BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Penyederhaan Prosedur Perizinan Bagi Tenaga Kerja Asing Ditinjau Dari Hukum Ketenagakerjaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan globalisasi semakin mendorong terjadinya pergerakan

  aliran modal dan investasi ke berbagai penjuru dunia, terjadi pula migrasi penduduk atau pergerakan tenaga kerja antar negara. Pergerakan tenaga kerja tersebut berlangsung karena investasi yang dilakukan di negara lain pada umumnya membutuhkan pengawasan secara langsung oleh pemilik/investor.

  Sejalan dengan itu, demi menjaga kelangsungan usaha dan investasinya dan untuk menghindari terjadinya permasalahan hukum serta penggunaan TKA yang berlebihan, maka pemerintah harus cermat menentukan policy yang akan di ambil guna menjaga keseimbangan antara tenaga kerja asing dengan tenaga kerja dalam

   negeri.

  Globalisasi juga identik dengan proses liberalisasi ekonomi dunia, menjadikan dunia menjadi satu pasar yang bebas dalam melakukan transaksi jual dan beli. Globalisasi juga menghendaki bebasnya pergerakan tenaga kerja (pree

  

personal movement ) yang akan mengisi lapangan kerja melewati batas wilayah

  

  territorial negaranya. Keadaan yang demikian dapat disebut sebagai liberalisasi

   pasar kerja . 1 Diakses pada 27 Oktober 2012 Pukul 16:37 Wib. 2 Agusmidah (buku II), Dilematika Hukum Ketenagakerjaan, Tinjauan Politik Hukum, (PT.Sofmedia, 2011), halaman 349. 3 Wacana liberalisasi pasar kerja telah mulai dikemukakan dikawasan ASEAN dan

ternyata tidak mudah untuk membuat aturan-aturan pasar kerja tersebut dikawasan ASEAN

dikarenakan masing-masing negara membuat peraturan sendiri dan belum ada standarisasi

keterampilan kemampuan kerja dikawasan tersebut. Di indinesia sendiri liberalisasi pasar kerja ini

  1 Pembangunan nasional adalah semua kegiatan untuk tercapainya pembaharuan ke arah yang lebih baik, dan untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur. Pada hakekatnya pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia

  

  seluruhnya. Pembangunan nasional yang penuh tantangan dan persaingan global akan banyak diwarnai oleh persaingan kualitas sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Sumber daya manusia berkualitas akan menentukan masa depan bangsa. Pengembangan sumber daya manusia muncul dan merupakan kebutuhan mendesak disemua sektor dan sub sektor pembangunan.

  Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional tersebut, tenaga kerja merupakan salah satu unsur penunjang yang mempunyai peran yang sangat penting bagi keberhasilan pembangunan. Dalam hal ini kebijaksanaan ketenagakerjaan dalam program pembangunan selalu diusahakan pada terciptanya kesempatan kerja sebanyak mungkin di berbagai bidang usaha yang diimbangi dengan peningkatan mutu dan peningkatan perlindungan terhadap tenaga kerja.

  Hal ini berlaku pada semua bidang kerja dan bersifat menyeluruh pada semua

   sektor.

ditanggapi pemerintah dengan merevisi UU No. 13 Tahun 2003 yang didalam nya mengatur

tentang tenaga kerja asing. (Agusmidah, Dilematika Hukum Ketenagakerjaan, Tinjauan Politik

Hukum , (PT. Sofmedia, Jakarta, 2011), halaman 350. 4

  Diakses pada 27 Oktober 2012 Pukul 16:00 Wib. 5 Ibid.

  Pada sisi lain seperti yang dikemukakan Satjipto Rahardjo bahwa untuk menggambarkan masyarakat Indonesia tidak ada yang lebih bagus dan tepat selain dengan mengatakan bahwa masyarakat itu sedang berubah secara cepat dan cukup mendasar. Indonesia adalah masyarakat yang tengah mengalami transformasi struktural yaitu dari masyarakat yang berbasis pertanian ke basis industri. Perubahan tersebut mengalami akselerasi, yaitu sejak penggunaan teknologi yang semakin menjadi modus andalan untuk menyelesaikan permasalahan, sehingga

  

  mobilitas tenaga kerja tidak hanya perpindahan dari desa ke kota saja. Hal demikian bisa dimengerti karena pertumbuhan industri lebih kuat berada diperkotaan dan semakin dirasakan penghasilan yang didapat lebih memadai sehingga lebih lanjut menunjukkan adanya tenaga kerja telah melintas antar negara. Banyak hal yang mempengaruhi terjadinya migrasi antar negara, namun faktor ekonomi tetap tampak dominan.

  Kebijakan dasar dalam hukum ketenagakerjaan adalah untuk melindungi pihak yang lemah, dalam hal ini adalah pekerja atau buruh dari kesewenang- wenangan majikan atau pengusaha yang dapat timbul dalam hubungan kerja dengan tujuan memberikan perlindungan hukum dan mewujudkan keadilan

  

  sosial. Perlu diketahui bersama bahwa timbulnya hukum ketenagakerjaan ini dikarenakan adanya ketidaksetaraan posisi tawar yang terdapat dalam hubungan ketenagakerjaan (antara pekerja/buruh dengan majikan/pengusaha), dengan alasan

  6 Satjipto Rahardjo, Pendayagunaan Sosiologi Hukum untuk Memahami Proses-proses dalam Konteks Pembangunan dan Globalisasi , (Jurnal Hukum, No. 7 Vol. 4 Tahun 1997), hal. 2. 7 Agusmidah (buku II), Dilematika Hukum Ketenagakerjaan, Tinjauan Politik Hukum, (PT. Sofmedia, Jakarta, 2011), halaman 1 itu pula maka dapat dilihat bahwa tujuan utama hukum ketenagakerjaan adalah

   agar dapat menidadakan ketimpangan hubungan antara keduanya.

  Hukum ketenagakerjaan merupakan bagian dalam Sosial-Ekonomi (labor

  

law is one of socio-economic laws ), hal tersebut mendorong perlunya campur

  tangan pemerintah (government intervention) yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan keadilan dimana terdapat pihak yang lemah dan pihak yang

   kuat.

  Menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (selanjutnya disebut UUK), yang dimaksud dengan tenaga kerja adalah “setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan

  

barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk

masyarakat ”. Sedangkan tenaga kerja asing dalam pasal 1 ayat (13) diartikan

  sebagai “warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia ”.

  Berdasarkan rumusan yang dikemukakan oleh UUK tersebut, maka dapat dipahami bahwa yang diatur dalam UUK adalah segala yang berkaitan dengan pekerja/buruh baik itu hal-hal yang ada sebelum masa kerja (pemagangan, pengumuman lowongan kerja, dll.) dan hal-hal lain yang menyangkut perlindungan kerja (upah, jaminan sosial, keselamatan kerja, pengawasan kerja, dll.) dan termasuk juga terhadap tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia serta hal-hal yang menyangkut kewajiban sesudah masa kerja (pesangon, pension, jaminan hari tua, dll.). 8 9 Ibid, halaman 2 Agusmidah (buku II), ibid, halaman 18

  Khusus bagi Tenaga Kerja Asing (selanjutnya disebut TKA) dewasa ini sudah menjadi suatu fenomena yang lumrah karena pada dasarnya juga telah ada sejak dimulainya industrialisasi dimuka bumi ini dan penggunaan TKA di Indonesia sendiri terus mengalami perkembangan dan perubahan sesuai zamannya

   mulai dari zaman colonial belanda sampai sekarang ini.

  Kondisi perekonomian yang kurang menarik di negaranya sendiri dan penghasilan yang cukup besar dan yang tampak lebih menarik di negara tujuan telah menjadi pemicu terjadinya mobilitas tenaga kerja secara internasional. Pendapatan yang meningkat di negara yang sedang berkembang memungkinkan penduduk di negara berkembang untuk pergi melintas batas negara, informasi yang sudah mendunia dan kemudahan transportasi juga berperan meningkatkan

   mobilitas tenaga kerja secara internasional.

  Dari dulu sampai sekarang masalah ketenagakerjaan pada dasarnya ada dua, yaitu masalah kesempatan kerja dan masalah kualitas tenaga kerja. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang tinggi mengakibatkan jumlah angkatan kerja setiap Tahunnya semakin meningkat, sedangkan kesempatan kerja yang tersedia belum dapat memenuhi kebutuhan kerja sesuai dengan jumlah pencari kerja yang ada. Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara besarnya jumlah penduduk yang membutuhkan pekerjaan dengan kesempatan kerja yang tersedia. Apalagi sekarang ini ditambah dengan banyaknya jumlah tenaga kerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja dari perusahaan tempatnya bekerja. 10 Agusmidah (buku I), Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. (Medan, USU

  Press, 2010), halaman 103

11 Aris Ananta, Liberalisasi ekspor dan impor Tenaga Kerja suatu pemikiran awal,

  (Pusat Penelitian Kependudukan UGM, 1996), hal. 245

  Adanya masalah kekurangan kesempatan kerja ini membuat banyak terjadi

  

  pengangguran di Indonesia. Secara tidak langsung penggunaan TKA dalam konteks ini juga akan menambah tinggi tingkat persaingan memperoleh kerja dan menjadikan masalah pengangguran di negara ini akan menjadi semakin kompleks.

  Di lain pihak ditinjau dari segi mutu tenaga kerjanya, tenaga kerja Indonesia dapat dikatakan belum mempunyai keunggulan kompetitif jika dibandingkan dengan negara-negara maju di dunia. Keunggulan kompetitif yang dimaksud di sini adalah keunggulan dalam hal penguasaan teknologi. Padahal di tengah kemajuan dunia yang sangat pesat sekarang ini tenaga kerja dituntut lebih menguasai teknologi. Dengan adanya masalah seperti ini membuat bangsa Indonesia kadang-kadang masih belum dapat memenuhi sendiri kebutuhan tenaga kerja yang menguasai teknologi, padahal ditinjau dari segi kuantitas, Indonesia

   mempunyai banyak tenaga kerja.

  Pada dasarnya jumlah angkatan kerja yang ada pada suatu negara dapat menjadi modal dasar pembangunan yang efektif jika dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang produktif. Namun, sehubungan dengan banyaknya tenaga kerja Indonesia yang tidak atau kurang memiliki keahlian, keterampilan dan kemampuan menguasai teknologi, maka banyak perusahaan di Indonesia terpaksa menggunakan TKA yang banyak dipekerjakan dalam bidang teknik,

   pengelolaan bahan-bahan tambang, elektronika, dan manajemen.

  12 13 Opcit. 14 Ibid.

  Ibid. Selain karena kekurangmampuan dalam menyediakan tenaga kerja yang berkualitas, faktor lain yang menyebabkan perusahaan-perusahaan Indonesia mempekerjakan TKA antara lain meningkatnya hubungan ekonomi dengan negara-negara lain dan adanya kepercayaan dari pemilik modal asing untuk mengembangkan usahanya di Indonesia. Biasanya para pemilik modal asing ini

   selain menanamkan modalnya juga menyertakan tenaga kerjanya.

  Dalam hal ini bagi tenaga kerja asli Indonesia seharusnya mampu memanfaatkan kedatangan TKA itu untuk menimba ilmu pengetahuan sebanyak- banyaknya dan mengalihkan teknologi yang mereka kuasai, sehingga dalam jangka panjang ketergantungan terhadap penggunaan TKA sedikit demi sedikit dapat dikurangi dan akhirnya Indonesia mampu mencukupi kebutuhan tenaga

  

kerja yang berkualitas dari dalam negeri.

  Dalam kaitannya dengan penggunaan TKA di Indonesia, pada tahun 1958 Pemerintah menyatakan berlakunya Undang-undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang penempatan TKA yang diundangkan dalam Lembaran Negara Nomor 8 Tahun 1958. Undang-undang ini menentukan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi oleh TKA yang bekerja di Indonesia, antara lain, prosedur perizinan penggunaan TKA, pengawasan TKA yang bekerja di Indonesia, kewajiban- kewajiban yang harus dipenuhi oleh pengusaha yang mempekerjakan TKA di

17 Indonesia, dan sebagainya. Dengan adanya Undang-undang ini diharapkan

  bahwa penempatan TKA di Indonesia dapat berjalan tertib dan teratur serta dapat 15 16 Ibid. 17 Ibid.

  Ibid. memberikan manfaat yang maksimal bagi tenaga kerja Indonesia. Akan tetapi selanjutnya UU ini dicabut, dan pengaturan mengenai TKA di pertegas dalam UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dengan berbagai peraturan pelaksananya baik Kepres, Perpres maupun Kepmen.

  Menyadari kenyataan sejauh ini Indonesia masih memerlukan investor asing, demikian juga dengan pengaruh globalisasi peradaban dimana Indonesia sebagai negara anggota World Trade Organization harus membuka kesempatan masuknya TKA. Untuk mengantisipasi hal tersebut diharapkan ada kelengkapan peraturan yang mengatur persyaratan TKA, serta pengamanan penggunaan TKA. Peraturan tersebut harus mengatur aspek-aspek dasar dan bentuk peraturan yang mengatur tidak hanya di tingkat Menteri, dengan tujuan penggunaan TKA secara selektif dengan tetap memprioritaskan TKI.

  Oleh karenanya dalam mempekerjakan TKA, dilakukan melalui mekanisme dan prosedur yang sangat ketat, terutama dengan cara mewajibkan bagi perusaahan atau korporasi yang mempergunakan TKA bekerja di Indonesia dengan membuat Rencana Penggunaan TKA (RPTKA) sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara Penggunaan

18 TKA.

  Kehadiran pekerja asing pada era perdagangan bebas dan globalisasi industri ini adalah suatu kebutuhan serta tantangan yang tidak dapat dihindari karena Indonesia sampai sejauh ini masih membutuhkan tenaga-tenaga ahli asing dalam pengembangan sumber daya manusia diberbagai sektor ekonomi di 18 Opcit. Indonesia. Pekerja asing yang bekerja di Indonesia terikat dan tunduk terhadap segala ketentuan ketenagakerjaan di Indonesia. Pemerintah juga memberlakukan ketentuan-ketentuan khusus bagi pekerja asing baik pada proses awal penggunaan TKA, penempatan TKA atau hak dan kewajiban tertentu yang berbeda dengan

   pekerja lokal.

  Kekhawatiran juga muncul dari kalangan pekerja/buruh terutama terhadap kualitas sumber daya pekerja yang berdampak pada kesempatan kerja, perlu disadari bahwa pendidikan pekerja Indonesia masih jauh dari keterampilan

  

  pendidikan TKA. Kekhawatiran tersebut lebih berfokus pada pilihan yang akan di ambil oleh pengusaha yang justru lebih memilih TKA dari pada pekerja lokal.

  Hal tersebut diatas secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa kehadiran TKA juga merupakan tantangan tersendiri karena kehadiran mereka menjadikan peluang kerja menjadi semakin kompetitif. Diperlukan kerja keras serta kebijakan pemerintah yang dapat memberikan kesempatan bagi pekerja dalam negeri untuk

   dapat bersaing dengan pekerja asing di Indonesia.

  Dalam kaitannya dengan penempatan TKA ini, Penulis merasa tertarik untuk mengadakan suatu penelitian yang akan mengupas secara keseluruhan baik mengenai landasan hukum penempatan TKA tersebut sampai dengan upaya penyederhanaan proses perizinan bagi TKA di Indonesia. Keseluruhan penelitian ini hasilnya akan disusun dalam bentuk skripsi yang berjudul

  

  Diakses pada 29 Oktober 2012 Pukul 14:08 Wib. 20 21 Agusmidah (Buku II), Opcit, halaman 151 Opcit.

  Penyederhanaan Prosedur Perizinan Bagi TKA Ditinjau Dari Hukum Ketenagakerjaan.

  B. Perumusan Masalah

  Permasalahan yang dirumuskan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah prosedur perizinan bagi TKA ? 2.

  Bagaimanakah pengawasan pemberian izin kerja bagi TKA ? 3. Bagaimana kebijakan hukum dalam penggunaan TKA terkait perkembangan Industrialisasi Nasional dan Internasional ?

  C. Tujuan Penulisan

  Tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain: 1. Menganalisa dan mengkaji ketentuan-ketentuan terkait dengan perizinan bagi TKA yang bekerja di indonesia.

  2. Menganalisa dan mengkaji upaya-upaya yang dapat ditempuh untuk melindungi TKA termasuk juga upaya penyederhanaan prosedur perizinan bagi TKA ditinjau dari perspektif hukum ketenagakerjaan serta pengawasan dalam pemberian izin kerja bagi TKA.

3. Mengkaji dan menganalisa tentang kebijakan hukum dalam penggunaan TKA terkait perkembangan Industrialisasi Nasional dan Internasional.

D. Manfaat Penulisan 1.

  Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran secara teoritis kepada disiplin ilmu hukum sehingga dapat berguna bagi pengembangan ilmu hukum perburuhan di Indonesia khususnya terhadap pengaturan-pengaturan dan jaminan perizinan bagi TKA sehingga kemungkinan terjadinya permasalahan- permasalahan hukum menyangkut TKA dapat diminimalisasi.

2. Manfaat Praktis

  Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfat untuk kepentingan penegakan hukum, sehingga dapat dijadikan masukan kepada aparatur pelaksana penegakan hukum dalam rangka melaksanakan tugas-tugas mulianya memperjuangkan keadilan dan mewujudkan tujuan hukum yang dicita-citakan.

E. Keaslian Penulisan

  Penulisan skripsi mengenai Penyederhanaan Prosedur Perizinan Bagi TKA Ditinjau dari Hukum Ketenagakerjaan berdasarkan pemeriksaan arsip hasil-hasil penulisan skripsi di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) belum pernah dilakukan, sedangkan penulisan skripsi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan ada ditemukan penulis tetapi tidak secara khusus menyinggung tentang TKA. Penulisan skripsi tersebut juga mempunyai bahasan permasalahan yang berbeda dengan penulisan skripsi yang dilakukan oleh penulis.

  Penulisan skripsi ini adalah asli dari ide, gagasan pemikiran dan usaha penulis sendiri tanpa ada penipuan, penjiplakan atau dengan cara lain yang dapat merugikan pihak-pihak tertentu. Hasil dari upaya penulis dalam mencari keterangan-keterangan baik berupa buku-buku maupun internet, peraturan perundang-undangan dan pihak-pihak lain yang sangat erat kaitannya dengan TKA di indonesia. Dengan demikian, penulisan skripsi ini merupakan penulisan yang pertama dan asli adanya.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Ketenagakerjaan dan Tenaga Kerja a.

  Ketenagakerjaan Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan merumuskan istilah ketenagakerjaan sebagai segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan sesudah masa kerja. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besarnya hal-hal yang diatur dalam UUK adalah segala hal yang berkaitan dengan buruh/pekerja, baik sebelum masa kerja, selama kerja, maupun sesudah masa kerja.

  Abdul Khakim merumuskan hukum ketenagakerjaan berdasarkan unsur-

  

  unsur yang dimilikinya, yaitu: 1.

  Serangkaian peraturan yang berbentuk tertulis dan tidak tertulis; 2. Mengatur tentang kejadian hubungan kerja antara pengusaha dan buruh; 3. Adanya orang yang bekerja pada dan dibawah orang lain dengan mendapat upah sebagai balas jasa;

4. Mengatur tentang perlindungan pekerja atau buruh.

  Dengan kata lain, menurutnya hukum ketenagakerjaan adalah peraturan hukum yang mengatur hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan pengusaha/majikan dengan segala konsekuensinya.

  b.

  Tenaga Kerja Dalam kehidupan sehari-hari terdapat berbagai peristilahan mengenai tenaga kerja (manpower) seperti pekerja, buruh, karyawan atau pegawai. Namun 22 Abdul Khakim, Dasar-dasar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (PT. Citra Aditya

  Bakti, Bandung, 2009), halaman 6 sesungguhnya maksud dari peristilahan tersebut adalah sama, yaitu orang yang

   bekerja pada orang lain dan mendapatkan imbalan atas pekerjaannya tersebut.

  Pasal 1 ayat (1) UUK merumuskan Tenaga kerja sebagai setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

  Menurut Abdul Khakim, pengertian yang dirumuskan dalam UUK tersebut belum jelas menunjukkan status hubungan kerjanya. Selanjutnya, dalam

  Pasal 1 angka 2 Undang-undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja dinyatakan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna

   menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

  Menurut Payman Simanjuntak, tenaga kerja (manpower) adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan yang melaksanakan kegiatan lain seperti bersekolah, dan mengurus rumah tangga. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja menurutnya ditentukan oleh

   umurnya.

2. Pengertian TKA

  TKA dalam pasal 1 ayat (13) diartikan sebagai warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja di wilayah Indonesia. Landasan hukum penempatan TKA di Indonesia diatur dalam UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Bab VIII Pasal 42 sampai dengan Pasal 49 yang mencabut 23 Darwan Prinst, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000), halaman 20. 24 25 Abdul Khakim, Opcit, halaman 2.

  Agusmidah (buku 1), Opcit. halaman 5. ketentutan UU No. 3 Tahun 1998 Tentang Penempatan TKA di Indonesia. Dengan kata lain UUK ini menjadi acuan dasar dalam hal penempatan TKA di Indonesia pada saat ini ditambah lagi dengan berbagai peraturan pelaksananya.

3. Hubungan Kerja a.

  Perjanjian Kerja Dalam bahasa belanda perjanjian kerja disebut Arbeidsoverenkoms.

  Menurut pasal 1601 KUH Perdata, perjanjian kerja adalah: “Persetujuan dengan mana pihak yang satu, si buruh mengikatkan dirinya

  untuk dibawah perintahnya pihak yang lain, si majikan, untuk suatu waktu tertentu melakukan pekerjaan dengan menerima upah ”.

  Berdasarkan rumusan yang dikemukakan dalam pasal 1601 KUH Perdata

  

  tersebut, dapat disimpulkan bahwa perjanjian kerja adalah: 1)

  Perjanjian antara seorang pekerja (buruh) dengan majikan untuk melakukan suatu pekerjaan yang disepakati bersama. Jadi si pekerja sendiri yang harus melakukan pekerjaan tersebut, dan tidak dapat dialihkan kepada orang lain.

  2) Dalam melakukan pekerjaan itu pekerja harus tunduk dan patuh kepada pengusaha/pemberi kerja. Jadi antara keduanya ada hubungan antara yang diperintah dan yang memerintah.

  3) Sebagai imbalan atas pekerjaan yang dilakukan, pekerja berhak atas upah yang dibayarkan pengusaha/pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang 26 melakukan pekerjaan.

  

Sendjun H. Manulang, Pokok-pokok Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Rineka Cipta, 1995), Halaman 64. b.

  Unsur-unsur dalam Perjanjian Kerja Berpedoman pada rumusan pasal 1601 KUH Perdata yang dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan beberapa unsur yang terdapat dalam perjanjian

  

  kerja , yaitu: 1)

  Ada Pekerjaan; Secara umum undang-undang tidak mengatur secara detai mengenai pengertian pekerjaan, namun pada pokoknya yang dimaksud dengan pekerjaan adalah segala perbuatan yang harus dilakukan oleh pekerja yang menyangkut kepentingan majikansesuai dengan isi perjanjian. Hal ini merupakan pokok dari

  

  klausula buruh mengikatkan diri kepada majikan. Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena bersangkutan dengan keterampilan/keahliannya, karena itu meurut hukum jika si pekerja meninggal

   dunia maka perjanjian kerja itu putus demi hukum.

  2) Ada Upah;

  Upah dalam suatu pekerjaan merupakan bagian yang sangat penting. Upah menjadi tujuan utama dari pekerjaan yang dilakukan seseorang, bahkan karenanya sering muncul ungkapan no work, no pay. Pasal 1602 b KUH Perdata menyatakan; 27 Perlu kita pahami bersama bahwa mengenai syarat sah nya suatu perjanjian diatur

  dalam pasal 1320 KUH Perdata yang terdiri dari: 1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; 2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan; 3) Suatu hal tertentu; dan 4) Suatu sebab yang halal. 28 Abdul Rahmat Budiono, Hukum Perburuhan di Indonesia, (Raja Grafindo Perada, Jakarta, 1999), Halaman 35. 29 Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Raja Grafindo Persada, Jakarta), Halaman 37.

  ‘Tidak ada upah dibayar untuk waktu buruh tidak melakukan pekerjaan yang diperjanjikan” .

  Menurut Darwan Prinst, upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada buruh atas prestasi berupa pekerjaan atau jasa yang telah dan akan dilakukan oleh pekerja (manpower) dan dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang.

  

  3) Dibawah Perintah; dan

  Unsur yang paling khas dari perjanjian kerja adalah bahwa perjanjian yang dilakukan oleh pekerja tersebut berada dibawah perintah majikan, apabila tidak ada ketaatan kepada pemberi kerja maka tidak ada perjanjian kerja.

  

  Disinilah perbedaan antara hubungan kerja dengan hubungan lainnya. Pasal 1603 b KUH Perdata menyebutkan bahwa:

  “Buruh diwajibkan menaati peraturan-peraturan tentang hal melakukan pekerjaan serta peraturan-peraturan yang ditujukan kepada perbaikan tata tertib dalam perusahaan majikan, yang diberikan kepadanya oleh atau atas nama majikan didalam batas-batas aturan undang-undang,…” .

4) Adanya waktu tertentu.

  Dalam melakukan perjanjian kerja harus disepakati mengenai jangka waktu berlakunya. Jangka waktu ini dalam perjanjian kerja dapat dibuat secara tegas, terutama untuk pekerja kontrak.

  

  30 Darwan Prinst, Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, (Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000), halaman 47. 31 Abdul Rahmat Budiono, Hukum Perburuhan di Indonesia, (Raja Grafindo Perada, Jakarta, 1999), Halaman 37. 32 Lalu Husni, Opcit, Halaman 38.

  Dengan adanya jangka waktu ini berarti bahwa hubungan kerja antara pekerja dengan majikan tidak serta merta berlaku secara abadi atau selama-lamanya.

G. Metode Penulisan

  1. Jenis Penelitian

  Penelitian dalam penulisan skripsi ini diarahkan kepada penelitian hukum normatif melalui pendekatan perundang-undangan dan studi lapangan. Penelitian jenis ini mengkonsepsikan hukum sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law in books) atau hukum dikonsepsikan sebagai kaidah

   atau norma yang merupakan patokan berprilaku manusia yang dianggap pantas.

  2. Sumber Data

  Sumber data penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat (data primer) dan dari bahan-bahan

   pustaka (data sekunder).

  1) Data Primer

  Data Primer merupakan data yang diperoleh dari hasil penelitian lapangan, merupakan data penunjang yang berhubungan dengan penelitian.

  2) Data sekunder

  Data Sekunder terdiri dari bahan hukum primer; bahan hukum sekunder; dan

   bahan hukum tersier.

  33 Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004), halaman 118. 34 Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat , (PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009), halaman 12 35 Ibid, halaman 118 a) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari

1. Norma kaidah dasar yaitu Pembukaan Undang-undang Dasar

  Republik Indonesia 1945 2. Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 3.

  Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan; 4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2004 Tentang

  Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri; 5. Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 Tentang Penggunaan

  Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang (TKWNAP); 6. Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008 Tentang Tata Cara

  Penggunaan TKA; 7. Permenakertrans No. 07/MEN/III/2006 juncto No. 15/MEN/2006 tentang Penyederhanaan Prosedur Penerbitan Ijin Mempekerjakan

  TKA; 8. Kepmenakertrans No. 20/Men/III/2004 tentang Tata Cara

  Memperoleh Ijin Mempekerjakan TKA; 9. Kepmenakertrans No. 21/Men/IV/2004 tentang Penggunaan TKA

  Sebagai Pemandu Nyanyi; 10. Permenakertrans No. 02/Men/XII/2004 tentang Pelaksanaan

  Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja Bagi TKA;

  11. Kepmenakertrans No. 228/Men/2003 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Penggunaan TKA (RPTKA) 12. Peraturan Perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini.

  b) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, diantaranya;

  1. Buku-buku yang terkait dengan hukum; 2.

  Artikel di jurnal hukum; 3. Komentar-komentar atas putusan pengadilan; 4. Skripsi, Tesis dan Disertasi Hukum; 5. Karya dari kalangan praktisi hukum ataupun akademis yang ada hubungannya dengan peenelitian ini.

  c) Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, diantaranya;

  1. Kamus hukum dan kamus bahasa Indonesia; 2.

  Majalah-majalah yang ada hubungannya dengan penelitian ini; 3. Surat kabar yang terkait dengan pembahasan dalam skripsi ini.

3. Pengumpulan Data

  Pengambilan dan pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian kepustakaan (library research) atau studi dokumen yang meliputi bahan hukum

  

  primer, sekunder maupun tersier. Studi kepustakaan yang dimaksudkan dalam skripsi ini diterapkan dengan mempelajari dan menganalisa secara sistematis 36 Ibid, halaman 68 bahan-bahan yang utamanya berkaitan dengan ketenagakerjaan, termasuk juga bahan-bahan lainnya yang ada kaitannya dan dibahas dalam skripsi ini. Penulisan skripsi ini juga dilakukan dengan terjun langsung kelapangan (riset) pada perusahaan yang mempekerjakan TKA, khususnya yang berada di kota medan sebagai bahan penunjang yang melengkapi skripsi ini.

4. Analisis Data

  Menurut Patton, analisis data adalah proses mengatur urutan data,

   mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.

  Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari

  

  berbagai sumber. Adapun yang menjadi sumber utama dalam penulisan skripsi ini adalah dari data sekunder dan dilengkapi dengan data primer dari riset yang dilakukan di lapangan. Analisis data dalam penelitian hukum menggunakan metode pendekatan kualitatif, karena tanpa menggunakan rumusan statistik, sedangkan penggunaan angka-angka hanya sebatas pada angka persentase sehingga diperoleh gambaran yang jelas dan menyeluruh mengenai masalah yang diteliti.

H. Sistematika Penulisan

  Sistematika penulisan skripsi ini secara keseluruhan terbagi dalam 4 (empat) bab dan terdiri dari beberapa sub bab yang menguraikan permasalahan

  37 Patton membedakan proses analisis data dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari pola hubungan antar dimensi-

dimensi uraian. Lexy J. Moeleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 1999), halaman 103. 38 Ibid, halaman 190 dan pembahasan secara tersendiri dalam konteks yang saling berkaitan satu sama lain. Sistematika penulisan skripsi ini secara terperinci adalah sebagai berikut:

  

BAB I : Berisikan pendahuluan yang didalamnya memaparkan mengenai latar

  belakang penulisan skripsi, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, yang mengemukankan berbagai definisi, rumusan dan pengertian dari istilah yang terkait dengan judul untuk memberi batasan dan pembahasan mengenai istilah-istilah tersebut sebagai gambaran umum dari skripsi ini, metode penulisan dan terakhir dari bab ini diuraikan sistematika penulisan skripsi.

  

BAB II : Menguraikan tentang bagaimana prosedur perizinan bagi TKA yang

  akan bekerja di indonesia. Bab ini secara khusus menguraikan prosedur perizinan bagi TKA yang pernah berlaku di Indonesia dan perkembangannya, termasuk juga pengaturan hukumnya.

  

BAB III: Merupakan pembahasan mengenai pelaksanaan dan pengawasan

pemberian izin bagi TKA. BAB IV : Menguraikan tentang tentang kebijakan hukum dalam penggunaan TKA terkait perkembangan Industrialisasi Nasional dan Internasional. BAB V : Berisikan bagian penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.