BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pada hakekatnya adalah kesadaran atau keinsyafan untuk

  melakukan kegiatan memperbaiki, mendirikan bahkan menumbuhkan serta meningkatkan daya upaya yang mengarah kepada keadaan yang lebih baik dengan dilandasi oleh semangat, kemauan dan tekad yang tinggi yang bertujuan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia pada umumnya.

  Pegawai negeri sebagai abdi negara dan abdi masyarakat berkedudukan dan memegang peranan yang penting, karena Pegawai Negeri adalah unsur aparatur negara untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional. Tujuan nasional tersebut hanya dapat dicapai melalui pembangunan nasional yang direncanakan dengan terarah dan realistis serta dilaksanakan secara bertahap, bersungguh-sungguh, berdaya guna dan berhasil guna.

  Tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata dan berkesinambungan antara materil dan spirituil berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan nasional terutama tergantung dari kesempurnaan aparatur negara, pada pokoknya tergantung dari kesempurnaan pegawai negeri. Dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional sebagaimana tersebut diatas diperlukan adanya pegawai negeri yang penuh kesetiaan dan ketaatan kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, negara dan pemerintah serta yang bersatu padu, bermental baik, berwibawa, bersih, berkualitas tinggi dan sadar akan tanggung jawabnya sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat. Adapun perumusan tentang pengertian Pegawai Negeri diatur dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 yaitu : Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, digaji berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku.

  Setiap Pegawai Negeri Sipil dimanapun mereka berada dan dimanapun mereka bekerja tentu selalu mendambakan kemajuan dan peningkatan dalam kehidupan kekaryaannya, artinya setiap orang ingin memiliki karier sedemikian rupa sehingga selama masa aktifnya berkarya, ia dapat menduduki jabatan dan pangkat yang lebih tinggi, yang tentunya berarti pula memikul beban dan tanggung jawab yang lebih besar dan penghasilan yang lebih besar pula tentunya.

  Kemajuan dalam karier seseorang tidak akan terjadi dengan sendirinya karena karier perlu direncanakan dan dikembangkan. Dari pengalaman banyak menunjukkan bahwa tanggung jawab untuk merencanakan dan mengembangkan karier seorang pegawai berada pada pundak tiga pihak, yaitu :

1. Pegawai yang bersangkutan sendiri, 2.

  Atasan langsung,

3. Petugas atau pejabat dari satuan kerja yang mengelola sumber daya

   manusia dalam organisasi.

  Mutasi merupakan salah satu kebijakan untuk efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan penyebaran Pegawai Negeri Sipil terbaik ke berbagai daerah.

  Melatih dan menjadikan Pegawai Negeri Sipil untuk lebih profsional dan menjadi pelayan publik yang mau benar-benar melayani masyarakat dengan baik. Pegawai Negeri Sipil sejak tahun 2011 sudah dilengkapi berbagai peraturan dan undang- undang administrasi negara. Antara lain, Undang-Undang No 25 Tahun 2009 dan Undang-Undang Hukum Administrasi Publik serta berbagai paket peraturan administrasi publik lainnya. Dengan semakin besar tanggung jawab Pegawai Negeri Sipil untuk membangun negerinya, maka diharapkan makin punya rasa

   memiliki, mengayomi dan melayani masyarakat.

  Suatu mutasi pegawai dari satu pekerjaan yang lain yang dianggap sederajat mempunyai tujuan terutama agar tugas pekerjaan dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efesien. Namun ada pegawai yang beranggapan salah, mereka berfikir bahwa itu sebuah hukuman. Hal-hal demikian dapat terjadi oleh beberapa sebab yang antara lain : karena pekerja tersebut telah terlanjur mencintai pekerjaannya, hubungan kerja sama yang baik dengan sesame rekan, perasaan dari pegawai bahwa pekerjaannya merupakan yang lebih baik dan lebih terhormat dari pekerjan-pekerjaan lain yang sederajat dan masih banyak. Kalau mungkin

1 Sondang P. Siagian. Kerangka Dasar Dalam Administrasi. Jakarta. Rineka Cipta. 1992,

  hlm 194 2 http:// www.setneg. go .id. 2012. Rotasi dan Mutasi Pejabat Sebagai Sarana Pembinaan dan Pengembangan Karier Pegawai . Diakses tanggal 2 Desember 2013 sebelum keputusan untuk memutasikan dilaksanakan, maka sebelum diputuskan perlu konsultasi terlebih dahulu dengan pegawai yang bersangkutan.

  Seorang pegawai bisa saja merasa senang pada pekerjaannya, meskipun oleh pimpinan dinilai bahwa kemampuan kerja dari pegawai tersebut kurang tepat melakukan pekerjaan tersebut. Sehingga merasa perlu untuk dimutasikan ke pekerjaan yang lain ynag dirasa oleh pemimpin akan lebih tepat, oleh karena itu, kebijakan mutasi tidak terlepas dari tujuan untuk memenuhi keinginan pegawai sesuai minat dan bidang masing-masing.

  Namun, dalam pelaksanaannya mutasi sering disalah tafsirkan sebagai hukuman jabatan atau didasarkan atas hubungan baik antara atasan dengan bawahan. Semestinya pelaksanaan mutasi harus benar-benar berdasarkan penilaian objektif dan atas indeks prestasi yang dicapai oleh Pegawai Negeri Sipil, mengingat system mutasi juga dimaksudkan untuk memberikan peluang bagi para Pegawai Negeri Sipil dalam mengembangkan segenap potensi yang dimiliki demi

   efeketivitas pemerintahan dan kemajuan bangsa dan negara.

  Hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti masalah mutasi Pegawai Negeri Sipil berdasarkan Undang-undang Nomor 43 tahun 1999. Karena sering ditemui di Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan kebijakan mutasi kerap tidak sesuai prosedur Undang-undang Nomor 43 tahun 1999cenderung tendensius, termasuk ketidaksesuaian pemberian wewenang dan jabatan terhadap tenaga-tenaga kurang profesional atau dengan Sumber Daya Manusia (SDM) rendah. 3

  iakses tanggal 2 November 2013 Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul “Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum)”

B. Perumusan Masalah

  Berangkat dari latar belakang permasalahan diatas, penelitian ini difokuskan pada kebijakan-kebijakan manajemen dalam pengembangan karier pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan yang secara rinci dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana prosedur mutasi jabatan pada Dinas Pekerjaan Umum? 2.

  Dasar Hukum Mutasi Jabatan pada Dinas Pekerjaan Umum Pemerintahan Kota Medan 3. Hambatan yang dihadapi dalam Pemutasian dan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan Pemutasian di Dinas Pekerjaan

  Umum Pemerintahan Kota Medan

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian a.

  Untuk mengetahui prosedur mutasi jabatan pada Dinas Pekerjaan Umum.

  b.

  Untk mengetahui Dasar Hukum Mutasi Jabatan pada Dinas Pekerjaan Umum Pemerintahan Kota Medan c.

  Untuk mengetahui Hambatan yang dihadapi dalam Pemutasian dan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan Pemutasian di Dinas Pekerjaan Umum Pemerintahan Kota Medan

2. Manfaat Penelitian

  Berpijak pada tujuan penelitian di atas, maka hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : a.

  Manfaat Teoritis Untuk mendalami teori-teori dan menemukan hal-hal baru mengenai mekanisme mutasi pegawai di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan, yang dapat bermanfaat bagi penulis khususnya maupun pihak- pihak yang berkepentingan.

  b.

  Manfaat Praktis 1)

  Sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak Pemerintah Daerah Kota Medan maupun yang berkepentingan dengan masalah ini dalam upaya melakukan mutasi pegawai

  2) Bagi Pegawai Negeri Sipil, merupakan tolak ukur pengembangan

  Sumber Daya Manusia (SDM) dan profesionalitas kerja pemerintahan, sekaligus dapat dijadikan rujukan dalam proses mengusulkan mutasi Pegawai Negeri Sipil.

D. Keaslian Penulisan

  Sepanjang penelusuran di perpustakaan Fakultas hukum USU skripsi dengan judul Prosedur Mutasi Jabatan Berdasarkan Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 Ditinjau Dari Persektif Hukum Administrasi Negara (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum) Belum pernah diteliti dalam bentuk skripsi dari Departemen Hukum Administrasi Negara di Fakultas Hukum USU, namun ada beberapa skripsi yang mengangkat tentang korupsi tetapi ditinjau dari segi yang berbeda.

E. Tinjauan Kepustakaan

1. Mekanisme

  Mekanisme adalah hal cara bekerjanya teori, bahwa segala sesuatunya

   dapat dijelaskan dengan prinsip-prinsip hukum yang mengatur materi.

  Mekanisme (aturan hukum) yang dibuat oleh pemerintah terwujud dalam bentuk Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

  Keberadaan undang-undang ini dalam rangka usaha mencapai tujuan nasional untuk mewujudkan masyarakat madani dan taat hukum, berperadaban modern demokratis, makmur, adil dan bermoral tinggi, diperlukan Pegawai Negeri yang merupakan unsur aparatur negara yang bertugas sebagai abdi masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

  Manajemen Pegawai Negeri Sipil perlu diatur secara menyeluruh, dengan menerapkan norma, standar dan prosedur yang seragam dalam penetapan formasi, pengadaan, pengembangan, penetapan gaji, dan program kesejahteraan, serta 4 Paus Abdullah, P. dan M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiah Populer. Arkola. Surabaya.

  2005, hal. 66. pemberhentian yang merupakan unsur dalam manajemen Pegawai Negeri Sipil, baik Pegawai Negeri Sipil Pusat maupun Pegawai Negeri Sipil Daerah. Dengan adanya keseragaman tersebut, diharapkan akan dapat diciptakan kualitas Pegawai Negeri Sipil yang seragam di seluruh Indonesia. Disamping memudahkan penyelenggaraan manajemen kepegawaian, manajemen yang seragam dapat pula mewujudkan keseragaman perlakuan dan jaminan kepastian hukum bagi seluruh Pegawai Negeri Sipil.

  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 1999 yang merupakan manajemen Pegawai Negeri Sipil diundangkan pada tanggal 30 September 1999 di Jakarta.

2. Jabatan Strktural.

  Jabatan struktural sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2000 adalah suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara. Selanjutnya

  Pasal 5 mengatur persyaratan untuk dapat diangkat dalam jabatan struktural adalah : a.

  Berstatus Pegawai Negeri Sipil.

  b.

  Serendah-rendahnya menduduki pangkat 1 (satu) tingkat di bawah jenjang pangkat yang ditentukan.

  c.

  Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan.

  d.

  Semua unsure penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. e.

  Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan dan f. Sehat jasamani dan rohani.

  Kemudian Pasal 6 menyatakan, disamping persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5. Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah perlu memperhatikan factor senioritas dalam kepangkatan, usia, pendidikan dan pelatihan jabatan, dan pengalaman yang dimiliki. Dan Pasal 7 mengatur Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan struktural belum mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan kepemimpinan sesuai dengan tingkat jabatan struktural wajib mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan kepemimpinan sesuai dengan tingkat jabatan struktural wajib mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan kepemimpinan selambat-lambatnya 12 (dua belas) bulan sejak yang bersangkutan dilantik. Serta Pasal 8 mengatur Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural tidak dapat menduduki jabatan rangkap, baik dengan jabatan struktural maupun dengan jabatan fungsional.

  Pengaturan ini dalam rangka pelaksanaan sistem karier dan sistem prestasi kerja maka harus ada pengkaitan yang erat antara kepangkatan dan jabatan atau dengan kepangkatan pada setiap jabatan. Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam suatu jabatan pangkatnya harus sesuai dengan pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu. Dan dalam jabatan structural Pegawai Negeri Sipil yang berpangkat lebih rendah tidak dapat membawahi langsung Pegawai Negeri Sipil yang pangkatnya lebih tinggi. Untuk memberikan penilaian dan pertimbangan pengangkatan dalam jabatan telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 100 Tahun 2000 : Pasal 14 1. Untuk menjamin kualitas dan objektifitas dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan Struktural, Eselon II ke bawah di setiap instansi dibentuk Badan Pertimbangan Jabatan dan Kepangkatan, selanjutnya disebut Baperjakat.

  2. Baperjakat terdiri dari : a.

  Baperjakat instansi Pusat b. Baperjakat instansi daerah Propinsi c. Baperjakat instansi daerah Kabupaten/Kota.

  3. Pembentukan Baperjakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh : a.

  Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat untuk instansi pusat.

  b.

  Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Propinsi LIMA instansi daerah Propinsi.

  c.

  Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten, Kota untuk instansi daerah Kabupaten/Kota.

  4. Tugas pokok Baperjakat instansi pusat dan Baperjakat Instansi Daerah Propinsi kepada Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat dan Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural Eselon II ke bawah.

  5. Di samping tugas pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (4), Baperjakat bertugas untuk memberikan pertimbangan kepada pejabat yang berwenang dalam pemberian kenaikan pangkat bagi yang menduduki jabatan struktural, menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya, menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara, dan pertimbangan perpanjangan batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural Eselon I dan Eselon II.

3. Pegawai Negeri Sipil

  Sebelum membahas mengenai konsep manajemen kepegawaian Indonesia ,diperlukan pemahaman terlebih dahulu mengenai subjek dari hukum kepegawaian,yaitu Pegawai Negeri Sipil.Kedeudukan dan peranan dari pegawai negeri dalam setiap organisasi pemerintahan sangatlah menentukan ,sebab Pegawai Negeri Sipil merupakan tulang punggung pemerintahan dalam melaksanakan pembangunan nasional.Peranan dari Pegawai Negeri seperti diistilahkan dalam dunia kemiliteran yang berbunyi not the gun,the man behind

  

the gun ,yaitu bukan senjata yang penting melainkan manusia yang menggunakan

  senjata itu.Senjata yang modern tidak mempunyai arti apa-apa apabila manusia yang dipercaya menggunakan senjata itu tidak melaksanakan kewajibannya

   dengan benar.

  Menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomr 43 tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian definisi dari Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau

5 Muchsan, Hukum Kepegawaian, Jakarta: Bina,1982,Jakarta.hlm.12

  diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-

   undangan yang berlaku.

  Kepegawaian dimaksud dalam tulisan ini adalah pegawai negeri. Sebagai pegawai negeri telah dijelaskan sebelumnya adalah berkedudukan sebagai subyek hukum dalam lingkungan hukum tata pemerintahan. Pegawai negeri sipil menurut Kamus Bahasa Indonesia,”Pegawai” berarti orang yang bekerja pada pemerintahan (perusahaan dan sebagainya)sedangkan ”Negeri”berarti negara atau pemerintah, jadi Pegawai Negeri Sipil adalah orang yang bekerja pada pemerintah

   atau negara.

  Di dalam ketentuan perundangan yang pernah berlaku pengertian pegawai negeri tidak dibuat dalam suatu rumusan yang berlaku umum, tetapi hanya merupakan suatu rumusan yang khusus berlaku dalam hubungan dengan peraturan yang bersangkutan. Di dalam KUHP, pengertian pegawai negeri ini dijelaskan dalam Pasal 92 yang berbunyi:

  (1) Sekalian orang yang dipilih dalam pemilihan yang didasarkan atas aturan- aturan umum, juga orang-orang yang bukan karena pemilihan menjadi anggota badan pembentukan undang-undang, Badan Pemerintah atau Badan perwakilan Rakyat yang dibentuk pemerintah atau atas nama pemerintah, juga Dewan Daerah serta semua Kepala Rakyat Indonesia asli dan kepala golongan Timur Asing yang menjalankan kekuasaan yang sah.

  6 Satoto, Sukamto, Pengaturan Eksistensi dan Fungsi Badan Kepegawaian Negara, Hanggar Kreator, Yogyakarta, 2004, hlm. 10 7 Ibid., hlm 11

  (2) Yang disebut pejabat dan hakim termasuk juga ahli pemutus perselisihan, yang disebut hakim termasuk orang yang menjalankan peradilan administrasi, serta anggota dan ketua peradilan Agama

  (3) Semua anggota Angkatan Perang juga termasuk pegawai (pejabat).

  Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999, tentang perubahan atas Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana yang tercantum dalam pasal 17 ayat 2 menyebutkan sebagai berikut: Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu Jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat objektif tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras, atau golongan.

  Dari bunyi pasal 17 ayat 2 UU Nomor 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian tersebut diatas, dapat gambaran bahwa Jabatan Negeri adalah jabatan dalam bidang eksekutif yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, termasuk didalamnya jabatan dalam sekretariatan lembaga Tertinggi atau tinggi Negara, dan kepaniteraan pengadilan.

  Jabatan adalah kedudukan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi Negara. Jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan adalah jabatan karier, yaitu jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintahan yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri yang telah beralih status sebagai PNS.

  Dalam praktek di birokrasi pemerintahan pengangkatan jabatan struktural belum sepenuhnya dilaksanakan sebagaimana ketentuan yang berlaku diatas dimana terjadi penyimpangan-penyimpangan atau ada kepentingan pribadi yang mendominasi Seperti, hubungan kedekatan (kekeluargaan) dan kepentingan partai politik. Hal-hal inilah yang menjadi kesenjangan dalam menerapkan undang- undang yang berlaku dalam birokrasi pemerintahan.

  Praktek-praktek ini dilaksanakan terselubung dan sangat sulit untuk dihilangkan seolah-olah telah menjadi tradisi dalam lingkungan birokrasi pemerintahan saat ini, sehingga perlu adanya satu komitmen pemerintah untuk menghilangkan praktek-praktek tersebut.

  Agar dapat mengoptimalkan kemampuannya dalam menjalankan tugas dan fungsinya, maka karier Pegawai Negeri Sipil perlu dikembangkan sesuai dengan kemampuannya. Pada tahap pertama Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu. Jabatan adalah kedudukan yang menunjukan tugas, tanggungjawab, wewenang, dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi negara. Pangkat adalah kedudukan yang menunjukan seorang Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan

   kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian.

  Undang-Undang kepegawaian menganut prinsip bahwa dalam rangka pelaksanaan sistem karier dan sistem prestasi kerja, maka harus ada pengaitan yang erat antara kepangkatan dan jabatan atau dengan perkataan lain, perlu adanya pengaturan tentang jenjang kepangkatan pada setiap jabatan. 8 Hanif Nurcholis, Teori dan praktik Pemerintahan dan Otonomi Daerah, Jakarta,

  Grasindo, 2007, hlm 255

  Pembentukan lembaga pemerintah dalam menyelenggarakan administrasi kepegawaian menunjukan setralisasi pembinaan dalam prakteknya dilakukan melalui desentralisasi fungsional pada beberapa lembaga pemerintahan. Lembaga administrasi negara diserahi tanggungjawab dibidang administrasi negara tertentu sesuai dengan ketentuan aturan hukum yang berlaku. Secara fungsional lembaga administrasi negara dibidang kepegawaian bertugas membina dan menyelenggarakan pendidikan dan latihan pegawai negeri Sipil dan sebagai

   pembina dalam pengaturan dan penyelenggaraan pendidikan dan aparatur negara.

  Hukum administrasi negara juga memiliki fungsi jaminan dan fungsi perlindungan hukum, yang sudah barang tentu langsung berkaitan dengan warga negara. Disamping itu hukum administrasi negara juga mengakomodir partisipasi warga negara, terutama dalam rangka keterbukaan pemerintahan.

  Mengenai pengertian hukum administrasi negara hingga saat ini belum ada kesatuan pendapat diantara para sarjana. Oleh sebab itu dan untuk mendapatkan pemahaman yang dirasakan cukup memadai, berikut ini akan dikemukakan batasan pengertian Hukum Administrasi Negara dari beberapa pakar ilmu hukum.

  Van Vollenhoven mengatakan bahwa, “Hukum Administrasi Negara adalah suatu gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badanbadan yang tinggi maupun yang rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenangnya yang telah diberikan kepadanya oleh Hukum Tata Negara.”

  Sedangkan oleh De La Bassecour Laan didefenisikan, “Hukum Administrasi Negara adalah himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi 9 W. Riawan Tjandra, Hukum Administrasi Negara, Yogyakarta: Universitas Atma Jaya,

  2008, hlm 157 sebab negara berfungsi (bereaksi), maka peraturan-peraturan itu mengatur hubungan-hubungannya antara tiap-tiap warga negara dengan pemerintahannya”.

  Pada bagian lain, oleh J.H Logemann diutarakan bahwa, “Hukum Administrasi Negara adalah hukum mengenai hubungan-hubungan antara jabatan- jabatan satu dengan yang lainnya serta hubungan hukum antara jabatan-jabatan negara itu dengan para warga masyarakat.” Selain batasan pengertian dari pakar- pakar luar negeri, berikut ini juga akan dikemukakan defenisi Hukum Administrasi Negara dari pakar ilmu hukum di Indonesia.

  Menurut Muchsan bahwa, “Hukum Administrasi Negara adalah hukum Mengatur struktur dan kefungsian administrasi negara.” Sesuai rumusan tersebut diatas, maka bentuk Hukum Administarsi Negara dapat di bedakan dalam dua

  

  jenis, yakni: a.

  Sebagai Hukum Administrasi Negara, hukum adalah hukum mengenaioperasi dan pengendalian dari pada kekuasaan-kekuasaan administrasi atau pengawasan terhadap penguasa administrasi.

  b.

  Sebagai hukum buatan administrasi maka hukum administrasi adalah hukum yang menjadi pedoman atau jalan dalam menyelenggarakan undang-undang. Dari berbagai batasan pengertian hukum administrasi Negara tersebut diatas, maka dapatlah kiranya diketahui bahwa pada intinya Hukum Administrasi

  Negara adalah Hukum yang mengatur bagaimana administrasi negara menjalankan fungsi dan tugas-tugasnya. Sedangkan materi yang diaturnya adalah 10 S.F. Marbun dkk. Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, UII Press

  Yogyakarta, 2004, hlm 22 relatif luas. Hal ini dapat dipahami dengan mengingat betapa luasnya kegiatan maupun campur tangan administrasi negara dalam bidang-bidang kehidupan masyarakat, yakni untuk meningkatkan kesejahteraan umum.

  Sebagai suatu kenyataan hukum, negara itu merupakan suatu organisasi jabatan-jabatan (ambtenorganisatie). Yang dimaksud dengan “jabatan” ialah suatu lingkungan pekerjaan tetap yang diadakan dan dilakukan guna kepentingan negara

   (kepentingan umum).

  Setiap jabatan adalah suatu lingkungan pekerjaan tetap yang dihubungkan dengan organisasi sosial tertinggi, yang diberi nama Negara. Bilamana dalam hukum negara dikatakan “jabatan”, maka yang senantiasa dimaksud ialah jabatan negara. Jabatan itu bermacam-macam seperti: pimpinan instansi adalah Menteri, Jaksa agung, Sekretaris negara, Sekretaris Kabinet, Sekretaris militer, sekretaris presiden, sekretaris wakil presiden, kepala kepolisian negara, pimpinan lembaga pemerintah non departemen, pimpinan kesekretariatan lembaga tertinggi/tinggi negara, gubernur, dan Bupati/Walikota.

  Oleh karena jabatan itu suatu pendukung hak dan kewajiban, yaitu suatu subjek hukum (person), maka dengan sendirinya jabatan itu dapat melakukan perbuatan hukum (rechtstandelingen). Perbuatan hukum itu diatur oleh baik hukum publik maupun hukum privat. Hal ini diakui juga dalam peradilan

   administrasi negara (administratieve rechspraak).

  Dalam Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 13 tahun 2002 tangggal 17 juni 2002 pada angka 7 Sesuai pasal 12 ayat (1) Peraturan 11 12 Ibid.

  Utrecht E. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Surabaya: Pustakaa Tinta Mas, 1986, hlm 145 Pemerintah Nomor 100 tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan pemerintah Nomor 13 tahun 2002, tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural dinyatakan bahwa untuk menjamin kepastian arah pengembangan karier ditetapkan pola dasar karier dengan Keputusan Presiden.

  Setiap pimpinan Instansi wajib menyusun dan menetapkan pola karier Pegawai Negeri Sipil dilingkungan masing-masing berdasarkan pola dasar karier.

  4. Jenis Pegawai Negeri Mengenai jenis Pegawai Negeri didasarkan pada Pasal 2 ayat (2) UU No.

  43 Tahun 1999 Pegawai Negeri dibagi menjadi:

  

  1) Pegawai Negeri Sipil Pusat

  Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah Pegawai Negeri Sipil yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan bekerja pada Departemen, Lembaga Pemerintahan Nondepartemen, Kesekretariatan Lembaga Negara, Instansi Vertikal didaerah Provinsi Kabupaten/ Kota, Kepaniteraan Pengadilan, atau dipekerjakan untuk menyelenggarakan tugas negara lainnya.

  2) Pegawai Negeri Sipil Daerah

  Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil daerah Provinsi/ Kabupaten/ Kota yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan bekerja pada Pemerintah Daerah, atau dipekerjakan di luar instansi induknya.Pegawai Negeri Sipil Pusat dan 13 Tjandra, W. Riawan, Hukum Administrasi Negara”, Yogyakarta: Universitas Atma

  Jaya Yogyakarta, 2008, hlm. 170

  Pegawai Negeri Sipil Daerah yang diperbantukan di luar instansi induk, gajina dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan.

  5. Kewajiban dan Hak-hak Pegawai Negeri Sipil

  Kewajiban pegawai negeri adalah segala sesuatu yang wajib dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan.Kewajiban pegawai Negeri dibagi

  

  menjadi 3 golongan yaitu: 1) Kewajiban-kewajiban yang ada hubungan dengan suatu jabatan. 2)

  Kewajiban-kewajiban yang tidak langsung berhubungan dengan suatu tugas dalam jabatan, melainkan dengan kedudukannya sebagai pegawai negeri pada umumnya. 3) Kewajiban-kewajiban lain.

  Hak Pegawai Negeri adalah suatu hak yang dimiliki oleh pegawai berdasarkan suatu perundang-undangan yang berlaku. Hak-hak yang dimiliki oleh

   Pegawai Negeri Menurut Undang-undang No. 43 tahun 1999 antara lain: a.

  Hak untuk memperoleh gaji ( Pasal 7) b. Hak atas Cuti (pasal 8) c. Hak Atas Perawatan, Tunjangan, dan uang duka (Pasal 9) d. Hak atas Pensiun (Pasal 10)

  6. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

  Kedudukan Pegawai Negeri didasarkan pada Undang-undang No.43 Tahun 1999 Pasal 3 ayat (1), yaitu Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara 14 15 Ibid.,173 Ibid., 176 yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraannya tugas negara, pemerintahan,dan pembangunan.Rumusan kedudukan pegawai negeri didasarkan pada pokok-pokok pikiran bahwa pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi secara umum pemerintahan,tetapi juga harus mampu melaksanakan fungsi pembangunan atau dengan kata lain pemerintah bukan hanya menyelenggarakan tertib pemerintahan,tetapi juga harus mampu menggerakkan dan memperlancar

   pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak.

F. Metode Penelitian

  1. Metode Pendekatan

  Penelitian ini adalah Penelitian Hukum Normatif yang disebut juga Penelitian Hukum Kepustakaan, karena penelitian hukum yang dilakukan hanya dengan cara meneliti bahan pustaka saja atau data sekunder belaka. Jadi merupakan studi hukum yang doctrinal, bersifat normatif yaitu berdasarkan data- data sekunder. Maka metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah normatif kualitatif.

  2. Jenis Data

  Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan dititikberatkan pada data sekunder dan juga didukung dengan data primer yang diperoleh dari penelitian

16 C.S.T.Kansil, Pokok-Pokok hukum kepegawaian Republik Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramitha ,1979, hlm.38.

  empiris untuk menjawab permasalahan-permasalahan yang ada pada perumusan

   masalah di depan.

  Berdasarkan penelitiannya, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a.

  Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden yakni pihak- pihak yang terkait dengan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka yang berupa literatur, penelitian ilmiah, perundang-undangan serta dokumen pendukung yang diperoleh dalam penelitian ini.

3. Sumber Data

  Berkaitan dengan data sekunder, maka dalam penelitian ini digunakan sumber hukum primer dan sumber hukum sekunder. Sumber hukum primer antara lain berupa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pokok-pokok kepegawaian, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Struktural sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2002 dan Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan, dan Pemberhentian 17 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian hukum normatif, suatu tinjauan singkat , Jakarta: Rajawali, 1986. Cetakan Kdua. hal 14-15. Pegawai Negeri Sipil. Sedangkan sumber hukum sekunder meliputi bahan-bahan rujukan seperti dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah atau risalah perundang-undangan, pendapat para pakar, hasil penelitian dan kegiatan ilmiah

  

  lainnya. Dan yang berkaitan dengan data primer dalam penelitian ini yang menjadi sumber adalah para informan yaitu pejabat-pejabat yang berkompeten memberikan informasi masalah kepegawaian di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan dengan melakukan wawancara dengan para pejabat dimaksud.

4. Teknik Pengumpulan Data

  Mengingat penelitian ini bertitik tolak pada data sekunder, maka langkah pertama dalam pengumpulan data yaitu dilakukan dengan cara mengadakan telah bahan pustaka dan studi dokumen. Bahan pustaka dan dokumen yang diteliti berkaitan dengan permasalahan, baik yang diberikan dengan mekanisme penempatan pegawai pada jabatan struktural maupun yang berkaitan dengan manajemen pengembangan karier pegawai. Dan disamping itu, juga dilakukan studi lapangan melalui serangkaian wawancara dengan para pejabat di lingkungan Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan. Wawancara akan dilaksanakan setelah melakukan inventarisasi permasalahan secara lebih konkrit guna mendapatkan data yang akurat mengenai mekanisme, sistem, dan kebijakan-kebijakan yang diambil serta kendala-kendala yang dihadapi dan upaya-upaya untuk mengatasinya.

18 Ibid., hal 28

5. Analisis Data

  Data yang didapatkan sebagai hasil penelitian akan dianalisis secara kualitatif dengan penguraian secara deskriptif dan preskriptif, dengan maksud agar penelitian ini tidak hanya menggambarkan data-data semata, tetapi juga mengungkapkan realitas mengenai bagaimana yang seharusnya dan bagaimana pula kondisi riil di lapangan. Sebagai suatu analisis, maka ada 3 (tiga) alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan atau Verifikasi. Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Agar data yang diperoleh di lapangan dapat dibaca dengan baik, maka hasil reduksi data tersebut disajikan dalam berbagai bentuk, seperti : bagan maupun dalam bentuk teks naratif. Dari rangkaian kegiatan tersebut. Kemudian ditarik kesimpulan-kesimpulan yang juga sekaligus diverifikasi, baik selama penelitian berlangsung maupun setelah penelitian dilaksanakan.

  Analisa kualitatif yang bersifat deskriptif dan perskriptif ini, merupakan suatu kegiatan analisis yang bertumpu pada analisis yuridisempiris, yang ditujukan untuk mengkaji dan mengungkap bagaimana yang seharusnya dan bagaimana pula kenyataannya.

G. Sistematika Penulisan

  Dalam skripsi yang berjudul prosedur mutasi jabatan berdasarkan Undang- Undang No. 43 Tahun 1999 ditinjau dari persektif hukum administrasi negara

  (Studi Kasus Dinas Pekerjaan Umum), sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Berisikan Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG MUTASI JABATAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengertian mutasi, dasar hukum mutasi jabatan, bentuk-bentuk dan jenis mutasi jabatan

  BAB II I PELAKSANAAN MUTASI JABATAN DINAS PEKERJAAN UMUM KOTA MEDAN Bagian ini akan membahas tentang gambaran umum Dinas Pekerjaan Umum Kota Medan, Implementasi Undang-undang Nomor 43 tahun 1999 Tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974, Kelemahan-Kelemahan dalam Undang- undang Nomor 43 Tahun 1999 Dalam Pengaturan Sistem Karier PNS dan Kebijakan Pemerintah dalam Menetapkan/menempatkan Suatu jabatan

  BAB IV PROSEDUR MUTASI JABATAN PADA DINAS PEKERJAAN UMUM PEMERINTAH KOTA MEDAN Pada bagian ini membahas tentang prosedur mutasi jabatan pada Dinas Pekerjaan Umum, Dasar Hukum Mutasi Jabatan pada Dinas Pekerjaan Umum Pemerintahan Kota Medan, Hambatan yang dihadapi dalam Pemutasian dan upaya-upaya yang dilakukan dalam mengatasi hambatan Pemutasian di Dinas Pekerjaan Umum Pemerintahan Kota Medan

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.

Dokumen yang terkait

BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Ringkas Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara - Pengaruh Komunikasi Dan Informasi Dalam Meningkatkan Aktivitas Kerja Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 0 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air 2.1.1 Defenisi Air - Penentuan Nilai pH dan Alkalinitas pada Air Filter HM. Yamin di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan

0 0 19

BAB III SISTEM PENGAWASAN INTERNAL GAJI PADA BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH SUMBAGUT - Sistem Pengawasan Internal Gaji Pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Sumbagut

0 0 14

BAB II BPJS KETENAGAKERJAAN KANTOR WILAYAH SUMBAGUT A. Sejarah Ringkas - Sistem Pengawasan Internal Gaji Pada BPJS Ketenagakerjaan Kantor Wilayah Sumbagut

0 0 20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dukungan Suami A.1. Pengertian dukungan - Dukungan Suami Terhadap Kepercayaan Diri Istri Menjalani Aktivitas Setelah Masa Nifas di Rumah Bersalin Madina Kecamatan Medan Tembung Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Dukungan Suami Terhadap Kepercayaan Diri Istri Menjalani Aktivitas Setelah Masa Nifas di Rumah Bersalin Madina Kecamatan Medan Tembung Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 7

Dukungan Suami Terhadap Kepercayaan Diri Istri Menjalani Aktivitas Setelah Masa Nifas di Rumah Bersalin Madina Kecamatan Medan Tembung Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

0 0 11

BAB II - Tinjauan Hukum Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Syariah Dalam Kaitannya Dengan Bancassurance (Riset : Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda)

0 0 8

Tinjauan Hukum Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Syariah Dalam Kaitannya Dengan Bancassurance (Riset : Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda)

0 0 12

Tinjauan Hukum Penerapan Manajemen Risiko Pada Bank Syariah Dalam Kaitannya Dengan Bancassurance (Riset : Pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Iskandar Muda)

0 0 8