pengawasan dan menstimulir melalui
semangat penemuan. Supervisi akademik memiliki program perbaikan,
tidak hanya terbatas ditentukan dan sekaligus ditangani oleh atasan, tetapi
juga usaha kerja sama dipertahankan dan dipelihara dalam rangka
pengembangan riset alamiah. Para supervisor harus dapat menggerakkan
guru melalui semangat penemuan.
Supervisi akademik dalam tujuannya untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa merupakan suatu keniscayaan. Dalam hal ini kinerja mengajar guru harus
pula ditingkatkan dan dibina secara kontinyu. Pembinaan kepada guru merupakan
tugas seorang pengawas sekolah sebagai gurunya guru.
Kegiatan supervisi
diharapkan dapat
supervisi

yang dilakukan oleh pengawas kepada

mewarnai

pembelajaran.

Semakin

baik

guru-guru
pelaksanaan

dilaksanakan semakin baik pula pembelajaran di sekolah (Piet

Sahertian, 2000: 91). Pertanyaan yang timbul adalah “sudahkah supervisi yang
dilaksanakan pengawas berlangsung secara efektif?” Supervisor yang efektif

4

adalah selalu proaktif dalam memberikan pendekatan dan tanggungjawabnya,
yaitu memiliki perencanaan ke depan, mengatasi masalah yang timbul dengan
cara yang sesuai dengan jenis masalah yang dihadapi. Supervisor juga harus
mengetahui, memahami serta melaksanakan teknik-teknik dalam supervisi.
Berbagai teknik dapat digunakan oleh pengawas dalam membantu guru
meningkatkan situasi belajar mengajar, baik secara kelompok maupun secara
perorangan ataupun dengan cara langsung bertatap muka dan cara tak
langsung bertatap muka melalui media komunikasi (Syaiful Sagala, 2010:174).
Dalam iklim demokrasi harus ada reformasi unjuk kerja pengawas. Hal
yang harus dirubah adalah unjuk kerja pengawas yang memakai pola lama
yaitu mencari kesalahan

dan kebiasaan memberi pengarahan dan bimbingan

(Suharsimi Arikunto, 2004:76). Kalau pengawas terus menerus mengarahkan
selain tidak demokratis, juga tidak memberi kesempatan guru-guru belajar
berdiri sendiri (otonom) dalam arti profesional. Guru tidak diberi kesempatan
untuk berdiri sendiri atas tanggungjawab sendiri padahal ciri dari guru yang
profesional ialah guru-guru bebas dalam mengembangkan diri sendiri atas
kesadaran diri sendiri.
Dalam pelaksanaan pengawasan seringkali supervisi mengalami beberapa
kendala. Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto (1984: 62) mengindikasikan
ada tiga hambatan dalam pelaksanaan pengawasan, pertama, faktor organisasi
pengawas karena kurangnya pengenalan dan kesadaran tentang tanggungjawab
pengawas serta kegagalan dalam menetapkan wewenang dan tanggungjawab
pengawas.

Kedua, di pihak pengawas, yang kurang dipersiapkan menjadi

5

pengawas, pengalaman belajar yang pernah diperoleh di saat “preservice
education” belum menjadi bekal yang cukup untuk melaksanakan tugas
pengawasan. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan pengawas daripada kepala
sekolah dan pemimpin-pemimpin pendidikan lainnya, akan menghambat
pelaksanaan pengawasan pendidikan. Ketiga, dari sikap guru-guru terhadap
pengawas merupakan faktor penting dalam pelaksanaan pengawasan. Kesan guru
terhadap pengawas yang kurang demokratis pernah terjadi di masa lalu. Karena
prosedur pengawasan yang kurang memenuhi harapannya.
Idealnya pengawas sekolah sebagai supervisor akademik harus menjadi
idola para guru, karena keberadaan pengawas di tengah-tengah mereka menjadi
inspirator bagi guru untuk mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengan
tugas mengajar.

Namun menurut Fathurrohman dan Suryana (2011: 146)

pelaksanaan supervisi akademik oleh pengawas di sekolah belum efektif sehingga
belum memberi kontribusi yang memadai untuk meningkatkan mutu layanan
pendidikan menengah, alasan utamanya bertumpu pada dua hal yaitu pertama
beban kerja pengawas terlalu berat, kedua supervisi yang dilakukan merupakan
supervisi rutin yang menitikberatkan pada penataan administrasi sekolah, disiplin
kerja dan kondisi fisik kebersihan, ketertiban dan keindahan sekolah. Akibatnya,
di lapangan beberapa guru merasakan kehadiran pengawas di tengah-tengah
mereka tidak dapat membantu memperbaiki dan mengatasi kesulitan guru dalam
melaksanakan tugas dihadapinya.
Banyaknya jumlah sekolah yang menjadi binaan juga menjadi permasalahan
tersendiri dalam pelaksanaan supervisi pendidikan. Di Kota Banjar sendiri jumlah

6

pengawas sekolah ada 6 orang yang mengawasi dan membina SMA dan SMK seKota Banjar yaitu sebanyak 15 SMK negeri dan swasta, serta 5 (lima) SMA negeri
dan swasta. Menurut

Permenpan No. 21 Tahun 2010, idealnya beban kerja

pengawas hanya 37,5 jam perminggu dan pengawas mengawasi 40 orang guru.
Keadaan ini menambah permasalahan pengawasan pendidikan khususnya di
wilayah kerja Kota Banjar.
Keterbatasan jumlah Pengawas dan luasnya wilayah binaan memang
menjadi penghambat keberhasilan supervisi akademik. Namun hal tersebut bukan
menjadi kendala ketika pengawas cerdas menggunakan strategi supervisi yang
efektif. Hal lain yang dapat dilakukan pengawas adalah meningkatkan efektivitas
supervisi akademik pengawas, penggunaan bantuan teknologi dalam supervisi dan
pemberdayaan K3S.
Oleh karena itu supervisi akademik yang dilakukan pengawas sekolah harus
dilakukan dengan efektif sehingga dapat memberikan bimbingan dan layanan
kepada guru dengan optimal. Kemampuan profesional dalam bidang teknis
edukatif dan teknis administratif juga harus dikuasai oleh pengawas, bila tidak
maka kehadiran pengawas tidak akan membawa pengaruh apapun dalam
meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Berdasarkan latar belakang pemikiran seperti diuraikan di atas maka peneliti
merasa perlu melakukan penelitian terhadap efektivitas supervisi akademik dalam
meningkatkan kinerja mengajar guru yang dilakukan pengawas sekolah.

7

1.2

Fokus Penelitian
Dari uraian pada latar belakang di atas terfokuskan bahwa kualitas kinerja

mengajar guru dipengaruhi efektivitas peran pengawas sekolah dalam melakukan
pembinaan melalui supervisi akademik. Dalam Permendiknas No 12 tahun 2007,
salah satu kompetensi pengawas sekolah adalah kompetensi supervisi akademik
Supervisi akademik, dalam hal ini yang dilakukan pengawas sekolah mempunyai
kewenangan yang sangat besar dalam upaya meningkatkan mutu sekolah lewat
perbaikan proses pembelajaran. Fungsi lain dari pengawas sekolah dalam hal
supervisi akademik kepala sekolah yaitu memberikan penilaian terhadap seluruh
komponen pendidikan yang salah satunya adalah guru. Dalam hal peningkatan
mutu pendidikan, maka kualitas kinerja guru harus diperbaiki. menitik beratkan
pada

kegiatan

supervisi

akademik

kepala

sekolah

yang

benar-benar

mempengaruhi peningkatan kualitas kinerja mengajar guru.
Penelitian ini akan memfokuskan sejauhmana efektivitas peran pengawas
sekolah melalui pelaksanaan supervisi akademik dalam meningkatkan kinerja
mengajar guru. Dalam hal ini difokuskan pada SMK Negeri 1 Kota Banjar dan
SMK Muhammadiyah Kota Banjar.

1.3

Perumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian tersebut dapat dirinci ke dalam beberapa

pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana efektivitas pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan
pengawas dalam meningkatkan kinerja mengajar guru di SMK Negeri 1
Kota Banjar dan SMK Muhammadiyah Kota Banjar?

8

2. Apa sajakah kendala dan solusi pelaksanaan supervisi akademik yang
dilakukan pengawas dalam meningkatkan kinerja mengajar guru di SMK
Negeri 1 Kota Banjar dan SMK Muhammadiyah Kota Banjar?
1.4

Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang diteliti, penelitian ini

bertujuan untuk

mengetahui :
1. Efektivitas pelaksanaan supervisi akademik yang dilakukan pengawas
dalam meningkatkan kinerja mengajar guru di SMK Negeri 1 Kota
Banjar dan SMK Muhammadiyah Kota Banjar.
2. Kendala dan solusi mengenai supervisi akademik pengawas PAI dalam
meningkatkan kinerja mengajar guru di SMK Negeri 1 Kota Banjar dan
SMK Muhammadiyah Kota Banjar.
1.5

Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini terdiri atas aspek teoritis dan aspek praktis.
1. Aspek Teoritis
Secara akademis, temuan-temuan dalam penelitian ini dapat menjadi
bahan untuk memperkaya konsep dan teori mengenai supervisi akademik
pengawas. Indikator-indikator ketidak-efektifan pelaksanaan supervisi
akademik menjadi bahan kajian untuk diteliti lebih lanjut sehingga akan
dihasilkan konsep acuan bagi kegiatan keilmuan dalam masalah supervisi
akademik pengawas. Faktor-faktor yang menjadi kendala dan solusi
pelaksanaan supervisi akademik menjadi bahan penelitian lebih lanjut
terutama tingkat hubungan dan pengaruhnya terhadap supervisi
akademik,
sehingga akan diperoleh konsep yang turut memperkaya perbendaharaan
supervisi akademik.
2. Aspek Praktis

9

Secara praktis, temuan-temuan dalam penelitian ini, diharapkan dapat
bermanfaat untuk kemajuan penyelenggaraan supervisi akademik
pengawas khususnya di Kota Banjar. Informasi dan kesimpulan hasil
penelitian akan dijadikan dasar untuk memberikan masukan kepada para
pengawas sekolah sebagai bahan rujukan dalam menyusun strategi
supervisi akademik secara efektif.
Bagi birokrasi yang mengelola peningkatan mutu pendidikan diharapkan
indikator dan faktor-faktor yang menghambat efektivitas pelaksanaan
supervisi akademik dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembuatan
kebijakan pendidikan khusususnya di bidang kepengawasan.
Bagi profesi pengawas, pelaksanaan supervisi dan kendala yang
ditemukan sebagai sumbangan pemikiran, koreksi dan refleksi dalam
meningkatkan kinerja sesuai dengan peran, tanggungjawab dan tupoksi
pengawas, khususnya dalam menjalankan tugas supervisi akademik ke
sekolah-sekolah binaan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PENDEKATAN MASALAH

2.1

Kajian Pustaka
Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa penelitian ini bertujuan

ingin mengetahui efektivitas

peran pengawas sekolah dalam meningkatkan

kinerja mengajar guru di SMK Negeri 1 Kota Banjar dan SMK Muhammadiyah
Kota Banjar. Terkait dengan hal tersebut, pada sub bab ini akan diuraikan
mengenai teori-teori Efektivitas, pengawas sekolah,
10

supervisi akademik, dan

kinerja mengajar guru serta hasil penelitian terdahulu yang relevan, yang
selanjutnya penulis jadikan landasan atau acuan dalam melakukan penelitian.
2.1.1 Efektifitas
Efektivitas mempunyai arti yang berbeda-beda bagi setiap orang,
tergantung pada kerangka acuan yang dipakainya. Efektif

ialah tingkat

keberhasilan pencapaian tujuan (outcomes) dengan cara melakukan pekerjaan
yang benar (do the right things). Efektif juga berarti mampu mencapai tujuan
dengan baik. Jika efisiensi lebih memfokuskan diri pada proses penghematan,
maka keefektifan (effectiveness) lebih memfokuskan diri pada output atau hasil
yang diharapkan. Hasil yang diharapkan dapat diukur secara kuantitatif dan
kualitatif.
Efektif ialah cara melakukan sesuatu (pekerjaan) yang benar (do the
right things), sedangkan efisiensi (daya guna) ialah cara melakukan pekerjaan
dengan benar (do things right) . Efektif dapat ditinjau dari sudut kuantitatif dan
kualitatif. Pengertian efektif secara kuantitatif ialah perbandingan antara realisasi
dengan target. Semakin tinggi realisasi yang dicapai, semakin tinggi nilai
efektifnya. Efektif menurut pengertian kualitatif ialah tingkat pencapaian tujuan
atau tingkat kepuasan yang dicapai. Semakin tercapai tujuan seseorang atau
organisasi semakin efektif seseorang atau organisasi itu. Semakin puas seseorang
atau organisasi, semakin efektif seseorang atau organisasi itu. Kepuasan meliputi
kepuasan internal dan eksternal organisasi (Husaini Usman, 2010: 44).
Dalam Perilaku Organisasi untuk memahami makna atau konsep
Efektivitas dikenal tiga pendekatan, yakni: pendekatan tujuan atau disebut the
goal optimization approach, pendekatan sistem atau dikenal the system theory

11

approach dan pendekatan kepuasan partisipasi atau disebut participant
satisfaction model (Gibson, 1998:98).
Efektivitas adalah pemanfaatan sumber daya, sarana dan prasarana dalam
jumlah tertentu yang ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah
sesuatu atas jasa kegiatan yang dijalankannya. Efektivitas menunjukan
keberhasilan dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Jika hasil
kegiatan semakin

mendekati

sasaran, berarti makin tinggi efektivitasnya

(Siagian, 2001: 24).
Efektivitas menunjukkan kemampuan dalam mencapai sasaran yang telah
ditetapkan secara tepat. Pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan ukuran
maupun standar yang berlaku mencerminkan supervisi akademik berjalan efektif.
Terdapat beberapa

cara

pengukuran terhadap efektivitas, sebagai berikut:

menurut Gibson et, al (Usman, 2010:3) menyatakan bahwa efektivitas dapat
dilihat dari perspektif: (1) efektivitas individual (input), (2) efektivitas kelompok
(proses), efektivitas organisasi.
Efektivitas individual ditentukan oleh pengetahuan, sikap, ketrampilan,
kemampuan, motivasi dan stress. Efektivitas kelompok ditentukan oleh
kekompakan(achieveness), kepemimpinan, struktur, status, peran dan norma.
Efektivitas organisasi ditentukan oleh lingkungan, tehnologi, pilahan strategis,
struktur dan budaya.
Cowan dalam Sukadi (2002:12) mengemukakan bahwa efektivitas
dihubungkan dengan pencapaian sasaran yang telah ditentukan atau perbandingan
antara hasil nyata dengan hasil ideal. Sedangkan Hadari Nawawi (1984:43)
menjelaskan bahwa efektivitas maksudnya adalah menilai tindakan atau kegiatan
yang telah dilakukan apakah telah menghasilkan sesuatu seperti yang

12

direncanakan dan berjalan dengan sebenarnya serta tidak menyimpang dari
perencanaan sehingga sesuai dengan tujuan yang harapkan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dijelaskan bahwa efektivitas
adalah tingkat pencapaian tujuan atau sasaran organisasional sesuai yang
ditetapkan.

Efektivitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan dan

sejauh mana supervisi menghasilkan tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Ini
dapat diartikan, apabila sesuatu pekerjaan dapat dilakukan dengan baik sesuai
dengan yang direncanakan. Oleh karena itu,

dalam menentukan

Efektivitas

supervisi akademik pada penelitian ini, dapat diukur melalui indikator sebagai
berikut :
a) Keberhasilan program
b) Keberhasilan sasaran
c) Tingkat input dan output
2.1.2 Pengawas Sekolah
2.1.2.1 Regulasi Pengawas Sekolah
Pengawas sekolah merupakan jabatan fungsional yang diatur oleh Undang
– undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. Sedangkan standar pengawas sekolah dirinci dalam Permendiknas
Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah. Adapun
jabatan fungsional dan angka kredit pengawas sekolah diatur dalam Permenpan
RB Nomor 21 Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan
Angkat Kreditnya.
Menurut Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional Pengawas
Sekolah dan Angka Kreditnya, Pengawas Sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil
(PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara penuh oleh

13

pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pengawasan akademik dan
manajerial pada satuan pendidikan (pasal 1 ayat 2). Kegiatan pengawasan adalah
kegiatan pengawas sekolah dalam menyusun program pengawasan, melaksanakan
program pengawasan, evaluasi hasil pelaksanaan program, dan melaksanakan
pembimbingan dan pelatihan profesional Guru (pasal 1 ayat 4). Dalam Peraturan
Menteri ini tidak dijelaskan apakah PNS yang diangkat sebagai pengawas sekolah
ini berasal dari unsur guru atau kepala sekolah.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 Tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah
disebutkan bahwa pengawas sekolah adalah guru yang diangkat dan diberi tugas,
tanggung jawab secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan
pengawasan pendidikan dan administrasi pada satuan pendidikan prasekolah,
sekolah dasar dan sekolah menengah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pengawas sekolah adalah
berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau kepala sekolah
sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang pendidikan yang sesuai dengan
satuan pendidikan yang diawasi, memiliki sertifikat pendidikan fungsional
sebagai pengawas satuan pendidikan, serta telah lulus seleksi pengawas satuan
pendidikan (pasal 39 ayat 2).
Jadi dapat dijelaskan bahwa pengawas sekolah adalah pegawai negeri sipil
yang berstatus guru atau kepala sekolah yang lulus seleksi pengawas sekolah lalu
diangkat dan diberi tugas, wewenang secara penuh oleh pejabat berwenang untuk
melakukan pengawasan satuan pendidikan.
Bidang pengawasan meliputi pengawasan taman kanak-kanak/raudhatul
athfal,

sekolah

dasar/madrasah

ibtidaiyah,
14

pengawasan

rumpun

mata

pelajaran/mata pelajaran, pendidikan luar biasa, dan bimbingan konseling. Dalam
Pasal 4 ayat 1 disebutkan Pengawas Sekolah berkedudukan sebagai pelaksana
teknis fungsional di bidang pengawasan akademik dan manajerial pada sejumlah
satuan pendidikan yang ditetapkan. Sedangkan pada ayat 2 Pengawas Sekolah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah jabatan karier yang hanya dapat
diduduki oleh Guru yang berstatus sebagai PNS
2.1.2.2 Tugas Pokok, dan Beban Kerja Pengawas Sekolah
Dalam Permenpan RB Nomor 21 Tahun 2010 pasal 5, termaktub tugas
pokok Pengawas Sekolah adalah melaksanakan tugas pengawasan akademik dan
manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi penyusunan program
pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan pelaksanaan 8 (delapan)
Standar Nasional Pendidikan, penilaian, pembimbingan dan pelatihan professional
Guru, evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan, dan pelaksanaan tugas
kepengawasan di daerah khusus
Pada pasal 6 ayat 1 ditetapkan beban kerja Pengawas Sekolah adalah 37,5
(tiga puluh tujuh setengah) jam perminggu di dalamnya termasuk pelaksanaan
pembinaan, pemantauan, penilaian, dan pembimbingan di sekolah binaan.
Sedangkan pada ayat 2 dijelaskan Sasaran pengawasan bagi setiap Pengawas
Sekolah adalah sebagai berikut:
1)

untuk taman kanak-kanak/raudathul athfal dan sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah paling sedikit 10 satuan pendidikan dan/atau 60 (enam puluh)
Guru;

15

2)

untuk sekolah menengah pertama/madrasah tsanawiyah dan sekolah
menengah atas/madrasah aliyah/sekolah/madrasah aliyah kejuruan paling
sedikit 7 satuan pendidikan dan/atau 40 (empat puluh) Guru mata
pelajaran/kelompok mata pelajaran;

3)

untuk sekolah luar biasa paling sedikit 5 satuan pendidikan dan/atau 40
(empat puluh) Guru;

4)

untuk pengawas bimbingan dan konseling paling sedikit 40 (empat puluh)
Guru bimbingan dan konseling.

2.1.2.3 Kewajiban, Tanggung jawab dan Wewenang
Kewajiban Pengawas Sekolah (pasal 7) dalam melaksanakan tugas adalah:
a) menyusun program pengawasan, melaksanakan program pengawasan,
melaksakan evaluasi hasil pelaksanaan program pengawasan dan
membimbing dan melatih profesional Guru;
b) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni;
c) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, nilai agama
dan etika;
d) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
Sedangkan Pengawas Sekolah bertanggungjawab melaksanakan tugas
pokok dan kewajiban sesuai dengan yang dibebankan kepadanya (pasal 8).
Pengawas Sekolah berwenang memilih dan menentukan metode kerja,
menilai kinerja Guru dan kepala sekolah, menentukan dan/atau
mengusulkan program pembinaan serta melakukan pembinaan (pasal 9)
2.1.2.4 Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas Sekolah
Dalam Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 dijelaskan tentang kualifikasi
pengawas sekolah terbagi atas sebagai berikut:

16

1) Kualifikasi Pengawas Taman Kanak-kanak/Raudhatul Athfal (TK/RA) dan
Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI) adalah sebagai berikut:
a) Berpendidikan minimum sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV)
kependidikan dari perguruan tinggi terakreditasi;
b) 1) Guru TK/RA bersertifikat pendidik sebagai guru TK/RA dengan
pengalaman kerja minimum delapan tahun di TK/RA atau kepala
sekolah TK/RA dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk
menjadi pengawas TK/RA;
2) Guru SD/MI bersertifikat pendidik sebagai guru SD/MI dengan
pengalaman kerja minimum delapan tahun di SD/MI atau kepala
sekolah SD/MI dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk
menjadi pengawas SD/MI;
c) Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c;
d) Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas
satuan pendidikan;
e) Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang
dapat diperoleh melalui uji kompetensi dan atau pendidikan dan
pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan
f)

pemerintah;
Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan.

2) Kualifikasi Pengawas Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
(SMP/MTs), Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA), dan
Sekolah/Madrasah Aliyah Kejuruan (SMK/MAK) adalah sebagai berikut :
a) Memiliki pendidikan minimum magister (S2) kependidikan dengan
berbasis sarjana (S1) dalam rumpun mata pelajaran yang relevan pada
perguruan tinggi terakreditasi;

17

b) 1) Guru SMP/MTs bersertifikat pendidik sebagai guru SMP/MTs
dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun
mata pelajaran yang relevan di SMP/MTs atau kepala sekolah
SMP/MTs dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi
pengawas SMP/MTs sesuai dengan rumpun mata pelajarannya;
2) Guru SMA/MA bersertifikat pendidik sebagai guru dengan
pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun mata
pelajaran yang relevan di SMA/MA atau kepala sekolah SMA/MA
dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk menjadi pengawas
SMA/MA sesuai dengan rumpun mata pelajarannya;
3) Guru SMK/MAK bersertifikat pendidik sebagai guru SMK/MAK
dengan pengalaman kerja minimum delapan tahun dalam rumpun
mata pelajaran yang relevan di SMK/MAK atau kepala sekolah
SMK/MAK dengan pengalaman kerja minimum 4 tahun, untuk
menjadi

pengawas

SMK/MAK

sesuai

dengan

rumpun

mata

pelajarannya;
c) Memiliki pangkat minimum penata, golongan ruang III/c;
d) Berusia setinggi-tingginya 50 tahun, sejak diangkat sebagai pengawas
satuan pendidikan;
e) Memenuhi kompetensi sebagai pengawas satuan pendidikan yang
dapat diperoleh melalui uji kompetensi dan atau pendidikan dan
pelatihan fungsional pengawas, pada lembaga yang ditetapkan
f)

pemerintah;
Lulus seleksi pengawas satuan pendidikan

Ada 6 kompetensi yang harus dimiliki oleh pengawas sekolah, yaitu
sebagai berikut:

18

1) Kompetensi Kepribadian
a) Memiliki tanggung jawab sebagai pengawas satuan pendidikan.
b) Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang
berkaitan dengan kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas
jabatannya.
c) Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang pendidikan dan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang tugas pokok
dan tanggung jawabnya.
d) Menumbuhkan motivasi kerja pada dirinya dan pada stakeholder
pendidikan.
2) Kompetensi Supervisi Manajerial
a) Menguasai metode, teknik dan prinsipprinsip supervisi dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.
b) Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi,misi, tujuan
c)

dan program pendidikan di sekolah.
Menyusun metode kerja dan instrumen yang diperlukan untuk

melaksanakan tugas pokok dan fungsi pengawasan di sekolah.
d) Menyusun
laporan
hasil-hasil
pengawasan
dan
menindaklanjutinya
e)

untuk

perbaikan

program

pengawasan

berikutnya di sekolah.
Membina kepala sekolah dalam pengelolaan dan administrasi
satuan pendidikan berdasarkan manajemen peningkatan mutu

f)

pendidikan di sekolah
Membina kepala sekolah dan guru dalam melaksanakan

bimbingan konseling di sekolah.
g) Mendorong guru dan kepala sekolah dalam merefleksikan hasilhasil yang dicapainya untuk menemukan kelebihan dan
kekurangan dalam melaksanakan tugas pokoknya di sekolah.

19

h) Memantau

pelaksanaan

standar

nasional

pendidikan

dan

memanfaatkan hasilhasilnya untuk membantu kepala sekolah
dalam mempersiapkan akreditasi sekolah.
3) Kompetensi Supervisi Akademik
a) Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan
kecenderungan perkembangan tiap mata pelajaran dalam rumpun
mata pelajaran yang relevan di sekolah.
b) Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik, dan
kecenderungan perkembangan proses pembelajaran/bimbingan
tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di
sekolah.
c) Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap mata pelajaran
dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah
berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi
dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
d)
Membimbing guru dalam memilih dan
strategi/metode/teknik

menggunakan

pembelajaran/bimbingan

yang

dapat

mengembangkan berbagai potensi siswa melalui mata-mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah.
e) Membimbing guru dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun mata
pelajaran yang relevan di sekolah.
f) Membimbing
guru
dalam

melaksanakan

kegiatan

pembelajaran/bimbingan (di kelas, laboratorium, dan atau di
lapangan) untuk tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran
yang relevan di sekolah.

20

g) Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan
dan

menggunakan

media

pendidikan

dan

fasilitas

pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata
pelajaran yang relevan di sekolah.
h) Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam
pembelajaran/ bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata
pelajaran yang relevan di sekolah
4) Kompetensi Evaluasi Pendidikan
a) Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan dan
pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata
pelajaran yang relevan di sekolah.
b) Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang penting
dinilai dalam pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam
rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah.
c) Menilai kinerja kepala sekolah, kinerja guru dan staf sekolah
dalam melaksanakan tugas pokok dan tanggung jawabnya untuk
meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran/bimbingan pada
tiap mata pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di
sekolah.
d) Memantau pelaksanaan pembelajaran/ bimbingan dan hasil belajar
siswa

serta

menganalisisnya

untuk

perbaikan

mutu

pembelajaran/bimbingan tiap mata pelajaran dalam rumpun mata
pelajaran yang relevan di sekolah.
e) Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk
kepentingan pendidikan dan pembelajaran/bimbingan tiap mata
pelajaran dalam rumpun mata pelajaran yang relevan di sekolah

21

f) Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja kepala
sekolah, kinerja guru dan staf sekolah di sekolah.
5) Kompetensi Penelitian Pengembangan
a) Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode penelitian
dalam pendidikan.
b) Menentukan masalah kepengawasan yang penting diteliti baik
untuk keperluan tugas pengawasan maupun untuk pengembangan
karirnya sebagai pengawas.
c) Menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal penelitian
kualitatif maupun penelitian kuantitatif.
d) Melaksanakan penelitian pendidikan untuk pemecahan masalah
pendidikan, dan perumusan kebijakan pendidikan yang bermanfaat
bagi tugas pokok tanggung jawabnya.
e) Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian pendidikan baik
data kualitatif maupun data kuantitatif.
f) Menulis karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang pendidikan dan
atau bidang kepengawasan dan memanfaatkannya untuk perbaikan
mutu pendidikan
g) Menyusun pedoman/panduan

dan

atau

buku/modul

yang

diperlukan untuk melaksanakan tugas pengawasan di sekolah.
h) Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian tindakan
6)

kelas, baik perencanaan maupun pelaksanaannya di sekolah.
Kompetensi Sosial
a) Bekerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka meningkatkan
kualitas diri untuk dapat melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya.
b) Aktif dalam kegiatan asosiasi pengawas satuan pendidikan

2.1.3 Supervisi Akademik
2.1.3.1 Pengertian Supervisi Akademik

22

Istilah supervisi berasal dari dua kata, yaitu super dan vision. Dalam
Webtr’s New World Dictionary, istilah super berarti higher in rank or position
than, superior to (superintendent), greater or better than others”, sedangkan kata
vision berarti “the ability to perceive something not actually visible, as through
mental acutness or keen foresight”(Suhardan, 2010: 35-36).
Menurut Suhardan (2010: 36) supervisi adalah pengawasan profesional
dalam bidang akademik, dijalankan berdasarkan kaidah – kaidah keilmuan tentang
pembelajaran lebih mendalam dari sekedar pengawas biasa. Sementara itu
Neagley dan Evans (1980) dikutip oleh Made Pidarta ( Sutarsih et al, 2009: 312)
supervisi diartikan sebagai setiap layanan yang bertujuan menghasilkan perbaikan
instruksional, belajar dan kurikulum.
Boardmab dalam Arikunto (2006: 12), menyatakan

bahwa supervisi

akademik bukan hanya membantu guru dalam memahami pendidikan dan apa
peran sekolah dalam mencapai tujuannya, tapi juga membantu guru dalam
memahami keadaan dan kebutuhan siswanya, sebagai dasar analisis dalam
menyusun rencana pembelajaran secara tepat. Disamping itu, supervisi membantu
guru agar memiliki kemampuan dalam mengembangkan kecakapan pribadi.
Supervisi juga bertujuan membentuk moral kelompok yang kuat dan
mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan
bersahabat serta saling menghargai satu sama lainnya. Makna lain yang
terkandung dalam definisi tersebut adalah bahwa supervisi dimaksudkan untuk
membantu guru dalam memberi pengertian kepada masyarakat mengenai program

23

yang sudah ada dan direncanakan oleh sekolah agar masyarakat dapat mengerti
dan membantu usaha sekolah.
Intinya, supervisi akademik menurut Bordmab adalah bantuan kepada
guru dalam meningkatkan pemahaman dan kecakapan kompetensi profesional
tenaga pendidik, agar berhasil mencapai tujuan pendidikan. (Arikunto:2006:14).
Menurut Mulyasa (2003:11) supervisi akademik merupakan suatu proses
yang

dirancang

secara

khusus

untuk

membantu

guru

meningkatkan

pengetahuannya dan kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik
pada orang tua, peserta didik dan sekolah serta berupaya menjadikan sekolah
sebagai masyarakat belajar yang efektif.
Berdasarkan beberapa rumusan pengertian supervisi akademik dari para
pakar tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian supervisi akademik
adalah kegiatan berupa bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh supervisor,
yaitu pengawas sekolah dan kepala sekolah kepada guru dalam meningkatkan
kinerjanya dan kemampuan pengelolaan pembelajaran sehingga akan mendorong
peningkatan prestasi belajar peserta didik yang pada akhirnya dapat meningkatkan
mutu pendidikan.
2.1.3.2 Tujuan Supervisi Akademik
Tujuan supervisi akademik adalah membantu guru mengembangkan
kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran yang harus dicapai peserta didik.
Pengembangan kemampuan guru mencapai tujuan pembelajaran selain ditekankan
pada peningkatan pengetahuan dan keterampilan guru mengajar, juga pada
peningkatan komitmen (commitment) kemauan (willingness) dan motivasi
24

(motivation) guru, sebab dengan meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja
guru, kualitas pembelajaran akan lebih meningkat (Sudjana, 2011: 56).
Melalui supervisi akademik guru hendaknya menguasai kompetensi yang
harus dimilikinya yakni kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
pedagogik

dan

kompetensi

profesional

sebagaimana

dituangkan

dalam

Permendiknas Nomor 16 tahun 2007. Dikatakan pembelajaran yang mendidik
agar guru sadar bahwa tugas yang dibebankan kepada dirinya bukan semata-mata
mengembangkan kecerdasan intelektual tetapi juga mengembangkan nilai-nilai
moral, sosial, religi sebagai bagian integral dan proses pembelajaran. Dengan kata
lain menciptakan proses pembelajaran yang menumbuhkan kedewasaan
intelektual, moral, sosial dan emosional pesera didik.
Supervisi akademik diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan
kualitas pembelajaran melalui pemantauan dan penilaian kegiatan proses belajar
dan proses mengajar di sekolah agar diketahui sejauhmana tercapainya tujuan
pembelajaran. Pemantauan dan penilaian bisa dilakukan melalui kunjungan dan
observasi kelas pada saat guru melaksanakan pembelajaran. Pembelajaran
dikatakan berkualitas apabila peserta didik melakukan aktivitas belajar yang
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inovatif dan menyenangkan
serta mencapai hasil belajar yang optimal sehingga peserta didik mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya dan memiliki rasa keingintahuan lebih
lanjut.
Supervisi

akademik

diselenggarakan

untuk

mendorong

guru

menggunakan seluruh kemampuannya dalam melaksanakan pembelajaran,
mendorong guru untuk selalu berusaha meningkatkan kemampuannya, serta

25

mendorong guru agar bisa memiliki perhatian yang sungguh-sungguh
(commitment) terhadap tugas dan tanggung jawab profesinya.
2.1.3.3 Fungsi dan Peranan Supervisi Akademik
Penyelenggaraan sekolah melibatkan lima fungsi utama, yaitu: (1) fungsi
administrasi umum;

(2) fungsi mengajar; (3) fungsi supervisi; (4) fungsi

manajemen; dan (5) fungsi pelayanan khusus. Supervisi merupakan salah satu
bagian dari fungsi penyelenggaraan sekolah. Posisi supervisi berkaitan langsung
dengan pengajaran, tetapi tidak berhubungan langsung dengan siswa. Meskipun
kata Sergiovanni & Starratt (1983) yang dikutip Muslim (2010: 47), tujuan akhir
supervisi adalah meningkatkan perkembangan atau pertumbuhan siswa, tetapi
tidak bisa melakukan intervensi langsung kepada siswa melainkan hanya melalui
guru atau tenaga pendidik.
Fungsi utama supervisi pendidikan ditujukan pada perbaikan dan
peningkatan kualitas pengajaran. Menurut Arikunto (2006: 13), fungsi supervisi
pendidikan sedikitnya ada tiga, yaitu: (1) sebagai kegiatan meningkatkan mutu
pembelajaran; (2) sebagai pemicu atau penggerak terjadinya perubahan pada
unsur-unsur yag tekait dengan pembelajaran; dan (3) sebagai kegiatan memimpin
dan membimbing.
Wiles dan

Bondi

(1986:45)

menjelaskan

fungsi-fungsi

supervisi

berdasarkan peranan supervisor. Supervisi bisa dilihat sebagai peranan
kepemimpinan umum dan peranan koordinasi terhadap semua aktivitas sekolah
yang berkenaan dengan pembelajaran.

Berkenaan dengan fungsi supervisi

akademik, menurut Burton dan Bruckner (1995:3) fungsi utama supervisi modern
adalah menilai dan memperbaiki faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran peserta didik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada 8 fungsi supervisi,

26

yaitu:

(1)

mengkoordinasi

semua

usaha

sekolah;

(2)

memperlengkapi

kepemimpinan sekolah; (3) memperluas pengalaman guru-guru; (4) menstimulasi
usaha-usaha yang kreatif; (5) memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus;
(6) menganalisis situasi belajar-mengajar; (7) memberikan pengetahuan dan
keterampilan kepada setiap anggota staf; (8) memberi wawasan yang lebih luas
dan terintegrasi dalam merumuskan tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan
kemampuan mengajar guru-guru (Burton,et al, 1995:4).
Menurut Wiles dalam Sahertian (2008:25) bahwa supervisi berfungsi
untuk membantu (assisting), memberikan dukungan (supporting) dan mengajak
mengikutsertakan (sharing). Seorang supervisor dalam melakukan tugasnya dapat
berperan sebagai :
a) Koordinator, harus dapat mengkoordinasi program belajar mengajar,
tugastugas berbagai kegiatan yang berbeda-beda di antara guru-guru.
Seperti mengkoordinasi tugas mengajar satu mata pelajaran yang
dibina oleh beberapa orang guru.
b) Konsultan, pengawas dapat memberikan bantuan, mengkonsultasikan
masalah yang dialami guru baik secara individu maupun secara
kelompok. Misalnya, ada kesulitan dalam mengatasi anak yang sulit
dalam belajar, yang menyebabkan guru sulit mengatasi dalam tatap
muka di kelas.
c) Pemimpin kelompok, supervisor dapat memimpin guru-guru dalam
mengembangkan potensi kelompok, misalnya saat mengembangkan
kurikulum, materi pelajaran dan kebutuhan profesional guru-guru
secara bersama.
d) Evaluator, dapat membantu guru-guru dalam menilai hasil dan proses
belajar, menilai kurikulum yang sedang dikembangkan. Ia juga belajar
27

menatap atau merefleksi dirinya sendiri. Misalnya pada akhir
semester, ia dapat mengadakan evaluasi diri sendiri dengan
memperoleh umpan balik dari setiap guru atau siswa yang dapat
dipakai sebagai bahan untuk memperbaiki dan meningkatkan dirinya.
Peranan seorang supervisor adalah membantu, memberi suport dan
mengikutsertakan, bukan mengarahkan terus menerus. Kalau terus menerus
mengarahkan, selain tidak demokratis juga tidak member kesempatan kepada
guru-guru untuk belajar mandiri (otonom) dalam arti profesional. Padahal ciri dari
guru yang profesional ialah memiliki otonomi dalam arti bebas mengembangkan
diri atas kesadaran dan tanggung jawab diri sendiri.
2.1.3.4 Prinsip – prinsip Supervisi Akademik
Kegiatan supervisi menaruh perhatian utama pada bantuan yang dapat
meningkatkan kemampuan profesional guru. Profesional guru ini tercermin pada
kemampuan guru memberikan bantuan belajar kepada peserta didiknya, sehingga
terjadi perubahan perilaku akademik pada peserta didiknya. Oleh karena itu
seyogyanya supervisi pengawas sekolah dilakukan secara konstruktif dan kreatif
dengan cara mendorong inisiatif guru untuk ikut aktif menciptakan suasana
kondusif yang dapat membangkitkan suasana kreativitas peserta didik dalam
belajar. Berbagai faktor dalam supervisi akademik ini akan berkualitas jika
berlandaskan pada prinsip-prinsip supervisi.
Untuk mewujudkan tujuan supervisi sebagaimana dikemukakan di atas
menurut

Depdiknas

dalam

Muslim

(2009:45) menyebutkan

bahwa ada

beberapa prinsip yang perlu diperhatikan oleh supervisor dalam melaksanakan
tugas supervisi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah (1) Supervisi hendaknya
dimulai dari hal-hal yang positif; (2) Hubungan antara Pembina (supervisor)

28

dan guru hendaknya didasarkan atas hubungan kerabat kerja; (3) supervisi
hendaknya didasarkan atas pandangan yang obyektif; (4) supervisi hendaknya
didasarkan pada tindakan yang manusiawi dan menghargai hak asasi manusia; (5)
supervisi

hendaknya

mendorong

pengembangan

potensi,

inisiatif,

dan

kreativitas guru; (6) supervisi hendaknya dilakukan sesuai dengan kebutuhan
guru; (7) supervisi yang dilakukan hendaknya dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan serta tidak mengganggu jam belajar efektif. Lebih lanjut
disebutkan bahwa prinsip-prinsip supervisi di atas merupakan kaidah yang
harus dijadikan landasan di dalam melakukan supervisi. Pengawas harus
memahami prinsip-prinsip supervisi akademik untuk mengukur kegagalan atau
keberhasilan supervisi mereka. Prinsip-prinsip akademik tesebut adalah:
(a) Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
(b) Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program
supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran.
(c) Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
(d) Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.
(e) Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang
mungkin akan terjadi.
(f) Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru
dalam mengembangkan proses pembelajaran.
(g) Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan
guru dalam mengembangkan pembelajaran.
(h) Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh
dalam mengembangkan pembelajaran.
(i) Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan
supervisi akademik.
(j) Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
(k) Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang
harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor.
29

(l) Berkesinambungan, artinyasupervisi akademik dilakukan secara
teratur dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah.
(m) Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.
(n) Komprehensif, artinya menyeluruh
Sahertian (2008: 20) mengemukakan 4 prinsip berbagai faktor
keberhasilan dalam supervisi sebagai berikut: (1) prinsip ilmiah (scientific)
bercirikan obyektif, menggunakan alat, sistematis,berencana dan kontinyu; (2)
prinsip demokratis, yaitu bantuan yang diberikan kepada guru berdasarka