BAB III PEMBAHASAN - Analisis Kinerja Keuangan Pada PT Sumber Cipta Multiniaga Medan

BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan

1. Pengertian Manajemen Keuangan

  Manajemen keuangan merupakan salah satu dari sistem manajemen secara keseluruhan. Manajemen yang baik dan tepat akan mengarah pada pencapaian tujuan perusahaan atau organisasi, sebaliknya kurang baiknya dalam manajemen keuangan akan mengakibatkan terganggunya operasi perusahaan secara keseluruhan dan akhirnya akan menghambat pencapaian tujuan perusahaan.

  Menurut Arthur J. Keown dkk (2011:4), manajemen keuangan adalah hal yang berkepentingan dengan bagaimana cara menciptakan dan menjaga nilai ekonomis atau kekayaan. Konsekuensinya, semua pengambilan keputusan harus difokuskan pada penciptaan kekayaan.

  Menurut Kasmir (2010:7) bahwa aktivitas manajemen keuangan berkaitan erat dengan pengelolaan keuangan perusahaan, termasuk lembaga yang berhubungan erat dengan sumber pendanaan dan investasi keuangan perusahaan serta instrumen keuangan.

  Manajemen keuangan adalah salah satu fungsi operasional perusahaan yang sangat penting disamping fungsi operasional lainnya seperti manajemen pemasaran, manajemen operasi dan lain sebagainya. Manajemen keuangan membicarakan pengelolaan keuangan yang pada dasarnya dapat dilakukan baik oleh individu, perusahaan maupun pemerintah.

2. Fungsi Manajemen Keuangan

  Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, utamanya seorang manajer atau direktur keuangan. Keputusan keuangan ini diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk memperoleh laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga saham, sehingga kemakmuran pada pemegang saham dengan sendirinya makin bertambah. Ada tiga keputusan dalam manajemen keuangan yaitu:

  a) Penganggaran Modal (capital budgeting)

  Proses perencanaan dan pengelolaan investasi jangak panjang sebuah perusahaan disebut penganggaran modal (capital budgeting). Dalam penganggaran modal, manajer keuangan mencoba untuk mengidentifikasi peluang-peluang investasi yang memberikan hasil lebih tinggi bagi perusahaan dibandingkan dengan biaya yang perolehannya.

  b) Struktur Modal (capital structure)

  Struktur modal sebuag perusahaan adalah kombinasi spesifik ekuitas dan utang jangka panjang yang digunakan perusahaan untuk mendanai operasinya.

  c) Modal Kerja (working capital)

  Mengelola modal kerja perusahaan adalah aktivitas sehari-hari yang akan menentukan tersedianya sumber daya yang mencukupi bagi perusahaan untuk meneruskan operasinya dan terhindar dari gangguan yang dapat menimbulkan biaya yang besar bagi perusahaan. hal ini melibatkan sejumlah aktivitas yang berhubungan dengan penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan.

B. Pengertian Laporan Keuangan dan Kinerja Keuangan

1. Pengertian Laporan Kuangan

  Analisa laporan keuangan merupakan salah satu cara untuk mengetahui kinerja perusahaan dalam satu periode. Oleh karena itu, sebelum menganalisis laporan keuangan, makan terlebih dahulu kita harus memahami hal-hal yang berkaitan dengan laporan keuangan. Seperti yang diketahui bahwa laporan keuangan merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan melaporkannya pada suatu periode tertentu. Laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada, baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya.

  Menurut Kasmir (2010:66) secara umum dikatakan bahwa laporan keuangan adalah: Laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatau periode tertentu.

  Untuk membahas manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan keuangan. Oleh karena itu diperlukan pembahasan singkat mengenai laporan keuangan. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam mengambil keputusan dan menilai kinerja keuangan perusahaan.

  Ditinjau dari segi intern perusahaan, laporan keuangan dapat digunakan untuk berbagai tujuan. Data laporan keuangan terutama akan memberikan informasi bagi manajemen sebagai bahan analisa dan bahan interprestasi untuk mengadakan evaluasi terhadap aktivitas perusahaan. Laporan keuangan akan menunjukkan sampai seberapa jauh efisiensi pelaksanaan kegiatan serta perkembangan perusahaan yang telah dicapai oleh manajemen.

  Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Informasi mengenai posisi keuangan, kinerja dan perubahan posisi keuangan sangat diperlukan untuk dapat melakukan evaluasi atas kemampuan perusahan dalam menghasilkan kas (dan setara kas), dan waktu serta kepastian dari hasil tersebut. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya yang dikendalikan, struktur keuangan, likuiditas dan solvabilitas serta kemampuan beradaptasi dengan perubahan lingkungan.

2. Pengertian Kinerja Keuangan

  Pada prinsipnya kinerja dapat dilihat dari siapa yang melakukan penelitian itu sendiri. Bagi manajemen, melihat kontribusi yang dapat diberikan oleh suatu bagian tertentu bagi pencapaian tujuan secara keseluruhan. Sedangkan bagi pihak luar manajemen kinerja merupakan alat untuk mengukur suatu prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam suatu periode tertentu yang merupakan pencerminan tingkat hasil pelaksanaan aktivitas kegiatannya.

  Menurut Sutrisno (2012:151), kinerja adalah sebagai hasil kerja yang telah dicapai seseorang dari tingkah laku kerjanya dalam melaksanakan aktivitas kerja.

  Penilaian kinerja suatu organisasi baik yang dilakukan pihak manajemen perusahaan diperlukan sebagai dasar penetapan kebijaksanaan dimasa yang akan datang. Kinerja keuangan mengindikasikan apakah strategi perusahaan, implementasi strategi, dan segala inisiatif perusahaan memperbaiki laba perusahaan. Dengan menelusuri serangkaian aktivitas penciptaan nilai tambah melalui serangkaian indi-kator sebab akibat yang penting bagi organisasi, dari aktivita riil sampai aktivitas keuangan, dari aktivitas operasional sampai aktivitas strategis, dari aktivitas jangka pendek sampai aktivitas jangka panjang, dari aktivitas lokal sampai aktivitas global, atau dari aktivitas bisnis sampai aktivitas korporasi.

  Para pengambil keputusan akan mendapatkan gambaran komprehensif mengenai kinerja beragam aktivitas perusahaan, namun tetap dalam satu rangkaian strategi yang saling terkait satu sama lain. Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan adalah prestasi yang dapat dicapai oleh perusahaan dibidang keuangan dalam suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. Disisi lain kinerja keuangan menggambarkan kekuatan struktur keuangan suatu perusahaan dan sejauh mana asset yang tersedia, perusahaan sanggup meraih keuntungan. Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan manajemen dalam mengelola sumber daya yang dimilki perusahaan secara efektif dan efisien.

  Menurut Arthur, John, William dan David (2011:73), kinerja keuangan adalah penulisan ulang data akuntansi ke dalam bentuk perbaningan dalam rangka mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan.

  Guna mengetahui tingkat kinerja suatu perusahaan dilakukan serangkaian tindakan evaluasi yang pada intinya adalah penilaian atas hasil usaha yang dilakukan selama periode waktu tertentu. Hasil usaha tersebut dapat berupa barang atau jasa yang dapat menjadi atribut dari keberhasilan kerja organisasi.

  Merujuk pada konsep tersebut, maka penilaian kinerja mengandung tugas-tugas untuk mengukur berbagai aktivitas tingkat organisasi sehingga menghasilkan informasi umpan balik untuk melakukan perbaikan organisasi. Perbaikan organisasi mengandung makna perbaikan manajemen organisasi yang meliputi: (a) perbaikan perencanaan, (b) perbaikan proses, dan (c) perbaikan evaluasi. Hasil evaluasi selanjutnya merupakan informasi untuk perbaikan ”perencanaan proses evaluasi” selanjutnya. Proses ”perencanaan proses evaluasi” harus dilakukan secara terus-menerus (continuous process improvement) agar faktor strategik (keunggulan bersaing) dapat tercapai.

  Berdasarkan definisi diatas, maka kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan. Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati.

3. Penilaian Kinerja Keuangan

  Kinerja keuangan merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui oleh berbagai pihak, baik pihak internal maupun eksternal perusahaan terutama terkait dengan pengambilan keputusan kedua pihak tersebut Penilaian kinerja . keuangan dibagi kedalam dua tahapan proses, yaitu (a) tahap dasar variabel kunci ditentukan oleh tujuan organisasi, dan (b) tahap melekatkan penilaian pada setiap variabel kunci. Tahap variabel kunci ditentukan oleh tujuan yang mempertimbagkan karakteristik variabel, penilaian dengan level-level organisasi dan keterkaitan variabel, penilaian dengan level-level organisasi dan berkaitan variabel-variabel pada level serupa. Sedangkan melekatkan penilaian pada setiap variabel kunci ditentukan oleh karakteristik penilaian kinerja.

  Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan melalui teknik analisa laporan keuangan, maka terdapat banyak teknik yang dapat dipakai. Teknik ini merupakan cara bagaimana kita melakukan analisa. Sebelum mengadakan analisa terhadap suatu laporan keuangan, penganalisa harus benar-benar memahami laporan keuangan tersebut. Penganalisa harus dapat menggambarkan aktivitas- aktivitas perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan tersebut. Dengan kata lain bahwa agar dapat menganalisa laporan keuangan dengan hasil yang memuaskan maka perlu mengetahui latar belakang dari data keuangan tersebut.

C. Pengertian dan Jenis-Jenis Rasio Keuangan

1. Pengertian Rasio Keuangan

  Mengadakan analisa hubungan dari berbagai pos dalam suatu laporan keuangan adalah merupakan dasar untuk dapat menginterprestasikan kondisi keuangan dan hasil operasi suatu perusahaan. Dengan menggunakan laporan yang diperbandingkan termasuk data tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam jumlah rupiah, prosentase serta trendnya, penganalisa menyadari bahwa beberapa rasio secara individu akan membantu dalam menganalisa dan menginterpretasikan posisi keuangan suatu perusahaan.

  Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical

  

relationship ) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan

  mengunakan alat analisa berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard.

  Menurut Syamsudin (2011:37) mengemukakan bahwa: ”Rasio keuangan merupakan hal yang sangat umum dilakukan dimana hasilnya akan memberikan pengukuran relatif dari operasi perusahaan.”

  Dari hasil definisi di atas, maka bila rasio diterjemahkan secara tepat, rasio juga dapat, menunjukkan area-area yang memerlukan penelitian dan penanganan yang lebih mendalam. Analisis rasio dapat menyingkap hubungan dan sekaligus menjadi dasar perbandingan yang menunjukkan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat dideteksi bila kita hanya melihat komponen- komponen rasio itu sendiri. Namun demikian, fungsi rasio seringkali disalah artikan dan akibatnya manfaatnya terlalu dibesar-besarkan.

  Menurut Ross, Westerfield dan Jordan (2009:78), rasio keuangan merupakan hubungan yang dihitung dari informasi keuangan sebuah perusahaan dan digunakan untuk tujuan perbandingan.

  Rasio keuangan dapat disajikan dalam dua cara. Yang pertama untuk membuat perbandingan keadaan pada saat yang berbeda. Dan kedua untuk membuat perbandingan keadaan keuangan dengan perusahaan lain. Analisis rasio merupakan alat analisis yang berguna apabila dibandingkan dengan rasio standar.

  Terdapat dua macam rasio standar yang lazim digunakan. Yang pertama adalah rasio yang sama dari laporan keuangan tahun-tahun yang lampau. Yang kedua adalah rasio dari perusahaan lain yang mempunyai karakteristik yang sama dengan perusahaan yang dianalisis. Rasio standar kedua ini lazim disebut rata-rata rasio industri.

  Banyak penulis yang mengargumentasikan jenis-jenis rasio yang menurut penulisannya cocok untuk memahami perusahaan.umumnya rasio yang terkenal dan popular adalah rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.

2. Jenis-Jenis Rasio Keuangan 1) Rasio Likuiditas

  Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar. Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai berikut:

  a.

   Current Ratio

  Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban- kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Besar current ratio yang ideal belum ada suatu patokan yang pasti, namun standar umum yang digunakan 200% atau 2:1 yang berarti nilai aktiva lancar adalah dua kali dari hutang lancar atau setiap satu rupiah hutang lancar harus dijamin sedikitnya dengan dua rupiah aktiva lancar.

  Aktiva Lancar

  x 100%

  Kewajiban Lancar b.

   Quick Ratio

  Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga Acid Test Rasio. Untuk quick rasio ukuran berdasarkan prinsip hati-hati adalah 100% atau 1:1 dianggap cukup memuaskan didalam perusahaan apabila kurang maka dianggap kurang baik.

  Aktiva Lancar - Persediaan

  x 100%

  Kewajiban Lancar c.

   Cash Ratio

  Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya yang harus segera dipenuhi dengan kas dan surat berharga dalam perusahaan yang dapat segera diuangkan. Kegunaan dari rasio ini adalah untuk mengetahui bahwa setiap hutang lancar Rp. 1,00 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar hasil yang diperoleh dari cash rationya, tidak terdapat standar khusus pada cash ratio sehingga penilaiannya tergantung kebijakan perusahaan.

  Kas + Bank

  x 100%

  Kewajiban Lancar d.

  Working Capital to Total Asset Ratio Rasio ini menunjukkan likuiditas total dari total aktiva dan posisi modal kerja bersih. Rasio ini membandingkan aktiva lancar dikurangi hutang lancar, atau modal kerja dengan keseluruhan aktiva. Rumusnya adalah sebagai berikut:

  Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar

  x 100%

  Total Aktiva

2) Rasio Solvabilitas

  Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang. Besarnya ukuran umum yang dipakai adalah 200% atau 2:1 yang berarti dua kali dari total hutang perusahaan dikatakan solvable bila rasionya kurang dari 200%.

  Yang termasuk rasio solvabilitas antara lain: a.

  Total Debt to Total Equity Ratio Rasio ini membandingkan total utang dengan modal pemilik (ekuitas).

  Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian setiap rupiah dari modal pemilik yang digunakan untuk menjamin utang. Semakin besar rasio ini semakin tidak menguntungkan bagi para kreditur, karena jaminan modal pemilik terhadap utang semakin kecil. Rasio diatas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar dari pada modal pemilik.

  Total Kewajiban

  x 100%

  Ekuitas b.

  Total Debt to Total Asset Ratio Rasio ini membandingkan jumlah total utang dengan aktiva total yang dimiliki perusahaan. Dari rasio ini, dapat diketahui beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Biasanya, para kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah, sebab semakin rendah rasio utang perusahaan yang diberi kredit akan semakin besar tingkat keamanan yang didapat kreditur pada waktu likuidasi.

  Total Kewajiban

  x 100%

  Total Aktiva

3) Rasio Aktivitas

  Sering disebut dengan rasio efisiensi yang merupakan indikator untuk menunjukkan kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva secara efisien, yaitu dengan melihat kecepatan perputaran berarti semakin efektif penggunaan aktiva dan semakin tinggi pula penghasilan yang akan diperoleh perusahaan.

  Beberapa rasio utama yang tercakup dalam rasio efisiensi ini sehubungan dengan jenis perusahaan yang diteliti antara lain: a.

  Working Capital Turn Over Modal kerja adalah aktiva perusahaan yang mempunyai umur lebih singkat dari satu periode buku biasanya satu tahun. Untuk menilai efektivitas modal kerjadapat dihitung dengan perbandingan antara penjualan bersih dengan modal sendiri. Turn over modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja, yang mungkin disebabkan rendahnya tingkat perputaran persediaan, piutang atau adanya saldo kas yang telah besar. Semakin tinggi tingkat perputaran modal kerjanya, berarti semakin efektif pula penggunaan modal kerja perusahaan.

  Penjualan Working Capital Turn Over =

  Modal Kerja b.

  Fixed Assets Turn Over Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan bersih dengan aktiva tetap, yang menunjukkan rasio berapa kali dana yang ditanam dalam aktiva tetap telah berputar dalam satu periode. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah:

  Penjualan Fixed Assets Turn Over =

  Aktiva Tetap c.

  Total Assets Turn Over Rasio ini mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada seluruh aktiva dalam menghasilkan penjualan . Rumus untuk menghitung rasio ini adalah:

  Penjualan Total Assets Turn Over =

  Total Aktiva d.

  Inventory Turn Over Rasio ini mengukur efisiensi pengelolaan persediaan barang dagangan

  (Syahyunan 2000:85). Semakin tinggi rasio berarti semakin sering penjualan yang dihasilkan. Rumus yang digunakan untuk menghitung:

  Harga Pokok Penjualan Inventory Turn Over =

  Persediaan

4) Rasio Profitabilitas

  Rasio profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga

  Operating Ratio . Beberapa jenis rasio profitabilitas adalah sebagai berikut: a.

  Net Profit Margin

  Net profit margin adalah rasio yang membandingkan antara laba setelah

  bunga dan pajak dan penjualan bersih untuk menunjukan berapa bagian dari penjualan bersih yang menjadi laba setelah bunga dan pajak. Semakin tinggi rasio ini semakin menguntungkan karena laba bersih perusahaan semakin besar.

  Laba Bersih Setelah Pajak Net Profit Margin = x 100%

  Penjualan b.

  Gross Profit Margin Analisis rasio ini memberikan informasi seberapa jauh efektivitas pengelolaan biaya dalam rangka untuk memproduksi barang dagangannya. Dalam hal ini pengaruh biaya umum dan administrasi serta biaya penjualan tidak disertakan dalam perhitungan rasio. Dengan demikian hanya rasio perbandingan antara laba kotor (gross profit) dengan penjualan bersih. Bertambah tinggi hasil rasio berarti bertambah baik bagi perusahaan dalam menekan biaya produksi dan memperbesar jumlah penjualan.

  Laba Kotor

  = x 100%

  Gross Profit Margin Penjualan c.

  Return On Invesment Rasio ini mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan perusahaan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bersih. Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan. Rumus yang digunakan untuk menghitung rasio ini adalah:

  Laba Bersih Setelah Pajak

Return On Invesment = x 100%

  Total Aktiva

D. Laporan Keuangan PT Sumber Cipta Multiniaga Medan 1.

  Laporan Neraca PT Sumber Cipta Multiniaga Medan per 31 Desember 2010 sampai dengan 2013. Berikut tabel laporan neraca PT Sumber Cipta

  .

  Multiniaga Medan per 31 Desember 2010 sampai dengan 2013

Tabel 3.1 Laporan Neraca PT Sumber Cipta Multiniaga Medan

  

NERACA

Per 31 Desember 2010, 2011, 2012, dan 2013

(dalam ribuan)

Tahun

  Keterangan 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp)

  AKTIVA Aktiva lancar Jumlah kas dan bank 2.606.809 2.269.019 2.653.472 3.754.235 Piutang 1.630.096 3.223.332 4.734.217 4.644.723 Persediaan 537.085 467.424 576.137 621.891 Biaya dibayar dimuka 225.573 983.254 255.751 385.628

  Total Aktiva lancar 4.999.563 6.790.029 8.219.577 9.406.477 Aktiva tetap Aktiva tetap 4.189.331 4.853.321 4.787.624 5.255.768 Akumulasi penyusutan 2.281.269 2.553.671 2.799.851 2.612.890 Jumlah aktiva tetap 1.908.062 2.319.650 1.987.773 2.642.878 Aktiva lain-lain Jumlah aktiva lain-lain 700.561 681.817 943.545 875.924

  Total aktiva tetap 2.608.623 3.001.467 2.931.318 3.518.802 TOTAL AKTIVA 7.608.186 9.971.496 11.150.895 12.925.279 KEWAJIBAN DAN MODAL Kewajiban lancar Utang usaha 2.008.513 1.985.888 2.328.338 2.535.765 Utang pajak 174.499 245.177 319.725 336.637 Jumlah kewajiban lancar 2.183.012 2.231.065 2.648.063 2.872.402 Kewajiban jangka panjang Jumlah kewajiban lain-lain 92.560 14.506 721.600 309.402

  Jumlah kewajiban 2.275.572 2.245.571 3.369.663 3.182.257

  • Modal dan cadangan
  • Jumlah modal dan cadangan 5.332.614 7.725.925 7.781.232 9.743.022

  Total Kewajiban dan Modal 7.608.186 9.971.496 11.150.895 12.922.279

  Sumber: PT Sumber Cipta Multiniaga Medan

  2. Laporan Laba Rugi PT Sumber Cipta Multiniaga Medan per 31 Desember 2010 sampai dengan 2013. Berikut tabel laporan laba rugi PT Sumber Cipta Multiniaga Medan per 31 Desember 2010 sampai dengan 2013 .

Tabel 3.2 Laporan Laba Rugi PT Sumber Cipta Multiniaga Medan Laba Rugi Per 31 Desember 2010, 2011, 2012, dan 2013 (dalam ribuan)

  Uraian Tahun 2010 (Rp) 2011 (Rp) 2012 (Rp) 2013 (Rp)

  Penjualan/ Pendapatan usaha 12.523.879 13.942.319 14.120.942 14.685.346 Harga pokok penjualan 8.127.005 9.377.995 9.913.180 9.250.329 Laba kotor 4.396.874 4.564.324 4.207.762 5.435.017 Biaya operasi 2.284.868 2.614.293 2.222.568 2.125.284 Laba bersih operasi 2.112.006 1.950.031 1.985.194 3.309.733 Bunga 545.229 308.944 436.008 356.902 Laba bersih setelah bunga 2.657.305 2.258.974 2.241.202 3.656.635 Pajak 1.062.922 903.590 968.481 950.752 Laba bersih setelah pajak 1.594.383 1.355.385 1.452.721 2.705.883

  Sumber: PT Sumber Cipta Multiniaga Medan

E. Analisis Kinerja Keuangan PT Sumber Cipta Multiniaga Medan

  Current Ratio

  Aktiva Lancar Kewajiban Lancar

  x 100% Tahun 2010 =

  1) Rasio Likuiditas a.

  x 100% = 229% Tahun 2011 =

  6.970.029 2.231.065

  x 100% = 312% Tahun 2012 =

  8.219.577 2.648.063

  x 100% = 310% Tahun 2013 =

  9.406.477 2.872.402

  x 100% = 327%

  4.999.563 2.183.012

  Current ratio tahun 2012 sebesar 310% dan tahun 2011 sebesar 312%. Hal tersebut berarti setiap Rp 100,- hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp 310,- pada tahun 2012 dan Rp 312,- pada tahun 2011. Nilai

  current ratio dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami penurunan sebesar

  2%. Hal ini disebabkan jumlah kewajiban lancar dari tahun 2011 ke tahun 2012 meningkat meskipun jumlah aktiva lancar yaitu kas dan piutang meningkat dari tahun 2011 ke tahun 2012.

  b.

  Quick Ratio

  Aktiva Lancar - Persediaan

  x 100%

  Kewajiban Lancar 4.999.563−537.085

  Tahun 2010 = x 100% = 204%

  2.183.012 6.970.029−467.424

  Tahun 2011 = x 100% = 291%

  2.231.065 8.219.577 −576.137

  Tahun 2012 = x 100% = 287%

  2.648.063 9.406.477−621.891

  Tahun 2013 = x 100% = 305%

  2.872.402

  Quick ratio tahun 2011 sebesar 291% dan tahun 2012 sebesar 287%. Hal tersebut berarti setiap Rp 100,- hutang lancar dijamin oleh aktiva lancar yang likuiditasnya paling likuid sebesar Rp 287,- untuk tahun 2012 dan Rp 291,- untuk tahun 2011. Nilai quick ratio dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 4%. Perusahaan tergolong baik tingkat likuiditasnya karena mencapai 100% atau 1:1.

  c.

  Cash Ratio

  Kas + Bank

  x 100%

  Kewajiban Lancar 2.606.809

  Tahun 2010 = x 100% = 119%

  2.183.012 2.296.019

  Tahun 2011 = x 100% = 103%

  2.231.065 2.653.472

  Tahun 2012 = x 100% = 100%

  2.648.063 3.754.235

  Tahun 2013 = x 100% = 130%

  2.872.402

  Cash ratio tahun 2012 sebesar 100% dan tahun 2011 103%. Hal tersebut berarti setiap Rp 100,- hutang lancar dijamin oleh kas dan surat-surat berharga sebesar Rp 100,- untuk tahun 2012 dan Rp 103,- untuk tahun 2011. nilai cash ratio mengalami penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012.

  d.

  Working Capital to Asset Ratio

  Aktiva Lancar – Kewajiban Lancar

  x 100%

  Total Aktiva 4.999.563 – 2.183.012

  Tahun 2010 = x 100% = 37%

  7.608.186 6.790.029 – 2.231.065

  Tahun 2011 = x 100% = 48%

  9.971.496 8.219.577 – 2.648.063

  Tahun 2012 = x 100% = 50%

  11.150.895 9.406.477 – 2.872.402

  Tahun 2013 = x 100% = 50%

  12.925.279

  Working capital to total asset ratio tahun 2012 sebesar 50% dan tahun 2011 sebesar 48%. Nilai working capital to total asset ratio mengalami penurunan sebesar 2%. Niali working capital to total asset ratio menunjukkan likuiditas total dari total aktiva dan posisi modal kerja bersih.

  Dari keempat komponen rasio likuiditas tersebut, maka secara umum dapat dikatakan bahwa kondisi perusahaan tersebut dalam keadaan likuid, artinya perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Meskipun ada penurunan nilai current ratio dari tahun 2011 ke tahun 2012 tetapi masih berada diatas nilai standar begtu juga dengan nilai cash ratio.

  2) Rasio Solvabilitas/ leverage a.

  Total Debt to Total Equity Ratio

  Total Kewajiban

  x 100%

  Ekuitas 2.275.572

  Tahun 2010 = x 100% = 40%

  5.332.674 2.245.571

  Tahun 2011 = x 100% = 29%

  7.725.925 3.369.663

  Tahun 2012 = x 100% = 43%

  7.781.232 3.182.257

  Tahun 2013 = x 100% = 32%

  9.743.022 Total debt to total equity ratio tahun 2012 sebesar 43% dan tahun 2011

  sebesar 29%. Nilai total debt to total equity ratio mengalami peningkatan sebesar 14%. Peningkatan nilai total debt to total equity ratio tersebut menunjukkan semakin berat hutang perusahaan yang dijamin dengan modal yang dimiliki.

  b.

  Total Debt to Total Asset Ratio

  Total Kewajiban

  x 100%

  Total Aktiva 2.275.572

  Tahun 2010 = x 100% = 29%

  7.608.186

  2.245.571

  Tahun 2011 = x 100% = 23%

  9.971.496 3.369.663

  Tahun 2012 = x 100% = 30%

  11.150.895 3.182.257

  Tahun 2013 = x 100% = 24%

  12.925.279 Total debt to total asset ratio tahun 2012 sebesar 30% dan tahun 2011

  sebesar 23%. Hal tersebut berarti setiap Rp 100,- hutang dijamin oleh aktiva sebesar Rp 30,- untuk tahun 2012 dan Rp 23,- untuk tahun 2011. Nilai Total

  

debt to total asset ratio mengalami peningkatan sebesar 7%. Peningkatan nilai

Total debt to total asset ratio dari tahun 2011 ke tahun 2012 menunjukkan

  semakin besar jumlah modal pinjaman (hutang) yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan dibanding aktiva yang dimiliki.

  Dari kedua komponen rasio solvabilitas tersebut, yaitu nilai persentase rasio total debt to total equity ratio dan total debt to total asset ratio bahwa komposisi hutang kurang baik terhadap total aktiva maupun modal sendiri (ekuitas) relatif kurang baik dan menunjukkan angka yang semakin meningkat pada tahun 2012.

  3) Rasio Aktivitas a.

  Working Capital Turn Over

  Penjualan Ekuitas 12.523.879

  Tahun 2010 = = 2,31x

  5.332.614 13.942.319

  Tahun 2011 = = 1,80x

  7.725.925 14.120.942

  Tahun 2012 = = 1,81x

  7.781.232

  14.685.346

  Tahun 2013 = = 1,50x

  9.743.022

  Working capital turn over tahun 2012 adalah 1,81 kali yang artinya dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 1,81 kali dalam setahun untuk tahun 2012 sedangkan pada tahun 2011 nilai working capital turn over sebesar 1,80 kali yang artinya dana yang tertanam dalam modal kerja berputar rata-rata 1,80 kali dalam setahun. Tahun 2012 nilai working capital turn over mengalami peningkatan yang sangat kecil dan tidak signifikan yaitu sebesar 0,01.

  b.

  Fixed Assets Turn Over

  Penjualan Jumlah Aktiva Tetap 12.523.879

  Tahun 2010 = = 6,56x

  1.908.062 13.942.319

  Tahun 2011 = = 6,01x

  2.319.650 14.120.942

  Tahun 2012 = = 7,10x

  1.987.773 14.685.346

  Tahun 2013 = = 5,55x

  2.642.878

  Fixed assets turn over tahun 2012 sebesar 7,10 kali yang artinya dana yang tertanam dalam aktiva tetap berputar rata-rata 7,10 kali dalam setahun sedangkan untuk tahun 2011 niali fixed assets turn over sebesar 6,01 kali yang artinya dana yang tertanam dalam aktiva tetap berputar rata-rata 6,01 kali dalam setahun. Nilai fixed assets turn over mengalami peningkatan dari tahun 2011 ke tahun 2012 yaitu sebesar 1,09 kali. c.

  Total Assets Turn Over

  Penjualan Jumlah Aktiva 12.523.879

  Tahun 2010 = = 1,65x

  7.608.186 13.942.319

  Tahun 2011 = = 1,39x

  9.971.496 14.120.942

  Tahun 2012 = = 1,26x

  11.150.895 14.685.346

  Tahun 2013 = = 1,13x

  12.925.279 Total assets turn over tahun 2012 sebesar 1,26 kali yang artinya dana yang

  tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar rata-rata 1,26 kali dalam setahun sedangkan untuk tahun 2011 total assets turn over sebesar 1,39 yang artinya dana yang tertanam dalam keseluruhan aktiva berputar rata-rata 1,39 kali dalam setahun. Nilai total assets turn over mengalami penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012 yaitu sebesar 0,13 kali.

  d.

  Inventory Turn Over

  Harga Pokok Penjualan Persediaan 8.127.005

  Tahun 2010 = = 15,13x

  537.085 9.377.995

  Tahun 2011 = = 20,06x

  467.424 9.913.180

  Tahun 2012 = = 17,20x

  576.137 9.250.329

  Tahun 2013 = = 14,87x

  621.891

  Inventory turn over tahun 2012 sebesar 17,20 kali dan tahun 2011 sebesar 20,06 kali. Nilai inventory turn over mengalami penurunan sebesar 2,86 kali.

  Hal ini menunjukkan bahwa penjualan yang dihasilkan berkurang dari tahun 2011 ke tahun 2012.

  Dilihat dari nilai working capital turn over perusahaan tersebut mengalami peningkatan sangat kecil dan tidak signifikan. Nilai fixed assets turn over cukup baik karena meningkat pada tahun 2012. Total assets turn over cukup baik karena meningkat pada tahun 2012. Total assets turn over dan inventory

  

turn over kurang baik karena dari tahun 2011 mengalami penurunan di tahun

2012 sehingga dana yang tertanam dalam aktiva tetap berputar lebih kecil

  ditahun 2012 dibanding tahun 2011 dan nilai inventory turn over tahun 2012 kurang baik karena berkurang dari tahun 2011, sehingga efisiensi pengelolaan persediaan barang dagangan di tahun 2012 tidak baik dibanding tahun 2011. 4)

  Rasio Profitabilitas a. Net Profit Margin

  Laba Bersih Setelah Pajak

  x 100%

  Penjualan 1.594.383

  Tahun 2010 = x 100% = 35%

  12.523.879 1.355.385

  Tahun 2011 = x 100% = 32%

  13.942.319 1.452.721

  Tahun 2012 = x 100% = 29%

  14.120.942 2.705.883

  Tahun 2013 = x 100% = 18%

  14.685.346 Net profit margin tahun 2012 sebesar 29 % dan tahun 2011 sebesar 32%.

  Hal tersebut berarti setiap Rp 100,- dari penjualan bersih menghasilkan laba bersih sebesar Rp 29,- untuk tahun 2012 dan Rp 32 tahun 2011. Nilai net profit margin mengalami penurunan sebesar 3%.

  b.

  Gross Profit Margin

  Laba Kotor

  x 100%

  Penjualan 4.396.874

  Tahun 2010 = x 100% = 35%

  12.523.879 4.564.324

  Tahun 2011 = x 100% = 33%

  13.942.319 4.207.762

  Tahun 2012 = x 100% = 30%

  14.120.942 5.435.017

  Tahun 2013 = x 100% = 37%

  14.685.346 Gross profit margin tahun 2012 sebesar 30% dan tahun 2011 sebesar

  33%. Hal ini berarti setiap Rp 100,- dari hasil penjualan bersih yang dilakukan mampu menghasilkan Rp 30,- tahun 2012 dan Rp 33,- tahun 2011. Nilai gross

  

profit margin mengalami penurunan sebesar 3%. Keadaan ini menunjukkan

  kinerja penjualan bersih dalam menghasilkan laba kotor menurun 3% tahun 2012.

  c.

  Return On Invesment

  Laba Bersih Setelah Pajak

  x 100%

  Total Aktiva 1.594.383

  Tahun 2010 = x 100% = 21%

  7.608.186 1.355.385

  Tahun 2011 = x 100% = 14%

  9.971.496 1.452.721

  Tahun 2012 = x 100% = 13%

  11.150.895 2.705.883

  Tahun 2013 = x 100% = 20%

  12.925.279

  Return on investmen tahun 2012 sebesar 13% dan tahun 2011 sebesar

  14%. Hal tersebut berarti setiap Rp 100,- dari seluruh dana yang tertanam dalam aktiva perusahaan mampu mengembalikan investasi sebesar 13% untuk tahun 2012 dan 14% untuk tahun 2012. nilai return on investmen mengalami penurunan dari tahun 2011 ke tahun 2012 yaitu sebesar 1%.

  Rasio-rasio profitabilitas perusahaan terlihat mengalami penurunan mulai dari tahun 2010 sampai tahun 2013. Hal ini menunjukkan perusahaan belum mampu menghasilkan laba dengan baik.

  Tabel 3.3

Rasio Keuangan PT Sumber Cipta Multiniaga Medan

Periode 2010-2013

  Tahun Rasio Keuangan 2010 2011 2012 2013 Rasio Likuiditas Current ratio 229% 312% 310% 327%

  204% 291% 287% 305%

  Quick ratio Cash ratio 119% 103% 100% 130%

  37% 48% 50% 50%

  Working capital to total asset ratio Rasio Solvabilitas/ Leverage Total debt to total equity ratio 40% 29% 43% 32% Total debt to total asset ratio 29% 23% 30% 24% Rasio Aktivitas Working capital turn over 2,31x 1,80x 1,81x 1,50x Fixed asset turn over 6,56x 6,01x 7,10x 5,55x

  1,65x 1,39x 1,26x 1,13x

  Total asset turn over Inventory turn over 15,13x 20,06x 17,20x 14,87x Rasio Profitabilitas Net profit margin 35% 32% 29% 18% Gross profit margin 35% 33% 30% 37% Return on invesment 21% 14% 13% 20% Sumber: Hasil Penelitian, 2014 (data diolah)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis akan memaparkan beberapa kesimpulan dari

  pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, selain itu penulis juga memberikan beberapa saran yang mungkin bermanfaat demi kebaikan dan kemajuan organisasi.

A. Kesimpulan

  Setelah penulis membahas penelitian dan menganalisis yang berhubungan dengan “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan pada PT Sumber Cipta Multiniaga Medan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.

  Rasio likuiditas PT Sumber Cipta Multiniaga Medan bila dilihat dari Current

  

Ratio, Quick Ratio, Cash Ratio dan Working Capital To Total asset Ratio dari

  tahun 2010, 2011, 2012, dan 2013 mengalami fluktuasi. Namun bila dilihat secara keseluruhan rasio likuiditas PT Sumber Cipta Multiniaga Medanyang paling baik adalah di tahun 2011.

  2. Rasio solvabilitas PT Sumber Cipta Multiniaga Medan bila dilihat dari Total dan Total debt to total asset ratio untuk tahun 2010,

  debt to total equity ratio 2011, 2012 dan 2013 adalah kurang baik dimana terjadinya peningkatan.

  Rasio solvabilitas PT Sumber Cipta Multiniaga Medan menunjukkan bahwa semakin besar hutang perusahaan dibanding modal sendiri dan semakin besar jumlah modal pinjaman (hutang) digunakan dalam menghasilkan keuntungan dibanding aktiva yang dimiliki.

  3. Rasio aktivitas PT Sumber Cipta Multiniaga Medan bila dilihat dari Working

  

capital Turn Over, Fixed Assets Turn Over, Total Assets turn Over dan

Inventory Turn Over mengalami fluktuasi. Namun bila dilihat secara

  keseluruhan rasio aktivitas PT Sumber Cipta Multiniaga Medan yang paling baik adalah di tahun 2010.

  4. Rasio profitabilitas PT Sumber Cipta Multiniaga Medan bila dilihat dari Net

  

Profit Margin, Gross Profit Margin dan Return on Investmen mulai tahun

  2010, 2011, 2012 dan 2013 kurang baik dimana setiap tahunnya mengalami penurunan.

B. Saran

  Dari kesimpulan di atas, penulis dapat memberikan beberapa saran, yaitu sebagai berikut:

  1. Setelah melakukan analisis dan evaluasi rasio keuangan dari ke empat rasio yaitu likuiditas, solvabilitas, aktivitas dan profitabilitas, ecara umum kinerja keuangan sudah baik, namun terdapat juga kinerja keuangan yang kurang baik yaitu pada rasio solvabilitas. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat hutang yang semakin berat ditanggung perusahaan dibanding modal sendiri yang dimiliki dan jumlah modal pinjaman (hutang) yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan dibanding aktiva yang dimiliki setiap tahunnya meningkat. Rasio profitabilitas setiap tahunnya terus mengalami penurunan, artimya perusahaan kurang mampu menghasilkan laba dengan baik atau manajemen perusahaan tidak efektif dalam pengelolaan perusahaan. Fenomena ini memperlihatkan bahwa PT Sumber Cipta Multiniaga Medan kurang mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya sehingga sebaiknya kinerja manajemen keuangan diperbaiki kembali agara kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya dapat dicapai dengan baik.

2. Rasio keuangan pada PT Sumber Cipta Multiniaga Medan pada tahun 2010,

  2011, 2012, dan 2013 banyak mengalami fluktuasi yaitu turun naik. Dimana rasio dari tahun 2010 ke tahun 2011 naik lalu turun kembali pada tahun 2012 dan naik kembali tahun 2013. Sebaiknya rasio keuangan dapat dipertahankan kenaikannya meskipun bernilai kecil karena apabila rasio keuangan yang terlihat berfluktuasi akan memperlihatkan kondisi perusahaan tidak stabil. PT Sumber Cipta Multiniaga Medan memiliki rasio-rasio keuangan yang cukup baik, untuk lebih meningkatkan lagi perusahaan harus memperbesar aktiva dan modal perusahaan dari kewajiban agar perusahaan mampu membiayai kewajiban, mengelola modal yang diinvestasikan dalam aktiva dan meningkatkan pendapatan bersih untuk memperoleh laba bersih yang baik.